Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROSES PRODUKSI SENYAWA ORGANIK


(Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Carbon & Kimia Organik)

DISUSUN OLEH :
RIZKY SANDI RAMADHANI (181222019151376)

Dosen :
CHAULIAH FATMA PUTRI - ST. SE. MT

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG
TAHUN 2022
BAB I

TEORI

Definisi dari senyawa organik sebagai senyawa karbon karena semua senyawa
organik pasti mengandung atom karbon (Suja, 2014).Senyawa organik yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi dengan cara analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini dapat
dilakukan dengan cara penentuan sifat fisika, analisis unsur, identifikasi gugus
fungsional, dan penentuan derivat dari senyawa yang dianalisis (Nurlita & Suja, 2004).
Salah satu sifat fisika yang umumnya diidentifikasi pada senyawa organik, yaitu titik
leleh. Titik leleh adalah suhu ketika fase padat dan fase cairan sama-sama berada dalam
kesetimbangan (Chang, 2004).
Senyawa organik selain mengandung karbon dan hidrogen, kemungkinan juga
mengandung unsur lain seperti oksigen, nitrogen, belerang, dan halogen. Untuk
mendeteksi unsur yang terkandung diperlukan pereaksi khusus (Nurlita & Suja, 2004).
Pada senyawa organik ini terdapat 3 identifikasi unsur yang dapat dilakukan. Identifikasi
unsur yang pertama adalah identifikasi karbon dan hidrogen dengan mencampurkan zat
organik dengan serbuk tembaga oksida kering kemudian panaskan sampai semua zat
berubah menjadi gas CO2 dan H2O. Untuk mengidentifikasi gas CO2 dapat dilakukan
dengan mengalirkan gas yang dihasilkan ke dalam larutan Ca(OH) 2 menghasilkan larutan
berwarna keruh. Untuk mengidentifikasi gas H2O dapat dilakukan dengan menangkap gas
H2O dengan kertas kobalt sehingga warna kertas kobalt memudar.

CxHy(s) + CuO(s)∆ CO2(g) + H2O(g) + Cu(s)

CO2(g) + Ca(OH)2(aq)→ CaCO3(s) + H2O(l)


Identifikasi unsur oksigen menggunakan pereaksi feroks yang dibuat dengan
melarutkan 1 g KCNS dalam 10 mL metanol dan 1 g FeCl 3 dalam 10 mL metanol. Kedua
larutan tersebut dicampur kemudian endapan disaring. Filtrat mengandung senyawa
kompleks Fe+3[Fe(CNS)6]-3 yang disebut pereaksi feroks. Larutan sampel diteteskan pada
kertas saring yang sudah ditetesi pereaksi feroks dan dikeringkan (kertas feroks). Bila
kertas feroks berubah menjadi berwarna merah menunjukkan sampel mengandung
oksigen (Nurlita& Suja, 2004).
Terdapat 9 identifikasi gugus fungsional yang dapat dilakukan. Yang pertama
adalah mengidentifikasi ketidakjenuhan yang dapat dilakukan dengan dua cara, yakni tes
Baeyer dan tes Bromin. Tes Baeyer menggunakan larutan KMnO 4 alkalis. Jika sampel
mengandung ikatan tidak jenuh maka warna ungu dari larutan KMnO 4 memudar menjadi

