Anda di halaman 1dari 58

STRATEGI DAKWAH PENGHULU KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

DALAM MEMBENTUK KELUARGA BERKUALITAS BAGI CALON

PENGANTIN DI KUA KECAMATAN BANTAENG

Draft Proposal

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
Uin Alauddin Makassar

Oleh:

NUNUNG BADRULLAH

NIM: 50400120083

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam islam terdapat 2 pedoman hidup yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Al-

Qur’an dan Hadist Nabi menyuruh umat islam untuk berupaya membangun dan

mewariskan kualitas hidup yang lebih baik kepada generasi penerus. Seorang

muslim didorong oleh ajaran agama supaya berusaha menciptakan hari esok yang

lebih baik bagi calon generasi yang akan datang. Untuk mewujudkan hal tersebut

tentu harus dimulai sejak pembentukan keluarga sebagai unit yang terkecil yang

dapat menentukan kuat atau rapuhnya kehidupan didalam berkeluarga dan

bermasyarakat.1

Kita ketahui bahwa strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sebuah sasaran

yang khusus. Sedangkan dakwah adalah mengajak atau menyeruh manusia agar

menempuh kehidupan ini di jalan Allah SWT. Maka, strategi dakwah dalam islam

dapat diartikan sebagai sebuah rencana atau kegiatan yang dilakukan oleh para

ulama dan mubaligh yang mempunyai tujuan serta sasaran khusus dalam

berdakwah. Strategi dakwah itu antara lain adalah dengan perdagangan,

perkawinan, pendidikan, ekonomi, tasawuf, dan kesenian.2 Strategi menurut

bahasa adalah suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

1
Kholifatul Hasanah, dkk, “Strategi Dakwah Penghulu Dalam Membentuk Keluarga
Berkualitas Bagi Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Jayaloka”, Jurnal Al-
Idaroh: Media Pemikiran Manajemen Dakwah, (Vol. 1, 2019), hal. 1
2
Amir Hamza, Dakwah Di Masa Pandemi, (CV Jejak, 2021), Hal. 87
sasaran dan tujuan khusus. Menurut Asmuni Syukir, strategi dakwah diartikan

sebagai metode, siasat, taktik, atau maneuvers yang di pergunakan dalam aktivitas

(kegiatan) dakwah3. Menurut Awaludin Pimay, strategi dakwah dapat diartikan

sebagai proses menentukan cara dan daya upaya untuk menghadapi sasaran

dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna guna mencapai tujuan dakwah

secara optimal.4 Dari kedua pernyataan tersebut, strategi dakwah adalah suatu cara

atau tehnik menentukan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah.

Langkah-langkah tersebut disusun secara rapi, dengan perencanaan yang baik

yaitu: (1) Memperjelas secara gamblang sasaran-sasaran ideal, (2) Merumuskan

masalah pokok umat islam, (3) Merumuskan isi dakwah, (4) Menyusun paket-

paket dakwah, (5) Evaluasi kegiatan dakwah. Oleh karena itu, strategi dakwah

harus sesuai dengan kondisi masyarakat (mad’u) dalam konteks sosial kultural

tertentu.5 Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Ali Imran ayat 104 sebagai

berikut:

‫ َي ۡد ُع ىَن ِإَلى ٱۡل َخ ۡي ِر َو َي ّۡأ ُم ُروَن ِب ٲۡل َم ۡع ُروِف َو َيۡن َهۡى َن َع ِه ٱۡل ُم نَك ِۚر‬ٞ‫َو ۡل َتُك هّ ِم نُك ۡم ُّأَم ة‬
‫َٰٓل‬
‫َو ُأْو ِئَك ُهُم ٱۡل ُم ۡف ِلُحىن‬

Terjemahanya:

3
Asmuni Syukir, Strategi dakwah islam, (Surabaya : Usaha Nasional,1983), hal. 32
4
Awaluddin Pimay, Paradigma Dakwah Humanis: Strategi dan metode dakwah prof KH
Syaifuddin Zuhri, (Semarang: Rasail, 2005), hal. 50
5
Elemansyah, dkk. Revitalisasi Dakwah Pinggiran: Penguatan Profesionalitas Da’i dan
Infrastruktur Dakwah, (IAIN Pontianak Press: Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat
(LP2M), 2018), hal. 47-48
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.6

Penghulu merupakan seorang yang mengatur dan pemimpin masyarakat yang

ada di indonesia. Kata penghulu berasal dari kata hulu yang diberikan awal pe.

Kata hulu merujuk pada sumber atau awal sebagaimana kata hulu sungai.

Sementara awalan pe merupakan pembentukan kata benda. Jadi penghulu adalah

seorang yang diberikan tugas yang dituangkan untuk menjadi pemimpin di

masyarakat. Masyarakat beranggapan bahwasanya kata penghulu identik dengan

kepala suku yang memiliki kewenangan untuk mengatur kemenakan dan harta

pusaka. Namun, berbeda dengan sebagian masyarakat di pulau jawa, penghulu

identik dengan seorang atau pejabat yang berwenang melakukan akad nikah.

Kantor urusan Agama (KUA) sebagai wadah dalam membentuk calon

pengantin agar menjadi keluarga berkualitas, sakinah, mawaddah, dan warahma.

Dalam membentuk keluarga berkualitas bagi calon pengantin penghulu di Kantor

Urusan Agama (KUA) ialah dengan melakukan Bimbingan Perkawinan Calon

Pengantin (BIMWIN CATIN). Untuk mewujudkan sebagian tugas Kantor Urusan

Agama (KUA) maka diperlukan strategi untuk meminimalisir masalah yang akan

terjadi di masa mendatang sehingga tujuan dakwahnya sesuai dengan yang

diharapkan. Terdapat beberapa strategi dakwah: (1) Dakwah Fardiah, (2) Dakwah

Ammah, (3) Dakwah Bil-lisan, (4) Dakwah Bil-hal, (5) Dakwah Bit-tadwin, dan

(6) Dakwah Bil-Hikmah.7 Strategi yang didukung dengan metode yang bagus dan
6
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6622840/surat-ali-imran-ayat-104-penyeru-
amar-maruf-nahi-munkar-adalah-yang-beruntung
7
Alifa Febri Utami, “Strategi dakwah Kantor Urusan Agama dalam Membina Keluarga
Sakinah Di Kecamatan Cimahi Selatan: Studi Deskriptif di Kantor Urusan Agama Kecamatan
pelaksanaan strategi yang akurat, akan menjadikan sasaran (calon pengantin) siap,

matang dan beriorentasi jelas dimana cita-cita dan tujuan yang telah direncanakan.

Penghulu yang menjadi subyek dari strategi yang ingin dijalankan, dari strategi

tersebut ditujukan agar memiliki sasaran dan cita-cita yang jelas dan realistis

sehingga mendorong dakwah mengikuti arah yang telah direncanakan.8

Keluarga adalah lembaga terkecil yang berperan dalam membentuk

masyarakat, bahkan negara. Keluarga yang kuat lagi sehat secara fisik dan psikis

akan menghasilkan masyarakat dan keluarga yang berkualitas. Demi membangun

keluarga berkualitas, maka harus dilakukan pembinaan terhadap calon pengantin

agar terwujud keluarga sakinah, mawaddah, dan wa rahma. Keluarga pada

umumnya diartikan sebagai hubungan darah. Secara umum keluarga ialah sebagai

kelompok yang disatukan oleh ikatan perkawinan, gen, darah, atau adopsi yang

memiliki struktur rumah tangga tersendiri yang didalamnya saling berinteraksi,

berkomunikasi, yang mempunyai peran ayah dan ibu serta anak.9

Keluarga berkualitas dapat dikatakan berkualitas apabila dapat menghidupi

keuangan keluarga, kecukupan material dan setiap komponen keluarga ikut serta

membantu. Sebelum menjadi keluarga yang berkualitas tentunya harus terlebih

dahulu di dasari dengan perkawinan. Hal tersebut juga menjadi dasar dalam

membentuk keluarga yang berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga

yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah. Keluarga yang berkualitas


Cimahi Selatan”, Skipsi, (2023), Hal. 1-2
8
Septi Kholifatul Hasanah, dkk. “Strategi Dakwah Penghulu Dalam Membentuk
Keluarga Bekualitas Bagi Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama Kec. Jayaloka”, Jurnal:
Manajemen Dakwah, Al- Idarah, (Vol. 01 No. 02, 2021), Hal. 48
9
Wardevi Riza., Bimbingan Pra Nikah Bagi Calon Pengantin Dalam Membentuk
Keluarga Sakinah Di Kanagarian Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
Jurnal: Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, (Vol. 1, No. 2, dec. 2019), hal. 1
memiliki ciri sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,

orang tua berwawasan yang luas, bertanggung jawab, harmonis, humoris, dan

bertakwah kepada tuhan yang Maha Esa. Kualitas dan keunggulan yang dimiliki

tentu saja akan menjadi modal utama bagi terbentuknya anggota keluarga dengan

kualitas yang mampu memberikan peran yang baik dan berdaya guna. 10 Namun,

untuk membentuk hal tersebut diperlukan perencanaan dan kesiapan yang tepat

dan akurat sehingga kedepannya mempunyai kunci kesuksesan. Keluarga yang

berkualitas akan menjadi dasar keluarga sejahtera dan keluarga berkualitas harus

terbentuk dari persiapan yang matang. Perencanaan keluarga wajib dipahami oleh

generasi remaja. Hal ini bertujuan mempersiapkan kehidupan berkeluarga bagi

remaja agar mampu melaksanakan jenjang pendidikan yang direncanakan ,

berkarir dalam pekerjaan yang direncanakan, dan menikah secara penuh dengan

perencanaan yang sesuai dengan siklus reproduksi. Perencanaan tersebut meliputi:

(1) Merencanakan usia perkawinan, (2) Merencanakan hubungan sosial yang

harmonis, (3) Merencanakan Menjadi orangtua yang sehat, (4) Merencanakan

Keluarga yang berkualitas.11 Oleh karena itu, untuk melaksanakan perencanaan

tersebut dibutuhkan strategi yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut, dalam hal

ini yang menjadi wadah pertama kali bagi calon pengantin ialah penghulu di

Kantor Urusan Agama (KUA) yang diberitugaskan untuk membimbing dan

membina calon pengantin untuk menjadi keluarga berkualitas. Langkah dasar

sebelum ingin membentuk keluarga berkualitas ialah dengan menikah.

10
Firmansyah, “Cegah Pernikahan Dini dengan Keluarga Berkualitas”, Web : www.
Setda.Dompokab.go.id, (2021), Hal. 4
11
Nur Anita, dkk. Asuhan Kebidanan Remaja dan Menopause, (Bandung: Kaizen Media
Publishing, 2023), Hal. 22-25
Sebelum memasuki tahap pernikahan, calon pengantin harus melewati tahap

meminang atau melamar terlebih dahulu. Menurut Etimologi, meminang atau

melamar artinya meminta wanita untuk dijadikan isteri. Menurut terminologi,

peminangan adalah suatu tindakan dari keluarga lelaki untuk menjodohkan

anaknya dengan seorang perempuan, atau seorang laki-laki meminta kepada

seorang perempuan untuk dijadikan isteri dengan cara-cara umum atau khusus

(adat) yang berlaku di kalangan masyarakat yang ada di indonesia. Peminangan

merupakan awal atau pendahuluan dalam perkawinan, dimana sebelum terjadi

ikatan suami isteri disyari’atkan untuk melakukan perkenalan (ta’aruf), hal ini

bertujuan agar waktu memasuki perkawinan sudah saling mengetahui satu sama

lain, baik dari segi fisik, materi, finacial, agama, latar belakang keluarga, dan lain-

lain. Suatu perkawinan akan terjadi apabila keduanya (calon suami isteri) saling

mencintai, saling sama suka, dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Peminangan

atau lamaran dilakukan sebagai permintaan secara sadar dan resmi oleh laki-laki

ataupun walinya kepada perempuan yang akan dijadikan calon isteri atau melalui

wali perempuan tersebut. Lamaran sebagai langkah awal yang sebelumnya tidak

pernah kenal secara dekat, atau hanya kenal dari teman atau sanak keluarga,

sehingga diperlukan kejujuran dan keterbukaan dalam perkenalan itu. 12 Setelah

lamaran, pihak perempuan dan walinya telah menyetujui lamaran dari laki-laki

maka langkah selanjutnya dengan melaksanakan persiapan pernikahannya.

Kata “nikah” atau “menikah” merupakan sebuah istilah yang sudah tidak asing

lagi di telinga masyarakat, khususnya masyarakat di indonesia. Menurut Kamus

12
Kumedi Ja’far, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Bandar Lampung: Arjasa
Pratama, 2021), Hal. 1-2
Besar Bahasa Indonesia, kata “nikah” di artikan sebagai “perjanjian antara laki-

laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi)”.13 Sedangkan menurut

syariat Islam, kata nikah berasal dari bahasa Arab “Annikahun” yang bermakna

akad perkawinan. Adapun Al-Qadhi ‘Iyad rahimahullah mendefinisikan kata

nikah dengan akad (perjanjian) dan persetubuhan sekaligus. 14 Dari definisi di atas

dapat disimpulkan bahwa pernikahan/menikah adalah sebuah proses akad

(perjanjian) yang melibatkan dan diucapkan oleh sepasang suami isteri secara

mutlak dengan disaksikan oleh wali dari pihak mempelai perempuan dengan

adanya dua orang saksi yang dapat dipercaya. Ketika akad telah sah diucapkan,

maka mempelai laki-laki mendapatkan persetubuhan yang halal dari isterinya.

Sehubungan dengan pernikahan maka harus ada persiapan terlebih dahulu, secara

umum ada 3 (tiga) persyaratan yang harus dimiliki oleh calon pengantin,

diantaranya: (1) mampus secara fisik (lahir), dan psikis (bathin), (2) mampu

secara materi, (3) mampu dari segi agama.15

Calon Pengantin (CATIN) adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan

yang ingin melakukan pernikahan. Calon pengantin merupakan awal untuk

mewujudkan keluarga berkualitas dan sehat yang menghasilkan generasi cerdas

dan berkualitas. Membentuk sebuah keluarga tidak hanya memerlukan kesiapan

dari aspek fisik, tetapi juga perlu kesiapan mental, sosial hingga ekonomi. Apabila

calon pengantin sudah siap dari segala aspek, secara tidak langsung resiko

pernikahan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan bisa dikurangi, hingga pada

13
Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI), (2008), hal. 1003.
14
Ahmad Sarwat, Buku Kiat-Kiat Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, (Pustaka At-
Taqwa, 2007), Hal. 7.
15
Yusuf Hidayat, Panduan Pernikah Islami, (Ciamis: GuePedia, 2019), hal. 12
akhirnya dapat mengurangi resiko terjadinya stunting16 yang disebabkan oleh

faktor sosiodemografi, maka perlu di adakan Suscatin. 17 Suscatin merupakan

seuatu bimbingan yang dilakukan penghulu atau wali kepada calon pengantin

untuk kedepannya. Akan tetapi, pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin)

masih dinilai kurang efektif karna terlalu singkat dan kurang menyentuh aspek

yang paling mendasar, yaitu terbangunnya kesadaran calon pengantin akan esensi

rumah tangga. Bahkan dalam pelaksanaannya pun sangat fleksibel dan penghulu

Kantor Urusan Agama (KUA) harus mengadakan strategi yang tepat dan

karenanya perlu dilakukan penguatan.18

Indonesia adalah negara dengan angka perceraian tertinggi di dunia, rata-rata

40 perceraian setiap jam, hampir seribu kasus perceraian setiap hari, rata-rata dari

