Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH PIAGAM JAKARTA

APA ITU PIAGAM JAKARTA ?


Piagam Jakarta atau yang dapat dikenal sebagai “Jakarta Charter on Religious
Freedom and Pluralism merupakan suatu pernyataan yang melambangkan
kebebasan dalam beragama dan pluralisme dalam hukum Indonesia.
Piagam Jakarta dibuat pertama kali pada tanggal 22 Juni 1945. Piagam Jakarta
pertama kali diciptakan oleh Panitia Sembilan yang diketuai oleh Dr. Radjiman
Wedyodiningrat. Piagam Jakarta juga sudah mengalami perubahan dari waktu
ke waktu.
Piagam Jakarta, juga dikenal sebagai Piagam Jakarta 1966 atau Piagam Jakarta
tentang Penyelenggaraan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Hukum dan
Ketertiban Masyarakat, adalah sebuah dokumen yang dikeluarkan pada tanggal
5 Juli 1966. Piagam ini dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia yang saat itu
dipimpin oleh Presiden Soekarno. Tujuan utama dari Piagam Jakarta adalah
untuk mengatur kembali ketertiban dan hukum di Indonesia setelah masa
ketidakstabilan politik yang terjadi pada tahun 1966.
Piagam Jakarta menciptakan otoritas pemerintah yang lebih sentral dalam
mengatur hukum dan ketertiban masyarakat, menggantikan sistem otonomi
daerah yang ada sebelumnya. Hal ini juga memberikan wewenang yang besar
kepada pemerintah pusat dalam hal mengeluarkan peraturan perundang-
undangan.
Selanjutnya, Piagam Jakarta menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah
Indonesia yang mengarah pada perubahan sistem pemerintahan, dan pada tahun
1974, Indonesia mengadopsi konstitusi baru yang menggantikan konstitusi lama
tahun 1945.
AWAL MULA TERBENTUKNYA PIAGAM JAKARTA
Piagam Jakarta terbentuk di dalam BPUPKI atau Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia serta digunakan untuk menjadi sebuah
jembatan perbedaan dalam agama serta negara yang ada. Piagam Jakarta juga
sering disebut dengan Jakarta Charter.
Piagam Jakarta merupakan piagam atau sebuah naskah yang disusun pada rapat
Panitia Sembilan. Rapat ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 1945.
Panitia Sembilan yang dibentuk pada 1 Juni 1945. Terbentuk dari sembilan
tokoh yang terdiri dari sebagai berikut.
 Ir. Soekarno sebagai ketua dari Panitia Sembilan.
 Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua dari Panitia Sembilan
 Mr. Achmad Soebardjo sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 Mr. Muhammad Yamin sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 KH. Wachid Hasyim sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 Abdul Kahar Muzakir sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 Abikoesno Tjokrosoejoso sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 H. Agus Salim sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 Mr. A.A. Maramis sebagai anggota dari Panitia Sembilan
Pada awal sejarah Piagam Jakarta dicetuskan bermula dari dibentuknya
BPUPKI. Pada saat dibentuknya badan BPUPKI tersebut, memiliki tugas untuk
mempersiapkan bangsa Indonesia terhadap proses kemerdekaannya menjadi
Republik Indonesia.
Setelah dibentuk, para anggota BPUPKI mulai mengemukakan pendapat
mereka mengenai berbagai nilai yang dapat dijadikan dasar negara Indonesia.
Kemudian dibentuk dan disebut sebagai Pancasila.
Dalam perumusan Pancasila tersebut, terdapat beberapa rumusan teks yang
dikemukakan oleh tiga tokoh. Mulai dari Muhammad Yamin, Soepomo, serta
Soekarno.
Dalam menyempurnakan berbagai usulan yang dikeluarkan oleh ketiga tokoh
tersebut, maka dibentuklah Panitia Sembilan. Panitia ini memiliki tugas di luar
sidang resmi dalam merumuskan suatu rancangan pembukaan hukum dasar.