2
coklat. Hal ini dikarenakan ion MnO4- mengalami reduksi menjadi MnO2 sehingga warna
KMnO4 memudar (Suja, 2014). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
H2C=CH2(aq) + MnO4-(aq) ungu→ HO-HC-CH-OH(aq) + MnO2(s) coklat
Tes bromin dilakukan dengan melarutkan sedikit zat yang diuji dalam CCl 4 dan
ditambahkan larutan 5% Br2 dalam CCl4. Apabila sampel mengandung ikatan tidak jenuh
maka warna coklat dari brom memudar menjadi tidak berwarna(Nurlita& Suja, 2004).
Adapun persamaan reaksinya yaitu :
H2C=CH2(aq) tidak berwarna + Br2(aq) coklat → Br-CH2-CH2-Br(aq) tidak berwarna.
Mengidentifikasi alifatis/aromatis dapat dilakukan dengan tes asap. Senyawa
alifatis apabila dibakar akan menghasilkan karbondioksida dan uap air dan pembakaran
terjadi secara sempurna. Untuk senyawa aromatis pembakaran yang terjadi adalah
pembakaran tidak sempurna yang ditandai dengan adanya asap hitam.
C6H14(l) + 19/2O2(g)→ 6CO2(g) + 7H2O(g) pembakaran sempurna
C6H6(l) + 9/2O2(g) → 3C(g) + 3CO2(g) + 3H2O(g) pembakaran tidak sempurna
Mengidentifikasi gugus hidroksi senyawa alkohol dilakukan dengan Tes Serat-
amonium-nitrat dan Tes Asetil-klorida. Tes Serat-amonium-nitrat dilakukan dengan
menambahkan zat yang dianalisis dengan larutan serat-amonium-nitrat, dimana reaksi ini
akan menghasilkan larutan berwarna merah.
R-OH(aq) + NH4NO3(aq)→ R-NO3(aq) merah + NH4OH(aq)
Tes Asetil-klorida dilakukan dengan menambahkan zat yang dianalisis dengan
larutan asetil-klorida, dimana reaksi ini akan menghasilkan gas. Gas yang dihasilkan
apabila didekatkan dengan larutan amonia pekat akan menghasilkan asap putih.
Munculnya asap putih ini menunjukkan bahwa zat yang dianalisis positif mengandung
gugus hidroksi senyawa alkohol(Nurlita& Suja, 2004).
R-OH(aq) + CH3-CO-Cl(aq)→ CH3-CO-OR(aq) + HCl(g)
HCl(g) + NH3(g) → NH4Cl(g) putih
Mengidentifikasi gugus fenolat dapat dilakukan dengan Tes Feriklorida. Fenol
membentuk kompleks berwarna jika direaksikan dengan larutan FeCl 3. Kompleks
tersebut memberikan warna yang khas seperti warna ungu, biru, hijau atau merah anggur,
sehingga sering digunakan untuk tes fenol (Nurlita & Suja, 2004).
Mengidentifikasi gugus aldehid dapat dilakukan dengan Tes Fehling dan Tes
Tollen. Tes Fehling dilakukan dengan mencampur 1 mL larutan Fehling A (CuSO 4 dalam
asam asetat) dengan 1 mL larutan Fehling B (garam Rochelle dalam larutan NaOH),
kemudian zat ditambahkan ke dalam campuran tersebut lalu dipanaskan dalam penangas

3
air. Munculnya endapan merah-bata dari Cu 2O menunjukkan zat yang dianalisis positif
mengandung gugus aldehid (Nurlita & Suja, 2004).
RCHO(aq) + Cu2+kompleks + OH-(aq)→ RCOOH(aq) + Cu2O(s)
Tes Tollen dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH ke dalam larutan
AgNO3 kemudian ditambahkan larutan amoniak berlebih. Zat yang dianalisis
ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Terbentuknya cermin perak menunjukkan zat
yang dianalisis positif mengandung gugus aldehid (Nurlita & Suja, 2004)
RCHO(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq) → 2Ag(s) + RCOO-(aq) + 2H2O(l) + 4NH3(g)
Mengidentifikasi gugus keton dapat dilakukan dengan tes DNP dan tes iodoform.
Tes DNP menggunakan reagen larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin. Sampel dilarutkan dalam
HCl encer kemudian ditambahkan 2,4-dinitrofenilhidrazin, kemudian dikocok. Senyawa
dinyatakan mengandung gugus keton jika setelah bereaksi dengan larutan 2,4-
dinitrofenilhidrazin terbentuk endapan berwarna oranye (Nurlita & Suja, 2004).

Uji iodoform digunakan untuk mengidentifikasi gugus RCOCH 3. I2 ditambahkan


KI dilarutkan dalam air, kemudian sampel ditambahkan NaOH 10% dan ditambahkan
larutan Iod sedikit demi sedikit. Tes iodoform positif pada senyawa organik gugus
fungsional keton dengan rantai utama yang mengandung metil. Atom I merupakan gugus
penarik elektron, sehingga 2 atom H yang bersisa pada gugus metil menjadi lebih asam
dan secara berkelanjutan digantikan oleh atom I, sampai ketiga atom H dari gugus metil
disubstitusi oleh atom I. Efek induksi dari atom I menyebabkan karbon karbonil semakin
bermuatan positif sehingga mudah diserang oleh nukleofil menghasilkan anion. Anion
tersebut kemudian mengalami pemutusan menghasilkan molekul iodoform dan ion
karboksilat.
CH3-CO-C2H5(s) + NaOH(aq) + KI(aq) + I2(aq)→ NaO-CO-C2H5(aq) + CHI3(s) + KOH(aq)
Gugus karboksil dapat diidentifikasi dengan 2 cara, yaitu tes Na-bikarbonat dan
tes pembentukan ester. Tes Na-bikarbonat menggunakan larutan natrium bikarbonat
(NaHCO3) sebagai reagen. Jika senyawa mengandung gugus karboksil, maka akan
terbentuk gelembung-gelembung gas dari karbondioksida (Nurlita & Suja, 2004). Reaksi
yang terjadi adalah :
RCOOH(aq) + NaHCO3(aq) → CH3COO-Na+(aq) + H2CO3(aq)
H2CO3(aq) → CO2(g) + H2O(l)

4
Ester dihasilkan dari reaksi antara alkohol dan asam karboksilat. Reaksi
ini disebut juga reaksi esterifikasi. Reaksi ini dibantu dengan menggunakan
katalis asam. Tes pembentukan ester dilakukan dengan mencampurkan sampel
dengan etanol dan asam sulfat pekat dan dipanaskan dalam penangas air. Jika
menghasilkan harum buah maka positif adanya gugus karboksil (Nurlita & Suja,
2004). Reaksi yang terjadi yakni:
R’OH(aq) + RCOOH(aq)⇄ RCOOR’(aq) +H2O(l)
Mendeteksi ester dapat dilakukan dengan tes Feri-hidroksamat. Sampel
ditambahkan larutan hidroksilamin hidroklorida dalam metanol. Kemudian ditambahkan
KOH sampai basa dan dipanaskan hingga mendidih. Setelah didinginkan ditambahkan 1-
2 tetes FeCl3 dan diasamkan dengan HCl. Bila positif adanya ester maka terbentuk warna
merah anggur (Nurlita & Suja, 2004).
Mendeteksi nitro dengan asam nitrit ditambahkan ke dalam sampel, nitroalkana
primer dan sekunder akan membentuk senyawa turunan nitroso yang berwarna biru.
Kemudian ditambahkan NaOH, nitroalkana primer akan berubah menjadi garam Na yang
berwarna merah dan nitroalkana sekunder tidak memberikan perubahan (Nurlita & Suja,
2004).
Primer : CH3(CH2)2NO2 + HNO3→ CH3CH2CH(NO2)2biru + H2O + NaOH →
CH3CH2CNa(NO2)2 merah + 2H2O
Sekunder : CH3CHNO2CH3 + HNO3→ CH3C(NO2)2CH3 + H2O + NaOH ↛

5
BAB II

PENERAPAN PROSES PRODUKSI

METODE
Data pada penelitian ini diambil dari skripsi yang sudah disesuaikan
dengan penelitian yang ada pada Jurusan Pendidikan Kimia UNDIKSHA dan
dilaksanakan pada tanggal 1-8 September 2015.
Alat dan Bahan
Terdapat beberapa alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam penelitian
ini. Alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipa
kapiler, alat Thiele, pengalir gas, kertas saring, pipet tetes, pipet volumetrik,
penjepit kayu, batang pengaduk, spatula, kaca arloji, neraca analitik, korek api,
spiritus, penangas elektrik, gelas kimia, dan gelas ukur.
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain zat organik padat,
CuO kering, Ca(OH)2 FeCl3, toluena, etanol, Pb-asetat, FeSO4, NaOH, H2SO4
HNO3 pekat, aquades, NH4OH, KMnO4 alkalis, CCl4, Br2, KCNS, metanol,
AgNO3, Fehling A dan B, asetil klorida, amonia pekat, nitroprusid, I 2, KI, HCl
encer, NaHCO3, KOH, kupri asetat, benzil klorida, nitrit, 2,4-dinitrofenil
hidrazin, hidroksilamin hidroklorida dan serat amonium nitrat.
Prosedur Kerja
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode analisis kualitatif
berupa penentuan titik leleh, analisis unsur dan analisis gugus fungsional.
Penentuan Titik Leleh
Sampel padat dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang salah satu ujungnya
tertutup dengan cara ujung pipa kapiler yang terbuka ditekan ke dalam sampel padat
halus, kemudian diketuk-ketuk sampai sampel turun dan memadat serta mencai tinggi 0,5
cm. Pipa kapiler yang sudah berisi sampel dapat diikat dengan termometer, kemudian
dimasukkan ke dalam alat Thiele yang sudah berisi minyak goreng. Alat Thiele
dipanaskan, kemudian suhu ketika sampel mulai meleleh dan suhu ketika semua sampel
sudah meleleh dicatat.
Analisis Unsur
Mendeteksi Karbon dan Hidrogen

6
Sampel dicampur dengan CuO kering dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Tabung reaksi dipanaskan sampai semua zat berubah menjadi gas CO 2 dan H2O. Gas CO2
diuji dengan mengalirkan gas ke dalam air kapur, jika air kapur berubah menjadi keruh
berarti positif adanya gas CO2. Dan gas H2O diuji dengan kertas kobalt, jika warna kertas
kobalt memudar berarti positif adanya gas H2O.
Mendeteksi oksigen
Pereaksi feroks dibuat dengan melarutkan 1 gram KCNS dalam 10 mL metanol
dan 1 gram FeCl3 dalam metanol, kemudian dicampurkan dan endapannya disaring.
Filtralnya disebut pereaksi feroks. Sampel dilarutkan dalam toluena dan kertas saring
dibasahi pereaksi feroks kemudian dikeringkan. Larutan sampel diteteskan pada kertas
saring. Jika terbentuk warna merah berarti positif adanya oksigen.
Analisis Gugus Fungsional
A. Mendeteksi Ketidakjenuhan
1. Tes Bayer
Sampel dilarutkan dalam etanol kemudian ditambahkan larutan bayer (KMnO 4
alkalis) tetes demi tetes sambil dikocok. Jika warna KMnO 4 memudar berarti positif
adanya ikatan tidak jenuh.
2. Tes Bromin
Sedikit sampel dilarutkan dalam CCl 4 kemudian ditambahkan 5% Br2 dalam CCl4
tetes demi tetes sambil dikocok. Bila warna coklat berubah menjadi tak berwarna berarti
positif adanya ikatan tidak jenuh.
B. Mendeteksi Alifatis atau Aromatis
Sedikit sampel diambil dengan spatula kemudian dipanaskan pada nyala api
spiritus dalam ruang asam. Bila terbentuk asap, sampel positif senyawa aromatis.
C. Mendeteksi Gugus Hidroksi Senyawa Alkohol
1. Tes serat-amonium-nitrat
Larutan serat-amonium-nitrat ditambahkan tetes demi tetes ke dalam sampel, bila
muncul warna merah positif adanya gugus alkohol.
2. Tes asetil klorida
Sebanyak 2-3 tetes asetil klorida ditambahkan ke dalam sampel, gas akan
muncul. Gas yang muncul didekatkan ke larutan amonia pekat, bila terbentuk asap putih
maka mengindikasikan adanya gugus alkohol.
D. Mendeteksi Gugus Fenolat (Tes Feriklorida)

7
Sampel dilarutkan ke dalam alkohol, kemudian ditambahkan tetes demi tetes
larutan FeCl3. Bila terjadi warna ungu, biru, hijau, atau merah anggur berarti positif
adanya gugus fenol.
E. Mendeteksi Gugus Aldehida
1. Tes Fehling
Larutan Fehling A (CuSO4 dalam asam asetat) sebanyak 1 mL dicampurkan
dengan Fehling B (Garam Rockhelle dalam larutan NaOH) sebanyak 1 mL. Sedikit
sampel ditambahkan dan dipanaskan dalam penangas air. Jika terbentuk endapan hijau
berarti positif adanya aldehida.
2. Tes Tollens
Pereaksi tollens dibuat dengan AgNO3 ditambahkan NaOH dan amoniak berlebih
sampai semua endapan larut. Kemudian ditambahkan sedikit sampel dan dipanaskan
dalam penangas air. Bila terbentuk cermin perak pada dinding tabung mengindikasikan
adanya gugus aldehid.
F. Mendeteksi Gugus Keton
1. Tes DNP
Sedikit sampel dilarutkan dalam HCl encer lalu ditambahkan larutan 2,4-
dinitrofenil hidrazin. Campuran tersebut dikocok, bila terjadi endapan berarti positif
adanya gugus keton.
2. Tes Iodoform
Sebanyak 0,25 gram I2 ditambahkan 0,5 gram KI dalam 2 mL aquades. Sedikit
sampel ditambahkan 2 mL larutan NaOH 10% dan tetes demi tetes larutan Iod dalam KI.
Bila positif adanya gugus keton maka warna coklat akan hilang dan terbentuk endapan
iodoform yang berwarna kuning.
G. Mendeteksi Gugus Karboksil
1. Tes Na-Bikarbonat
Sampel ditambahkan ke dalam larutan NaHCO 3 jenuh, jika muncul gas
menunjukkan adanya gugus karboksil
2. Tes Pembentukan Ester
Sampel ditambahkan etanol dan asam sulfat pekat, setelah itu dipanaskan dalam
penangas air. Jika muncul bau harum buah menunjukkan adanya gugus karboksil
H. Mendeteksi Ester (Tes Feri-Hidroksamat)
Sampel ditambahkan 0,5 mL larutan jenuh hidroksilamin hidroklorida dalam
metanol dan KOH dalam metanol, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Setelah dingin