6 pernikahan di indonesia 1 pernikahan berakhir dengan perceraian. Badan Pusat

Statistik (BPS) merilis data perceraian antara tahun 2012-2015 rata-rata kasus

perceraian di indonesia sebesar 340.555 kasus atau tiap jamnya terjadi 39 kasus

perceraian. Pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang) kehidupan

Keagamaan Kementerian Agama Republik Indonesia menyebutkan, bahwa angka

perceraian cenderung terus meningkat. Pada tahun 2010-2014, dari sekitar 2 juta

pasangan menikah, 15 persen di antaranya berujung pada perceraian. Dirjen

Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia pada periode

2014-2016 menyebutkan, bahwa tren perceraian di indonesia cenderung naik dari


16
Ngakan Putu Anom Harjana, Stunting adalah keadaan tubuh pendek akibat
kekurangan gizi kronis, (Chandra, 2015), Hal. 3
17
Ngakan Putu Anom Harjana, “Emo Demo: Rumpi Sehat Zaman Now: Program Inovatif
Sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan dan Persiapan Calon Pengantin Untuk Mencegah
Stunting”. Hal. 111
18
Anis Nur Laili, dkk. “Menyiapkan Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi calon
Pengantin”, (2022), Hal. 59
244.237 perceraian pada tahun 2014, naik menjadi 365.633 perceraian di tahun

2016. Tahun 2018 bertambah 419.268 pasangan bercerai. Namun pada tahun 2021

angka perceraian sebesar 447.743 kasus perceraian, meningkat 15% pada tahun

2022. Pada tahun 2022 kasus perceraian di indonesia naik 17%, 516.344 kasus

perceraian. Data tersebut menyebutkan setiap tahunnya angka perceraian di

indonesia terus meningkat.19

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pada tahun 2021 kasus perceraian

yang terjadi di provensi Sulawesi Selatan sebanyak 15.575 kasus perceraian.

Sedangakn pada tahun 2022 sebanyak 15.010 kasus perceraian. Dari kedua tahun

tersebut, badan pusat statistik (BPS) melampirkan bahwasanya perselisihan dan

pertengkaran merupakan alasan dalam bercerai. Perceraian merupakan peristiwa

yang sangat menekankan dan membawa dampak negatif pada kesejahteraan fisik

dan psikologi seluruh anggota keluarga terkhususnya pada anak. Pada dasarnyaa,

pembahasan mengenai ikatan perkawinan yang berakhir dengan perceraian tidak

dapat dilepaskan dari upaya untuk memahami bagaimana hubungan suami isteri

dalam ikatan tersebut berkembang dan mempengaruhi perilaku masing-masing

pasangan.20

Pada tanggal 16 juni 2023 pengadilan Agama Kabupaten Bantaeng

melampirkan di situs Tribun-Timur, yang menyebutkan 375 kasus perceraian pada

tahun 2022, sedangkan pada tahun 2023 (januari-Juni) angka perceraian telah

melebihi 50% dari angka perceraian tahun 2022. Hal ini kebanyakan pihak isteri
19
Heru Tri Budi, Divene Family Harmony: Menata Ulang Keluarga Selaras dengan
Rancang Bangun Keluarga Ilahi, (Yogyakarta, 2020), Hal. 1
20
Asniar Khumas, “Model Penjelasan Intensi cerai Perempuan Muslim Di Sulawesi
Selatan”, Jurnal Psikologi, (Vol. 42 No. 03, 2015), Hal. 190-191
yang menggugat karena faktor ekonomi dan kurangnya nafkah. Bahkan juga

karena hubungan ranjang yang kurang memuaskan, tapi itu sangat minim.21

Berdasarkan observasi awal di Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Bantaeng,

pada tanggal 7 Agustus 2023 diperoleh informasi bahwa terdapat 3 strategi yang

diterapkan oleh Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Bantaeng, yaitu:

Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin (BIMWIN CATIN). Akan tetapi strategi

tersebut masih kurang efektif sehingga mengakibatkan setiap tahunnya kasus

perceraian di Kab. Bantaeng terkhususnya di Kec. Bantaeng terus meningkat.

Strategi tersebut telah di terapkan penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) selama

beberapa tahun belakangan ini. Namun masih banyak keluarga yang belum

berkualitas, tidak harmonis, bahkan beberapa keluarga yang mengakhiri

perkawinannya (cerai). Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) di Kec. Bantaeng

masih perlu meng-upgrade dan mengadakan strategi yang dapat menunjang calon

pengantin menuju keluarga berkualitas. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Strategi Dakwah Penghulu Kantor Urusan

Agama (KUA) Dalam Membentuk Keluarga Berkualitas Bagi Calon

Pengantin Di Kec. Bantaeng” sehingga dengan demikian, peneliti bisa

menela’ah lebih dalam tentang membentuk keluarga berkualitas, harmonis, dan

sejahtera kemudian berfikir tentang langkah-langkah pengembangannya.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

21
https://makassar.tribunnews.com/2023/06/16/faktor-ekonomi-jadi-pemicu-maraknya-
perceraian-di-kabupaten-bantaeng
1. bagaimana cara penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) dalam

mengoptimalkan penerapan strategi yang telah diterapkan di Kec.

Bantaeng?

2. Mengapa program Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin yang

telah diterapkan Kantor Urusan Agama (KUA) untuk ketahanan keluarga

bagi calon pengantin masih belum efektif untuk meminimalisir

perceraian ?

3. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat strategi yang

telah diterapkan penghulu untuk membentuk keluarga berkualitas?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui cara penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) dalam

mengoptimalkan penerapan strategi yang telah diterapkan di Kec.

Bantaeng.

2. Untuk mengetahui alasan ketidak efektif-an strategi Bimbingan

Perkawinan bagi Calon Pengantin (BIMWIN CATIN) yang belum mampu

meminimalisir perceraian.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi yang telah

diterapkan penghulu untuk membentuk keluarga berkualitas.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis
a. Menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan langsung

serta dapat memahami disiplin ilmu yang diperoleh selain studi di

perguruan tinggi.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu memberikan informasi

bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengetahui

strategi dakwah penghulu dalam membentuk keluarga berkulitas bagi

calon penganti di Kec. Bantaeng.

2. Kegunaan Praktisi

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi penghulu Kantor

Urusan Agama (KUA) dalam menentukan strategi-strategi agar

terbentuknya keluarga berkualitas bagi calon penganti.

b. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam

membentuk keluarga berkualitas bagi calon pengantin di Kec.

Bantaeng.

E. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada Strategi Dakwah Penghulu Kantor Urusan

Agama (KUA) Dalam Membentuk Keluarga Berkualitas Bagi Calon

Pengantin Di Kec. Bantaeng.

F. Deskripsi Fokus

1. Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA)

Penghulu adalah pegawai negeri sipil sebagai pencatat nikah yang

diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh

Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk sesuai peraturan perundang-


undangan yang berlaku untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk

menurut agama islam dan kegiatan kepenghuluan.22

2. Calon Pengantin

Calon pengantin adalah cikal bakal terbentuknya keluarga dan generasi

penerus, sehingga calon pengantin harus melakukan persiapan dan

perencanaan yang matang untuk menuju di kehidupan berumah tangga

agar dapat menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahma.23

G. Kajian Terdahulu

1. Septi Kholifatul Hasanah, dengan judul “ Startegi Penghulu Dalam

Membentuk Keluarga Berkualitas di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Jayaloka” Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang dilakukan

di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jayaloka, dengan desain

penelitian dekskriptif. Adapun tehnik pengumpulan data dilakukan dengan

observasi berperan serta, wawancara mendalam, wawancara intensif,

wawancara kualitatif, wawancara terbuka, wawancara etnografis, dan studi

dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat strategi

penghulu KUA jayaloka dalam membentuk keluarga berkualitas ialah

dengan cara memberikan nasehat kepada calon pengaantin yang dilakukan

setelah kelengkapan syarat-syarat pernikahan telah selesai di kumpulkan

22
Raynaldo Nugroho, Peran Penghulu dalam Mengurangi Angka Perceraian Di KUA
Karang Tengah Kota Tangerang, (Jakatra, 2016), Hal. 19
23
Winny Kirana Hasanah, dkk. “Analisis Pelaksanaan Edukasi Pranikah Terkait
Kesehatan Reproduksi Pada Pasangan Calon Penganting Muslim”, Jurnal, (Vol. 10, No. 02), Hal.
54
dan disampaikan oleh pembimbing penasehat yang berlangsung kurang

lebih 30 menit.24

2. Alifa Febri Utami, dengan judul “Startegi Dakwah Kantor Urusan Agama

dalam Membina Keluarga Sakinah di Kecamatan Cimahi Selatan”. Metode

penelitian ini mengunakan penelitian kualitatif yang bersifat dekriptif.

