Anda di halaman 1dari 10

Kedudukan Piagaman Jakarta: Tinjauan Hukum Ketatanegaraan (Aidul Fitriciada Azhari)

KEDUDUKAN PIAGAMAN JAKARTA:


Tinjauan Hukum Ketatanegaraan
Aidul Fitriciada Azhari
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Telp. (0271) 71741, 719483 (Hunting) Faks, (0271) 715448

Abstract

Jakarta charter is the monumental product for establishing the Indonesian Nation.
It has leaded this nation to be independence and established country, with the strong
philosophy and foundation. This paper is the consensus result of Islam nationalist
leaders and secular nationalist through the long and tight debating in nation
establishing.
But in this consensus there was a group that did not agree with the statement
that “The nation is based on believing to the God with the obligation to carry out
Islamic syari’at for Moslem”. This statement was regarded discriminative for the
minority non Moslem. Finally, the Moslem leaders have wiped out that statement,
though the Jakarta Charter still linked the foundation and constitution of the nation.
Presidential Decree July 5, 1955 when Indonesia came back to 1945 UUD stated
that Jakarta Charter June 22, 1945 was spirit of 1945 UUD and as the unity link
with that constitution.
With the strong constitution position, there is obligation for the Moslem and
nation to carry out Islamic syari’at that wanted by Jakarta Charter.

Key words: constitution, Islamic Syari’at, National consensus, Presidential Decree.

89
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 89-98

Pendahuluan 2006 yang berwenang untuk menga-


dili sengketa ekonomi Islam.
Perkembangan syari’at Islam Selain itu secara khusus syari’ah
atau hukum Islam di Indonesia dewa- Islam juga diberlakukan di Provinsi
sa ini sangat menggembirakan. Jika Nanggroe Aceh Darussalam berda-
hingga tahun 1980-an, hukum Islam sarkan UU Nomor 11 Tahun 2006
yang berlaku masih pada persoalan yang tidak hanya mencakup bidang
Nikah, Talak/Cerai, dan Rujuk – atau hukum keluarga Islam (ahwal al-
dikenal dengan NCR, maka sejak syakhshiyah) dan muamalah, tetapi
tahun 1990-an telah merambah pada juga menyangkut hukum pidana
bidang muamalah yang mencakup (jinayah), peradilan Islam (qadha),
kehidupan social-ekonomi yang lebih pendidikan (tarbiyah), dakwah, syiar
luas. Sejak itulah dikenal adanya Per- dan pembelaan Islam (jihad). Setiap
bankan Syari’ah yang diikuti dengan pemeluk agama Islam di Aceh wajib
menjamurnya Baitul Maal wa Tamwil, menaati dan mengamalkan syari’ah
kemudian berkembang pula Takaful Islam (Pasal 126).
dan Gadai syari’ah serta berbagai Perkembangan syari’ah Islam
lembaga keuangan syari’ah lainnya. seperti itu sungguh luar biasa bila
Perkembangan dalam bidang mua- mengingat perjuangan untuk mene-
malah ini belakangan diikuti dengan gakkan syari’ah Islam di Indonesia
perluasan kompetensi Pengadilan telah dimulai secara formal sejak
Agama melalui UU Nomor 3 Tahun perumusan UUD 1945 di BPUPKI