8
ditambahkan 1-2 tetes larutan FeCl3 dalam HCl. Bila terbentuk warna merah anggur
berarti positif adanya gugus ester
I. Mendeteksi Gugus Nitro
Sampel ditambahkan asam nitrit, senyawa nitroalkana akan membentuk turunan senyawa
nitrosos yang berwarna biru. Kemudian ditambahkan NaOH, bila nitroalkana primer
terbentuk garam Na yang berwarna merah, nitroalkana sekunder tidak memberikan
perubahan.

9
BAB III

PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Setelah dilakukan penentuan sifat fisika (titik leleh) sampel padat no.1,
didapatkan suhu saat sampel mulai meleleh-suhu saat sampel telah meleleh
semua adalah 121-122 oC.

Gambar 3.1 Penentuan titik leleh dengan alat Thiele


Untuk mengetahui nama dan struktur senyawa organik dari sampel tidak hanya
informasi mengenai titik leleh yang diperlukan, namun informasi mengenai unsur
penyusun senyawa organik dan gugus fungsional yang terkandung dalam sampel juga
perlu dianalisis. Hasil dari deteksi unsur dan gugus fungsional dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3.1 Hasil deteksi unsur
Unsur Identifikasi
Karbon Positif
Hidrogen Positif
Oksigen Negatif

Tabel 3.2 Hasil deteksi gugus fungsional dari sampel padat no.1
Gugus Fungsional Identifikasi
Ketidakjenuhan Positif
Alifatis atau Aromatis Positif aromatis
Gugus hidroksi Positif
Gugus fenolat Negatif
Gugus aldehid Negatif
Gugus keton Positif
Gugus karboksil Positif

10
Gugus Fungsional Identifikasi

Gugus ester Negatif


Gugus nitro Negatif
Pembahasan
Saat pengukuran titik leleh, temperatur yang diamati saat sampel mulai
meleleh sampai semua sampel meleleh adalah 121-122 oC. Senyawa organik yang
memiliki titik leleh diantara titik leleh hasil eksperimen adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Daftar senyawa organik yang memiliki titik leleh kisaran 121-122oC (Pavia
dkk, 2013)
No Nama Senyawa Titik Leleh
(oC)
1 3-Furancarbonic 121
acid
2 3-Aminophenol 122
3 Benzoic acid 122
4 2-Naphtol 123
Setelah menentukan titik leleh sampel, selanjutnya dilakukan analisis unsur.
Analisis unsur yang dilakukan yaitu mendeteksi unsur karbon dan hidrogen, serta
mendeteksi unsur oksigen. Mendeteksi unsur karbon dan hidrogen dilakukan dengan
mencampur sampel padat no.1 dengan serbuk CuO dalam tabung reaksi kemudian
dipanaskan sampai semua zat berubah menjadi gas CO2 dan H2O.

Gambar 3.2 Sampel padat dicampur dengan CuO kemudian dipanaskan


Kemudian gas CO2 dialirkan ke dalam larutan Ca(OH)2, larutan berubah
menjadi keruh yang menunjukkan gas CO 2 bereaksi dengan larutan Ca(OH)2
membentuk endapan CaCO3. Hal ini menunjukkan sampel padat no.1 positif
mengandung unsur karbon.
Sampel(s) + CuO(s) → Cu(s) + CO2(g) + H2O(g)
CO2(g) + Ca(OH)(aq) → CaCO3(s) + H2O(l)

11
Gambar 3.3 Larutan air kapur mengeruh
Untuk mendeteksi gas H2O dilakukan dengan menutup mulut tabung
reaksi dengan kertas kobalt (kertas saring ditetesi dengan larutan Kobalt(II)
oksida). Warna merah muda pada kertas kobalt memudar dan terdapat titik air
menunjukkan adanya gas H2O yang berarti sampel padat no.1 mengandung unsur
hidrogen.

Gambar 3.4 Warna kertas kobalt memudar


Mendeteksi unsur oksigen dilakukan dengan meneteskan sampel padat no.1 yang
dilarutkan dengan toulena pada kertas feroks. Kertas feroks dibuat dengan melarutkan 1 g
KCNS dalam 10 mL metanol dan 1 g FeCl 3 dalam metanol, kemudian dicampur dan
disaring. Filtrat yang diperoleh mengandung senyawa kompleks Fe 3+[Fe(CNS)6]3-
diteteskan pada kertas saring kemudian dikeringkan. Warna kertas feroks yang sudah
kering berwarna merah. Jika larutan sampel mengandung unsur oksigen, maka ketika
larutan sampel diteteskan pada kertas saring akan terjadi warna merah (Nurlita & Suja,
2004). Ketika larutan sampel diteteskan pada kertas feroks, tidak terjadi perubahan
warna. Karena warna kertas feroks berwarna merah terdapat dua kemungkinan yaitu
terjadi reaksi yang menimbulkan warna merah sehingga tidak terjadi perubahan
warna(kemungkinan pertama) atau tidak terjadi reaksi karena sampel tidak berwarna,
ketika diteteskan pada kertas feroks warna kertas feroks tidak berubah (kemungkinan
kedua).

Gambar 3.5 Kertas feroks setelah ditetesi larutan sampel

12
Setelah melakukan analisis unsur selanjutnya dilakukan beberapa tes
gugus fungsional, yaitu tes ketidakjenuhan (+), deteksi aromatis (+), deteksi
gugus hidroksi senyawa alkohol (+), deteksi gugus fenolat (-), deteksi gugus
aldehid (-), deteksi gugus keton (+), deteksi gugus karboksil (+), deteksi gugus
ester (-), dan deteksi gugus nitro (-).
Dalam mendeteksi ketidakjenuhan, terdapat 2 tes yang dilakukan, yaitu tes
Baeyer dan tes bromin. Tes Baeyer dilakukan dengan menambahkan larutan Beyer ke
dalam larutan sampel, warna larutan Baeyer memudar dan berubah menjadi coklat.
Berdasarkan teori, jika terdapat ikatan rangkap C=C warna ungu larutan Baeyer akan
berubah menjadi coklat, karena MnO4- tereduksi menjadi MnO2. Hal ini menunjukkan
sampel no.1 positif mengandung ikatan tidak jenuh.

Gambar 3.6 Sampel setelah ditetesi pereaksi Baeyer


Tes selanjutnya adalah tes bromin. Setelah sampel ditambahkan dengan
CCl4 kemudian larutan sampel ditambahkan larutan Br 2 dalam CCl4, warna coklat
dari Br2 memudar. Berdasarkan teori, jika terdapat ikatan rangkap C=C warna
coklat dari brom akan hilang. Hal ini menunjukkan sampel no.1 positif
mengandung ikatan tidak jenuh.

Gambar 3.7 Warna larutan brom memudar


Identifikasi gugus fungsional selanjutnya adalah mendeteksi alifatis/aromatis.
Sampel padat berwarna putih yang dipanaskan diatas nyala spiritus menghasilkan asap
berwarna hitam. Hal ini terjadi karena sampel mengalami pembakaran tidak sempurna.
Jadi sampel positif mengandung gugus aromatis.
Sampel(s) + O2(g) → C(g) + CO2(g) + H2O(g)
Gugus hidroksi dari senyawa alkohol dideteksi dengan dua cara, yaitu tes serat-
amonium-nitrat dan tes asetil-klorida. Tes yang pertama adalah tes serat-amonium-nitrat.

