Abstract
Jakarta charter is the monumental product for establishing the Indonesian Nation.
It has leaded this nation to be independence and established country, with the strong
philosophy and foundation. This paper is the consensus result of Islam nationalist
leaders and secular nationalist through the long and tight debating in nation
establishing.
But in this consensus there was a group that did not agree with the statement
that “The nation is based on believing to the God with the obligation to carry out
Islamic syari’at for Moslem”. This statement was regarded discriminative for the
minority non Moslem. Finally, the Moslem leaders have wiped out that statement,
though the Jakarta Charter still linked the foundation and constitution of the nation.
Presidential Decree July 5, 1955 when Indonesia came back to 1945 UUD stated
that Jakarta Charter June 22, 1945 was spirit of 1945 UUD and as the unity link
with that constitution.
With the strong constitution position, there is obligation for the Moslem and
nation to carry out Islamic syari’at that wanted by Jakarta Charter.
89
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 89-98
90
Kedudukan Piagaman Jakarta: Tinjauan Hukum Ketatanegaraan (Aidul Fitriciada Azhari)
1
Pada tanggal 14 Juli 1945 Ir. Soekarno selaku Ketua Panitia Hukum Dasar menyam-
paikan laporan kerja panitia yang di antaranya menyepakati Pernyataan Kemerdekaan berasal
dari “Piagam Jakarta” alinea 1, 2, dan 3 dengan tambahan, dan Pembukaan UUD yang
berasal dari alinea ke-4 “Piagam Jakarta” dengan perubahan redaksional. RM A.B. Kusuma,
LAHIRNYA UNDANG-UNDANG DASAR, Jakarta : BP-FHUI, 2004, hlm. 326.
91
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 89-98
Pengakuan atas keistimewaan ummat Islam itu disebutkan oleh Dr. Soepomo sebagai
2
“Pikiran Kelima” dalam UUD 1945. Setelah muncul pemuatan UUD 1945 dan
Penjelasannya dalam Berita Negara Indonesia tanggal 15 Februari 1945 “Pokok Pikiran
Kelima” itu ditiadakan dari Penjelasan UUD. RM A.B. Kusuma, IBID, hlm. 358; Berita
Republik Indonesia Tahun II, No. 7 tertanggal 15 Februari 1946.
92
Kedudukan Piagaman Jakarta: Tinjauan Hukum Ketatanegaraan (Aidul Fitriciada Azhari)
yang akan memisahkan diri bila ru- sional ummat Islam untuk menuntut
musan “tujuh kata” dalam Piagam pelaksanaan syari’ah Islam ditang-
Jakarta itu tetap dipertahankan. 3 gapi sebagai tindakan subversif yang
Golongan Islam pada waktu itu dapat membahayakan negara sehingga
menerima perubahan Piagam Jakarta mendorong Presiden Soekarno untuk
mengingat situasi genting pasca mengumumkan Keputusan Presiden
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus Nomor 150 Tahun 1959 tentang De-
1945 serta janji yang dikemukakan krit Presiden tertanggal 5 Juli 1959
oleh Bung Karno yang akan mem- yang isinya membubarkan Konsti-
bahas kembali setelah Perang Asia tuante dan memberlakukan kembali
Timur Raya selesai atau enam bulan UUD 1945. Dekrit Presiden itu
kemudian setelah Proklamasi Kemer- dimuat dalam Lembaran Negara RI
dekaan. 4 No. 75 Tahun 1959.