90
Kedudukan Piagaman Jakarta: Tinjauan Hukum Ketatanegaraan (Aidul Fitriciada Azhari)

yang kemudian melahirkan suatu Tulisan ini akan membahas


gentlemen agreement pada tanggal 21 lebih lanjut kedudukan dan kebera-
Juni 1945 yang dikenal dengan nama daan Piagam Jakarta dalam konteks
“Piagam Jakarta”. Di dalam Piagam hukum ketatanegaraan. Pembahasan
itu terdapat rumusan mengenai akan kedudukan konstitusional men-
“kewajiban untuk melaksanakan jadi sangat penting karena kebera-
syari’at Islam bagi para pemeluknya” daan Piagam Jakarta terkait dengan
sepanjang lima dekade atau setengah sejarah penyusunan dan pertum-
abad memicu kontroversi politik di buhan UUD 1945. Oleh karena itu
tengah rakyat Indonesia. secara sepintas pembahasan akan
Belakangan setelah reformasi diawali dengan tinjauan sejarah Pia-
dan terutama setelah amandemen gam Jakarta dalam sistem konsti-
UUD 1945 wacana Piagam Jakarta tusional Indonesia.
mencuat kembali seiring tampilnya
kekuatan-kekuatan sosial politik Kompromi dan Manipulasi
ummat Islam yang secara terang-
terangan mengusung penegakan Piagam Jakarta (Djakarta Char-
syari’at Islam, termasuk pada saat ter) tertanggal 22 Juni 1945 adalah
amandemen UUD 1945, serta mun- produk kompromi antara golongan
culnya Perda bernuansa syari’at di Kebangsaan (Nasionalis) dan
berbagai daerah. Bagi pada pengu- golongan Islam yang terlibat dalam
sungnya, Piagam Jakarta dianggap penyusunan UUD 1945 di BPUPKI.
masih relevan dan memiliki kedu- Piagam Jakarta itu sendiri merupakan
dukan yuridis yang kuat untuk dijadi- rancangan Preamble UUD dan
kan sebagai landasan bagi penegakan Pernyataan Kemerdekaan Negara
hukum di Indonesia. Sementara bagi Indonesia.1 Yang dimaksud dengan
penentangnya, Piagam Jakarta kompromi dalam Piagam Jakarta itu
dipandang sudah tidak relevan dan berupa rumusan pada alinea ke-4
tidak berlaku lagi karena dianggap yang berbunyi “Ketuhanan, dengan
sudah diubah oleh PPKI pada kewajiban menjalankan syari’at Islam
tanggal 18 Agustus 1945. bagi pemeluk-pemeluknya”.

1
Pada tanggal 14 Juli 1945 Ir. Soekarno selaku Ketua Panitia Hukum Dasar menyam-
paikan laporan kerja panitia yang di antaranya menyepakati Pernyataan Kemerdekaan berasal
dari “Piagam Jakarta” alinea 1, 2, dan 3 dengan tambahan, dan Pembukaan UUD yang
berasal dari alinea ke-4 “Piagam Jakarta” dengan perubahan redaksional. RM A.B. Kusuma,
LAHIRNYA UNDANG-UNDANG DASAR, Jakarta : BP-FHUI, 2004, hlm. 326.

