Anda di halaman 1dari 2

STRATEGI EFEKTIF MENGATASI KRISIS AIR SAAT MUSIM

KEMARAU DI LAMPUNG
Oleh: Anisatun Zahroh, Dwi Yanthi Nainggolan, Novel Apriani
Krisis air menjadi ancaman yang semakin besar terhadap masyarakat di seluruh dunia. Menurut
laporan Forum Ekonomi Dunia, krisis air menjadi risiko terbesar yang berdampak pada
lingkungan sosial. Banyak dampak yang ditimbulkan akibat masalah krisis air tersebut, seperti
sumber air semakin berkurang, petani yang gagal panen akibat ladang pertanian yang tidak
mendapatkan pasokan air yang cukup, banyaknya tanaman yang mati, serta dapat menimbulkan
dehidrasi pada manusia. Krisis air di Lampung memberikan dampak negatif terhadap
kesehatan, kesejahteraan dan lingkungan masyarakat Lampung. Dari hasil kajian awal, faktor
terjadinya krisis air di Lampung disebabkan oleh: (1) musim kemarau, (2) penggundulan hutan
yang tidak terkendali, dan (3) pengelolaan sumber daya air yang buruk. Banyak para petani
yang semena-mena dalam penggunaan air sungai maupun irigasi untuk mengairi lahannya dan
masyarakat kota yang memiliki sifat boros air. Dampak krisis air pada musim kemarau di
Lampung, antara lain meningkatnya kematian akibat dehidrasi, menurunnya produktivitas dan
pendapatan petani, kerusakan tanaman, konflik sosial, dan kerusakan ekosistem. Dari tujuan
tersebut di dapat hasil yang merujuk pada tingkat kepentingan atau kecemasan suatu masalah
yang membutuhkan tindakan segera. Dalam konteks krisis air di Lampung, urgensi mengacu
pada pentingnya mengatasi masalah krisis air dengan segera dan tidak boleh diabaikan.

Namun, ketersediaan air bersih di beberapa daerah di Indonesia sering mengalami masalah,
terutama saat musim kemarau. Salah satu daerah yang mengalami krisis air bersih saat musim
kemarau adalah Lampung. Kekeringan di Lampung disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: (1) perubahan iklim yang menyebabkan pola hujan tidak menentu dan curah hujan
menurun, (2) pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri yang meningkatkan
permintaan air bersih, (3) penurunan kualitas dan kuantitas sumber air bersih, seperti sungai,
danau, mata air, dan sumur, akibat pencemaran dan eksploitasi, (4) kurangnya infrastruktur dan
fasilitas penunjang untuk pengelolaan air bersih, seperti pipa, tangki, pompa, dan jaringan
distribusi, dan (5) rendahnya kesadaran masyarakat untuk menghemat dan menjaga sumber air
bersih. Krisis air bersih saat musim kemarau di Lampung berdampak negatif bagi kesehatan,
kesejahteraan, serta lingkungan masyarakat. Beberapa dampak yang dapat terjadi berupa
penyakit kulit, diare, dan infeksi saluran pernapasan akibat konsumsi air yang tidak bersih,
kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, masak, dan minum, akibat
keterbatasan pasokan air bersih.

Untuk mengatasi krisis air bersih saat musim kemarau di Lampung, diperlukan strategi efektif
untuk mengatasi krisis air tersebut. Strategi tersebut berupa pembuatan lubang resapan biopori,
pengadaan penyuluhan mengenai pentingnya untuk menghemat air saat musim kemarau
terhadap masyarakat, pengumpulan dan penyimpanan air saat musim hujan di atap rumah,
penerapan sistem vegetasi, dan manajemen sumber daya air. Lubang ini diisi dengan sampah
organic yang menjadi makanan bagi cacing tanah dan mikroorganisme lainnya. Biopori
menjadi solusi strategis dalam mengatasi krisis air saat musim kemarau di Lampung. Dengan
membuat biopori, masyarakat dapat memanfaatkan air hujan yang turun sebagai sumber air
bersih dan irigasi. Strategi ketiga dapat berupa pengumpulan dan penangkapan air hujan pada
atap rumah.
Strategi ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan yang jatuh di atap rumah
dengan menggunakan sistem pemanenan air hujan. Sistem pemanenan air hujan dapat dibuat
dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat dan murah, seperti pipa PVC, drum
plastik, atau botol bekas. Sistem pemanenan air hujan menjadi strategi efektif yang dapat
menyediakan air bersih bagi masyarakat, terutama di daerah yang tidak memiliki akses air yang
memadai.

Krisis air bersih di Lampung akibat kemarau panjang dapat diatasi dengan memanfaatkan
teknologi hemat air, memanen air hujan, dan meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat
tentang pengelolaan sumber air. Teknologi hemat air dapat mengurangi konsumsi dan limbah
air, memanen air hujan dapat menyediakan sumber air alternatif dan mengurangi resiko banjir,
dan kesadaran dan edukasi masyarakat dapat menjaga kualitas dan kuantitas air untuk
kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai