Mesopotamia
peradaban Mesopotamia
Geografi
Sejarah Mesopotamia
Sejarah Mesopotamia diawali dengan
tumbuhnya sebuah peradaban, yang
diyakini sebagai pusat peradaban tertua
di dunia, oleh bangsa Sumeria. Bangsa
Sumeria membangun beberapa kota
kuno yang terkenal, yaitu Ur, Ereck, Kish,
dll. Kehadiran seorang tokoh imperialistik
dari bangsa lain yang juga mendiami
kawasan Mesopotamia, bangsa Akkadia,
dipimpin Sargon Agung, ternyata
melakukan sebuah penaklukan politis,
tetapi bukan penaklukan kultural. Bahkan
dalam berbagai hal budaya Sumeria dan
Akkadia berakulturasi, sehingga era
kepemimpinan ini sering disebut Jilid
Sumeria-Akkadia. Campur tangan
Sumeria tidak dapat diremehkan begitu
saja, pada saat Akkadia terdesak oleh
bangsa Gutti, bangsa Sumeria yang
mendukung Akkadia, sehingga mereka
masih dapat berkuasa di "tanah antara
dua sungai-sungai" itu.
Mesopotamia dalam Alkitab
Beberapa catatan lain bisa dikemukakan
untuk menunjukkan hubungan antara
Abraham dengan Mesopotamia. Dalam
Kitab Ulangan 26:3 (https://alkitab.sabd
a.org/?Ulangan%2026%3A3&version=t
b) ; Nabi Musa mengajak umat untuk
berdoa kepada Tuhan saat
mempersembahkan panen pertama
dengan mengawalinya, Bapaku adalah
seorang Aram, seorang pengembara. Di
tempat lain dikatakan bahwa Ishak, anak
Abraham, diperintah Abraham untuk
mencari istri dari daerah Aram-
Mesopotamia (aram-naharayim)
(Kejadian 24:2,10 (https://alkitab.sabda.o
rg/?Kejadian%2024%3A2%2C10&version
=tb) ). Demikian juga dengan Yakub,
cucu Abraham, dia disuruh pergi ke
Padan-Aram untuk mendapatkan istri di
sana (Kejadian 28:2 (https://alkitab.sabd
a.org/?Kejadian%2028%3A2&version=t
b) ). Dalam terjemahan Yunani
Septuaginta, kedua nama terakhir ini
disebut Mesopotamia.
Hari raya
7. Peringatan peristiwa-peristiwa
bersejarah (hari pendirian,
kemenangan-kemenangan perang,
hari-hari suci bagi kuil, dst)
Olahraga
Pemerintahan
Geografi Mesopotamia sangat
berdampak pada perkembangan politik
di wilayah itu. Di antara sungai dan kali,
orang-orang Sumeria mendirikan kota-
kota perdana dengan saluran-saluran
irigasinya yang terpisahkan satu sama
lain oleh bentangan gurun atau rawa
yang luas dan terbuka, tempat
berkeliaran suku-suku pengembara.
Komunikasi antar kota-kota terisolasi itu
sulit dan kadang berbahaya jika
dilakukan. Oleh karena itu, masing-
masing kota Sumeria menjadi sebuah
negara kota yang merdeka dan gigih
mempertahankan kemerdekaannya.
Kadang-kadang salah satu kota akan
mencoba menaklukkan dan
mempersatukan kota-kota yang
sewilayah dengannya, tetapi upaya-upaya
semacam itu mendapat perlawanan dan
tertumbuk pada kegagalan selama
berabad-abad. Akibatnya, sejarah politik
Sumeria penuh dengan peperangan yang
berlangsung tanpa henti. Pada akhirnya
Sumeria pun dipersatukan oleh
Eannatum, tetapi persatuan itu rapuh dan
gagal bertahan, karena bangsa Akkadia
berjaya menaklukkan Sumeria pada 2331
SM hanya satu generasi sesudahnya.
Kekaisaran Akkadia adalah kekaisaran
pertama yang mampu bertahan
melampaui satu generasi dan
menyelenggarakan alih kepemimpinan
raja-raja secara damai. Umur kekaisaran
ini relatif singkat, karena ditaklukkan
bangsa Babilonia setelah bertahan
selama beberapa generasi.
Raja-raja
Kekuasaan
Peperangan
Seni rupa
Seni rupa Mesopotamia menyaingi Seni
rupa Mesir Kuno baik dari segi
kemegahan, kecanggihan, maupun
tingkat kerumitannya di kawasan barat
Eurasia sejak milenium ke-4 SM sampai
wilayah itu ditaklukkan Kekaisaran
Akhemeniyah Persia pada abad ke-6 SM.
Peninggalan seni rupa Mesopotamia
sebagian besar berupa jenis patung batu
dan tanah liat yang sangat tahan lama
sifatnya; hanya sedikit peninggalan
berupa lukisan yang mampu menyintasi
zaman, namun peninggalan-peninggalan
itu menyiratkan bahwa lukisan-lukisan
Mesopotamia umumnya berupa
pembubuhan warna pada pola-pola
hiasan geometris dan tumbuh-tumbuhan,
meskipun sebagian besar patung-patung
juga diwarnai.
Arsitektur
Referensi
1. Darmarastri, Hayu Adi (2010). Sejarah
dan Peradaban Dunia. Yogyakarta: Pilar
Pendidikan. hlm. 12-13.
ISBN 979145129x Periksa nilai: invalid
character |isbn= (bantuan).
2. Finkelstein, J.J. (1962), "Mesopotamia",
Journal of Near Eastern Studies, 21 (2):
73–92, doi:10.1086/371676 (https://doi.
org/10.1086%2F371676) ,
JSTOR 543884 (https://www.jstor.org/st
able/543884)
Bacaan lanjutan
Joannès, Francis (2004). The Age of
Empires: Mesopotamia in the First
Millennium BC. Edinburgh: Edinburgh
University Press. ISBN 0-7486-1755-8.
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Peradaban_Mesopotamia&oldid=23673672"
Halaman ini terakhir diubah pada 12 Juni 2023,
pukul 09.44. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali
dinyatakan lain.