91
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 89-98

Seorang politis Piagam merupa- pakan hasil kesepakatan bersama


kan hasil perumusan oleh Panitia tanpa adanya perbedaan pendapat.
Kecil yang berjumlah 9 (sembilan) Secara yuridis Piagam Jakarta
orang, yaitu: mengandung pengakuan akan
1. Ir. Soekarno keistimewaan ummat Islam sebagai
2. Drs. Mohammad Hatta penduduk mayoritas di Indonesia
3. Mr. A.A. Maramis sekaligus pengakuan akan berla-
4. Mr. Achmad Soebardjo kunya hukum Islam sebagai sistem
5. Mr. Muhammad Yamin hukum positif di Indonesia.2 Selain itu
6. Abikoesno Tjokrosoejoso yang terpenting adalah adanya ke-
7. Abdul Kahar Muzakir wajiban bagi ummat Islam untuk
8. H. Agoes Salim menjalankan syari’ah Islam yang
9. A. Wachid Hasjim mengandung perintah konstitusi bagi
negara untuk menegakan syari’ah
Dari ke-9 anggota Panitia Kecil Islam di kalangan para pemeluk
itu, golongan nasionalis terdiri atas Islam di Indonesia.
lima orang (Ir. Soekarno, Drs. Mo- Akan tetapi, jalannya sejarah
hammad Hatta, Mr. AA Maramis, telah mengubah hasil gentlemen agree-
Mr. Achmad Soebardjo, dan Mr. Mu- ment itu setelah PPKI dalam persi-
hammad Yamin) yang salah satunya, dangannya tanggal 18 Agustus 1945
yakni Mr. AA Maramis, adalah mengubah rumusan “tujuh kata” da-
pemeluk agama Kristen. Sementara lam Piagam Jakarta menjadi rumusan
sisanya berasal dari golongan Islam. “Ketuhanan Yang Maha Esa” seperti
Sekalipun mayoritas suara dikuasai yang terdapat dalam Pembukaan
oleh golongan nasionalis, tetapi UUD 1945 yang dikenal sekarang ini.
Panitia Kecil tidak menghasilkan Perubahan tersebut didesakkan oleh
keputusan berdasarkan suara mayo- Bung Hatta yang secara “manipu-
ritas, melainkan berdasarkan kom- latif” menginformasikan adanya
promi yang disebut oleh Bung Karno ancaman dari kalangan Kristen di
sebagai gentlemen agreement. Hal itu Indonesia Bagian Timur – yang di-
menunjukkan Piagam Jakarta meru- sampaikan seorang opsir Jepang –

Pengakuan atas keistimewaan ummat Islam itu disebutkan oleh Dr. Soepomo sebagai
2

“Pikiran Kelima” dalam UUD 1945. Setelah muncul pemuatan UUD 1945 dan
Penjelasannya dalam Berita Negara Indonesia tanggal 15 Februari 1945 “Pokok Pikiran
Kelima” itu ditiadakan dari Penjelasan UUD. RM A.B. Kusuma, IBID, hlm. 358; Berita
Republik Indonesia Tahun II, No. 7 tertanggal 15 Februari 1946.

92
Kedudukan Piagaman Jakarta: Tinjauan Hukum Ketatanegaraan (Aidul Fitriciada Azhari)

yang akan memisahkan diri bila ru- sional ummat Islam untuk menuntut
musan “tujuh kata” dalam Piagam pelaksanaan syari’ah Islam ditang-
Jakarta itu tetap dipertahankan. 3 gapi sebagai tindakan subversif yang
Golongan Islam pada waktu itu dapat membahayakan negara sehingga
menerima perubahan Piagam Jakarta mendorong Presiden Soekarno untuk
mengingat situasi genting pasca mengumumkan Keputusan Presiden
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus Nomor 150 Tahun 1959 tentang De-
1945 serta janji yang dikemukakan krit Presiden tertanggal 5 Juli 1959
oleh Bung Karno yang akan mem- yang isinya membubarkan Konsti-
bahas kembali setelah Perang Asia tuante dan memberlakukan kembali
Timur Raya selesai atau enam bulan UUD 1945. Dekrit Presiden itu
kemudian setelah Proklamasi Kemer- dimuat dalam Lembaran Negara RI
dekaan. 4 No. 75 Tahun 1959.
Selama revolusi kemerdekaan
ummat Islam praktis tidak memper- Dekrit Presiden 5 Juli 1959:
soalkan perubahan Piagam Jakarta Legitimasi Konstitusional
itu. Tetapi setelah revolusi selesai dan
terbentuk Konstituante yang ber- Sekalipun secara formal Dekrit
tugas menyusun UUD baru, maka Presiden 5 Juli 1945 memberlakukan
ummat Islam memiliki kesempatan kembali UUD 1945, tetapi secara
untuk mempersoalkan kembali substansial Dekrit tersebut mengakui
Piagam Jakarta. Sikap ummat Islam berlakunya Piagam Jakarta 22 Juni
ini sepenuhnya konstitusional karena 1945 sebagai sumber hukum positif di
disampaikan dalam forum resmi yang Indonesia. Hal itu ditunjukkan de-
dibentuk dari hasil Pemilu 1955 yang ngan adanya konsiderans dalam
demokratis. Perjuangan konstitu- Dekrit Presiden yang menyatakan :

