Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TUTORIAL 3 PEMBAHARUAN PEMBELAJARAN DI SD

1. Istilah pembelajaran terpadu, banyak istilah yang digunakan untuk memadukan materi
yang spesifik misalnya keterampilan menulis atau berpikir di antara kurikulum.
Dengan pendekatan terpadu, kurikulum dirancang dapat mengakomodasi kebutuhan
siswa, mengatasi masalah sosial di antara para siswa di kelas, dan juga memantapkan
penguasaan materi pelajaran. Uraikan latar belakang atau alasan penggunaan
pembelajaran terpadu!
2. Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara
sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Uraikan hal yang terkait dengan kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu!
3. Pembelajaran kelas rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang
mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas di mana dikelola
oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada
kemajuan individual para siswa. Pembelajaran kelas rangkap memiliki korelasi
dengan teori belajar yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Uraikan korelasi atau
keterkaitan teori belajar dan pembelajaran kelas rangkap menurut beberapa tokoh!
4. Karakteristik anak-anak menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan
yang bermuatan permainan, terutama untuk kelas rendah. Guru SD diharap
merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di
dalamnya. Sesuai dengan tumbuh kembang anak sekolah dasar, maka guru harus
memberikan pengalaman pada aktivitas fisiknya. Uraikan dan jelaskan aktivitas
bermain yang cocok buat anak sekolah dasar!
5. Menurut penelitian Howard Gardner, di dalam diri setiap anak tersimpan sembilan
jenis kecerdasan yang siap berkembang. Ia memetakan lingkup kemampuan manusia
yang luas tersebut menjadi sembilan kategori yang komprehensif atau sembilan
macam kecerdasan dasar pada anak-anak. Uraikan sembilan macam kecerdasan dasar
tersebut!
NAMA : ZENITRI INDRIANI

NIM : 857454986

TUGAS MATKUL : PEMBAHARUAN DI SD

JAWABAN TUGAS TUTORIAL 3 PEMBAHARUAN DI SD

1. Pembelajaran akan lebih bermakna menggunakan pendekatan terpadu, karena


pembelajaran terpadu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar sesuai
dengan minat dan kebutuhannya.
Pembelajaran terpadu didasarkan pada tiga konsep tentang proses belajar anak
yaitu: anak-anak tidak membedakan antara bidang-bidang pelajaran, anak
memandang bidang mata pelajaran sebagai sesuatu yang berkaitan secara
keseluruhan; pembelajaran terpadu berdasarkan pada konsep bahwa berbagai mata
pelajar dapat digunakan untuk meningkatkan belajar; pembelajaran terpadu
berdasarkan metode mengajar induktif yang menghubungkan berbagai kegiatan
dengan topic tertentu yang diintegrasikan ke dalam satu kesatuan.
Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik menggunakan
ketrampilan-ketrampilan dalam suatu mat pelajaran dengan cara yang bermakna.
Praktek pembelajaran saat ini masih berorientasi pada program. Para penyelenggara
pendidikan masih memikirkan pada penyelesaian program-progaram yang telah
dirancang sebelumnya. Sehingga guru dalam melaksanakan pembelajaran masih
terkotak-kotak padahal seharusnya guru menyajikan konsep-konsep yang harus
dipelajari dalam keterpaduan yang simultan. Guru sebagai penyelenggara pendidikan
kurang memahami karakteristik perkembangan anak bahwa anak berkembang secara
holistik, sehingga guru dalam pelaksanaan pembelajaran belum menggunakan model
pembelajaran yang pas.
Guru kurang memperhatikan nasib anak. Dengan kata lain siswa terabaikan
oleh guru. Akibatnya perkembangan potensi anak mengalami berbagai hambatan.
Anak belum mampu mempelajari hal-hal secara terpisah-pisah yang disajikan secara
abstrak, karena hal ini tidak sesuai dengan karakteristik perkembangannya.Untuk itu
diperlukan suatu alternatif pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
perkembangan anak.
Pembelajaran terpadu memberikan sumbangan bagi penyelenggara pendidikan
yaitu sebagai alternatif pembaruan penyelenggaraan pembelajaran yang diharapkan
mampu memantu anak untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu

 Kelebihan Pembelajaran Terpadu

Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan :

a) Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan
mudah memahami sekaligus melakukannya.
b) Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di
mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
c) Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan
kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek
kognitif.
d) Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
e) Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah
menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.

