Anda di halaman 1dari 5

PENGASINGAN SOEKARNO DI RENGASDENGKLOK

Rupa' Rengasdengklok di medio 1940-an, jelas tidak cukup


menarik bagi sebagian besar orang.

Jalanan tak beraspal, kebun luas dan gelap, hingga kawanan binatang
liar mungkin masih mendominasi tempat yang memiliki peran penting dalam
sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.

Rengasdengklok adalah kecamatan yang terletak di Kabupaten


Karawang

,
Pagi itu saya menuju ke Rengasdengklok, tepatnya ke Desa Kalijaya,
untuk mengunjungi rumah milik (alm.) Djiaw Kie Siong.

Djiaw Kie Siong adalah nama pemilik rumah bersejarah yang disinggahi
oleh dua tokoh bangsa, Soekarno dan Hatta.

Sekitar pukul 06.00 WIB saya bertolak dari kawasan Pancoran menuju
Karawang lewat jalur bebas hambatan. Namun kenyatannya setelah masuk
ke kawasan Bekasi barat mobil justru terjebak macet hingga keluar gerbang
Cikarang.

Mencari rumah bersejarah ini tidak sulit, cukup berbekal gawai dan ketika
rumah Sejarah Rengasdengklok di aplikasi peta digital dan tunggulah
petunjuk muncul seiring dengan kecepatan koneksi internet.

Letak rumah bersejarah ini tak jauh dari Monumen Kebulatan Tekad,
yang merupakan markas pasukan Pembela Tanah Air (PETA).

v
Saat tiba di sana, saya disambut oleh pemandangan yang menyegarkan
mata meskipun cuaca amat terik.

Di sepanjang gang, saya melihat grafiti tokoh bangsa yang ada di dalam
peristiwa Rengasdengklok seperti Soekarno, Hatta, Sukarni, Soebarjo,
Chaerul Saleh, dan Wikana lengkap dengan kutipan bernuansa nasionalisme.

Hanya berjarak 20 meter dari gerbang masuk gang, saya akhirnya


bertemu dengan bangunan bersejarah itu.

Nuansa rumah tersebut kini sudah lebih modern ketimbang beberapa


gambar yang saya lihat di dunia maya. Namun ada beberapa hal yang tidak
berubah yakni bentuk bangunan utama, kayu, dan ubin.

.
Kebetulan hari itu saya bertemu dengan istri dari pemilik rumah, yang
masih keturunan Djiaw Kie Siong.

Ia dengan semangat menceritakan kisah yang terjadi di rumah yang


dibangun tahun 1920 ini.

"Dulu waktu peristiwa 16 Agustus, rumahnya masih belum di sini. Terus


karena banjir besar sungai Citarum tahun 1955, akhirnya dipindah ke sini
tahun 1957," ujar istri Yanto Djuhari "Lokasi (rumahnya yang) asli sekarang
sih udah di tengah-tengah sungai."

Ia tak tahu pasti alasan kenapa rumah Djiaw Kie Siong yang dipilih untuk
menjadi tempat persinggahan Soekarno dan Hatta. Namun ia memperkirakan
karena lokasi rumah ini tidak mencolok, mengingat pada saat itu keadaan
sedang genting.
Masuk ke bagian dalam rumah, pengunjung akan disuguhi sebuah meja
yang menyerupai altar mini untuk kegiatan peribadatan. Tak hanya itu saja,
pada dinding terdapat beragam foto yang dibingkai rapih.

Bahkan dua buah lemari yang tidak terletak di dekat pintu masuk juga
menyimpan beberapa memorabilia terkait peristiwa Rengasdengklok atau hari
kemerdekaan.

Rumah berbahan utama kayu ini, terlihat masih sangat kokoh walau ada
beberapa bagian yang lapuk dimakan usia. Tak hanya itu saja, tempat tidur
Bung Karno dan Bung Hatta juga masih tersusun rapi lengkap dengan
kelambunya.

Anda mungkin juga menyukai