3
Informasi Bung Hatta tentang opsir Jepang diragukan oleh Ridwan Saidi karena
menurut penelitian Ridwan Saidi yang dimaksudkan dengan orang Jepang oleh Bung
Hatta sebenarnya adalah Imam Slamet, mahasiswa kedokteran yang berpostur tinggi,
rambut pendek, mata sipit, dan suka berpakaian putih-putih. Imam Slamet inilah yang
dikira orang Jepang oleh Bun Hatta. Imam Slamet ini mendatangi Bung Hatta bersama
Piet Mamahit atas dorongan Mr. Latuharhary dan Mr. I Gusti Ketut Pudja yang
menghendaki pencoretan “tujuh kata-kata” dalam Piagam Jakarta. Ridwan Saidi,
PIAGAM JAKARTA TINJAUAN HUKUM DAN SEJARAH, Jakarta: GPMI, 2007, hlm. 17.
4
Kasman Singadimedjo, HIDUP ITU BERJUANG: KASMAN SINGADIMEDJO 75
TAHUN, Jakarta: Bulan Bintang, 1972, hlm. 135.

93
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 89-98

“Kami berkeyakinan bahwa Piagam hukum positif nasional adalah “the


Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 historically first constitution as the
menjiwai UUD 1945 dan adalah meru- highest legal authority.” 5 Secara
pakan suatu rangkaian kesatuan dengan histories Piagam Jakarta lebih tua
konstitusi tersebut.” dibandingkan Proklamasi Kemerde-
Berdasarkan rumusan Dekrit kaan 17 Agustus 1945 dan UUD 1945
dan keterangan PM Juanda itu, maka yang disahkan pada tanggal 18 Agus-
penetapan Piagam Jakarta dalam tus 1945, sehingga dengan kedudu-
Dekrit mengandung akibat hukum kan seperti yang ditetapkan Dekrit
yang sangat fundamental: Pertama, Presiden maka Piagam Jakarta adalah
secara yuridis Piagam Jakarta meru- “the historically first constitution” yang
pakan sumber hukum positif di Indo- merupakan Groundnorm bagi tata
nesia. Kalimat “menjiwai UUD 1945 hukum positif Indonesia.
dan adalah merupakan suatu rangkaian Ketiga, pemuatan Dekrit Presi-
kesatuan dengan konstitusi tersebut” den itu dimuat dalam Lembaran Ne-
tidak dapat ditafsirkan lain kecuali gara RI No. 75 Tahun 1959 mengaki-
keberadaan UUD 1945 tidak dapat batkan kedudukan Piagam Jakarta
dilepaskan dari Piagam Jakarta. sangat kuat. Bila dibandingkan
Dengan demikian, UUD 1945 harus dengan Pancasila – dalam pengertian
dilaksanakan berdasarkan substansi “Pancasila” sebagai istilah — kedu-
yang terkandung dalam Piagam dukan Piagam Jakarta ini sangat kuat
Jakarta. Demikian pula seluruh pera- karena istilah “Piagam Jakarta” ter-
turan perundang-undangan nasional muat dalam Lembaran Negara,
secara substansial harus dilaksana- sementara istilah “Pancasila” tidak
kan berdasarkan muatan yang disebut dalam Dekrit Presiden itu dan
terkandung dalam Piagam Jakarta. dengan sendirinya tidak dimuat da-
Kedua, karena kedudukan yang lam Lembaran Negara sebagaimana
bersifat “menjiwai” maka secara “Piagam Jakarta”.
teoretis kedudukan Piagam Jakarta itu Keempat, penetapan Piagam
adalah sebagai Groundnorm. Menurut Jakarta dalam Dekrit Presiden itu
Hans Kelsen yang dimaksud dengan mengimplikasikan berlakunya syari’-
Groundnorm dalam suatu tatanan at Islam bagi para pemeluknya dalam

5
Hans Kelsen, PURE THEORY OF LAW, Berkeley/Los Angeles/London: University
of California Press, 1967, hlm. 203-204; Hans Kelsen, GENERAL THEORY OF LAW AND
STATE, New York: Russell & Russell, 1973, hlm. 112-116.

94
Kedudukan Piagaman Jakarta: Tinjauan Hukum Ketatanegaraan (Aidul Fitriciada Azhari)

system hukum positif nasional Indo- Dengan demikian, tidak diragu-


nesia. Hal itu mengacu pada kete- kan lagi bahwa dalam sistem hukum
rangan Perdana Menteri Juanda pa- di bawah aturan UUD 1945 berda-
da tanggal 25 Maret 1959 kepada sarkan Dekrit Presiden tertanggal 5
DPR hasil Pemilu 1955 yang menya- Juli 1959 terdapat kewajiban bagi
takan: ummat Islam untuk melaksanakan
syari’at Islam dan dengan sendirinya
Pengakuan adanya Piagam Jakar- terdapat pula kewajiban bagi
ta sebagai dokumen historis bagi pemerintah untuk menegakkan
Pemerintah berarti pengakuan syari’at Islam bagi seluruh ummat
pula akan pengaruhnya terhadap Islam di Indonesia.
UUD 1945. Jadi pengaruh ter-
maksud tidak mengenai Pembu- Piagam Jakarta Pascaaman-
kaan UUD 1945 saja, tetapi juga demen UUD 1945
mengenai pasal 29 UUD 1945,
pasal mana selanjutnya harus Dekrit Presiden tertanggal 5 Juli
menjadi dasar bagi kehidupan 1959 belum dicabut, sehingga pada
hukum di bidang keagamaan. dasarnya UUD 1945 yang berlaku
Yaitu dengan demikian kepada hingga sekarang ini adalah UUD
perkataan “Ketuhanan” dalam 1945 sebagaimana yang disebutkan
Pembukaan UUD 1945 dapat di- oleh Dekrit Presiden. 7 Kedudukan
berikan arti “Ketuhanan, dengan UUD 1945 berdasarkan Dekrit Presi-
kewajiban bagi ummat Islam den itu semakin kuat setelah MPR-RI
untuk menjalankan syari’atnya” pada tanggal 10 Agustus 2002 dalam
sehingga atas dasar itu dapat Perubahan Keempat UUD 1945
diciptakan perundang-undangan menetapkan:
bagi pemeluk Islam, yang dapat
disesuaikan dengan syari’at UUD Negara RI 1945 sebagaimana
Islam.6 telah diubah dengan perubahan

6
Ridwan Saidi. OP. CIT., hlm. 52.
7
Terdapat 3 versi UUD 1945, yakni (1) UUD versi PPKI yang disahkan pada tanggal
18 Agustus 1945, (2) UUD versi Berita Republik Indonesia Tahun II, No. 7 tertanggal 15
Februari 1946. Dalam UUD berdasarkan Berita RI tersebut terdapat Penjelasan UUD yang
disimpan terpisah dari UUD; (3) UUD versi Keppres No. 150 Tahun 1959 tentang Dekrit
Presiden tertanggal 5 Juli 1959 (LNRI No. 75, Th 1959). Dalam UUD 1945 versi Dekrit ini
Penjelasan UUD menjadi bagian tak terpisah dari UUD 1945.