 Kekurangan Pembelajaran Terpadu

a. Aspek Guru :

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan


metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali
informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan
dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang
kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit
terwujud.

b. Aspek peserta didik :

Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif


“baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi
karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik
(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan
eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak
dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit
dilaksanakan.

c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran :

Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang


cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan
menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila
sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan
terhambat.

d. Aspek kurikulum :

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman


peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu
diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan
pembelajaran peserta didik.

e. Aspek penilaian :

Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh


(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa
bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk
menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang
komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi
pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
f. Suasana pembelajaran :

Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang


kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat
mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau
mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera,
dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

3. Pada dasarnya Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa


yang mempunya perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana
dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya
difokuskan pada kemajuan individual para siswa (Franklin. 1967)Namun demikian
selain definisi tersebut, ada sebagian praktisi pendidikan membedakan definisi dari
multigrade dengan multiage karena perbedaan tujuannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Elkind (1987) bahwa istilah multigrade di
mana kelas yang berbentuk seperti itu akan berisi para siswa dari 2 atau lebih
tingkatan kelas dengan satu guru di ruangan yang sama pada suatu waktuPara siswa di
kelas tersebut tetap menggunakan kurikulum yang spesifik untuk tingkatan kelasnya
sendiri dan demikian pula dengan tingkat kesukaran tesnya pun disesuaikan dengan
tingkatan kelas merekaDengan demikian, kelihatan bahwa kelas multigrade atau
pembelajaran kelas rangkap model itu diadakan untuk alasan administrasi dan
ekonomiSeperti halnya yang terjadi di sekolah-sekolah daerah terpencil di Indonesia
banyak guru yang merangkap kelas karena memang tidak ada tenaga guru bukan
karena tujuan atau alasan pendidikan. Lain halnya dengan istilah multiage yang
mengacu pada praktek pembelajaran kedua tingkatan usia dan kelas yang sengaja
dicampur karena kepentingan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Dengan demikian, telah terjadi pergeseran penggunaan pembelajaran kelas
rangkap yang ada di daera terpencil hingga berkembang menjadi pembelajaran kelas
rangkap yang dirancang secara sistemati untuk alasan peningkatan efektivitas
pembelajaran di kelas. Bisa saja pembelajaran kelas rangkap yang dulu dilaksanakan
masih berbentuk pengelolaan kelas tradisional di mana pengaturan tempat duduk
seluruh siswa menghadap ke arah papan tulis di depan kelas, di mana guru dengan
mudah dapat mengontrol seluruh siswanya. Namun demikian, seperti diutarakan di
