Anda di halaman 1dari 11

Nama:Ulina sriwati lumbangaol

Nim:857087825

PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN


SISWA SEKOLAH DASAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Model pembelajaran yang disebut dengan pembelajaran kelas rangkap (PKR)
adalah model yang memungkinkan seorang guru untuk mengajar beberapa tingkat
kelas sekaligus dalam satu ruangan dan waktu . Model ini biasanya diterapkan di
daerah-daerah yang terisolasi dengan jumlah siswa yang minim, kekurangan tenaga
pengajar, atau keterbatasan fasilitas ruang belajar . PKR juga bisa menjadi alternatif
bagi guru yang tidak bisa hadir atau mengalami hambatan transportasi. PKR memiliki
beberapa manfaat, seperti meningkatkan interaksi sosial antara siswa dari berbagai
tingkat kelas, mengembangkan kemandirian dan tanggung jawab siswa, serta
memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal .
Akan tetapi, PKR juga menimbulkan beberapa masalah, seperti kesulitan guru
dalam mengelola kelas, menyiapkan materi, dan mengevaluasi hasil belajar siswa .
Guru juga harus bisa memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam dalam hal
kemampuan, minat, dan gaya belajar . Karena itu, guru memerlukan strategi
pembelajaran yang efektif, fleksibel, dan kooperatif untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut . Salah satu strategi yang bisa digunakan adalah cooperative learning
(CL), yaitu pembelajaran yang melibatkan kerjasama antara siswa dalam kelompok-
kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama. CL bisa meningkatkan kualitas
pembelajaran, partisipasi siswa, kompetensi sosial siswa, dan hasil belajar siswa .
Para ahli berpendapat, PKR memiliki hakikat atau esensi yang harus dipahami
oleh guru yang melaksanakannya. PKR bukanlah suatu masalah yang sulit diatasi,
melainkan suatu tantangan yang bisa dijadikan peluang untuk meningkatkan
profesionalisme guru. PKR juga bukanlah suatu kenyataan yang harus diterima begitu
saja, melainkan suatu realita yang harus diubah menjadi lebih baik dengan kreativitas
dan inovasi guru. PKR juga bukanlah suatu bentuk pengabdian yang harus
dikorbankan, melainkan suatu kesempatan yang harus dimanfaatkan untuk
memberikan pelayanan yang optimal kepada siswa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PKR merupakan model
pembelajaran yang memiliki urgensi dan relevansi bagi siswa sekolah dasar, terutama
di daerah-daerah terpencil. PKR juga membutuhkan dukungan dan bimbingan dari
pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, dinas pendidikan, kepala sekolah, dan orang
tua siswa . Selain itu, PKR juga memerlukan pengembangan dan penelitian lebih
lanjut untuk menemukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan
karakteristik siswa sekolah dasar . Dengan demikian, PKR dapat menjadi model
pembelajaran yang efisien, efektif, dan bermutu bagi siswa sekolah dasar.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah ‘’Bagaimana kondisi
dan karakteristik pembelajaran kelas rangkap di sekolah- dasar dan mengapa penting
dilakukan?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi dan karakteristik pembelajaran kelas rangkap di sekolah- dasar dan pentignya
pembelajaran kelas rangkap dilakukan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi dan Karakteristik Pembelajaran Kelas Rangkap di Sekolah- Dasar


Kondisi pembelajaran kelas rangkap di sekolah dasar dapat berbeda-beda
tergantung pada faktor-faktor seperti jumlah siswa, jumlah guru, jumlah ruang kelas,
jumlah mata pelajaran, dan lokasi sekolah . Secara umum, terdapat tiga model dasar
pengelolaan pembelajaran kelas rangkap, yaitu PKR 221, PKR 222, dan PKR 333 .
PKR 221 adalah model pembelajaran kelas rangkap yang melibatkan dua kelas, dua
mata pelajaran dalam satu ruangan. PKR 222 adalah model pembelajaran kelas
rangkap yang melibatkan dua kelas, dua mata pelajaran dalam dua ruangan. PKR 333
adalah model pembelajaran kelas rangkap yang melibatkan tiga kelas, tiga mata
pelajaran dalam tiga ruangan. Model-model ini dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan sekolah masing-masing .
Karakteristik pembelajaran kelas rangkap di sekolah dasar dapat dilihat dari
aspek-aspek seperti tujuan, sasaran, materi, metode, media, dan evaluasi
pembelajaran . Tujuan pembelajaran kelas rangkap adalah untuk memberikan
pelayanan pendidikan yang bermutu kepada siswa dengan berbagai tingkat kelas
dalam satu ruang kelas dan waktu yang sama . Sasaran pembelajaran kelas rangkap
adalah untuk mengembangkan kompetensi dasar siswa sesuai dengan kurikulum yang
berlaku . Materi pembelajaran kelas rangkap adalah materi yang relevan, bermakna,
dan menarik bagi siswa dengan berbagai tingkat kelas . Metode pembelajaran kelas
rangkap adalah metode yang efektif, fleksibel, dan kooperatif yang melibatkan
partisipasi aktif siswa dalam kelompok-kelompok kecil . Media pembelajaran kelas
rangkap adalah media yang sederhana, mudah, dan murah yang dapat dimanfaatkan
dari lingkungan sekitar . Evaluasi pembelajaran kelas rangkap adalah evaluasi yang
positif, berkelanjutan, dan beragam yang mengukur kemajuan belajar siswa dengan
berbagai tingkat kelas .

B. Urgensi Pembelajaran Kelas Rangkap


Pembelajaran kelas rangkap dapat meningkatkan akses dan kualitas
pendidikan bagi semua anak, terutama di daerah terpencil yang sulit mendapatkan
guru atau sekolah. Dengan pembelajaran kelas rangkap, anak-anak yang berada di
daerah terpencil tidak perlu menunggu sampai ada guru atau sekolah yang tersedia,
tetapi dapat belajar bersama-sama dengan anak-anak yang lain di bawah bimbingan
seorang guru. Pembelajaran kelas rangkap juga dapat meningkatkan kualitas
pendidikan, karena guru dapat menggunakan metode-metode yang sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan, dan minat siswa yang beragam, seperti pembelajaran
kooperatif, inkuiri, proyek, masalah, atau diskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ismail Sukardi, seorang ahli pembelajaran kelas rangkap, yang mengatakan bahwa
"Pembelajaran kelas rangkap dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran yang
dilakukan seorang guru pada dua kelas secara bersamaan, mencakup kualitas proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa".

Pembelajaran kelas rangkap dapat mengembangkan kompetensi dan karakter


siswa, seperti kemandirian, kerjasama, toleransi, kreativitas, dan kritis. Dengan
pembelajaran kelas rangkap, siswa dapat belajar secara aktif, mandiri, dan kooperatif
dengan siswa yang lain yang memiliki tingkat kelas yang berbeda. Siswa juga dapat
saling membantu, berbagi, dan bertukar pengalaman dalam pembelajaran kelas
rangkap. Siswa juga dapat belajar dari lingkungan, budaya, dan teknologi yang ada
di sekitar mereka, yang dapat merangsang kecerdasan mereka yang berbeda-
beda. Hal ini sesuai dengan pendapat Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana, ahli
pembelajaran kelas rangkap, yang mengatakan bahwa "Pembelajaran kelas rangkap
dapat memberikan perhatian lebih pada anak “secara menyeluruh” - bukan hanya
sekedar pada kehadiran di sekolah dan kinerja akademiknya, tetapi juga pada
kesehatan dan status gizi, sejarah keluarga, dan lingkungan rumah mereka"

Pembelajaran kelas rangkap dapat menghemat biaya dan sumber daya


pendidikan, seperti guru, ruang kelas, atau fasilitas. Dengan pembelajaran kelas
rangkap, pemerintah atau masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar
untuk membangun atau menyediakan sekolah atau guru yang cukup untuk setiap
tingkat kelas. Pembelajaran kelas rangkap juga dapat mengoptimalkan penggunaan
ruang kelas atau fasilitas yang ada, sehingga tidak terjadi pemborosan atau
penumpukan. Pembelajaran kelas rangkap juga dapat mengurangi beban guru, karena
guru tidak perlu mengajar di banyak sekolah atau kelas yang berbeda, tetapi cukup di
satu sekolah atau kelas dengan siswa yang berbeda tingkat kelasnya.

Teori-teori yang mendukung pentingnya penggunaan model pembelajaran


kelas rangkap adalah :
1) Teori konstruktivisme adalah teori yang mengatakan bahwa siswa belajar dengan
membuat pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman, interaksi, dan
refleksi yang mereka lakukan. Teori ini cocok dengan pembelajaran kelas
rangkap, karena dalam model ini siswa belajar dengan cara yang aktif, mandiri,
dan kooperatif dengan siswa lain yang berbeda tingkat kelasnya. Guru bisa
membantu siswa belajar dengan menggunakan metode yang membuat siswa
berpikir dengan cara yang kritis, kreatif, dan kolaboratif, seperti inkuiri, proyek,
masalah, atau diskusi.
2) Teori multiple intelligences adalah teori yang mengatakan bahwa manusia
memiliki delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan bahasa, kecerdasan logika-
matematika, kecerdasan ruang, kecerdasan musik, kecerdasan gerak, kecerdasan
sosial, kecerdasan pribadi, dan kecerdasan alam. Teori ini cocok dengan
pembelajaran kelas rangkap, karena dalam model ini siswa bisa mengembangkan
kecerdasan mereka sesuai dengan kemampuan, minat, dan gaya belajar mereka.
Guru bisa membuat materi, media, dan aktivitas pembelajaran yang bervariasi
dengan menggunakan sumber daya yang ada di sekitar, seperti alam, budaya, atau
teknologi, yang bisa merangsang kecerdasan siswa yang beragam.
3) Teori zone of proximal development adalah teori yang mengatakan bahwa siswa
belajar ketika mereka berada dalam zona antara apa yang mereka bisa lakukan
sendiri dan apa yang mereka bisa lakukan dengan bantuan orang lain yang lebih
ahli. Teori ini cocok dengan pembelajaran kelas rangkap, karena dalam model ini
siswa bisa mendapatkan bantuan dari guru atau siswa lain yang lebih tinggi
kelasnya. Guru bisa memberikan bantuan, umpan balik, atau pertanyaan yang
sesuai dengan kemampuan siswa, serta mendorong siswa untuk saling membantu,
berbagi, atau bertukar pengalaman dalam pembelajaran kelas rangkap.
4) Teori belajar sosial adalah teori yang mengatakan bahwa siswa belajar dengan
mengubah perilaku mereka yang dipengaruhi oleh lingkungan, pikiran, dan
perilaku mereka sendiri. Teori ini cocok dengan pembelajaran kelas rangkap,
karena dalam model ini siswa belajar dari lingkungan, diri sendiri, dan orang lain
dalam pembelajaran kelas rangkap. Guru bisa menciptakan lingkungan belajar
yang nyaman, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa, serta memberikan
penguatan positif, motivasi, dan penghargaan kepada siswa yang berprestasi atau
berperilaku baik dalam pembelajaran kelas rangkap.
5) Teori belajar humanistik adalah teori yang mengatakan bahwa siswa belajar
dengan mewujudkan diri mereka yang dipengaruhi oleh kebutuhan, nilai, dan
emosi mereka. Teori ini cocok dengan pembelajaran kelas rangkap, karena dalam
model ini siswa belajar sesuai dengan kebutuhan, nilai, dan emosi mereka dalam
pembelajaran kelas rangkap. Guru bisa menghargai, menghormati, dan
memahami perbedaan individu siswa, serta memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengekspresikan diri, berpendapat, atau berkreasi dalam
pembelajaran kelas rangkap.

Hal ini juga diperkuat dengan berita yang ditulis oleh Rudi Sopiana, seorang
bloger di Kompasiana, pada tanggal 8 Januari 2014.
Berita ini menjelaskan bahwa Ciamis merupakan salah satu kabupaten di
Indonesia yang menerapkan pembelajaran kelas rangkap sebagai solusi untuk
mengatasi ketidakseimbangan ketersediaan guru di sekolah-sekolah kecil, terutama
di daerah terpencil. Berita ini juga menyebutkan beberapa manfaat dari pembelajaran
kelas rangkap, seperti meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, mengembangkan
kompetensi dan karakter siswa, serta menghemat biaya dan sumber daya Pendidikan,
Dari berita tersebut, hasilnya adalah bahwa pembelajaran kelas rangkap di Ciamis
berhasil meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi siswa di sekolah-sekolah
kecil, terutama di daerah terpencil.

Selain itu berita lain yang juga dituls oleh David W. Chapman, Deon Filmer,
dan Samer Al-Samarrai, pada tahun 2010.
Berita ini menguraikan beberapa tantangan dan rekomendasi dalam
pengembangan pengajaran kelas rangkap di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di 12 kabupaten di 6 provinsi. Berita ini juga menyoroti beberapa
keunggulan dari pengajaran kelas rangkap, seperti meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penggunaan guru, ruang kelas, dan fasilitas, serta meningkatkan hasil
belajar siswa.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembelajaran kelas rangkap adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan
seorang guru mengajar siswa yang berbeda tingkat kelas dalam satu ruang kelas
secara bersamaan, dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan, dan minat siswa yang beragam. Pembelajaran kelas rangkap
memiliki beberapa urgensi, yaitu meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi
siswa di daerah terpencil yang sulit mendapatkan guru atau sekolah; mengembangkan
kompetensi dan karakter siswa, seperti kemandirian, kerjasama, toleransi, kreativitas,
dan kritis; menghemat biaya dan sumber daya pendidikan, seperti guru, ruang kelas,
atau fasilitas.

B. SARAN
Dari permasalahan tersebut, saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah :
1) Guru harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran kelas rangkap,
dengan mengikuti pelatihan, bimbingan, atau studi banding yang berkaitan
dengan model pembelajaran ini.
2) Guru harus menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, menyenangkan, dan
bermakna bagi siswa, dengan memberikan motivasi, penguatan positif, umpan
balik, atau pertanyaan yang sesuai dengan kemampuan siswa
3) Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran
kelas rangkap, seperti ruang kelas yang luas, nyaman, dan fleksibel; buku-buku,
alat-alat, atau bahan-bahan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Hanfiah, N., & Suhana, C. (2010). Model pembelajaran berbasis SOLAT (Style Of
Learning And Teaching). Bandung: Alfabeta.

Sukardi, I. (2012). Model pembelajaran kelas rangkap. Malang: UM Press.

Chapman, D. W., Filmer, D., & Al-Samarrai, S. (2010). Pengembangan pengajaran


kelas rangkap di Indonesia. Jakarta: Bank Dunia.

Sopiana, R. (2014, Januari 8). Ciamis agendakan pembelajaran kelas rangkap untuk
sekolah kecil. Kompasiana.

Djalil, A. (2013). Hakikat pembelajaran kelas rangkap. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tar, M. A. (2015). Pengembangan model pembelajaran kelas rangkap di sekolah


dasar. (Disertasi, Universitas Islam Negeri Raden Fatah).

Kusumawati, R. (2017). Pengaruh model pembelajaran kelas rangkap terhadap hasil


belajar siswa di sekolah dasar. (Tesis, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto).

Anda mungkin juga menyukai