Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

(PROBLEM BASED LEARNING)


KASUS I

Nama Kelompok :

Claudya Dwi Yanti Lory (2002021) – Sekretaris 1

Ebner Agriffa (2002028) – Ketua

Erwina Wahyuniarti (2002031)

Fransiska Ayu Utari (2002035)

Jonathan Paska Utama (2002042)

Nyoman Devi Gita Prasista (2002056)

Patricia Angela Kojongian (2002058) – Sekretaris 2

Theresia Oktaviana Amalia Sari ( 2002074)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2022

KASUS 1
Seorang pria dengan inisial Tn. W berumur 45 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan
pusing kepala, lemah seluruh tubuh. Keluarga menyampaikan bahwa Tn. W sering
mengalami perdarahan gusi, memar tanpa sebab yang jelas, dan nyeri daerah tulang dan
sendi. Sejak awal merasa sakit Tn.W telah mengalami penurunan berat badan kurang lebih
10 kg. Pemeriksaan fisik oleh perawat diketahui adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah
leher. Pada pemeriksaan abdomen teraba adanya pembesaran limpa. Ia juga mengatakan
sering mengalami batuk dan pilek. Hasil pemeriksaan darah menunjukan nilai hemoglobin 9
g/dl, eritrosit 4 juta/mm3, dan leukosit 500 ribu/mm3, sedangkan pada pemeriksaan darah
tepi ditemukan adanya sel blas. Dokter menyarankan untuk Tn.W rawat inap di Rumah Sakit
untuk pemeriksaan PET Scan.

Step 1

1. Jontahan : kelenjar limfa


2. Wina : PET scan
3. theresia: nyeri
4. Cici : pendarahan gusi
5. Claudya : sel blas
6. Ebner : limpa, hemogelobin
7. Angel : pemeriksaan darah tepi
8. Cici : memar
9. Ebner : leukosit
10. Theresia : eritrosit

Step 2

1. Kelenjar limfa adalah Kelenjar getah bening. (Theresia)


2. PET scan adalah pemeriksaan medis untuk mendekteksi suatu penyakit tertentu dalam
tubuh dengan melihat fungsi jaringan atau organ tubuh. (Devi)
3. Nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak nyaman
atau tidak menyenangkan. (Cici)
4. Pendarahan gusi adalah kondisi yang menandakan adanya peradangan digusi akibat
penyakit tertentu. (Jonathan)
Perdarahan gusi adalah terjadinya iritasi pada gusi sehingga mengeluarkan darah pada
gusi. (Theresia)
5. Sel blast adalah sel kanker. (Wina)
6. Limfa sering disebut dengan getah bening (Claudya), Hemoglobin (Hb) protein yang
kaya dengan zat besi didalam sel darah merah fungsinya yaitu membawa oksigen ke
seluruh tubuh. (Wina)
7. Pemeriksaan darah tepi adalah tindakan diagnostik yang digunakan dalam evaluasi
dan diagnosis berbagai kondisi medis. (Jonathan)
Pemeriksaan darah tepi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat jumlah atau
banyak sel darah merah, sel darah putih dan trombosit dalam tubuh manusia. (Ebner)
8. Memar : pendarahan dibawah kulit yang terjadi akibat trauma ataupun cidera. (Ebner)
Memar : pendarahan akibat kulit akibat trauma apapun, seperti jatuh dari motor, jatuh
dari pohon, berantem biasanya hitam kalok ga biru erem gitu dan berubah warna
nantinya seiring proses penyembuhan. (Wina)
9. Leukosit adalah nama lain dari sel darah putih. (Wina)
Leukosit adalah nama lain dari sel darah putih, yang merupakan sel sel dalam darah
yang membantu tubuh melawan infeksi dan beberapa penyakit. (Devi)
10. Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi mengikat oksigen
yang diperlukan untuk oksidasi. (Ebner)
Eritrosit itu nama lain dari sel darah merah dan jenis sel yang paling banyak. (Wina)

Step 3

1. Theresia : apakah yang dimaksud dengan pembesaran pada limfa?


2. Wina: bagaimana cara pemeriksaan darah tepi?
3. Jonathan: fungsi kelenjar limfa?
4. Cici: bagaimana langkah-langkah/ prosedur pemeriksaan PET scan?
5. Ebner: penyebab terjadinya nyeri yang dialami klien?
6. Ebner: apa yang akan terjadi jika sel darah putih tidak normal/kurang dari batas
normalnya?
7. Ebner: apa yang akan terjadi jika sel darah merah tidak normal/ kurang dari batas
normalnya?
8. Devi: pemeriksaan PET scan seperti apa saja yang akan dilakukan pihak rumah sakit
untuk pasien menurut kasus 1 tersebut?
9. Wina: bagaimana cara menghilangkan nyeri pada tulang dan sendi?
10. Ebner: apa dampak yang akan terjadi jika limfa mengalami pembesaran?

Step 4

1. Pembengkakan limpa adalah kondisi ketika organ limpa membesar. Pembengkakan


limpa biasanya ditandai dengan ra sakit atau tidak nyaman di perut kiri bagian atas.
Kondisi tidak boleh disepelekan karena bisa jadi pertanda adanya penyakit. (Jonathan)
Maksud pembesaran pada limfa adalah limfa yang normalnya berukuran 1-20cm itu
mengembang karna infeksi sebuah penyakit yang membuat ukurannya menjadi lebih
dari 20cm yang bisa dikatakan tidak normal dan limfa mengalami pembesaran.
(Ebner)
Splenomegali adalah pembesaran pada organ limpa akibat penyakit atau infeksi.
Normalnya, limpa hanya berukuran 1–20 cm, dengan berat sekitar 500 gram. Namun,
pada penderita splenomegali, ukuran limpa bisa lebih dari 20 cm dengan berat
mencapai lebih dari 1 kg. (Wina)
2. Cara pemeriksaan darah tepi yaitu mengambil sampel darah pada klien, lalu sampel
darah dilakukan analisa/ analisis darah melalui mikroskop untuk mengetahui hasil
darah tepi. (Ebner)
3. Fungsi kelenjar limfa adalah untuk menyaring cairan getah bening (yang terdiri atas
cairan dan zat sisa dari jaringan tubuh) dari organ terdekat atau area pada tubuh.
(Theresia)
Fungsi kelenjar limfa yaitu menyaring cairan getah bening (yang terdiri atas cairan
dan zat dari jaringan tubuh). (Wina)
4. Langkah prosedur PET scan:
a. Pasien berbaring dimeja pemeriksaan radiotracer diberikan secara intravena
dan dibiarkan bersikulasi dalam tubuh selama 60-90 menit. Selama waktu
tersebut pasien diminta tidak bergerak dan berbicara (karena jika bergerak dan
berbicara akan mengubah hasil)
b. Pasien dipindahkan ke PET scanner untuk menjalani pemeriksaan.
Pemeriksaan umumnya berlangsung 10-40 menit. Pasien diminta tidak
bergerak selama pemeriksaan.
c. Setelah pemeriksaan selesai, pasien dapat langsung beraktivitas kembali.
d. Pasien diinstruksikan untuk mengonsumsi cukup air putih untuk
mengeliminasi materi radioaktif dari dalam tubuh. (Wina)
5. Klien mengalami pendarahan pada gusi karna terjadi infeksi. (Claudya)
kalau menurut saya klien merasa nyeri dikarenakan kelenjar limfenya terjadi
pembesaran dan karena pembesaran tersebut pasien mengalami nyeri tulang sendi dan
batuk pilek. (Angel)
6. Akibat dari sel darah putih yang kurang dari batas normal adalah akan menyebabkan
tubuh rentan terkena infeksi. (Theresia)
7. Akibat dari sel darah merah yang tidak normal atau kurang dari batas normal adalah
akan menyebabkan terjadinya anemia. (Theresia)
8. Pemeriksaan PET scan yang akan dilakukan oleh rumah sakit salah satu nya MRI.
(Angel)
9. Cara yang bisa di lakukan contoh nya dengan beristirahat yang cukup, mandi
dengan air hangat,lalu bisa juga meminum obat pereda rasa nyeri dan mengkompres
dengan air es di bagian yang terasa nyeri. (Ebner)
10. Bila limfa membesar sampai menekan organ lain, aliran darah ke limpa bisa
terhambat sehingga fungsi limfa terganggu. Jika ukurannya semakin membesar, limpa
dapat menyaring lebih banyak sel darah merah sehingga jumlah sel darah merah
dalam darah berkurang. (Devi)
Limpa yang mengalami pembesaran akan menekan organ lain yang mengakibatkan
aliran darah ke limpa bisa terhambat sehingga fungsi limpa terganggu. (Claudya)
Pembengkaan limfa bisa menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih yang
mengakibatkan tubuh rentan mengalami infeksi. (Cici)
Step 5

Konsep Medis :
1. Pengertian
2. Epidemiologi
3. Anatomi Fisiologi
4. Klasifikasi
5. Etiologi
6. Patofisiologi
7. Tanda dan Gejala
8. Pemeriksaan Diagnostik
9. Penatalaksanaan Medis
10. Komplikasi
11. Pencegahan
Leukimia
Konsep Keperawatan :
1. Pengkajian
2. Diagnosa
Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
4. Discharge Planning

Legal Etik

Jurnal

Step 6

1. Pengertian
Leukemia adalah kanker yang terjadi pada sel hematopoetik pembentuk sel darah di
sumsum tulang yang bisa menyebabkan infiltrasi atau penyebaran ke peredaran darah,
sistem limfatik, atau organ lainnya.
Leukimia diklasifikasikan menurut waktu progresifitasnya dan jenis sel sel darah
putih yang abnormal: Acute Myeloid Leukemia (AML), Acute Lymphoid Leukemia
(ALL), Chronic Myeloid Leukemia (CML), dan Chronic Lymphoid Leukemia (CLL).
Pada leukemia akut, sel hematopetik sumsum tulang bersifat imatur sehingga tidak
bisa berfungsi sebagaimana mestinya dan sangat cepat perkembangannya. Pada
leukemia kronis, sel bersifat lebih matur sehingga masih bisa menjalankan fungsinya
meskipun tidak optimal dan pertambahannya lebih perlahan.

2. Epidemiologi
Epidemiologi leukemia secara global prevalensi 13.7 per 100.000 populasi dengan
tingkat mortalitas 6.8 per 100.000 populasi per tahun. Di Indonesia, Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa leukemia merupakan salah satu kanker yang
paling banyak ditemui pada anak-anak.
Global
Menurut data statistic kanker Surveillance, Epidemiology, and End Results Program
National Cancer Institute prevalensi leukemia sebesar 13.7 per 100.000 populasi per
tahun, dan jumlah kematian leukemia sebesar 6.8 per 100.000 populasi per tahun.
Pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 62.130 kasus baru leukemia dan 24,500 orang
akan meninggalan karena leukemia. Leukemia berada di urutan ke-9 dilihat dari
prevalensi kejadiannya, yaitu sebesar 3.7% dari seluruh kanker di United States.

3. Anatomi Fisiologi
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen
dari traktus digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain itu
system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan
tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.
Organ-organ system sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah dan
darah :
a. Jantung
Adalah organ berongga, terletak di mediastinum diantara kedua paruparu didalam
rongga dada diatas diafragma. Fungsinya adalah
memompa darah kaya oksigen kedalam system arteri (yang
membawanya ke sel-sel) dan menampung darah dari system vena dan
meneruskannya ke paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler, vena,
dan pembuluh limfe adalah membawa darah kedalam sel di seluruh
tubuh.
b. Pembuluh Darah
1) Arteri (pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jatung pada vertikel kiri dan kanan.
2) Kapiler (pembuluh rambut)
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak nampak, kecuali dibawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman diseluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi
pembuluh darah yang lebih besar yang disebut vena.
3) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
4) Darah
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen
berbentuk yaitu sel-sel darah dan trombosit dan suatu substansi
interselular cair yaitu plasma darah. Ada dua jenis utama sel-sel
darah yang digambarkan menurut penampilannya dalam keadaan
segar tanpa pulasan yaitu sdarah merah (eritrosit) dan sel darah putih
(leukosit), (Leeson, 1997).
Proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat,
yaitu :
1) Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
a. Tulang vertebrae.
b. Sternum (tulang dada).
c. Costa (tulang iga).
2) Hepar
Merupakan kelenjer terbesar dari beberapa kelenjer pada tubuh
manusia.
3) Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen. Limpa berbentuk
setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa adalah organ
berkapsula dengan berat normal 100-150 gr. Limpa mempunyai
dua fungsi yaitu sebagai organ limfoid dan memfagosit material
tertentu dalam sirkulasi darah merah yang rusak.
Fungsi darah secara umum terdiri atas :
1. Sebagai alat pengangkut
Yaitu mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh, mengangkut CO2 dari
jarinagan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zatzat makanan dari usus
halus untuk diedarkan dan dibagikan
keseluruh jaringan tubuh atau alat tubuh, mengangkat atau
mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan
leukosit, anti bodi, atau zat-zat anti racun.
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang telah
berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk
transpor oksigen. Eritrosit berbentuk seperti cakram-bikonkaf
dan bila dilihat pada bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel
darah merah bersifat elastis dan mempunyai kemampuan
berubah bentuk. Sel darah merah berdiameter 7,6 mikrometer
dan tebalnya 1,9 mikro meter. Jumlah eritrosit pada laki-laki
terdapat 5-5,5 juta per milimeter kubik, pada wanita 4,5-5 juta
per millimeter kubik. Eritrosit berwarna kuning kemerahmerahan karena didalamnya
mengandung suatu zat yang
disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika
didalamnya banyak mengandung O2. fungsi dari eritrosit
adalah mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
tubuh dan mengkat CO2 dsri jsringsn tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
2. Trombosit (sel pembeku).
Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang
lonjong.warnanya putih dengan jumlah normal 150.000 –
450.000/ mm3. Trombosit memegang peranan penting dalam
pembekuan darah jika kurang dari normal. Apabila timbul luka
darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan terus
menerus. Proses pembekuan darah dibantu oleh suatu zat yaitu
Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Jika tubuh terluka darah akan keluar, trombosit
pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.
Trombokinase akan bertemu dengan protombin dengan bantuan
Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan
fibrin yang merupakan beneng-benang halus, bentuk jaringan
yang tidak teratur letaknya yang akan menahan sel darah,
dengan demikian akan terjadi pembekuan.
3. Leukosit (sel darah putih).
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat
bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia)
mempunyai macam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan
berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak
berwarna). Banyaknya kira-kira 4000- 11000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk kedalam
jaringan tubuh yaitu jaringan Retikulo Endotel System, fungsi
yang yang lain yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit
mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa dan pembuluh darah. Ada golongan utama leukosit yaitu
agranular dan granular :
a. Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak
homogen dan intinya berbentuk bulat. Ada dua jenis
leukosit agranular :
1) Limfosit
Adalah leukosit mononuclear lain dalam darah yang
memiliki inti bulat dan oval yang dikelilingi oleh
pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang
mengandung sedikit granula. Bentuk kromatin inti
saraf dengan jala-jala yang berhubungan didalam.
Limfosit bervariasi dalam ukuran dari kecil (7-10
mikrometer) sampai besar seukuran granulosit dan
tampaknya berasal dari sel induk pluripotensial
didalam sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan
limfoid lain termasuk kelenjar getah bening, lien,
timus dan permukaan mukosa traktus
gastrointestinal dan traktus respiratorius.
Terdapat 2 jenis limfosit yaitu limfosit T bergantung
pada timus,berumur panjang, dibentuk dalam timus,
limfosit T bermigrasi dari kelenjar timus ke jaringan
limfoid lain. Sel ini secara khas ditemukan pada
pada parakorteks kelenjar getah bening dan
lembaran limfoid periarteriola dari pulpa putih lien.
Limfosit T bertanggung jawab atas respon
kekebalan selular melalui pembentukan sel yang
reaktif antigen. Sedangkan limfosit B tidak
bergantung pada timus, limfosit B tersebar dengan
folikel-folikel kelenjar getah bening, lien, dan pitapita medulla kelenjar getah bening.
Limfosit B jika
dirangsang dengan semestinya akan berdiferensiasa
menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan
immunoglobulin, sel ini bertanggung jawab atas
respons kekebalan humoral.
2) Monosit
Monosid lebih besar dari pada neutrofil dan
memiliki inti monomorfik yang relative sederhana.
Intinya terlipat atau berlekuk dan kelihatan berlobus
dengan lipatan seperti otak. Sitoplasma kelihatan
lebih banyak di bandingkan dengan intinya dan
menyerap warna biru keauan yang tidak terlalu
nyata, granulanya tersebar merata. Diferensiasi
pematangan dan pelepasan monosid terjadi lebih
dari 24 hari, suatu periode yang lebih lama dari
granulosid.
Monosid meninggalkan sirkulasi dan menjadi
makrofag jaringan serta merupakan bagian dari
system monosid-makrofag. Monosid mempunyai
fungsi fagosit, membuang sel-sel cedera dan mati,
fragmen-fragmen sel dan mikroorganisme.
b. Leukosit granular : leukosit ini mengandug granula
spesifik (dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah
cair) dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti yang
memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Ada
3 jenis leukosit granular :
1. Neutrofil
Neutrofil merupakan system pertahanan tubuh
primer melawan infeksi bakteri, metode
pertahanannya adalah proses fagositosis.
2. Eosinofil
Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang
tidak dipahami secara jelas. Eosinofil kelihatannya
berfungsi pada reaksi antigen, antibody dan
meningkat pada serangan asma, reaksi obat-obatan,
dan infestasi parasit tertentu.
3. Basofil
Basofil membawa heparin, faktor-faktor
pengaktifan histamine dan trombosit dalam granulagranulanya untuk menimbulkan
peradangan pada
jaringan. Fungsi yang sebenarnya tidak diketahui
dengan pasti. Kadar basofil yang meningkat
(basofilia) ditemukan pada gangguan proliferasi
dari sel-sel pembentuk darah.
4. Plasma Darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna
bening kekuningan hampir 90% plasma darah
terdiri dari :
a. Fibrinogen yang berguna dalam proses
pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium,
natrium, dan lain-lain yang berguna dalam
metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
c. Protein darah (albumin dan globulin)
meningkatkan viskositas darah dan juga
menimbulkan tekanan osmotick untuk
memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak,
mineral, dan vitamin ).
e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari
kelenjar tubuh.
e. Antibody atau anti toksin.

4. Klasifikasi
Menurut (Price, 1999), Leukemia dibagi menjadi beberapa klasifikasi,
yaitu :
1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia
granulositik akut (LGA) yang dikarakteristikkan oleh produksi
berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi pada semua usia, tetapi
jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi sumsum
tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai
keterlibatan orang lain
2. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA sering menyerang pada masa anak-anak dengan persentase 75% -
80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik yang
menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi
(neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan dalam darah tepi dan
selaluada di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya
limfedenopati, splenomegali, dan hepatomegali 70% anak dengan
leukemia limfatik akut ini bisa disembuhklan
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan
peningkatan jumlah leukosit disertai limfositosis, Perjalanan penyakit
biasanya jinak dan indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul
gejala,
4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK),
gambaran menonjol adalah, (gambar 4) :
a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah
kromosom abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum
tulang.
20
b. Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh poroliferasi tibatiba dari jumlah besar
mieloblast.

5. Etiologi

Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :

1. Faktor Eksogen

a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan

leukemia meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi

atau kemoterapi.

b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone,

dan agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan

displasia sumsum tulang belakang, anemia aplastik dan

perubahan kromosom yang akhirnya dapat menyebabkan

leukemia.
c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1

(Human T Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada

limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak itu diisolasi

dari sample serum penderita leukemia sel T.

2. Faktor Endogen

a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit

herediter seperti sindrom down mempunyai insiden leukemia akut

20x lipat dan riwayat leukemia dalam keluarga. insiden leukemia

lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang,

dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar

monozigot.

b. Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel

darah yang tidak diturunkan.

6. Patofisiolog

Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan

terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak

terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertamatama menggumpal pada
tempat asalnya (granulosit dalam sumsum

tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ

hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga

mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.

Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer

serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis

normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit,


dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi

tetapi selalu terdapat sel imatur.

Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel

hematopoetik lainnya dan mengarah kepembelahan sel yang cepat dan

sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih

meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.

Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie

dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan

hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran

cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang

disebabkan oleh infark tulang, (Long, 1996).

7. Tanda dan Gejala

Gejala leukemia bisa bervariasi, tergantung pada jenis yang dialami.


Namun, secara umum, tanda-tanda atau gejala terjadinya penyakit ini,
yaitu:
 Demam, menggigil, atau berkeringat yang berlebihan pada malam hari.
 Kelelahan dan terasa lemah.
 Sakit kepala.
 Sering infeksi atau mengalami infeksi yang parah.
 Penurunan berat badan drastis yang tidak dapat dijelaskan.
 Mudah berdarah atau memar.
 Mimisan yang berulang.
 Bintik-bintik merah kecil di kulit.
 Nyeri tulang atau sendi.
 Kulit pucat.
 Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, selangkangan, atau
perut (akibat limpa atau hati yang membesar).
8. Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes Darah

Pemeriksaan tes darah diperlukan untuk menunjukan perubahan jumlah sel darah putih serta
adanya kelainan pada jumlah sel darah putih.

2. Aspirasi Sumsum Tulang

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dan jaringan sumsum pengidap.
Biasanya pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kondisi sel darah merah dan perubahan
jaringan sumsum tulang.

3. Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal adalah pemeriksaan yang prosesnya menggunakan sampel cairan pada otak
dan saraf tulang belakang. Kondisi ini digunakan untuk melihat penyebaran kondisi leukimia
pada bagian otak dan juga saraf tulang.

4. Tes Genetik

Tes genetik dilakukan untuk melihat mutasi gen yang terjadi. Selain beberapa tes atau
pemeriksaan tersebut, pemeriksaan melalui CT Scan, foto rontgen dan USG dapat dilakukan
sebagai pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti
seseorang mengalami gejala penyakit ini.

9. Penatalaksanaan Medis

Pasien dengan kecurigaan leukemia harus dirujuk ke dokter hematoonkologi untuk


penegakan diagnosis pasti sehingga terapi awal dapat dimulai. Pilihan terapi untuk leukemia
akut meliputi kemoterapi, radiasi, antibodi monoklonal, atau transplantasi stem sel
hematopoetik. Tipe terapi diberikan tergantung subtipe leukemia, sitogenik dan penemuan
molekularnya, usia pasien dan kondisi komorbid yang menyertai.

Secara garis besar modalitas dari terapi leukemia meliputi kemoterapi, penanganan suportif,
dan transplantasi stem sel hematopoetik.

Kemoterapi: regimen kemoterapi disesuaikan dengan keadaan pasien dan subtipe leukemia
yang diderita

Penanganan suportif:

Pemberian transfusi komponen darah yang diperlukan

Pemberian komponen untuk meningkatkan kadar leukosit

Pemberian nutrisi yang baik dan memadai

Pemberian antibiotik, antifungi, dan antivirus bila diperlukan

Pendekatan psikososial

Perawatan di ruang yang bersih

Kebersihan oro-anal (mulut dan anus)

Transplantasi stem sel hematopoetik

Tanda Bahaya (Red Flags)

Tanda dan gejala berikut harus dikenali dan diedukasikan pada pasien untuk segera mencari
bantuan tenaga kesehatan profesional

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)


DIC adalah keadaan perdarahan masif atau kejadian tromboemboli. DIC dapat terjadi akibat
kemoterapi, interaksi sel leukemia dengan endotelial dan mencetuskan sekresi faktor
koagulan dan fibrinolitik, dan syok sepsis. Gejalanya meliputi: nyeri dada dan sesak nafas
atau serangan jantung (trombosis paru/jantung), nyeri disertai kemerahan dan bengkak pada
kaki (trombosis pada vena kaki), sakit kepala, paralisis, bicara pelo (stroke); atau gejala
perdarahan internal maupun eksternal.

Leukostasis

Leukostasis adalah keadaan emergensi dari hiperleukositosis (>50,000/μL atau 100,000/μL)


yang ditandai oleh meningkatnya sel blast secara ekstrem dan gejala turunnya perfusi
jaringan. Kondisi ini paling sering terjadi pada acute myeloid leukemia (AML) mencapai 10-
20% kasus. Gejala yang timbul: sesak nafas atau distress pernafasan dan gangguan kesadaran.

Komplikasi Kemoterapi

Jika terjadi komplikasi dari terapi kemoterapi (72 jam post kemoterapi) seperti sindrom tumor
lisis, yang ditandai oleh hiperurisemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, dan
gagal ginjal akut (acute kidney injury). Gejala yang muncul adalah distensi dan nyeri
abdomen, gejala urinari: disuria, oligouria, nyeri ketok CVA, hematuria; gejala hipokalsemia:
anoreksia, muntah, kejang, gangguan kesadaran; gejala hiperkalemia: paralisis dan
kelemahan.

10. Komplikasi

Komplikasi Leukemia

Leukemia dapat menyebabkan komplikasi jika penanganan tidak segera dilakukan. Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi adalah:
Perdarahan pada organ tubuh, seperti otak atau paru-paru.

Tubuh rentan terhadap infeksi.

Risiko munculnya jenis kanker darah lain, misalnya limfoma.

Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan pengobatan yang dilakukan. Berikut ini
beberapa komplikasi akibat pengobatan leukemia:

Graft versus host disease, yaitu komplikasi dari transplantasi sumsum tulang.

Anemia hemolitik.

Tumor lysis syndrome (sindrom lisis tumor).

Gangguan fungsi ginjal.

Infertilitas.

Sel kanker muncul kembali setelah penderita menjalani pengobatan.

Anak-anak penderita leukemia juga berisiko mengalami komplikasi akibat pengobatan yang
dilakukan. Jenis komplikasi yang dapat terjadi meliputi gangguan sistem saraf pusat,
gangguan tumbuh kembang, dan katarak.

10. Pencegahan

Belum ada cara yang efektif untuk mencegah leukemia hingga saat ini. Namun, ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko Anda terkena leukemia, di antaranya:

Melakukan olahraga secara teratur.

Menghentikan kebiasaan merokok.

Menggunakan alat pelindung diri, terutama jika Anda bekerja di lingkungan yang rentan
terpapar bahan kimia, seperti benzena.

Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi kanker sejak dini, terutama
jika Anda memiliki riwayat kanker dalam keluarga.
Konsep Keperawatan

1. Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda

pertama yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang

samar seperti perasaan letih, nyeri pada ekstermitas, berkeringat

dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan

tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia, (Wong‟s

pediatric nursing 2009).

Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi

(leukemia) meliputi :

1. Biodata

a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan

pendidikan

b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama,

tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.

2. Riwayat kesehatan sekarang

a) Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.

b) Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan

perdarahan.

3. Riwayat kesehatan sebelumnya

a) Riwayat kehamilan/persalinan.

b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

c) Riwayat pemberian imunisasi.

d) Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.

e) Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah


dialami.

2. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teoritis ditemukan 9 diagnosa keperawatan sedangkan pada tinjauan

kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang utama ditemui pada klien. Diagnosa

yang ditemukan pada teori, menurut buku NANDA (2015) dan buku SDKI (2016 &

2017), Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada Klien dengan Leukemia,

yaitu :

1. Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen Injury Biologi.

2. Pola Nafas Tidak Efektif beruhubungan dengan Kurangnya Suplai O2 Ke

Jaringan Otak.

3. Intolenransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan.

4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.

5. Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder Inadekuat (penurunan

Hb).

6. Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Berlebihan

(muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan (mual, anoreksia).

7. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Anoreksia.

8. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Alopesia.

9. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi.

Sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan utama, yaitu :

1. Pola Nafas Tidak Efektif beruhubungan dengan Kurangnya Suplai O2 Ke

Jaringan Otak.

2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia.

3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kecemasan, Kelemahan, dan

Kelelahan.
Diagnosa yang lain tidak muncul pada tinjauan kasus, karena tidak ada data

pendukung pada tinjauan kasus diatas. Namun dari ke 8 diagnosa, 3 dari diagnosa itu

masuk kedalam tinjauan kasus, karena memiliki data yang mendukung dengan

tinjauan kasus yang penulis lakukan dalam Asuhan Keperawatan.

3. Rencana Keperawatan
rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan

disusun dan ditunjukan pada nursing oders untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah

membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan

kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan

keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan, dan dokumentasi (Nursalam,

2009).

Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah membantunya

mencapai kebutuhan dasar seperti :

1) Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk

mengidentifikasi masalah baru atau memantau status dan masalah yang

ada pada klien.

2) Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh

pengetahuan baru mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau

penatalaksanaan penyimpangan.

3) Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan

kesehatannya.

4) Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional lainnya agar


memperoleh arahan yang tepat dan benar.

5) Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,

mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan pada klien.

6) Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

4. Discharge Planning

a. Penyuluhan teknik manajemen nyeri (jenis jenis manajemen nyeri, langkah langkah)

b. Kebutuhan nutrisi pada pasien leukimia ( jenis nutrisi, jumlah yang dibutuhkan)

A. Kosenp keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Nama : Tn. W
c. Umur : 45 thn
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang Biasanya pada anak dengan LLA mengeluh nyeri
pada tulang-tulang, mual muntah, tidak nafsu makan dan lemas.
2) Riwayat penyakit dahulu Biasanya mengalami demam yang naik turun, gusi
berdarah, lemas dan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat karena belum
mengetahui tentang penyakit yang diderita.
3) Riwayat penyakit keluarga Adakah keluarga yang pernah mengalami penyakit
LLA karena merupakan penyakit ginetik (keturunan)
4) Riwayat pada faktor-faktor pencetus Seperti pada dosis besar, radiasi dan obat-
obatan tertentu secara kronis.
5) Manifestasi dari hasil pemeriksaan Biasanya di tandai dengan pembesaran sum-
sum tulang dengan sel-sel leukemia yang selanjutnya menekan fungsi sum-sum
tulang, sehingga menyebabkan gejala seperti dinawah ini. - Anemia Ditandai
dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat, malaise, kelemahan, dan
anoreksia. - Trombositopenia Ditandai dengan perdarahan gusi, mudah memar,
dan petekie. - Netropenia Ditandai dengan demam tanpa adanya infeksi,
berkeringat di malam hari.
5. Nursing care plan

a. Nyeri Akut

Intervensi keperawatan :

1) Observasi : identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,


intensitas, frekuensi, durasi). Rasional : untuk mengetahui secara pasti mengenai nyeri yang
dialami pasien dan untuk menentukan rencana apa yang akan dilakukan.

2) Terapeutik : dokumentasikan respon terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan. Rasional : untuk mengatahui apakah terapi yang diberikan efektif atau tidak
dalam penyembuhan.

3) Edukasin : jelaskan efek terapi dan efek samping obat. Rasional : agar pasien
mengetahui jika terjadi sesuatu setelah diberikanya terapi pengobatan.

4) Kolaborasi : kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik sesuai indikasi. Rasional :
untuk mengurangi nyeri yang dialami pasien sesuai kebutuhan pasien.

b. Defisit Nutrisi

Intervensi keperawatan :

1) Observasi : monitor berat badan. Rasional : untuk memantau tindakan yang di


lakukan efektif atau tidak.

2) Terapeutik : berikan makanan tinggi kalori tinggi protein. Rasional : agar kebutuhan
nutrisi pasien tercukupi.

3) Edukasi : ajarkan diet yang diprogramkan. Rasional : agar pasien mengetahui


kebutuhan nutrisi apa yang diperlukan tubuh.

4) Kolaborasi : kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhka, jika perlu. Rasional : untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang di
butuhkan pasien

c. Resiko Infeksi

intervensi keprawatan :

1) Observasi : monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik. Rasional : untuk
memantau tanda tanda infeksi pada pasien.
2) Terapeutik : berikan perawatan kulit pada area edema. Rasional : untuk mengurangi
edama yang di alami pasien.

3) Edukasi : ajarkan cara mencuci tangan dengan benar. Rasional : agar pasien terhindar
dari bakteri atau virus yang menempel pada tangan.

4) Kolaborasi : kolaborasi pemberian imuniasi, jika perlu. Rasional : untuk mencegah


masuknya bakteri atau virus kedalam tubuh pasien.

6. LEGAL ETIK KEPERAWATAN

Otonomi (Autonomi)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang
lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contohnya : memberi tau kepada Tn. W jika beliau
mengidap penyakit leukimia.

Beneficene (Berbuat baik)

Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat mencegah
kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat tidak memberikan obat nyeri pada Tn. W karna
ternyata Tn. W alegri dengan obat tersebut.

Justice (Keadilan)

Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru
masuk serta Tn. W yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus
mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan
asas keadilan.

Non-maleficence (Tidak merugikan)

Prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh
ketika klien Tn. W yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak dilakukanya
kemoterapi dan ketika itu penyakit leukimia akan memburuk dan dokter harus
mengistruksikan dilakukanya kemoterapi akhirnya kemoterapi tidak diberikan karena prinsip
beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsip nonmaleficince.

Veracity (Kejujuran)

Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar
klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contohnya misal Tn. W
ingin mengetahui penyakit yang di deritanya bahaya atau tidak kita sebagai perawat
menjawab secara jujur.

Fidelity (Menepati Janji)

Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus
memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang
keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan
kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

Accountability (Akuntabilitasi)

Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada
diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat
salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat,
dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan
professional.

7.SAP/penyuluhan

NUTRISI PADA PASIEN DENGAN POST KEMOTERAPI


Tema : Leukimia

Sub Tema : Nutrisi pada pasien dengan post kemoterapi

Waktu : 30 menit

Sasaran : Tn. W

Tempat : Bangsal Melati

Penyuluh : Ebner Agriffa

Waktu : jumat, 11 Maret 2022

A. Tujuan Instruksional Umum :

Setelah dilakukanya penyuluhan kesehatan 30 menit tentang nutrisi pada pasien setelah
kemoterapi untuk leukimia Tn. W mampu memahami tentang pentingnya kebutuhan nutrisi
tercukupi setelah di lakukanya kemoterapi.

B. Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, diharapkan keluarga Tn.W mampu
;

1. Memahami konsep kemoterapi

2. Mengetahui konsep nutrisi pada pasien leukimia

C. Pokok Materi :

1. Pengertian kemoterapi

2. Tujuan kemoterapi

3. Manfaat kemoterapi

4. Pengertian kebutuhan nutrisi pada pasien leukimia

5. Makanan yang di perbolehkan dan dilarang pasis pasien kemoterapi

D. Metode :

1. Ceramah

2. Diskusi
3. Tanya jawab

E. Kegiatan Penyuluhan :

NO KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA WAKTU

1. Pembukaan Pembukan: Pembukaan : 5 menit

1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam.

2. Memperkenalkan dir 2. Memperhatikan.


i.
3. Memperhatikan.
3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan.
4. Mendengarkan
4. Menyebutkan materi/
pokok bahasan yang
akan disampaikan.

2. Isi atau Pelaksanaan : 15 menit

Pelaksanaan 1. Review pengetahuan 1. Menjawab sesuai d


peserta tentang engan kemampuan
pentingnya
2. Mengucapkan teri
kebutuhan nutrisi
makasih.
bagi tubuh
3. Mendengarkan dan
2. Reinforcement positi
Memperhatikan
f terhadap peserta.

3. Menjelaskan isi peny


uluhan

- pengertian kemoterapi

- tujuan kemoterapi

- manfaat dari kemoterapi

- pengertian kebutuhan
nutrisi pada pasien leukimia

- makanan yang di
perbolehkan dan dilarang
4. Mengajukan pertan
pada pasien kemoterapi
yaan
4. Beri kesempatan pad
5. Mendengarkan
a peserta untuk berta
nya

5. Menjawab pertanyaa
n yang diajukan pese
rta

3. Penutup Penutup : Penutup : 5 menit

1. Menyimpulkan mate 1. Mendengarkan dan


ri penyuluhan. memperhatikan.

2. Melakukan evaluasi 2. Menjawab pertanya


an.
3. Menutup penyuluhan
dan memberi salam 3. Menjawab salam

F. Media :

Leaflet

G. Sumber

Buku artikel penelitian

H. Evaluasi

Mampu menjelaskan pengertian nutrisi pada pasien kanker mampu menjelaskan prinsip
nutrisi pada pasien kanker mampu menjelaskan penyebab terjadinya kekurangan nutrisi
mampu menjelaskan tujuan dari pemberian nutrisi pada pasien kanker mampu mengetahui
syarta nutrisi pada pasien kanker dan bahan makanan yang baik dikonsumsi dan yang
harusndi hindari mampu menyebukan cara efek samping terapi penatalaksanaan.
Daftar Pustaka

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.

http://jurnal.pnk.ac.id/index.php/flash/article/view/288

Anda mungkin juga menyukai