Selama revolusi kemerdekaan
ummat Islam praktis tidak memper- Dekrit Presiden 5 Juli 1959:
soalkan perubahan Piagam Jakarta Legitimasi Konstitusional
itu. Tetapi setelah revolusi selesai dan
terbentuk Konstituante yang ber- Sekalipun secara formal Dekrit
tugas menyusun UUD baru, maka Presiden 5 Juli 1945 memberlakukan
ummat Islam memiliki kesempatan kembali UUD 1945, tetapi secara
untuk mempersoalkan kembali substansial Dekrit tersebut mengakui
Piagam Jakarta. Sikap ummat Islam berlakunya Piagam Jakarta 22 Juni
ini sepenuhnya konstitusional karena 1945 sebagai sumber hukum positif di
disampaikan dalam forum resmi yang Indonesia. Hal itu ditunjukkan de-
dibentuk dari hasil Pemilu 1955 yang ngan adanya konsiderans dalam
demokratis. Perjuangan konstitu- Dekrit Presiden yang menyatakan :
3
Informasi Bung Hatta tentang opsir Jepang diragukan oleh Ridwan Saidi karena
menurut penelitian Ridwan Saidi yang dimaksudkan dengan orang Jepang oleh Bung
Hatta sebenarnya adalah Imam Slamet, mahasiswa kedokteran yang berpostur tinggi,
rambut pendek, mata sipit, dan suka berpakaian putih-putih. Imam Slamet inilah yang
dikira orang Jepang oleh Bun Hatta. Imam Slamet ini mendatangi Bung Hatta bersama
Piet Mamahit atas dorongan Mr. Latuharhary dan Mr. I Gusti Ketut Pudja yang
menghendaki pencoretan “tujuh kata-kata” dalam Piagam Jakarta. Ridwan Saidi,
PIAGAM JAKARTA TINJAUAN HUKUM DAN SEJARAH, Jakarta: GPMI, 2007, hlm. 17.
4
Kasman Singadimedjo, HIDUP ITU BERJUANG: KASMAN SINGADIMEDJO 75
TAHUN, Jakarta: Bulan Bintang, 1972, hlm. 135.
93
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 89-98
5
Hans Kelsen, PURE THEORY OF LAW, Berkeley/Los Angeles/London: University
of California Press, 1967, hlm. 203-204; Hans Kelsen, GENERAL THEORY OF LAW AND
STATE, New York: Russell & Russell, 1973, hlm. 112-116.
94
Kedudukan Piagaman Jakarta: Tinjauan Hukum Ketatanegaraan (Aidul Fitriciada Azhari)
6
Ridwan Saidi. OP. CIT., hlm. 52.
7
Terdapat 3 versi UUD 1945, yakni (1) UUD versi PPKI yang disahkan pada tanggal
18 Agustus 1945, (2) UUD versi Berita Republik Indonesia Tahun II, No. 7 tertanggal 15
Februari 1946. Dalam UUD berdasarkan Berita RI tersebut terdapat Penjelasan UUD yang
disimpan terpisah dari UUD; (3) UUD versi Keppres No. 150 Tahun 1959 tentang Dekrit
Presiden tertanggal 5 Juli 1959 (LNRI No. 75, Th 1959). Dalam UUD 1945 versi Dekrit ini
Penjelasan UUD menjadi bagian tak terpisah dari UUD 1945.
95
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 89-98
pertama, kedua, ketiga, dan peru- Ketiga UUD 1945 yang menyatakan:
bahan keempat ini adalah UUD
Negara RI 1945 yang ditetapkan Kekuasaan kehakiman dilakukan
pada tanggal 18 Agustus 1945 dan oleh sebuah Mahkamah Agung
diberlakukan kembali dengan Dekrit dan badan peradilan yang berada
Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 di bawahnya dalam lingkungan
serta dikukuhkan secara aklamasi peradilan umum, lingkungan pe-
pada tanggal 22 Juli 1959 oleh DPR. radilan agama, lingkungan pera-
dilan militer, lingkungan pera-
Dengan penetapan oleh MPR-RI dilan tata usaha negara, dan oleh
itu, maka kedudukan UUD 1945 yang sebuah Mahkamah Konstitusi.
diberlakukan kembali dengan Dekrit
Presiden tertanggal 5 Juli 1959 Ketentuan tersebut menyebut-
semakin kuat karena sesuai dengan kan dengan jelas adanya lingkungan
Pasal 3 UUD 1945 yang berwenang peradilan agama sebagai salah satu
menetapkan UUD adalah MPR-RI. pelaksana kekuasaaan kehakiman di
Dalam perkataan lain, UUD 1945 Indonesia. Penetapan lingkungan
yang diberlakukan kembali oleh peradilan agama dalam Perubahan
Dekrit Presiden tertanggal 5 Juli 1959 Keempat UUD 1945 itu jelas merupa-
telah memiliki kekuatan hukum tetap kan perubahan fundamental meng-
karena telah ditetapkan sesuai ingat dalam pasal yang sama pada
dengan ketentuan UUD 1945 yakni UUD 1945 sebelumnya tidak diatur
ditetapkan oleh MPR-RI sebagai adanya ketentuan tersebut. Ketentuan
lembaga yang berwenang untuk itu. tentang Peradilan Agama sebelumnya
Dengan penetapan oleh MPR-RI diatur dalam UU Nomor 14 Tahun
itu, maka segala akibat hukum yang 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman
melekat dan ditimbulkan oleh UUD (LNRI Tahun 1970 Nomor 74, TLNRI
1945 berdasarkan Dekrit Presiden Nomor 2951) dan Undang-Undang
tertanggal 5 Juli 1959 berlaku dengan Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pera-
sendirinya, termasuk berlakunya dilan Agama (LNRI Tahun 1989
Piagam Jakarta sebagai bagian tak Nomor 49, TLNRI Nomor 3400). De-
terpisahkan dari UUD 1945. Artinya, ngan adanya ketentuan tentang pera-
dengan adanya Perubahan UUD 1945 dilan agama dalam UUD 1945, maka
maka kedudukan Piagam Jakarta peradilan agama memiliki kedudukan
tertanggal 22 Juni 1945 semakin kuat. konstitusional yang sangat kuat.
Hal itu sesungguhnya tercermin Bila dihubungkan dengan Pia-
dalam pasal 24 ayat (2) Perubahan gam Jakarta, ketentuan akan pera-
96
Kedudukan Piagaman Jakarta: Tinjauan Hukum Ketatanegaraan (Aidul Fitriciada Azhari)
8
Penjelasan Pasal 49 UU Nomor 6 tahun 206 menjelaskan Yang dimaksud dengan
“ekonomi syari’ah” adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut
prinsip syari’ah, antara lain meliputi: 1) bank syari’ah; 2) lembaga keuangan mikro
syari’ah; 3) asuransi syari’ah; 4) reasuransi syari’ah; 5) reksa dana syari’ah; 6) obligasi
syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah; 7) sekuritas syari’ah; 8)
pembiayaan syari’ah; 9) pegadaian syari’ah; 10) dana pensiun lembaga keuangan syari’ah;
dan 11) bisnis syari’ah.
97
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 89-98
syari’ah itu merupakan bagian dari tahun 1959 tentang Dekrit Presiden
upaya penegakan syari’at Islam seba- tertanggal 5 Juli 1959 dan dimuat
gai dikehendaki oleh Piagam Jakarta dalam Lembaran Negara RI No. 75
dan karenanya juga bersifat konsti- Tahun 1959 serta diperkuat lagi
tusional. dengan penetapan MPR-RI tentang
Perubahan Keempat UUD 1945 pada
Penutup tanggal 10 Agustus 2002. Dengan
kedudukan konstitusional yang kuat
Berdasarkan seluruh uraian di itu, terdapat kewajiban bagi ummat
atas dapat disimpulkan, bahwa Islam dan negara untuk menjalankan
Piagam Jakarta memiliki kedudukan syari’at Islam di Indonesia sebagai-
konstitusional yang kuat karena telah mana dikehendaki oleh Piagam
ditetapkan oleh Kepres No. 150 Jakarta. Wallahu’alam bi al-Shawab.
Daftar Pustaka
Ridwan Saidi, 2007. Piagam Jakarta Tinjauan Hukum dan Sejarah. Jakarta:
GPMI.
Hans Kelsen, 1973. General Theory of Law and State, New York: Russell &
Russell.
98