Anda di halaman 1dari 7

b. Jumlah Pembesian.

Jumlah besi Yang diperlukan untuk kerasan rigid ditentukan dengan rumus penulangan
perkerasan rigid ditentukan dengan rumus :

Dipakai Iuas penampang lintang pembesian minimum sebesar 0,05% kali penampang
lintang beton.
Prosentase ini didapat dengan membagi Iuas penampang lintang besi, dengan Iuas
penampang beton per unit panjang atau lebar dikalikan 100%. Pembesian memungkinkan
menambah besar ukuran stab beton, sehingga mengurangi jumlah Contraction Joint
melintang.
Biaya untuk penulangan perkerasan dibandingkan dengan Penghematan dalam jumlah
Contraction ioint melintang, perlu dihitung untuk menentukan prosentase besi yang lebih
ekonornis.

c. Joint Pada Perkerasan Dengan Tulangan

Contraction Joint melintang pada perkerasan rigid dengan IknUlangan berjarak 75 feet
(23 m), semua joint harus Ailengkapi dengan besi pernindah beban, Dowel. Lihat Gambar
6-59.
27. Evaluasi T erhadap Kekuatan Perkerasan.

Sering terjadi pada Lapangan Terbang Yang ada, kita ingin tahu berapa
daya dukungnya, apakah landasan masih rnampu melavani pesawat-pesawat
vang mendarat.
Atau sesudah selesai pembangunan sebuah lapangan terbang baru, kita
ingin tahu kapasitas kemarnpuan landasannya.
Untuk mengetahuinya dibuatlah prosedure evaluasi kekuatan
perkerasan
Tuiuan mengetahui atau eval uasi perkerasan lapangan:

 Tahu secara pasti kapasitas pelayanan beban roda pesawat bagi


operasi- operasi Yang diharapkan.
 Menaksir kemampuan perkerasan, melayani perubahan lalu
Iintas baik urnenya maupun besarnya.
 Menentukan kondisi Lapangan Yang ada, guna perencanaan
bagi perbaikan selanjutnya.
Prosedur evaluasi pada umumnya merupakan langkah-langkah kebalikan
dari perencanaan, dengan menggunakan kurve-kurve yang sama.
Dasar-dasar evaluasinya sama dengan me tode Yang dipakai ketika
merencanakan perkerasan itu. bila lalu lintas Yang menggu nakan fasilitas itu sesuai
dengan perencanaan.

Harus diingat ketika kita mengadakan evaluasi, terdapat satu masa dari
selesainya pembangunan sam pai diadakan evaluasi, perkerasan telah mengalami
kemu nduran konstruksi.

Pengaruh perubahan volume lalu lintas kepada kekuatan perkerasan biasanya


sangat kecil dan tidak mempengaruhi beban Yang diizinkan.

a. Prosedure Evaluasi
Ada dua jenis teknis cara evaluasi yaitu

 Destructive.
 Non Destructive test
Non Destructive test lebih cepat. lebih sederhana tidak banyak gangguannya
terhadap kesibukan Ialu lintas pesawat, tetapi membutuhkan peralatan Yang
hingga kini di indonesia belum ada.
Tetapi hanya berlaku untuk sistim perkerasan konversionil baik rigid mauoun
flekible.
Untuk kondisi lapangan- lapangan terbang di Indonesia lebih muciah mengadakan
eval uasi dengan cara destructive test.

b. Evaluasi Perkerasan Flexibie Dengan Test Destructive.


1) Contoh tanah Subgrade pondasi landasan ditest CBR -rnva. dari beberapa
titik. bandingan CBR Suburade ini dengen klasifikasi Subgradg deri FAA.
Test CBR Inendaknya pada CBR jenuh air (di rendam) untuk mengetahui
kelakuar tanah pada keadaan jenuh.

2). Adakan juga test CBR lapangan„ tetapi CBR test lapangan diselenggaraken
pada perkerasan vang berumur lebih.
Dari 3 tahun kecuali bila moisture Content tartah Subgrade telah stabil.

3). Diizinkan untuk mengkonversi harga ' 'F tanah (prosedure FAA) ke CBR. bila
hasil test CBR laboratorium tidak sebanding dengan test CBR lapangan.
4) Tebal tiap lapisan dari perkcrasan ilexible haras diketahui dengan “Boring”
atau test Pit, bandingkan. hasilnya dengan as - built – drawing.
5) Data-data tebal perkerasan total, tebal tiap-tiap lapisan, harga CBR Subgrade
atau klasifikasinva menurut FAA (fak tor F) dimasukkan dalam kurve-
kurve evaluasi untuk menerntukan kapasitas dukung perkerasan. Grafik yang
di pakai adalah gambar 6-9 sampai 6-14. Apebila di ketahui tingkat annual
deoarture, kapasitas dukung perkerasan dapat ditentukan dengan grafik 3-
15 sampai 6-23.
C. Evaluasi Perkerasan Rigid Dengan Test Destructive

 Data Yang diperiukan untuk evaluasi adalah: tebal tiap lapisan perkerasan,
flexural Strength beton dan Modulus Reaction tanah Subgrade (harga K).
 Tebal Slab beton bisa ditentukan dengan ”Coring” atau melihat catatan waktu pengecoran.
 Flexural Strength beton dapat ditentu kan dengan test pada batang contoh-contoh
Yang digergaji dari perkerasan di lapangan.
Rumus pendekatan kuat tekan beton dengan kuat bengkok beton (Flexural Strength).
R 9 v/ fc'

R = Flexural Strength (kuat bengkOk) psi

fc' = Kuat tekan, psi.