atas, karena adanya pergeseran pemikiran schingga muncul bentuk-bentuk baru
pembelajaran kelas rangkap, membuat pengaturan tempat duduk di kelas
menyebarBerikut salah satu contoh pengaturan tempat duduk pada Pembelajaran
Kelas Rangkap.
Yates (2000) mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kelas rangkap, di
mana para siswa bisa tinggal di kelas dengan satu guru dalam lebih dari satu tahun,
membuat hubungan antara para siswa, guru, dan orangtua menjadi dekat. Mereka
mempunyai rasa percaya, rasa amandan enak satu dengan yang lain, sehingga proses
pembelajaran dapat dilakukan dengan nyamanHal tersebut wajarkarena model
pembelajaran kelas rangkap seperti itu di mana 2 atau 3 tingkatan ada dalam satu
kelas dengan satu atau beberapa guru mengajar secara tim tidak mengenal istilah naik
kelas atau tinggal kelas.
Suryan (2000) ternyata pendekatan pembelajaran kelas rangkap bisa
digunakan untuk kelas tradisionaldi mana hanya terdapat pembelajaran satu tingkatan
kelas saja. Hal ini disadari bahwa sebenarnya pada kelas tradisionaljuga berisikan
para siswa yang mempunyai berbagai tingkatan kemampuan dan mungkin usia,
sehingga esensi pembelajaran kelas rangkap tetap dapat digunakan untuk kelas
tradisional sehingga prinsip- prinsip pembelajaran kelas rangkap bisa diterapkan.
Djalil dan Wardani (1997) menguraikan dalam modulnya bahwa pembelajaran
kelas rangkap diperlukan karena alasan geografis, demografis, kurangnya guru,
terbatasnya ruang kelas, dan adanya ketidakhadiran guru di kelasnya karena sakit atau
keperluan lainnya. Seperti juga yang dikemukakan Jones di atas, bahwa dahulunya
pada sebelum tahun 1990-an, atau malahan bagi negara-negara seperti Indonesia,
Mexico, India, bahkan Australia masih banyak dijumpai sekolah yang hanya
mempunyai satu atau dua kelas saja yang digunakan bersama-sama oleh para siswa
dari berbagai tingkatan kelas. Hal ini disebabkan tempat tinggal para siswa yang
berjauhan sehingga demi efesiensi, pemerintah tidak mungkin mendirikan sekolah
yang hanya melayani beberapa siswa saja. Untuk itu didirikannya sekolah di suatu
tempat dan siswa yang berjauhan datang ke sekolah itu, dengan guru yang bisa
melayani sejumlah kecil siswa dari berbagai tingkatan kelas. Alasan lainnya, karena
memang kesulitan mencari tenaga guru (tenaga guru kurang)sehingga pemerintah
tidak bisa memenuhi kebutuhan para siswa di suatu daerah tertentu dengan rasio
jumlah guru yang seimbang. Alasan-alasan yang dipaparkan itu mulai tidak dipakai
lagi untuk mengelola pembelajaran kelas rangkap (terutama di negara Barat
sedangkan beberapa negara di Asia, Amerika latin, dan Indonesia hingga kini masih
menggunakan alasan tersebut untuk adanya pembelajaran kelas rangkap).
Seiring dengan adanya reformasi pada konsep-konsep pendidikan yang
mendukung kepentingan perkembangan para siswa didik oleh para praktisi dan
konseptor pendidikan, dikembangkanlah konsep- konsep baru tentang pelaksanaan
pembelajaran kelas rangkap dengan berdasarkan pengembangan hasil riset untuk
mencari alasan atau manfaat pendidikan yang dapat diambil dari penerapan
pembelajaran kelas rangkap. Dengan makin terbukanya pemikiran para administrator
dan pembaharu-pembaharu pendidikan untuk mengeksplorasi manfaat dari
pendekatan pengelolaan kelas inimaka ditemukan keuntungan pendidikan yang
diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.
Ridgway dan Lawton (1969) mencatat bahwa, aspek utama dari manfaat
penggunaan pembelajaran kelas rangkap ini adalah terbangunnya iklim kekeluargaan
dalam kelasMereka menemukan dengan pembelajaran kelas rangkappara siswa bisa
lebih merasa nyaman dan mudah menerima perubahan kegiatan dan pengalaman yang
diberikan guru.
Anderson dan Pavan (1993) bahwa, filosofi dasar dari pembelajaran kelas
rangkap adalah terakomodasinya kebutuhan individu siswa sebagai seorang yang unik
dan membutuhkan perlakuan yang berbeda satu dengan lainnya untuk bisa mencapai
perkembangan yang maksimum

4. Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang


ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan pemahaman
guru tentang karakteristik siswa dan juga hakikat pembelajaran. Untuk menciptkan
proses belajar yang efektifhal yang harus dipahami guru adalah fungsi dan
peranannya dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai pembimbing, fasilitator,
narasumber atau pemberi informasi. Proses belajar yang terjadi tergantung pada
pandangan guru terhadap makna belajar yang akan mempengaruhi aktivitas siswa-
siswanya.
Dengan demikian, proses belajar perlu disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa. Untuk mendukung hal tersebutdiperlukan pemahaman para
guru mengenai karakteristik siswa dan proses pembelajaran khususnya di SD kelas
rendah.
Siswa Sekolah Dasar merupakan anak yang paling banyak mengalami
perubahan sangat dratis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara
6-12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan yaitu
perkembangan fisik, kognitif dan psikososial. Sebagai akibat dari perubahan struktur
fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih
dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa.
Terjadi perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan
mosional mereka Di kelas besar SD anak laki-laki dan perempuan menganggap
keikutsertaan dalam kelompo menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak
diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius
dengan teman-teman mereka lebih penting daripada sebelumnya.
Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi Pada saat di SD
kelas rendah, anak dengan mudah menerima Han bergantung kepada guru, masa usia
sekolah dasar sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian
sekolah. Pada masa keserasian sekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah
dididik dari pada sebelumnya dan sesdudahnya. Anak SD yang berada di kelas rendah
adalah anak yang berada pada rentang usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa
perkembangan anak yang pendek tetapi masa yang sangat penting bagi kehidupannya,
oleh karena itu seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong agar potensi anak
akan berkembang secara optimal.
Perkembangan dan karakteristik anak pada usia SD berbeda-beda, antara anak
yang satu dengan anak yang lainnya, karakter anak pada masa kelas rendah berbeda
dengan karakter anak pada kelas tinggi, hal ini dapat dilihat dalam proses
pembelajaran anak. Usia sekolah dasar utamanya yang ada di kelas rendah belum
dapat mengembangkan keterampilan kognitifnya secara penuh.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuan dan pemahamannya mengenai realitas. Anak yang lebih berperan aktif
dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh melalui pengalaman. Piaget
percaya bahwa anak-anak berkembang berdasarkan periode-periode yang terus
bertambah kompleks. Menurut tahapan Piaget, setiap individu akan melalui
serangkaian perubahan kualitatif. Perubahan ini terjadi karena tekanan bilogis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur
berpikir. Perkembangan kognitif atau intelektual anak berjalan secara gradual,
bertahap dan berkelanjutan seiring bertambahnya umur. Walaupun dalam
perkembangan kognitif pada usia-usia tertentu memiliki pola umum, tetap ada
peluang bahwa sebagian anak menunjukkan perkembangan lebih awal dari pola
umum tersebut.
Menurut Harun Nasution (1993:44) dalam (Syaiful, 2008:123) masa usia anak
Sekolah Dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam
tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan
mulainya anak masuk Sekolah Dasar dan mulainya sejarah baru dalam kehidupannya
yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Guru mengenal masa ini
sebagai " Masa Sekolah ". Oleh karena itu, pada usia inilah anak untuk pertama
kalinya menerima pendidikan formal.
Menurut Hariyono (2014:5) bahwa masa anak usia Sekolah Dasar adalah masa
anak-anak akhir yang berangsur dari usia 6 tahun sampai kira-kira usia 11-12 tahun
Menurut Supriadi (2013:80) menjelaskan bahwa anak usia Sekolah Dasar ini
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang berusia lebih muda.
Mereka lebih senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan
senang melakukan sesuatu secara langsung. Anak Sekolah Dasar terutama dikelas
rendah sangat mudah menerima pengetahuan- pengetahuan baru yang diajarkan oleh
guru. Dalam hal ini, peserta didik perlu diberikan arahan-arahan agar potensi yang
dimiliki oleh peserta didik dapat berkembang secara luas. Tidak hanya itu, seorang
guru harus berperan dalam perkembangan belajarnya karena seorang guru merupakan
contoh yang ditiru oleh peserta didik.
Masa usia sekolah dianggap oleh Suryobroto dalam (Syaiful, 2008:124)
sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Namun Suryobroto tidak
berani mengatakan pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk ke Sekolah
Dasar. Hal tersebut ditentukan oleh kematangan anak tersebut bukan ditentukan oleh
umur semata, namun pada umur antara 6/7 tahun biasanya anak memang telah matang
untuk masuk sekolah dasar.
Anak yang berada dikelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan
usia dini. Masa usia dini ini. merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa
yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh
potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya
pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan. Mereka telah mampu mengontrol
tubuh dan keseimbangannya. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada
usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang
jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai
sahabat, telah mampu berbagi dan mandiri.