95
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 89-98

pertama, kedua, ketiga, dan peru- Ketiga UUD 1945 yang menyatakan:
bahan keempat ini adalah UUD
Negara RI 1945 yang ditetapkan Kekuasaan kehakiman dilakukan
pada tanggal 18 Agustus 1945 dan oleh sebuah Mahkamah Agung
diberlakukan kembali dengan Dekrit dan badan peradilan yang berada
Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 di bawahnya dalam lingkungan
serta dikukuhkan secara aklamasi peradilan umum, lingkungan pe-
pada tanggal 22 Juli 1959 oleh DPR. radilan agama, lingkungan pera-
dilan militer, lingkungan pera-
Dengan penetapan oleh MPR-RI dilan tata usaha negara, dan oleh
itu, maka kedudukan UUD 1945 yang sebuah Mahkamah Konstitusi.
diberlakukan kembali dengan Dekrit
Presiden tertanggal 5 Juli 1959 Ketentuan tersebut menyebut-
semakin kuat karena sesuai dengan kan dengan jelas adanya lingkungan
Pasal 3 UUD 1945 yang berwenang peradilan agama sebagai salah satu
menetapkan UUD adalah MPR-RI. pelaksana kekuasaaan kehakiman di
Dalam perkataan lain, UUD 1945 Indonesia. Penetapan lingkungan
yang diberlakukan kembali oleh peradilan agama dalam Perubahan
Dekrit Presiden tertanggal 5 Juli 1959 Keempat UUD 1945 itu jelas merupa-
telah memiliki kekuatan hukum tetap kan perubahan fundamental meng-
karena telah ditetapkan sesuai ingat dalam pasal yang sama pada
dengan ketentuan UUD 1945 yakni UUD 1945 sebelumnya tidak diatur
ditetapkan oleh MPR-RI sebagai adanya ketentuan tersebut. Ketentuan
lembaga yang berwenang untuk itu. tentang Peradilan Agama sebelumnya
Dengan penetapan oleh MPR-RI diatur dalam UU Nomor 14 Tahun
itu, maka segala akibat hukum yang 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman
melekat dan ditimbulkan oleh UUD (LNRI Tahun 1970 Nomor 74, TLNRI
1945 berdasarkan Dekrit Presiden Nomor 2951) dan Undang-Undang
tertanggal 5 Juli 1959 berlaku dengan Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pera-
sendirinya, termasuk berlakunya dilan Agama (LNRI Tahun 1989
Piagam Jakarta sebagai bagian tak Nomor 49, TLNRI Nomor 3400). De-
terpisahkan dari UUD 1945. Artinya, ngan adanya ketentuan tentang pera-
dengan adanya Perubahan UUD 1945 dilan agama dalam UUD 1945, maka
maka kedudukan Piagam Jakarta peradilan agama memiliki kedudukan
tertanggal 22 Juni 1945 semakin kuat. konstitusional yang sangat kuat.
Hal itu sesungguhnya tercermin Bila dihubungkan dengan Pia-
dalam pasal 24 ayat (2) Perubahan gam Jakarta, ketentuan akan pera-