Adapun tehnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa

bahwa strategi dakwah di KUA Kecamata Cimahi Selatan melalui

bimbingan perkawinan, yaitu: pertama, metode yang digunakan dalam

bimbingan perkwinan, yaitu: (1) Metode andragogi, (2) Ceramah, (3)

Diskusi, (4) Bermain peran, (5) Tanya jawab. Kedua, pemanfaatan

berbagai sumber daya yang ada di KUA Kecamatan Cimahi Selatan,

meliputi: (1) Program kerja pegawai penyuluh, (2) Media bimbingan

perkawinan, (3) Materi bimbingan perkawinan. Ketiga, faktor

pendukungnya yaitu menggunakan metode yang beragam, memiliki

penyuluh yang kompoten dibidangnya, dan telah memiliki media

bimbingan perkawinan. Sedangkan faktor penghambatnyaa ialah pasangan

calon pengantin kurang memahami fungsi dan manfaat bimbingan

keluarga sakinah.25

3. Ely Setya Putri, dengan judul skripsi “ Strategi Dakwah Kecamatan

Bulukumpa Melalui Kursus Calon Pengantin”. Penelitian ini

24
Septi Kholifatul Hasanah, dkk. “Strategi Dakwah Penghulu Dalam Membentuk
Keluarga Bekualitas Bagi Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama Kec. Jayaloka”, Jurnal:
Manajemen Dakwah, (Al- Idarah: Vol. 01 No. 02), Hal. 52-55
25
Alifa Febri utami, “Strategi Dakwah Kecamatan Bulukumpa Melalui Kursus
Calon Pengantin”, Jurnal:Uin Sunan Gunung Djati, (2022), 2022.
menggunakan metode kualitatif. Adapun tehnik pengmpulan data yang

digunakan adalah observasi, wawancara daan dokumentasi. Hasil

penelitian ini menunjukkan strategi dakwah dalam dalm Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Bulukumpa Kabupaten bulukumba melalui

kursus calon pengantin menggunakan strategi sosiologi relegius.26

4. Mohammad Rijalul Khoir, dengan judul skripsi “Strategi Dakwah

Membina Keluarga Sakinah di Kecamatan Tugu Kota Serang”. Metode

penelitian menggunakan metode pendekatan kualitatif. Adapun tehnik

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penyuluh KUA Kecamatan Tugu melakukan

pembinaan keluarga sakinah di Kecamatan Tugu dengan menggunakan

strategi: (1) Melalui perantara tokoh masyarakat, masjid dan pesantren,

serta ibu-ibu PKK, (2) Media sosial,seperti Facebook, Youtube, dll (3)

Sosialisasi-sosialisasi di majelis-majelis ta’lim.27

5. Nurul Laila Hidayat, dengan judul skripsi “ Strategi Komunikasi Dakwah

Penyuluh Agama Islam dalam Pembinaan Keluarga Sakinah di Kampung

Sakinah, Kecamatan Tanggu, Kabupaten Jember”. Metode penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.

Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini

adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan strategi komunikasi dakwah penyuluh agama islam dalam

26
Ely Setya Putri, “Strategi Dakwah Kecamatan Bulukumpa Melalui Kursus Calon
Pengantin”, Jurnal, (2015)
27
Mohammad Rijalul Khoir, “Strategi Dakwah Membina Keluarga Sakinah di Kecamatan
Tugu Kota Serang”, Skripsi, 2018.
pembinaan keluarga sakinah antara lain: (1) Mengumpulkan data dasar dan

perkiraan kebutuhan, (2) Merencanakan strategi komunikasi dakwah

meliputi perumusan program, (3) Memfokuskan dakwah kalangan bapak

dan ibu kampung sakinah, (4) Berdakwah dengan bil hikmah dan

Mauidzah hasanah dan komunikasi persuasif, (5) melakukan pendekatan

partisipatif dalam berbagai kegiatan, (6) Memanfaatkan media online, (7)

Membentuk hubungan komunikasi dengan berbagai pihak dan

melaksanakan penyuluhan dalam pembinaan keluarga sakinah.28

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

28
Nurul Laila Hidayat, “ Strategi Komunikasi Dakwah Penyuluh Agama Islam Dalam
Pembinaan Keluarga Sakinah Di Kampung Sakinah, Kecamatan Tanggu, Kabupaten Jember”,
Skripsi, 2020.
A. Strategi Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) dalam Membentuk

Keluarga Berkualitas bagi Calon Pengantin

1. Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA)

Dalam permen PAN Nomor: PER/62/M.PAN/6/2005, dalam SKB Menag

RI dan Kepala BKN Nomor 20 dan 14A Tahun 2005, Penghulu adalah PNS

sebagai Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang diberi tugas tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh oleh Menag atau pejabat yang ditunjuk

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan

pengawasan NR menurut agama islam dan kegiatan kepenghuluan.29 Dalam

PMA 11 Tahun 2007, Penghulu adalah pegawai pejabat fungsional PNS yang

diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan

NR menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.30

Penghulu adalah pejabat fungsional Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

diberi tugas tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan pengawasan

nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan pada KUA

Kecamatan bersama dengan pegawai Pencatat nikah. Penghulu seringkali

dikaitkan sebagai orang yang menikahkan calon pengantin, dalam masyarakat

di sulawesi selatan sebagian menyebutkan penghulu ialah “ puang sara’ ”

yang artinya guru/tokoh yang paling berpengaruh di masyarakat tersebut.

Tugas pelayanan nikah sebelum terbitnya regulasi tentang jabatan fungsional

penghulu dilaksanakan oleh PPN yang dibantu oleh wakil PPN. Pegawai

Pencatat Nikah (PPN) dijabat oleh kepala KUA yang merupakan pejabat

29
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No.62 Tahun 2005.
30
Peraturan Menteri Agama No.11 Tahun 2007.
struktural dan wakil PPN adalah staf yang mendapatkan SK untuk

melaksanakan tugas pengawasan nikah/rujuk berdasarkan agama Islam, wakil

PPN bukan merupakan jabatan fungsional.31 Penghulu memiliki tugas pokok,

fungsi, dan wewenang dalam melayani dan menangani masyarakat, antara

lain:

a. Tugas Pokok Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA)

Sebagaimana yang diatur dalam undang-undang No. 22 Tahun 1946

UU No. 32 Tahun 1954 tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk,

menyatakan bahwa bagi masyarakat indonesia yang beragama Islam

pencatatan perkawinan dilakukan oleh P3NTR. Ketentuan ini berlaku

untuk seluruh masyarakat indonesia, sesuai dengan bunyi UU No. 32

Tahun 1954 menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 22 Tahun 1946 nikah yang

dilakukan menurut agama Islam diawasi oleh pegawai yang ditunjuk

olehnya.32 Ketentuan mengenai tugas dan fungsi penghulu sebagai

penghulu semakin kuat dengan adanya UU No. 1 Tahun 1974, beserta PP

No. 9 Tahun 1975. Berdasarkan pasal 1 huruf E PMA No. 2 tahun 1990

bahwa kepala PPN adalah kepala subseksi kepenghuluan pada kantor

Depertemen Agama Kabupaten atau Kotamadya, kewajiban PPN atau

penghulu melakukan pengawasan atau pelaksanaan tugas pegawai pencatat

nikah.33

31
Raynaldo Nugroho, Peran Penghulu Dalam Mengurangi Angka Perceraian Di KUA
Karang Tengah Kota Tangerang (Jakatra, 2016), Hal. 19-20
32
Anisaul Fauziyah, “Peran PenghuluTerhadap Pencatatan Perkawinan”, Skripsi, (2017),
Hal. 41-42
33
Anisaul Fauziyah, “Peran PenghuluTerhadap Pencatatan Perkawinan”, Skripsi, (2017),
Hal. 42
Tugas pokok penghulu berdasarkan Bab II pasal 4 peraturan menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/62/M.PAN/6/2005 tentang

jabatan fungsional penghulu dan angka angka kreditnya, antara lain

melakukan pencatatan kegiatan kepenghuluan, pengawasan pencatatan

nikah dan rujuk, pelaksanaan pelayanan nikah dan rujuk, pelayanan fatwa

hukum munakahat dan bimbingan muamalah, pembinaan keluarga sakinah

dan pengembangan kepenghuluan.34

b. Fungsi Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA)

Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) mempunyai fungsi sebagai

jabatan fungsional berdasarkan peraturan MEMPAN No.

PER/62.PAN/6/2005 sebagai berikut:

1) Pelaksanaan pencatatan nikah atau rujuk bagi umat Islam;

2) Pelaksanaan nikah wali hakim;

3) Pengawasan kebenaran peristiwa nikah atau rujuk;

4) Pembinaan hukum munakahat dan Ahwal Syahshiyah;

5) Pembinaan calon pengantin;

6) Pembinaan keluarga sakinah.35

Mengenai tugas pokok dan fungsi penghulu yang ternyata turut

memberikan andil dalam pembangunan keluarga sejahtera. Bahkan dalam

struktur terbarunya, penghulu juga ditekankan untuk menjalin hubungan

34
Anisaul Fauziyah, “Peran PenghuluTerhadap Pencatatan Perkawinan”, Skripsi, (2017),
Hal. 43
35
Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah
lintas sektoral dengan aparat dan masyarakat dalam bidang-bidang yang

menjadi tugas pokok dan fungsi kepenghuluan.36

c. Wewenang Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA)

Selain tugas dan fungsi kepenghuluan diatas, penghulu juga

mempunyai wewenang, sebagai berikut:

1) Memberikan bimbingan, penasehatn dan penerangan mengenai nikah,

talak, cerai, dan rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun

kelompok;

2) Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan keluarga;

3) Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara

diluar Pengadilan Agama;

4) Memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah perkawinan,

kelaurga dan perselisihan rumah tangga diluar Peradilan Agama;

5) Meminimalisir terjadinya perselisihan dan perceraian, poligami yang

tidak bertanggung jawab, pernikahan dibawah umur dan pernikahan

tidak tercatat.

6) Bekerja sama dengan lembaga dan instansi serta organisasi yang

memiliki kesamaan dan tujuan baik didalam maupun diluar negeri;

7) Menerbitakan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga,

buku, brosur, dan media elektronik yang dianggap perlu;

36
Depertemen Agama, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah dan Pembantu Pegawai
Pencatat Nikah, (Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat Dan Wakaf 1996-
1997), Hal. 9
8) Menyelenggarakan kursus calon pengantin, pembinaan dan pelatihan,

diskusi, seminar, dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan dengan

keluarga;

9) Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan

penghayatan dan pengalaman nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan

akhlakul karimah dalam rangka membina keluarga sakinah;

10) Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina

keluarga sakinah;

11) Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi, materi, ideologi

keluarga;

12) Upaya dan usaha lain yang dipandang bermanfaat untuk kepentingan

organisasi serta bagi kehidupan dan kesejahteraan keluarga.37

Dengan demikian tugas pokok, fungsi, dan wewenang penghulu

Kantor Urusan Agama (KUA) sangat strategi dalam menentukan

keberhasilan pelaksanaan, serta pelayanan KUA dibidang perkawinan dan

pembinaan keluarga berkualitas dalam mensejahterakan serta

memudahkan masyarakat yang beragama islam untuk melakukan

pencatatan perkawinan.38

Kantor urusan agama adalah kantor yang melaksanakan sebagian tugas

kantor Kementerian Agama di kabupaten dan kotamadya dibidang urusan

agama Islam dalam wilayah kecamatan. Kantor urusan agama juga adalah unit
37
Asep Sihabul Millah, “Peran Penghulu Dalam Implementasi UU No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan”, Skripsi, (2016), Hal. 14-15
38
Anisaul Fauziyah, “Peran Penghulu Terhadap Pencatatan Perkawinan”, Skripsi, (2017),
Hal. 44-45
pelaksana teknis (UPT) direktorat Jenderal Urusan Agama Islam Kementerian

Agama RI sebagai pioner terdepan Kementerian Agama RI. Kantor Urusan

Agama (KUA) memiliki tugas dan fungsi untuk melaksanakan sebagian tugas

kantor Kementerian Agama Kabupaten dibidang urusan agama Islam.39

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan mempunyai tugas

melaksanakan tugas pokok kantor Kementerian Agama di wilayah Kecamatan

yang berdasarkan kebijakan Kantor Kementerian Agama dan perundang-

undangan yang berlaku.

a. Adapun tugas-tugasnya:

1) Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama

Kabupaten di bidang urusan Agama Islam dalam wilayah

Kecamatan.

2) Membantu melaksanakan tugas pemerintah di tingkat Kecamatan

dalam bidang keagamaan.

3) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama

Kecamatan.

4) Melaksanakan tugas koordinasi pemeluk agama Islam, Penyuluh

Agama Islam, dan koordinasi/kerjasama dengan instansi lain yang

erat hubungannya dengan pelaksanaan tugas KUA Kecamatan.40

b. Adapun fungsinya :

39
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa, Sunggu Minasa Website:
http://gowakab.bps.go.id, 2018.
40
Depertemen Agama RI, Tugas-tugas Pejabat Pencatat Nikah, Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggara Haji, (jakarta: depertemen agama RI, 2004), Hal. 25
1) Fungsi Administrasi, menyelenggarakan statistik dan dokumentasi,

menyelenggarakan surat-menyurat, kearsipan dan kerumahtanggaan

Kantor Urusan Agama.

2) Fungsi Pelayanan, melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk,

pelayanan perwakafan, kemasjidan, zakat dan ibadah sosial.

3) Fungsi Pembinaan, melaksanakan pembinaan internal (pegawai) dan

pembinaan eksternal (lembaga-lembaga Islam yang ada di wilayah

kecamatan).41

Berdasarkan tugas dan fungsi diatas, bahwa Kantor Urusan Agama

tidak hanya melakukan dan menangani pernikahan, akan tetapi juga

melakukan pembinaan lembaga islam diwilayah kecamatan.42

2. Keluarga Berkualitas

Keluarga adalah pasangan yang terdiri dari suami-isteri dan anak-

anaknya yang sama DNA-nya secara medis. Ini dinamakan keluarga inti.

Sedangkan yang tidak termasuk keluarga inti yaitu, keponakan, kakak ipar,

sepupu, paman, tante, dan sepersusuan. Hal ini dinamakan keluarga besar.

Jadi, batasan keluarga itu minimal pasangan suami isteri, baik mempunyai

anak maupun tidak. Keluarga dimaksud yaitu terbentuknya pernikahan

yang sah secara agama dan hukum yang berlaku, maka hidup bersama

seorang laki-laki dan perempuan yang tidak di ikat oleh pernikahan, tidak

41
http://kuabajeng gowa.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-kua-bajeng.html. diakses, rabu
30 januari 2016.
42
Firly Abdul Ghofar, “Tinjauan Efektivitas Terhadap Implementasi Bimwin Catin
Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021 di KUA Kecamatan Dolopo
Madiun”, Skripsi, (2022)
dapat dinamakan keluarga.43 Secara etimologi, Friedman mendefinisikan

bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu bergabung karena ikatan

tertentu untuk berbagi pengalaman atau pendekatan emosional dan

mengedentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.44

Dalam definisi lain keluarga diartikan sebagai unit terkecil dalam

masyarakat yang terdiri dari suami dan isteri serta anak serta keturunannya

yang akan lahir.45 Pengertian keluarga juga dapat dilihat dari 2 dimensi,

yaitu: hubungan darah dan hubungan sosial. Dimensi hubungan darah

merupakan ikatan sosial yang diikat dengan hubungan darah antara satu

sama lain. Sedangkan dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu

ikatan yang dibentuk dengan adanya hubungan atau interaksi yang saling

berhubungan antara satu sama lain, dan bisa saja hubungan ini tidak

memiliki hubungan darah.46

Dari beberapa definisi diatas, dapat dirumuskan karakteristik keluarga,

sebagai berikut:

a. Adanya dua atau lebih individu yang diikat dengan hubungan

keluarga, perkawinan, dan juga anak adopsi;

b. Anggota keluarga juga hidup bersama dalam satu rumah ataupun

terpisah akan tetapi masih saling memperhatikan;

43
Abdul Jalil, Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah bagi Calon
Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan, (jakarta Selatan, 2019), Hal. 185
44
Marylyn M Friendman, Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek, (Jakarta: EGC,
1998) Hal. 179
45
Perpustakaan Nasional Ri, Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002,
Tentang Perlindungan Anak, Bab 1 Tentang Ketentuan Umum, Pasal 1 Nomor 3, (Yogyakarta:
New Merah Putih, 2009), Hal. 12
46
Mochammad Isa Soelaeman, Pendidikan Keluarga, (Bandung: Alfabeta) 1994, Hal. 21
c. Komunikasi dan interaksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran dan fungsinya, seperti peran suami, peran isteri,

anak, kakak dan adik;

d. Memiliki tujuan dalam mengembangkan derajat keluarga,

berwawasan, berilmu, dan menghargai satu sama lain serta

masyarakat sekitar agar dapat menciptakan keluarga sejahtera dengan

generasi berkualitas.47

Dalam sistem keluarga, fungsi dasar keluarga adalah menyediakan

kondisi lingkungan yang sesuai bagi anggota keluarga agar aspek fisik,

psikologi sosial dan mental semua anggota keluarga dapat berkembang.

Keluarga berkualitas artinya seluruh anggota keluarga memiliki wawasana

yang luas terkati ilmu pengetahuan, mampu bersosialisasi dengan sesama,

lingkungan yang sehat dan penuh motivasi, dan ketakwaan kepada Allah

SWT. Untuk membentuk keluarga yang berkualitas, harus mengacu pada

bagaimana seluruh anggota keluarha dapat saling berkomunikasi satu sama

lain, saling berkaitan satu sama lain, dan mengambil keputusan dengan

musyawarah mufakat.48

Optimalisasi fungsi keluarga faktor yang penting terhadap

perkembangan kepribadian anak. Salah satunya adalah penanaman nilai-

nilai moral dan agama pada anak sejak dini. Dengan pemberian kedua nilai

tersebut, anak akan mampu membedakan mana yang haq dan yang bathil,

47
Siful Arifin, “Revitalisasi Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan”, (Jurnal:
Kariman), Vol. 03, No. 01, 2017, Hal.5
48
Tin Herawati Dkk, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Fungsi Keluarga
Di Indonesia”, Jurnal: Ilmu Keluarga & konsumen , (Vol. 13 No. 03, 2020), Hal. 2
benar dan salah, sehingga terbentuk generasi yang berkualitas yang sehat

fisik dan mentalnya.49 Untuk mewujudkan keluarga berkualitas, keluarga

harus menanamkan fungsi-fungsi untuk menjalankan peran masing-masing

dalam anggota keluarga. Fungsi keluarga di bagi menjadi 5 bagian sesuai

dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 jo PP No. 21 Tahun 1994,

yaitu:

a. Fungsi keagamaan

1) Mengajarkan dan membina generasi dengan ajaran agama sebagai

dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga;

2) Memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari;

3) Membina perilaku anggota keluarga sebagai fondasi menuju

keluarga berkualitas.

b. Fungsi Budaya

1) Memperkenalkan keluarga mengenai norma-norma dan budaya

masyarakat dan bangsa yang harus dilestarikan;

2) Membina anggota keluarga untuk menyaring norma dan budaya

asing yang tidak sesuai;

3) Membina keluarga dan anggotanya untuk mencari pemecah

masalah (probem solving) dari berbagai pengaaruh negatif bangsa

lain.

c. Fungsi Ekonomi

49
Dewie Brima Atika, dkk. “Optimalisasi Fungsi Keluarga dalam Rangka Membentuk
Generasi Berkualitas Di Pulau Tegal Kec. Padang Cermin Kabupaten Pasarawang, Lampung”,
Jurnal Mitrawarga, (vol. 01, No. 02, 2022), Hal. 97
1) Mengelola ekonomi keluarga sehingga mampu menyeimbangkan

antara pemasukan dan pengeluaran;

2) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah agar

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan dengan selaras

dan seimbang

3) Menabung hasil kerja agar ada persiapan financial dimasa tua dan

masa depan anggota keluarga.

d. Fungsi Reproduksi

1) Membina keluarga sebagai wadah pengetahuan pendidikan

reproduksi sehat bagi anggota keluarga;

2) Memberikan contoh pengalaman dengan kaidah-kaidah ajaran

agama dalam pembentukan generasi, bagi anak yang usia

pendewasaan baik fisik maupun mental;

3) Mengajarkan cara reproduksi yang baik, benar, dan sehat serta

jumlah anak yang ideal yang diinginkan dalam keluarga.

e. Fungsi Sosialisasi

1) Mengajarkan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wadah

pendidikan dan sosialisasi anak yang utama dan pertama;

2) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak untuk

meningkatkan kematangan dan kedewasaan yang tidak di jumpai di

lingkungan sekolah;
3) Menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak untuk bersosialisasi

di masyarakat luas, agat terhindar dari pengaruh lingkungan

(circle) yang negatif.50

Fungsi keluarga dalam bukunya Adib Machrus, dkk. menyebutkan

bahwa fungsi keluarga terdiri dari, sebagai berikut:

a. Fungsi Biologis, adanya ikatan perkawinan antara laki-laki dan

perempuan yang sah dan sehat sehingga melangsungkan keturunan

sebagai ikatan darah.

b. Fungsi Edukatif, keluarga berfungsi sebagai tempat untuk

melangsungkan pendidikan pada seluruh anggotanya.

c. Fungsi Religius, orangtua sebagai pendidik pertama yang akan

mengajarkan dan memberikan contoh yang baik tentang ajaran agama

yang di anut.

d. Fungsi Protektif, keluarga harus menjadi tempat pelindung seluruh

anggota keluarganya akan gangguang serta ancaman dari dalam

maupun dari luar.

e. Fungsi Sosialisasi, fungsi keluarga sebagai tempat pemberian nilai-

nilai sosial agar anggotanya mampu bersosialisasi dengan baik di

lingkungan masyarakat luas, sehingga memiliki karakter dan jiwa yang

teguh.

50
Suprajitno, “Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik”, Jakarta: EGC,
2004, Hal. 14-16
f. Fungsi Rekreatif, keluarga ialah tempat istirahat bagi anggotanya,

sehingga keluarga mampu meciptakan kesejukan dan kenyamanan

didalamnya agar anggotanya dapat melepas lelah.

g. Fungsi Ekonomi, kemampuan hidup di bangun di atas pilar ekonomi

yang kuat. Oleh karena itu, kepala keluarga harus menjalankan fungsi

ini dengan sebaik-baiknya agar dapat mensejahterakan kehidupan

anggota keluarganya dengan rezeki yang halal.51

3. Pengoptimalisasian Strategi Penghulu Untuk Calon Pengantin dalam

Membentuk Keluarga Berkualitas

Setiap calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan diharuskan

untuk mengikuti bimbingan perkawinan yang dilaksanakan di Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan. Petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi

calon pengantin hanya diprioritaskan untuk calon pengantin yang telah

mendaftar dan terdaftar di KUA Kecamatan. Ini dimaksudkan agar calon

pengantin memahami tujuan menikah dan mengetahui hak serta kewajibannya

sebagai suami-isteri. Pemberdayaan dan pembinaan bagi calon pengantin

memberikan energi positif dan menjadi bekal untuk mewujudkan tujuan yang

ideal, terbentuknya keluarga berkualitas, keluarga sakinah, mawaddah,

warahma.52 Seperti yang disebutkan didalam QS. Al-Rum ayat 21, sebagai

berikut:

51
Adib Machrus, dkk. Fondasi Keluarga Sakinah, (Jakarta: Subdit Bina Keluarga
Sakinah Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, 2017), Hal. 15-16
52
Abdul Jalil, Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah bagi Calon
Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan, (jakarta Selatan, 2019), Hal. 189
‫َو ِم ْن ٰا ٰي ِت ٖٓه َاْن َخ َل َق َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًج ا ِّلَتْس ُك ُنْٓو ا ِاَلْيَه ا َو َجَع َل َبْيَنُك ْم َّم َو َّد ًة‬

٢١ - ‫َّو َر ْح َم ًةۗ ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن‬

Terjemahannya:

“Dan diantara tanda-tanda kebesara-nya ialah dia menciptakan

pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu

cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dia menjadikan

diantara-mu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum

yang berfikir”53

Program bimbingan perkawinan bagi calon pengantin yang di

selenggarakan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) saat ini dibagi menjadi dua

format pelaksanaanya, yaitu: Bimbingan tatap muka dan bimbingan mandiri.