Rumus di atas dipakai untuk memperkirakan flexural strength beton, bila dari
lapangan bisa kita ukur kuat tekannva.

 Modulus reaction tanah subgrade (harga k) dapat ditentukan dengan test plate
bearing, prosedure AASHTO T 222 Tetapi perlu koreksi terhadap pengaruh
”Kejenuhan” tanah Subgrade jika subgrade tersebut tidak jenuh Pada Saat
diadakan test lapangan.
 Bila terdapat lapisan Subbase, diizinkan menyesuaikan harga k dengan memakai grafik 6-34.

28. Contoh-contoh Perhitungan Evaluasi.

 Contoh 1 : Perkerasan Flexible.


 Semua data Yang diperlukan ditentukan dengan melihat kondisi perkerasan Yang
ada, proses selaniutnya dimasukkan ke dalam grafik perencanaan dengan
prosedure kebalikan.
 Inputnya adalah: CBR dari tanah Subgrade dan lapisan Subbase. tebal surface.
lapisan base dan lapisan subbaæ. tingkat annual departure.
 Perhi tungan Yang menghasii kan beban izin terendah dipakai sebagai harga
kontrol evaiuasi. Data-data sebagai berikut
CBR Subgrade = 5; CBR Subbase - 15
Tingkat annual departure = 6000
Lapisan aspal Surface = 4 in Tebal lapisan base 8 in
Tebal lapisan Subbase = 10 in
 Dari CBR S/G 5 dan annual departure 6000 serta tebal perkerasan 4
+8 + 10 22 in masukkan ke dalam grafik 6-16. terbaca berat kotor
61.000 Ibs.
 Dari CBR Subbase 15 annual departure 6000, tebal perkerasan = 4
48— 12 in.
Gambar 6-16, terbaca berat kotor 75.CX)O Ibs.
Tebal surface aspal 4 in. sewai dengan svarat perencanaan.
Maka, kapasitas daya dukung perkerasan adalah: 61000 Ibs untuk pesawåt dual
gear.
Check tebal minimum base coarse dengan gambar 624, Dengan tebal perkerasan
tebal 22 in CBR Subgrade 5, minimum base Coarse = 6 in (terpenuhi).

Contoh 2 .
Perkerasan flexible. Menggunakan kurve evaluasj gambar 6-9 sampai 6-14.
Diberikan data seperti contoh l, hitung beban yang diizin kan untuk
peswat Dual Wheel :

Karena faktor klasifikasi tanah subgrade (menurut FAA) tidak ada, maka CBR
5 adalah (lihat tabel 65), Tabel perkersan total : 4 + 8 + 10 =22 in. Dengan klas
Subgrade F9. Maka digunakan gambar 6-10. Țerbaca berat kotor = 45.000 lbs
untuk pesawat dual Gear.
Tebal base coarse minimum vang dibutuhkan 6 in ( terpenuhi ).

Contoh 3 : Perkerasan Rigid


 Evaluasi perkerasan rigid bagi pesawat vang beratnya lebih dari 30,000 bbs,
membutuhkan data-data: Flexural Strength beton, harga K kondisi, tebal Slab
beton dan tingkat annual departure.

 Diberikan data-data sebagai berikut


Tebal Slab beton - 10 inchi,
Flexural Strength beton — 600 psi.
Tingkat annual departure - 5.000, angqaolah digunakan subbase dengpn batu
pecah gradasi balk. tebalnya 8 inchiHarga < Subgrade 150 pci.

 Karena adanya lapisan subbase, maka harga K harus disesuaikan, pakai


gambar 6-34. Terbaca harga K yang sudah disesuaikan 230 pci.
 Dari data di atas, harga K 230 pci, lapisan beton = 10 inchi
masukkan datanya pada gambar 6-40 Dual Wheel Gear.
Terbaca berat kotor — 70.000 lbs
Maka kapasitas dava dukung perkerasan rigid adalah 70,000 untuk pesavvat
Dual Wheel Gear.

Contoh 4 : Menggunakan Grafik Lain.

 Data-data sama dengan Contoh 3 :

Flexural Strength 600


Working Stress = 343 psi
1.75 1.75

Masukkan dalam grafik 6-43 Dual Wheel Gear.


Terbaca berat kotor = 80.000 lbs.
Kapasitas daya dukung perkerasan rigid yang ada untuk pesawat Dual Wheel
Gear = 80.000 lbs.

 Apabila pengaruh Subbase kepada harga K Subgrade diabaikan,


maka harga K = 150 pci. Lalu masukkan data-data kepada
gambar 643. Terbaca berat kotor = 75.000 lbs.
Kapasitas dukung untuk pesawat Dual Wheel Gear 75.000 lbs.
Di situ menunjukkan bahwa, Variasi harga K hanya memberikan pengaruh
yang kecil saja pada perkerasan rigid.

Anda mungkin juga menyukai