96
Kedudukan Piagaman Jakarta: Tinjauan Hukum Ketatanegaraan (Aidul Fitriciada Azhari)

dilan agama dalam UUD 1945 luruh di Provinsi Aceh Darussalam


mengandung makna adanya instru- berdasarkan UU Nomor 11 Tahun
men institusional yang berwenang 2006 (LNRI Tahun 2006, Nomor 62;
untuk menegakkan syari’at Islam TLNRI Nomor 4633). Di dalam UU
sesuai dengan kehendak Piagam tersebut ditetapkan berlakunya
Jakarta. Dengan begitu, terdapat syari’at Islam di Aceh yang meliputi
instrumen institusional yang meno- ibadah, ahwal al syakhshiyah (hukum
pang kewajiban bagi negara dan keluarga), muamalah (hukum per-
ummat Islam untuk melaksanakan data), jinayah (hukum pidana), qadha’
syari’at Islam sebagaimana dike- (peradilan), tarbiyah (pendidikan),
hendaki oleh Piagam Jakarta. dakwah, syiar dan pembelaan Islam.
Perkembangan peradilan aga- Selain itu ditentukan pula kewajiban
ma ini kemudian diperkuat dengan bagi setiap pemeluk agama Islam di
terbitnya UU Nomor 6 Tahun 2006 Aceh untuk menaati dan menga-
(LNRI Tahun 2006 Nomor 22, TLNRI malkan syari’at Islam.
Nomor 4611) yang memberikan Perkembangan syari’at Islam
kewenangan yang lebih luas kepada seperti itu menunjukkan bahwa sya-
Peradilan Agama dalam memeriksa ri’at Islam telah menjadi hukum
perkara, yakni (1) perkawinan; (2) positif yang berlaku formal di Indo-
waris; (3) wasiat; (4) hibah; (5) wakaf; nesia, sekalipun belum menyeluruh.
(6) zakat; (7) infaq; (8) shadaqah; dan Atas dasar itu timbul inisitaif di
(9) ekonomi syari’ah. Dengan berbagai daerah untuk melaksanakan
demikian, kewenangan peradilan syari’at Islam melalui penyusunan
agama bukan lagi pada perkara- Peraturan Daerah (Perda) – yang
perkara tradisional berupa “NCR”, kemudian dikenal sebagai Perda
tetapi sudah menyangkut mua- Syari’ah. Bila ditinjau dari kedudukan
malah. 8 konstitusional Piagam Jakarta berda-
Sementara itu secara khusus sarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
syari’at Islam berlaku secara menye- maka kemunculan perda-perda

8
Penjelasan Pasal 49 UU Nomor 6 tahun 206 menjelaskan Yang dimaksud dengan
“ekonomi syari’ah” adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut
prinsip syari’ah, antara lain meliputi: 1) bank syari’ah; 2) lembaga keuangan mikro
syari’ah; 3) asuransi syari’ah; 4) reasuransi syari’ah; 5) reksa dana syari’ah; 6) obligasi
syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah; 7) sekuritas syari’ah; 8)
pembiayaan syari’ah; 9) pegadaian syari’ah; 10) dana pensiun lembaga keuangan syari’ah;
dan 11) bisnis syari’ah.

97
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 89-98

syari’ah itu merupakan bagian dari tahun 1959 tentang Dekrit Presiden
upaya penegakan syari’at Islam seba- tertanggal 5 Juli 1959 dan dimuat
gai dikehendaki oleh Piagam Jakarta dalam Lembaran Negara RI No. 75
dan karenanya juga bersifat konsti- Tahun 1959 serta diperkuat lagi
tusional. dengan penetapan MPR-RI tentang
Perubahan Keempat UUD 1945 pada
Penutup tanggal 10 Agustus 2002. Dengan
kedudukan konstitusional yang kuat
Berdasarkan seluruh uraian di itu, terdapat kewajiban bagi ummat
atas dapat disimpulkan, bahwa Islam dan negara untuk menjalankan
Piagam Jakarta memiliki kedudukan syari’at Islam di Indonesia sebagai-
konstitusional yang kuat karena telah mana dikehendaki oleh Piagam
ditetapkan oleh Kepres No. 150 Jakarta. Wallahu’alam bi al-Shawab.

Daftar Pustaka

RM A.B. Kusuma, 2004. Lahirnya Undang-Undang Dasar. Jakarta : BP-FHUI.

Ridwan Saidi, 2007. Piagam Jakarta Tinjauan Hukum dan Sejarah. Jakarta:
GPMI.

Kasman Singadimedjo, 1972. Hidup itu Berjuang Kasman Singadimedjo 75 Tahun.


Jakarta: Bulan Bintang.

Hans Kelsen, 1967. Pure Theory of Law, Berkeley/Los Angeles/London:


University of California Press.

Hans Kelsen, 1973. General Theory of Law and State, New York: Russell &
Russell.

98

Anda mungkin juga menyukai