5. Berikut paparan singkat 9 kecerdasan majemuk / 9 Multiple Intelligences menurut


Howard Gardner:

1. Kecerdasan Verbal-Linguistik

Kecerdasan verbal-linguistik ditunjukkan melalui kecakapan verbal yang


berkembang dengan baik serta sensitivitas yang baik terhadap suara, makna, dan ritme
kata-kata. Seseorang dengan kecerdasan verbal-linguistik menunjukkan sikap efektif
dalam berkomunikasi lisan/tulisan, mengarang cerita, berdiskusi/debat, belajar
bahasa, mengingat kutipan, membuat lelucon dan puisi, serta kaya akan kosa kata.

2. Kecerdasan Logika-Matematika

Kecerdasan logika matematika ditunjukkan melalui kecakapan dalam mengolah


angka dan menggunakan logika. Seseorang dengan kecerdasan logika-matematika
memiliki kemampuan untuk berpikir secara konseptual dan mempunyai kapasitas
untuk membedah pola numerik dan logika, misalnya menghitung, memprediksi,
menemukan pola, berpikir dan menggunakan simbol abstrak serta menggunakan
algoritme.

3. Kecerdasan Spasial/Visual

Kecerdasan visual-spasial ditunjukkan melalui kecakapan menangkap warna,


arah, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya ke dalam bentuk lain
seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, dan patung. Seseorang dengan kecerdasan
spasial-visual memiliki kemapuan untuk berpikir dalam rupa gambar dan foto, untuk
memvisualisasikan pikirannya secara abstrak dan akurat serta efektif dalam hal
koordinasi warna, membuat dan membaca peta serta membayangkan benda secara
detail.

4. Kecerdasan Gerak-Kinestetik

Kecerdasan gerak-kinestetik ditunjukkan melalui kecakapan dalam menggunakan


gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan. Seseorang dengan
kecerdasan gerak-kinestetik cenderung efektif dalam hal atletik, menggunakan bahasa
tubuh, belajar dengan “melakukan”, berkoordinasi antara tangan dan mata, serta kuat
dan terampil dalam motorik halus.

5. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal ditunjukkan melalui kemampuan menangkap bunyi-bunyian,


membedakan, menggubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suara-
suara yang bernada dan berirama. Seseorang dengan kecerdasan musikal mampu
mengenal dan memainkan instrumen musik dengan baik, memahami struktur musik,
serta belajar dan mengingat dengan irama/lirik.

6. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan aspek internal diri seseorang, seperti


perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan membedakan ragam emosi, menandainya,
dan menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah laku sendiri.
Seseorang dengan kecerdasan intrapersonal menyukai dan efektif dalam mengontrol
perasaan, mengembangkan keyakinan dan opini yang berbeda, mengetahui kekuatan
dan kelemahan diri serta mengetahui dan mengelola minat perasaan.

7. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan


bekerjasama dengan orang lain, berempati, mengorganisasi kelompok, berteman, dan
bersosialisasi. Seseorang dengan kecerdasan interpersonal cenderung menyukai dan
efektif dalam mengasuh dan mendidik orang lain, berkomunikasi, sensitif pada minat
dan motif orang lain serta cakap bekerjasama dalam tim.
8. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan


mengklasifikasikan flora dan fauna, serta peka terhadap alam dan lingkungan.
Seseorang dengan kecerdasan naturalis cenderung menyukai dan efektif dalam
menganalisa persamaan dan perbedaan, mengoleksi flora dan fauna, memahami
ketergantungan lingkungan dan melatih serta menjinakkan hewan.

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam


menempatkan diri dalam lingkup kosmos, memaknai hidup, memaknai kematian,
memahami nasib dunia jasmani dan kejiwaan, dan memaknai pengalaman mendalam
seperti cinta atau kesenian. Orang dengan kecerdasan eksistensial memiliki
sensitivitas dan kapasitas untuk menghadapi pertanyaan mendalam tentang
kehidupan, seperti "Apa arti hidup? Mengapa kita mati? Mengapa kita ada?"

Kesembilan tipe kecerdasan ini dapat diamati dalam sikap keseharian seorang
anak. Melalui pengamatan sikap keseharian, orang tua atau pengajar akan mudah
mengetahui cara tertentu yang disukai seorang anak untuk menunjukkan kemampuan
intelektualnya.

Anda mungkin juga menyukai