Tugas Panitia Sembilan tersebut adalah menyusun sebuah naskah rancangan
yang akan digunakan untuk pembukaan hukum dasar yang kemudian disebut
oleh Mr. Muhammad Yamin sebagai Piagam Jakarta yang dikenal hingga saat
ini.
Piagam Jakarta tersebut memiliki isi rumusan dasar negara yang merupakan
hasil yang pertama kali disepakati di dalam sidang. Rumusan dari dasar negara
tersebut yang terdapat di dalam naskah Piagam Jakarta terdiri dari sebagai
berikut.
 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya.
 Kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Persatuan Indonesia.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah tersebut yang merupakan hasil kerja dari Panitia Sembilan yang
dibentuk tersebut. Kemudian diterima oleh BPUPKI untuk dijadikan Rancangan
Mukadimah Hukum Dasar Negara Indonesia Merdeka tepatnya pada tanggal 14
Juli 1945.
Setelah kemerdekaan negara Indonesia, rumusan dari dasar negara Pancasila
tersebut kemudian disahkan oleh PPKI. Pengesahannya dilaksanakan dalam
sidang yang terjadi pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai dasar dari filsafat
negara Indonesia.
ISI PIAGAM JAKARTA
Berikut ini merupakan Isi dari Piagam Jakarta 22 Juni 1945
BERIKUT ISI PIAGAM JAKARTA YANG DI UBAH :
 Kata “Mukaddimah” di Piagam Jakarta diganti dengan kata
“Pembukaan”.
 Sila pertama Piagam Jakarta, yang berbunyi “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” telah
diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa.”
 Perubahan kaliamat pada Piagam Jakarta yang berbunyi “Presiden ialah
orang asli Indonesia asli dengan beragama Islam” berubah menjadi
“Presiden ialah orang Indonesia asli.”
 Perubahan kalimat Piagam Jakarta yang berbunyi “Negara berdasar atas
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” diganti menjadi pasal 29 UUD 1945 dengan bunyi yang
diubah menjadi “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.”
INTISARI DARI PIAGAM JAKARTA
A.Kebebasan Beragama
Piagam Jakarta mengakui dan mempromosikan kebebasan beragama dan
berkeyakinan sebagai hak asasi manusia yang fundamental. Setiap individu
memiliki hak untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama atau
keyakinan sesuai dengan kepercayaan pribadinya.
B.Kerukunan Antarumat Beragama
Piagam Jakarta mendorong terciptanya kerukunan antarumat beragama di
Indonesia. Hal ini mencakup penghormatan, saling pengertian, dan
kerjasama antara pemeluk agama yang berbeda-beda.
C.Toleransi dan Dialog Antaragama
Piagam Jakarta menganjurkan pentingnya menjaga dan mempromosikan
toleransi antaragama. Ini melibatkan dialog yang terbuka dan konstruktif
antara pemimpin agama, tokoh masyarakat, dan pihak-pihak terkait untuk
membangun pemahaman yang lebih baik, menghormati perbedaan, dan
mencari kesamaan dalam nilai-nilai kemanusiaan.
D.Penolakan Terhadap Diskriminasi
Piagam Jakarta menolak segala bentuk diskriminasi berbasis agama atau
keyakinan. Piagam ini mempromosikan prinsip kesetaraan dan non-
diskriminasi, di mana setiap individu memiliki hak yang sama dalam
menjalankan agama dan keyakinannya tanpa adanya perlakuan yang tidak
adil.
E.Perlindungan Hukum
Piagam Jakarta mengadvokasi perlindungan hukum terhadap kebebasan
beragama dan pluralisme. Piagam ini mendorong adopsi kebijakan dan
regulasi yang melindungi hak-hak individu dalam menjalankan agama atau
keyakinan mereka serta mencegah adanya tindakan diskriminatif atau
kekerasan berbasis agama.
TUJUAN PIAGAM JAKARTA
A.Memperkuat nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika
Piagam Jakarta bertujuan untuk memperkuat prinsip persatuan dalam
keragaman, yang diwujudkan dalam moto nasional Indonesia “Bhinneka
Tunggal Ika” yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Dengan
mempromosikan toleransi dan kerukunan antarumat beragama, piagam ini ingin
memastikan bahwa warga Indonesia dapat hidup bersama secara harmonis
meskipun memiliki perbedaan agama dan kepercayaan.