13
Sampel ditambahkan tetes demi tetes larutan serat-amonium-nitrat, menghasilkan larutan
tidak berwarna. Sesuai teori, jika terdapat gugus alkoholat, saat ditambahkan larutan
serat-amonium-nitrat warna merah akan muncul. Berdasarkan tes serat amonium nitrat,
sampel negatif mengandung gugus alkoholat.
Sampel(s) + NH4NO3(aq) ↛

Gambar 3.8 Sampel ditambahkan serat-amonium-nitrat


Kemudian tes yang kedua adalah tes asetil-klorida. Sampel yang
ditambahkan dengan asetil-klorida menghasilkan asap putih saat didekatkan ke
larutan amonia pekat. Berdasarkan teori, jika terdapat gugus alkoholat, saat
ditambahkan larutan asetil-klorida akan menghasilkan gas yang jika didekatkan
ke larutan amonia pekat akan menghasilkan asap putih. Berdasarkan tes-asetil
klorida, sampel positif mengandung gugus alkoholat.
Sampel(s) + CH3-CO-Cl(l) → CH3-CO-OR(l) + HCl(l)
HCl(g) + NH3(g) → NH4Cl(g) putih

Gambar 3.9 Munculnya asap putih setelah gas hasil reaksi didekatkan ke larutan
amonia pekat
Dari dua tes yang dilakukan satu tes menunjukkan sampel negatif
mengandung gugus alkoholat dan satu tes lain menunjukkan sampel positif
mengandung gugus alkoholat. Pada tes serat-amonium-nitrat menunjukkan hasil
negatif kemungkinan karena serat-amonium-nitrat yang dipakai sudah rusak
sehingga tidak terjadi reaksi antara gugus alkoholat dengan serat-amonium-nitrat.
Jadi berdasarkan tes asetil-klorida sampel padat no.1 positif mengandung gugus
alkoholat.

14
Gugus fenolat dalam sampel dapat dideteksi dengan tes feriklorida. Sampel yang
dilarutkan dengan sedikit alkohol dan ditambahkan larutan FeCl 3 menghasilkan larutan
berwarna kuning. Berdasarkan teori, jika sampel mengandung gugus fenolat, warna
larutan akan berubah menjadi ungu, biru, hijau atau merah anggur. Jadi berdasarkan tes
feriklorida, sampel negatif mengandung gugus fenolat.
Sampel(aq) + FeCl3(aq) ↛

Gambar 3.10 Larutan sampel + larutan FeCl3


Untuk mendeteksi keberadaan gugus aldehid, tes yang digunakan adalah tes
Fehling dan tes Tollen. Tes Fehling dilakukan dengan cara mencampur 1 mL larutan
Fehling A dengan 1 mL larutan Fehling B. Sampel dimasukkan ke dalam larutan Fehling
kemudian dipanaskan dalam penangas air dan tidak menghasilkan endapan merah bata.
Berdasarkan teori, jika sampel mengandung gugus aldehid, maka akan muncul endapan
merah bata dari Cu2O. Berdasarkan tes Fehling, sampel negatif mengandung gugus
aldehid
Sampel(s) + Cu2+(kompleks) ↛

Gambar 3.11 Tes Fehling


Sampel ditambahkan ke dalam pereaksi Tollen menghasilkan larutan
tidak berwarna, kemudian dipanaskan dalam penangas air dan tidak
menghasilkan cermin perak pada dinding tabung reaksi. Berdasarkan teori, jika
sampel mengandung gugus aldehid, saat ditambahkan pereaksi tollen dan
dipanaskan akan muncul cermin perak pada dinding tabung. Berdasarkan tes
Tollen, sampel negatif mengandung gugus aldehid
Sampel(s) + 2Ag(NH3)2OH(aq) ↛

15
Gambar 3.12 Tes Tollen
Gugus keton dapat dideteksi dengan 2 tes, yaitu tes DNP dan tes Iodoform.
Dalam tes DNP, sampel dilarutkan dalam HCl encer kemudian ditambahkan larutan 2,4-
dinitrofenilhidrazin dan dikocok. Terbentuk endapan merah bata 2,4-dinitrofenilhidrazon.
Berdasarkan teori, jika terdapat gugus keton, larutan tersebut akan menghasilkan endapan
merah bata. Jadi berdasarkan tes DNP, sampel positif mengandung gugus keton.

Gambar 3.13 Tes DNP


Tes kedua yang dilakukan adalah tes iodoform. Larutan Iod dalam KI
(0,25 gr I2 + 0,5 gr KI) ditambahkan 2 mL aquades, terbentuk larutan yang
berwarna coklat. Sampel ditambahkan ke dalam larutan NaOH 10% dan sedikit
larutan Iod dalam KI. Warna larutan Iod dalam KI memudar dan terbentuk
endapan kuning. Berdasarkan teori, bila positif mengandung gugus keton, maka
warna coklat dari larutan Iod dalam KI akan hilang dan terbentuk endapan
iodoform berwarna kuning. Jadi berdasarkan tes iodoform, sampel positif
mengandung gugus keton.

Gambar 3.14 Tes Iodoform


Mendeteksi gugus karboksil dapat diuji dengan dua jenis tes, yaitu tes Na-
bikarbonat dan tes pembentukan ester. Pada tes Na-bikarbonat, sampel ditambahkan ke
dalam larutan NaHCO3 terbentuk larutan tak berwarna dan menghasilkan gelembung-
gelembung gas. Berdasarkan teori, jika mengandung gugus karboksil, akan muncul

16
gelembung gas. Jadi berdasarkan tes Na-bikarbonat, sampel positif mengandung gugus
karboksil.
R-COOH(s) + NaHCO3(aq) → R-COONa(aq) + CO2(g) + H2O(aq)

Gambar 3.15 Tes Na-bikarbonat


Tes yang kedua adalah tes pembentukan ester, sampel padat ditambahkan
etanol dan asam sulfat pekat, larutan yang terbentuk tidak berwarna dan terbentuk
gelembung gas kemudian dipanaskan dalam penangas air. Setelah dipanaskan
menghasilkan bau harum buah. Berdasarkan teori, jika terdapat gugus karboksil,
maka akan muncul aroma harum buah. Jadi berdasarkan tes pembentukan ester,
sampel positif mengandung gugus karboksil.
R-COOH(s) + C2H5OH(aq) → R-COOC2H5(aq) + H2O(aq)
Mendeteksi gugus ester dapat dilakukan dengan tes Feri-hidroksamat. Sampel
ditambahkan 0,5 mL hidroksilamin hidroklorida dalam metanol dan ditambahkan KOH
dalam metanol terbentuk larutan tak berwarna kemudian dipanaskan hingga mendidih.
Setelah didinginkan ditambahkan 1-2 tetes larutan FeCl 3 dan larutan HCl, terbentuk
larutan yang berwarna orange. Berdasarkan teori, jika terdapat gugus ester, maka akan
terbentuk warna merah anggur. Jadi berdasarkan tes feri-hidroksamat sampel negatif
mengandung gugus ester.

Gambar 3.16 Tes feri-hidroksamat


Mendeteksi gugus nitro dapat dilakukan dengan tes merah-biru. Sampel
ditambahkan asam nitrit terbentuk larutan yang tak berwarna. Berdasarkan teori,
nitroalkana primer dan sekunder akan membentuk senyawa turunan nitroso yang
berwarna biru. Kemudian ditambahkan NaOH nitroalkana primer akan berubah menjadi

17
garam Na yang berwarna merah dan nitroalkana sekunder tidak memberikan perubahan.
Jadi berdasarkan tes merah-biru, sampel negatif mengandung gugus nitro.
Sampel + HNO3 ↛

Gambar 3.17 Tes nitro

18
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil pengamatan dan pembahasan diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa sampel padat No. 1 positif terhadap tes ketidakjenuhan, aromatis,
hidroksi, keton, dan karboksilat, serta memiliki titik leleh 121-122 0C. Jadi senyawa padat
No. 1 memiliki ciri-ciri yang mendekati senyawa organik Asam Benzoat.

Gambar 4. Asam Benzoat

19
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. KIMIA DASAR : Konsep-Konsep Inti. Jakarta : Erlangga


Nurlita, Frieda dan Suja, I Wayan. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja:
IKIP NEGERI SINGARAJA
Pavia, Donald L., dkk. 2013. A Microscale Approach to Organic Laboratory Techniques,
Fifth Edition. United States of America : Mary Finch
Suja, I Wayan. 2014. Buku Ajar Kimia Organik I. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha
https://mip.faperta.unri.ac.id/file/bahanajar/59899-BUKU-AJAR-PBO-PAK-
WAWAN-.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai