DISUSUN OLEH :
RIZKY SANDI RAMADHANI (181222019151376)
Dosen :
CHAULIAH FATMA PUTRI - ST. SE. MT
TEORI
Definisi dari senyawa organik sebagai senyawa karbon karena semua senyawa
organik pasti mengandung atom karbon (Suja, 2014).Senyawa organik yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi dengan cara analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini dapat
dilakukan dengan cara penentuan sifat fisika, analisis unsur, identifikasi gugus
fungsional, dan penentuan derivat dari senyawa yang dianalisis (Nurlita & Suja, 2004).
Salah satu sifat fisika yang umumnya diidentifikasi pada senyawa organik, yaitu titik
leleh. Titik leleh adalah suhu ketika fase padat dan fase cairan sama-sama berada dalam
kesetimbangan (Chang, 2004).
Senyawa organik selain mengandung karbon dan hidrogen, kemungkinan juga
mengandung unsur lain seperti oksigen, nitrogen, belerang, dan halogen. Untuk
mendeteksi unsur yang terkandung diperlukan pereaksi khusus (Nurlita & Suja, 2004).
Pada senyawa organik ini terdapat 3 identifikasi unsur yang dapat dilakukan. Identifikasi
unsur yang pertama adalah identifikasi karbon dan hidrogen dengan mencampurkan zat
organik dengan serbuk tembaga oksida kering kemudian panaskan sampai semua zat
berubah menjadi gas CO2 dan H2O. Untuk mengidentifikasi gas CO2 dapat dilakukan
dengan mengalirkan gas yang dihasilkan ke dalam larutan Ca(OH) 2 menghasilkan larutan
berwarna keruh. Untuk mengidentifikasi gas H2O dapat dilakukan dengan menangkap gas
H2O dengan kertas kobalt sehingga warna kertas kobalt memudar.
→
CxHy(s) + CuO(s)∆ CO2(g) + H2O(g) + Cu(s)
2
coklat. Hal ini dikarenakan ion MnO4- mengalami reduksi menjadi MnO2 sehingga warna
KMnO4 memudar (Suja, 2014). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
H2C=CH2(aq) + MnO4-(aq) ungu→ HO-HC-CH-OH(aq) + MnO2(s) coklat
Tes bromin dilakukan dengan melarutkan sedikit zat yang diuji dalam CCl 4 dan
ditambahkan larutan 5% Br2 dalam CCl4. Apabila sampel mengandung ikatan tidak jenuh
maka warna coklat dari brom memudar menjadi tidak berwarna(Nurlita& Suja, 2004).
Adapun persamaan reaksinya yaitu :
H2C=CH2(aq) tidak berwarna + Br2(aq) coklat → Br-CH2-CH2-Br(aq) tidak berwarna.
Mengidentifikasi alifatis/aromatis dapat dilakukan dengan tes asap. Senyawa
alifatis apabila dibakar akan menghasilkan karbondioksida dan uap air dan pembakaran
terjadi secara sempurna. Untuk senyawa aromatis pembakaran yang terjadi adalah
pembakaran tidak sempurna yang ditandai dengan adanya asap hitam.
C6H14(l) + 19/2O2(g)→ 6CO2(g) + 7H2O(g) pembakaran sempurna
C6H6(l) + 9/2O2(g) → 3C(g) + 3CO2(g) + 3H2O(g) pembakaran tidak sempurna
Mengidentifikasi gugus hidroksi senyawa alkohol dilakukan dengan Tes Serat-
amonium-nitrat dan Tes Asetil-klorida. Tes Serat-amonium-nitrat dilakukan dengan
menambahkan zat yang dianalisis dengan larutan serat-amonium-nitrat, dimana reaksi ini
akan menghasilkan larutan berwarna merah.
R-OH(aq) + NH4NO3(aq)→ R-NO3(aq) merah + NH4OH(aq)
Tes Asetil-klorida dilakukan dengan menambahkan zat yang dianalisis dengan
larutan asetil-klorida, dimana reaksi ini akan menghasilkan gas. Gas yang dihasilkan
apabila didekatkan dengan larutan amonia pekat akan menghasilkan asap putih.
Munculnya asap putih ini menunjukkan bahwa zat yang dianalisis positif mengandung
gugus hidroksi senyawa alkohol(Nurlita& Suja, 2004).
R-OH(aq) + CH3-CO-Cl(aq)→ CH3-CO-OR(aq) + HCl(g)
HCl(g) + NH3(g) → NH4Cl(g) putih
Mengidentifikasi gugus fenolat dapat dilakukan dengan Tes Feriklorida. Fenol
membentuk kompleks berwarna jika direaksikan dengan larutan FeCl 3. Kompleks
tersebut memberikan warna yang khas seperti warna ungu, biru, hijau atau merah anggur,
sehingga sering digunakan untuk tes fenol (Nurlita & Suja, 2004).
Mengidentifikasi gugus aldehid dapat dilakukan dengan Tes Fehling dan Tes
Tollen. Tes Fehling dilakukan dengan mencampur 1 mL larutan Fehling A (CuSO 4 dalam
asam asetat) dengan 1 mL larutan Fehling B (garam Rochelle dalam larutan NaOH),
kemudian zat ditambahkan ke dalam campuran tersebut lalu dipanaskan dalam penangas
3
air. Munculnya endapan merah-bata dari Cu 2O menunjukkan zat yang dianalisis positif
mengandung gugus aldehid (Nurlita & Suja, 2004).
RCHO(aq) + Cu2+kompleks + OH-(aq)→ RCOOH(aq) + Cu2O(s)
Tes Tollen dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH ke dalam larutan
AgNO3 kemudian ditambahkan larutan amoniak berlebih. Zat yang dianalisis
ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Terbentuknya cermin perak menunjukkan zat
yang dianalisis positif mengandung gugus aldehid (Nurlita & Suja, 2004)
RCHO(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq) → 2Ag(s) + RCOO-(aq) + 2H2O(l) + 4NH3(g)
Mengidentifikasi gugus keton dapat dilakukan dengan tes DNP dan tes iodoform.
Tes DNP menggunakan reagen larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin. Sampel dilarutkan dalam
HCl encer kemudian ditambahkan 2,4-dinitrofenilhidrazin, kemudian dikocok. Senyawa
dinyatakan mengandung gugus keton jika setelah bereaksi dengan larutan 2,4-
dinitrofenilhidrazin terbentuk endapan berwarna oranye (Nurlita & Suja, 2004).
4
Ester dihasilkan dari reaksi antara alkohol dan asam karboksilat. Reaksi
ini disebut juga reaksi esterifikasi. Reaksi ini dibantu dengan menggunakan
katalis asam. Tes pembentukan ester dilakukan dengan mencampurkan sampel
dengan etanol dan asam sulfat pekat dan dipanaskan dalam penangas air. Jika
menghasilkan harum buah maka positif adanya gugus karboksil (Nurlita & Suja,
2004). Reaksi yang terjadi yakni:
R’OH(aq) + RCOOH(aq)⇄ RCOOR’(aq) +H2O(l)
Mendeteksi ester dapat dilakukan dengan tes Feri-hidroksamat. Sampel
ditambahkan larutan hidroksilamin hidroklorida dalam metanol. Kemudian ditambahkan
KOH sampai basa dan dipanaskan hingga mendidih. Setelah didinginkan ditambahkan 1-
2 tetes FeCl3 dan diasamkan dengan HCl. Bila positif adanya ester maka terbentuk warna
merah anggur (Nurlita & Suja, 2004).
Mendeteksi nitro dengan asam nitrit ditambahkan ke dalam sampel, nitroalkana
primer dan sekunder akan membentuk senyawa turunan nitroso yang berwarna biru.
Kemudian ditambahkan NaOH, nitroalkana primer akan berubah menjadi garam Na yang
berwarna merah dan nitroalkana sekunder tidak memberikan perubahan (Nurlita & Suja,
2004).
Primer : CH3(CH2)2NO2 + HNO3→ CH3CH2CH(NO2)2biru + H2O + NaOH →
CH3CH2CNa(NO2)2 merah + 2H2O
Sekunder : CH3CHNO2CH3 + HNO3→ CH3C(NO2)2CH3 + H2O + NaOH ↛
5
BAB II
METODE
Data pada penelitian ini diambil dari skripsi yang sudah disesuaikan
dengan penelitian yang ada pada Jurusan Pendidikan Kimia UNDIKSHA dan
dilaksanakan pada tanggal 1-8 September 2015.
Alat dan Bahan
Terdapat beberapa alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam penelitian
ini. Alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipa
kapiler, alat Thiele, pengalir gas, kertas saring, pipet tetes, pipet volumetrik,
penjepit kayu, batang pengaduk, spatula, kaca arloji, neraca analitik, korek api,
spiritus, penangas elektrik, gelas kimia, dan gelas ukur.
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain zat organik padat,
CuO kering, Ca(OH)2 FeCl3, toluena, etanol, Pb-asetat, FeSO4, NaOH, H2SO4
HNO3 pekat, aquades, NH4OH, KMnO4 alkalis, CCl4, Br2, KCNS, metanol,
AgNO3, Fehling A dan B, asetil klorida, amonia pekat, nitroprusid, I 2, KI, HCl
encer, NaHCO3, KOH, kupri asetat, benzil klorida, nitrit, 2,4-dinitrofenil
hidrazin, hidroksilamin hidroklorida dan serat amonium nitrat.
Prosedur Kerja
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode analisis kualitatif
berupa penentuan titik leleh, analisis unsur dan analisis gugus fungsional.
Penentuan Titik Leleh
Sampel padat dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang salah satu ujungnya
tertutup dengan cara ujung pipa kapiler yang terbuka ditekan ke dalam sampel padat
halus, kemudian diketuk-ketuk sampai sampel turun dan memadat serta mencai tinggi 0,5
cm. Pipa kapiler yang sudah berisi sampel dapat diikat dengan termometer, kemudian
dimasukkan ke dalam alat Thiele yang sudah berisi minyak goreng. Alat Thiele
dipanaskan, kemudian suhu ketika sampel mulai meleleh dan suhu ketika semua sampel
sudah meleleh dicatat.
Analisis Unsur
Mendeteksi Karbon dan Hidrogen
6
Sampel dicampur dengan CuO kering dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Tabung reaksi dipanaskan sampai semua zat berubah menjadi gas CO 2 dan H2O. Gas CO2
diuji dengan mengalirkan gas ke dalam air kapur, jika air kapur berubah menjadi keruh
berarti positif adanya gas CO2. Dan gas H2O diuji dengan kertas kobalt, jika warna kertas
kobalt memudar berarti positif adanya gas H2O.
Mendeteksi oksigen
Pereaksi feroks dibuat dengan melarutkan 1 gram KCNS dalam 10 mL metanol
dan 1 gram FeCl3 dalam metanol, kemudian dicampurkan dan endapannya disaring.
Filtralnya disebut pereaksi feroks. Sampel dilarutkan dalam toluena dan kertas saring
dibasahi pereaksi feroks kemudian dikeringkan. Larutan sampel diteteskan pada kertas
saring. Jika terbentuk warna merah berarti positif adanya oksigen.
Analisis Gugus Fungsional
A. Mendeteksi Ketidakjenuhan
1. Tes Bayer
Sampel dilarutkan dalam etanol kemudian ditambahkan larutan bayer (KMnO 4
alkalis) tetes demi tetes sambil dikocok. Jika warna KMnO 4 memudar berarti positif
adanya ikatan tidak jenuh.
2. Tes Bromin
Sedikit sampel dilarutkan dalam CCl 4 kemudian ditambahkan 5% Br2 dalam CCl4
tetes demi tetes sambil dikocok. Bila warna coklat berubah menjadi tak berwarna berarti
positif adanya ikatan tidak jenuh.
B. Mendeteksi Alifatis atau Aromatis
Sedikit sampel diambil dengan spatula kemudian dipanaskan pada nyala api
spiritus dalam ruang asam. Bila terbentuk asap, sampel positif senyawa aromatis.
C. Mendeteksi Gugus Hidroksi Senyawa Alkohol
1. Tes serat-amonium-nitrat
Larutan serat-amonium-nitrat ditambahkan tetes demi tetes ke dalam sampel, bila
muncul warna merah positif adanya gugus alkohol.
2. Tes asetil klorida
Sebanyak 2-3 tetes asetil klorida ditambahkan ke dalam sampel, gas akan
muncul. Gas yang muncul didekatkan ke larutan amonia pekat, bila terbentuk asap putih
maka mengindikasikan adanya gugus alkohol.
D. Mendeteksi Gugus Fenolat (Tes Feriklorida)
7
Sampel dilarutkan ke dalam alkohol, kemudian ditambahkan tetes demi tetes
larutan FeCl3. Bila terjadi warna ungu, biru, hijau, atau merah anggur berarti positif
adanya gugus fenol.
E. Mendeteksi Gugus Aldehida
1. Tes Fehling
Larutan Fehling A (CuSO4 dalam asam asetat) sebanyak 1 mL dicampurkan
dengan Fehling B (Garam Rockhelle dalam larutan NaOH) sebanyak 1 mL. Sedikit
sampel ditambahkan dan dipanaskan dalam penangas air. Jika terbentuk endapan hijau
berarti positif adanya aldehida.
2. Tes Tollens
Pereaksi tollens dibuat dengan AgNO3 ditambahkan NaOH dan amoniak berlebih
sampai semua endapan larut. Kemudian ditambahkan sedikit sampel dan dipanaskan
dalam penangas air. Bila terbentuk cermin perak pada dinding tabung mengindikasikan
adanya gugus aldehid.
F. Mendeteksi Gugus Keton
1. Tes DNP
Sedikit sampel dilarutkan dalam HCl encer lalu ditambahkan larutan 2,4-
dinitrofenil hidrazin. Campuran tersebut dikocok, bila terjadi endapan berarti positif
adanya gugus keton.
2. Tes Iodoform
Sebanyak 0,25 gram I2 ditambahkan 0,5 gram KI dalam 2 mL aquades. Sedikit
sampel ditambahkan 2 mL larutan NaOH 10% dan tetes demi tetes larutan Iod dalam KI.
Bila positif adanya gugus keton maka warna coklat akan hilang dan terbentuk endapan
iodoform yang berwarna kuning.
G. Mendeteksi Gugus Karboksil
1. Tes Na-Bikarbonat
Sampel ditambahkan ke dalam larutan NaHCO 3 jenuh, jika muncul gas
menunjukkan adanya gugus karboksil
2. Tes Pembentukan Ester
Sampel ditambahkan etanol dan asam sulfat pekat, setelah itu dipanaskan dalam
penangas air. Jika muncul bau harum buah menunjukkan adanya gugus karboksil
H. Mendeteksi Ester (Tes Feri-Hidroksamat)
Sampel ditambahkan 0,5 mL larutan jenuh hidroksilamin hidroklorida dalam
metanol dan KOH dalam metanol, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Setelah dingin
8
ditambahkan 1-2 tetes larutan FeCl3 dalam HCl. Bila terbentuk warna merah anggur
berarti positif adanya gugus ester
I. Mendeteksi Gugus Nitro
Sampel ditambahkan asam nitrit, senyawa nitroalkana akan membentuk turunan senyawa
nitrosos yang berwarna biru. Kemudian ditambahkan NaOH, bila nitroalkana primer
terbentuk garam Na yang berwarna merah, nitroalkana sekunder tidak memberikan
perubahan.
9
BAB III
PEMBAHASAN
Tabel 3.2 Hasil deteksi gugus fungsional dari sampel padat no.1
Gugus Fungsional Identifikasi
Ketidakjenuhan Positif
Alifatis atau Aromatis Positif aromatis
Gugus hidroksi Positif
Gugus fenolat Negatif
Gugus aldehid Negatif
Gugus keton Positif
Gugus karboksil Positif
10
Gugus Fungsional Identifikasi
11
Gambar 3.3 Larutan air kapur mengeruh
Untuk mendeteksi gas H2O dilakukan dengan menutup mulut tabung
reaksi dengan kertas kobalt (kertas saring ditetesi dengan larutan Kobalt(II)
oksida). Warna merah muda pada kertas kobalt memudar dan terdapat titik air
menunjukkan adanya gas H2O yang berarti sampel padat no.1 mengandung unsur
hidrogen.
12
Setelah melakukan analisis unsur selanjutnya dilakukan beberapa tes
gugus fungsional, yaitu tes ketidakjenuhan (+), deteksi aromatis (+), deteksi
gugus hidroksi senyawa alkohol (+), deteksi gugus fenolat (-), deteksi gugus
aldehid (-), deteksi gugus keton (+), deteksi gugus karboksil (+), deteksi gugus
ester (-), dan deteksi gugus nitro (-).
Dalam mendeteksi ketidakjenuhan, terdapat 2 tes yang dilakukan, yaitu tes
Baeyer dan tes bromin. Tes Baeyer dilakukan dengan menambahkan larutan Beyer ke
dalam larutan sampel, warna larutan Baeyer memudar dan berubah menjadi coklat.
Berdasarkan teori, jika terdapat ikatan rangkap C=C warna ungu larutan Baeyer akan
berubah menjadi coklat, karena MnO4- tereduksi menjadi MnO2. Hal ini menunjukkan
sampel no.1 positif mengandung ikatan tidak jenuh.
13
Sampel ditambahkan tetes demi tetes larutan serat-amonium-nitrat, menghasilkan larutan
tidak berwarna. Sesuai teori, jika terdapat gugus alkoholat, saat ditambahkan larutan
serat-amonium-nitrat warna merah akan muncul. Berdasarkan tes serat amonium nitrat,
sampel negatif mengandung gugus alkoholat.
Sampel(s) + NH4NO3(aq) ↛
Gambar 3.9 Munculnya asap putih setelah gas hasil reaksi didekatkan ke larutan
amonia pekat
Dari dua tes yang dilakukan satu tes menunjukkan sampel negatif
mengandung gugus alkoholat dan satu tes lain menunjukkan sampel positif
mengandung gugus alkoholat. Pada tes serat-amonium-nitrat menunjukkan hasil
negatif kemungkinan karena serat-amonium-nitrat yang dipakai sudah rusak
sehingga tidak terjadi reaksi antara gugus alkoholat dengan serat-amonium-nitrat.
Jadi berdasarkan tes asetil-klorida sampel padat no.1 positif mengandung gugus
alkoholat.
14
Gugus fenolat dalam sampel dapat dideteksi dengan tes feriklorida. Sampel yang
dilarutkan dengan sedikit alkohol dan ditambahkan larutan FeCl 3 menghasilkan larutan
berwarna kuning. Berdasarkan teori, jika sampel mengandung gugus fenolat, warna
larutan akan berubah menjadi ungu, biru, hijau atau merah anggur. Jadi berdasarkan tes
feriklorida, sampel negatif mengandung gugus fenolat.
Sampel(aq) + FeCl3(aq) ↛
15
Gambar 3.12 Tes Tollen
Gugus keton dapat dideteksi dengan 2 tes, yaitu tes DNP dan tes Iodoform.
Dalam tes DNP, sampel dilarutkan dalam HCl encer kemudian ditambahkan larutan 2,4-
dinitrofenilhidrazin dan dikocok. Terbentuk endapan merah bata 2,4-dinitrofenilhidrazon.
Berdasarkan teori, jika terdapat gugus keton, larutan tersebut akan menghasilkan endapan
merah bata. Jadi berdasarkan tes DNP, sampel positif mengandung gugus keton.
16
gelembung gas. Jadi berdasarkan tes Na-bikarbonat, sampel positif mengandung gugus
karboksil.
R-COOH(s) + NaHCO3(aq) → R-COONa(aq) + CO2(g) + H2O(aq)
17
garam Na yang berwarna merah dan nitroalkana sekunder tidak memberikan perubahan.
Jadi berdasarkan tes merah-biru, sampel negatif mengandung gugus nitro.
Sampel + HNO3 ↛
18
BAB IV
KESIMPULAN
19
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
20