B.Mempromosikan kebebasan beragama
Piagam Jakarta menekankan pentingnya menghormati dan melindungi hak asasi
manusia, termasuk kebebasan beragama, berkeyakinan, dan beribadah.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap individu memiliki kebebasan
untuk menjalankan keyakinan dan beribadah sesuai dengan agamanya, tanpa
adanya diskriminasi atau tekanan dari pihak manapun.
C.Membangun dialog antaragama
Piagam Jakarta mendorong dialog dan kerjasama antarumat beragama. Dengan
mengadakan diskusi dan pertemuan antara pemimpin agama dan masyarakat
dari berbagai latar belakang keagamaan, piagam ini berusaha untuk membangun
pemahaman, menghormati perbedaan, dan mencari kesamaan dalam nilai-nilai
kemanusiaan yang mendasar.
D.Menolak diskriminasi dan kekerasan berbasis agama
Salah satu tujuan utama Piagam Jakarta adalah menolak segala bentuk
diskriminasi dan kekerasan yang dilakukan berdasarkan agama atau keyakinan.
Piagam ini ingin menciptakan masyarakat yang adil, di mana semua individu
diperlakukan dengan kesetaraan dan dihormati tanpa memandang latar belakang
agama atau keyakinan mereka.
E.Mempromosikan inklusi sosial dan partisipasi masyarakat beragama
Piagam Jakarta berupaya untuk memastikan partisipasi masyarakat beragama
dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik. Tujuannya adalah untuk
menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana semua warga negara Indonesia
dapat berkontribusi dan memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai bidang
kehidupan.
PIAGAM JAKARTA DAN PANCASILA
Inti dari isi Piagam Jakarta adalah penetapan tujuan, prinsip, dan dasar negara
Indonesia yang merdeka. Piagam Jakarta adalah suatu dokumen yang
menguraikan pandangan dasar mengenai cita-cita dan tujuan pembentukan
negara Indonesia.Piagam Jakarta dibuat dengan tujuan untuk dijadikan dasar
negara Indonesia setelah merdeka. Rumusan Piagam Jakarta disampaian pada
22 Juni 1945 dan disusun oleh Panitia Sembilan yang terdiri dari sembilan
tokoh Indonesia.perbedaan rumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
terdapat pada sila pertama.Piagam Jakarta mengadvokasi perlindungan hukum
terhadap kebebasan beragama dan pluralisme. Piagam ini mendorong adopsi
kebijakan dan regulasi yang melindungi hak-hak individu dalam menjalankan
agama atau keyakinan mereka serta mencegah adanya tindakan diskriminatif
atau kekerasan berbasis agama.
Rancangan pembukaan UUD 1945 inilah yang disebut Piagam Jakarta, yang
disetujui pada 22 Juni 1945. Mohammad Yamin adalah tokoh yang
mengusulkan nama Piagam Jakarta pada 10 Juli 1945, atau pada Sidang
BPUPKI kedua yang diselenggarakan antara 10-17 Juli 1945.
Hubungan Piagam Jakarta dengan Pembukaan UUD 1945 adalah Piagam
Jakarta merupakan isi pembukaan dari UUD 1945, yang mana di dalamnya
terdapat lima sila dasar atau Pancasila.
Pancasila menjadi dasar negara dan ideologi Indonesia yang terdiri atas 5 sila
dan menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan
berbangsa dan bernegara. Secara keseluruhan, Pancasila dan Piagam Jakarta
memiliki isi yang sama. Yang membedakan hanya bunyi pada sila pertama saja.
Perbedaan terbesar antara Piagam Jakarta dengan rumusan Pancasila Soekarno
adalah keberadaan frasa “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”. Frasa yang dikenal dengan sebutan “tujuh kata” ini
mengakui syariat untuk Muslim.

Anda mungkin juga menyukai