Bimbingan tatap muka dilaksanakan selama 16 jam pelajaran sesuai dengan

modul yang diterbitkan oleh Kementerian Agama. Adapun materi yang

diberikan kepadaa calon penganti ialah, antara lain:

1) Paparan kebijakan bimbingan perkawinan sebanyak 2 jam pelajaran;

2) Pengenalan, pengutaraan harapan, dan kontrak belajar selama 1 jam;

3) Mempersiapkan keluarga sakinah sebanyak 2 jam pelajaran;

4) Membangun hubungan dalam keluarga sebanyak 3 jam pelajaran;

5) Memenuhi kebutuhan keluarga sebanyak 2 jam pelajaran;

53
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5899662/surah-ar-rum-ayat-21-kenapa-sering-
dipakai-dalam-pernikahan
6) Menjaga kesehaatan reproduksi sebanyak 2 jam pelajaran;

7) Refleksi, evaluasi, dan spot tes sebanyak 2 pelajaran.54

Sedangakan bimbingan mandiri dilakukan jika calon pengantin tidak dapat

mengikuti bimbingan tatap muka (ofline). Disini lah peran penghulu atau

penyuluh agama Islam yang telah diberi tugas memberikan konseling kepada

calon pengantin secara personal. Sejak calon pengantin mendaftar ke KUA

Kecamatan, pembekalan Pranikah menyangkut dasar-dasar perkawinan,

membangun keluarga sakinah, dan peraturan perundangan yang berhubungan

dengan masalah keluarga yang diberikan penghulu yang memeriksa dokumen

persyaratan nikah. Dalam pelaksanaan Bimbingan Calon Pengantin,

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang berhubungan dengan

materi. Kegiatan pembinaan bimbingan perkawinan ini hanya menghadirkan

narasumber dari internal KUA, yang terdiri dari kepala KUA, penghulu, dan

penyuluh agama Islam.55

Strategi yang diterapkan penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) yaitu

Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin (BIMWIN CATIN) tidak terlepas

dari peran dan tanggung jawab seorang kepala KUA. Peran kepala Kantor

Urusan Agama dalam program Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin

(Bimwin Catin) yang akan di laksanakaan di masyarakat. Hal ini dimaksudkan

agar program tersebut dapat berjalan lancar, efektif, efisien dan memberikan

54
Abdul Jalil, Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah bagi Calon
Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan, (jakarta selatan, 2019), Hal. 191

55
Abdul Jalil, Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Bagi Calon
Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan, (Jakarta Selatan, 2019), Hal. 192
hasil yang optimal, terutama dalam memberikan pemahaman yang baik

tentang hakikat perkawinan beserta syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Dengan

memahami materi yang diberikan oleh penyuluh kepada masyarakat yang

menjadi calon pengantin, diharapkan pernikahan tersebut berjalan dengan

lancar, terlaksana dengan baik, legal, serta dapat mewujudkan keluarga

berkualitas, sakinah, dan sejahtera, yaitu keluarga yang dilandasi dengan kasih

sayang, saling pengertian, menghormati, dan menghargai satu sama lain dalam

kehidupan berkeluarga.56

Dalam program Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin (Bimwin Catin),

kepala Kantor Urusan Agama (KUA) perlu melibatkan seluruh anggota staf

yang ada dengan memberikan tugas yang sesuai di bidangnya keahliannya

masing-masing. Kepala KUA juga perlu melakukan pemantauan secara

intensif terhadap pelaksanaan program Bimbingan Perkawinan Calon

Pengantin dan kemudian melakukan evaluasi ketika program tersebut telah

dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar kepala KUA dapat mengetahui dari

dekat tentang berhasil tidaknya pelaksanaan program bimbingan perkawinan

bagi calon pengantin. Kepala KUA bertanggung jawab memimpin dan

mengkoordinasi bawahan dengan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi

pelaksana tugas sesuai dengan uraian yang telah ditetapkan. Dengan peran

kepala KUA yaitu mengarahkan, membagi tugas, mengkoordinasi dan

memberikan petunjuk terhadap program yang akan dilaksanakan kepada

masyarakat, khususnya bagi calon pengantin dan pasangan suami-isteri.


56
Mustar, dkk. “Peran Kepala Kantor Urusan Agama Dalam Program Bimbingan
Perkawinan di Kantor Agama Batumarmar Pamekasan”, Syiar: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran
Islam, (Vol. 02 No. 02, 2022), Hal. 71
Dengan demikian bimbingan perkawinan yang telah ditetapkan dan akan

diterpakan dapat berjalan secara efektif dan efesien.57

Terlaksananya program Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin

secara efektif dan efesien tentu akan memberikan hasil yang optimal. Dalam

hal ini, materi program Bimbingan Perkawina Calon Pengantin yang akan

diberikan kepada masyarakat akan dipahami dengan baik dan dijadikan

pedoman dalam membentuk keluarga berkualitas. Bimbingan ini bermaksud

sebagai pemberian bantuan terhadap calon pengantin yang akan dilakukan

secara terus menerus kepada setiap individu guna untuk memecahkan

masalah, memberikan informasi yang akan dihadapi dalam rumah tangga, dan

meminimalisir terjadinya perceraian.58

B. Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin Upaya Kantor Urusan

Agama (KUA) untuk Ketahanan Keluarga bagi Calon Pengantin

Program Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin (BIMWIN CATIN)

adalah program yang dilaksanakan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) guna

untuk pembekalan pengetahuan dan kemampuan calon pengantin dalam

mengelola masalah dan menjalankan fungsi keluarga. Membekali calon

pengantin dengan wawasan, pengetahuan, serta strategi dalam menghadapi

permasalahan ketika dalam situasi yang sangat emosional. Bimbingan

perkawinan bagi calon pengantin saat ini belum bisa menjangkau seluruh
57
Moh. Jalaluddin, dkk. “Peran kepala Kantor Urusan Agama Dalam Program Bimbingan
Perkawinan di Kantor Agama Batumarmar Pamekasan”, Syiar: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran
Islam, (Vol. 02 No. 02, 2022), Hal.72
58
Mustar, dkk. “Peran Kepala Kantor Urusan Agama Dalam Program Bimbingan
Perkawinan di Kantor Agama Batumarmar Pamekasan”, Syiar: jurnal komunikasi dan penyiaran
islam, (Vol. 02 No. 02, 2022), Hal.72
pasangan calon pengantin sehingga tujuan program tersebut baik untuk

mengurangi perceraian maupun untuk menjadikan calon pengantin berpegang

pada pondasi pengetahuan dan kemampuan yang didapat dari program

bimbingan perkawinan nampaknya belum dapat dicapai.59

1. Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Sebagai Program

Ketahanan Keluarga

Program kursus calon pengantin di rencanakan di tahun 2009, namun

karna di anggap belum sempurna pada tahun 2011 dan tahun 2013 diganti

menjadi kursus Pra-nikah. Program tersebut disempurnakan lagi dengan

terbitnya program Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin (Bimwin

Catin) di tahun 2017 dengan dua kali perubahan aturan dalam satu tahun.

Pada tahun 2018 Bimbingan Pra-nikah bagi Calon Pengantin kembali

memperbarui petunjuk pelaksanaan program. Sampai di tahun 2021

Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. 189 Tahun

2021 tentang petunjuk pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Calon

Pengantin (Bimwin Catin) terbit dan menggantikan peraturan

sebelumnya.60

Bimbingan Perkawinan sebagai program yang dicanangkan

Kementerian Agama dami menciptakan ketahanan keluarga dan

diharapkan dapat meminimalisir perceraian menjadi penting untuk diikuti

dengan alasan sebagai berikut:

59
Puteri Amalia, “Rekontruksi Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021
Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahan Keluarga”, (Yogyakarta, Vol. 24, No.1), Hal. 25
60
Keputusan Direktur Jendral, Tahun 2021, No. 189, Tentang Pelaksanaan Program
Bimbingan Perkawinan
1) Bimbingan perkawinan merupakan proses pendewasaan, perilaku, dan

bersikap dari unit masyarakat menuju calon pengantin;

2) Persiapan pernikahan perlu dilakukan agar calon pengantin memiliki

kesiapan mental dan materil menjalankan fungsi keluarga;

3) Perkawinan yang berkualitas merupakan suatu kondisi dimana ia

mampu menciptakan kebahagiaan, kesesuaian, dan stabilitas

pernikahan. Sedangkan kualitas pernikahan dipengaruhi faktor

komposisi keluarga yang optimal, siklus hidup keluarga, kelayakan

sosial ekonomi, kesesuaian peran, faktor sosial, dan pribadi pasangan

serta kondisi pranikah;

4) Membangun keluarga berkualitas, sakinah, mawaddah, warahma harus

membutuhkan proses yang panjang dan pengorbanan yang besar.

5) Keluarga berkualitas berarti seluruh anggota keluarga merasakan cinta,

keamanan, ketenangan, wawasan luas, keilmuan, keberkahan,

kehormatan, serta dihargai, dipercaya, dan diberkati oleh Allah SWT.61

a. Program Kantor Urusan Agama (KUA) untuk Ketahanan Keluarga

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan, ketahanan

adalah kekuatan hati dan fisik.62 Kekuatan keluarga biasa diartikan suatu

keadaan dimana suatu keluarga memiliki kemampuan fisik maupun psikis

untuk hidup mandiri dengan mengembangkan potensi diri bagi masing-

masing individu dalam keluarga tersebut, untuk mencapai kehidupan

61
Puteri Amalia, Rekontruksi Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021
Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Keluarga, Jurnal: penelitian agama, Yogyakarta, (Vol. 24
No.01, 2023), Hal. 22
62
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)
yang sejahtera dan memiliki keluarga yang berkualitas, baik, bahagia

lahir batin baik didunia maupun di akhirat.63

Kantor Urusan Agama (KUA) memiliki program-program untuk

membentuk ketahanan keluarga. Program tersebut berkaitan dengan

pembinaan perkawinan yang dilakukan untuk mendukung wewenang

administrasinya dan membentuk keluarga berkualitas. Program tersebut di

kalkulasikan beberapa tahapan, antara lain:

1. Bimbingan Perkawinan (Bimwin)

Bimbingan perkawinan secara tatap muka bagi calon pengantin

dilaksanakan untuk mendukung rencana kerja pemerintah di bidang

pembangunan tahaga menuju keluarga sakinah. Hal ini sejalan dengan

agenda prioritas pembangunan dalam meningkatkan kualitas hidup

masyarakat Indonesia. Program bimbingan perkawinan bagi calon

pengantin merupakan salah satu wujud nyata kesungguhan KUA dalam

penguatan tenaga di kecamatan dan kota madya. Adapun materi

penasehatan dan bimbingan yang disampaikan mengenai dinamika

perkawinan, kebutuhan keluarga, pengelolaan konfilk, serta pendidikan

anak dan kesehatan reproduksi. Dengan materi-materi tersebut

diharapkan calon penganti dapat memiliki modal untuk menjadi

keluarga yang berkualitas.64

2. Kursus Calon Pengantin (Suscatin)

63
Amany Lubis, dkk. Ketahanan Keluarga Dalam Prespektif Islam, (Jakarta: Pustaka
Cendikiawan, 2018), Hal. 1-2
64
Lin suny Atmaja, dkk. “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) dalam Penguatan
Ketahanan Keluarga Di Kecamatan Tepus”, Jurnal: Nuansa Akademik, (Vol. 05 No. 02, 2020),
Hal. 80-81
Pelayanan kursus calon pengantin dilakukan dua kali dalam satu

minggu yaitu senin dan kamis. Adapun materi yang disampaikan

meliputi nasehat-nasehat pernikahan seperti bagaimana cara

melestarikan pernikahan, bagaimana membentuk keluarga berkualitas,

sakinah, mawaddah, dan warahma. Adapun tema materi yang

disampaikan, yakni:

a) Dasar dan tujuan pernikahan baik berdasarkan peraturan

perundang-undangan maupun berdasarkan ajaran agama Islam;

b) Syarat, rukun, dan larangan yang harus di ketahui di dalam rumah

tangga;

c) Hak dan kewajiban suami-isteri;

d) Upaya pembentukan keluarga sakinah untuk perwujudan keluarga

harmonisasi hubungan suami isteri;

e) Pembinaan hubungan antara anggota keluarga serta lingkungan;

f) Pembinaan keluarga berkualitas, dan kehidupan beragama dalam

keluarga.65

Kursus ini menjadi sangat penting dan vital yang menjadi

bekal bagi kedua calon pengantin untuk memahami secara

substansial tentang selak beluk kehidupan keluarga dalam berumah

tangga.

3. Kursus Pra nikah

65
Andrie Irawan, dkk. “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) dalam penguatan
Ketahanan Keluarga Di Kecamatan Tepus”, Jurnal: Nuansa Akademik, (Vol. 05 No. 02, 2020),
Hal. 82
Kursus Pra nikah adalah pemberian bekal pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan penumbuhan kesadaran kepada remaja

usia nikah tentang kehidupan berumah tangga dan keluarga. Remaja

usia nikah yang dimaksudkan ialah laki-laki yang berusia sekurang-

kurangnya 19 tahun dan perempuan yang berusia 16 tahun. Tujuan

dilaksanakannya pranikah untuk meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan tentang kehidupan berumah tangga dalam mewujudkan

keluarga berkualitas, sakinah, mawaddah, dan warahma serta

mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam

rumah tangga.66 Dengan tercapainya tujuan tersebut maka tahaga akan

terbangun dengan kokoh.

4. Penyuluhan Rutin

Penyuluhan rutin adalah kegiatan pembinaan bagi keluarga yang

telah terdaftar dan legal pernikahannya di KUA. Pembinaan dan

penyuluhan yang terus dilaksanakan dengan rutin ke masyarakat

melalui pengajian, khutbah jumat, dan majelis taklim. Hal ini

dilaksanakan untuk mewujudkan tahaga di setiap rumah tangga dalam

rangka bina desa keluarga sakinah. Materi penyuluhan juga mencakup

aktifitas keagamaa wakaf yang berkaitan dengan wewenang Kantor

Urusan Agama (KUA).67

66
Zainul Arifin, dkk. “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) dalam penguatan Ketahanan
Keluarga Di Kecamatan Tepus”, Jurnal: Nuansa Akademik, (Vol. 05 No. 02, 2020), Hal. 83
67
Ihab Habudin, dkk. “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Dalam penguatan
Ketahanan Keluarga Di Kecamatan Tepus”, Jurnal: Nuansa Akademik, (Vol. 05, No. 02, 2020),
Hal. 83-84
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas kepenghuluan dari KUA dalam

mendukung perannya dalam penguatan keluarga tidak terlepas dari beberapa

hal yang mendukungnya. Perannya dalam ketahanan agama, psikologis, dan

sosiologi serta ekonomi masyarakat tidak terlepas dari harapan dan dukungan

masyarakat terhadap penguatan ketahanan dalam keluarga. 68 Program yang

dikeluarkan Kantor Urusan Agama dalam membina dan membimbing

masyarakat terkhususnya calon pengantin belum efektif meminimalisir

perceraian. Salah satu alasannya dikarenakan tidak semua calon pengantin

yang mendaftarkan pernikahannya mengikuti program bimbingan tersebut.

Sehingga tuujuan dari adanya pembinaan dan bimbingan perkawinan untuk

meminimalisir perceraian nampaknya belum dapat tercapai karna program

tersebut belum mampu menjangkau seluruh calon pengantin yang

mendaftarkan pernikahannya di KUA. Walaupun demikian pihak Kementerian

Agama terkhususnya Penyuluh Kantor Urusan Agama yang selaku unit

pelaksana terknis harus lebih berupaya menjaring sebanyak-banyaknya calon

pengantin agar dapat mengikuti bimbingan perkawinan.69

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Yang Telah Diterapkan

Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Untuk Membentuk Keluarga

Berkualitas

68
Syawal Rusmanto, dkk. “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Dalam penguatan
Ketahanan Keluarga Di Kecamatan Tepus”, Jurnal: Nuansa Akademik, (Vol. 05, No. 02, 2020),
Hal. 85
69
Puteri Amalia, “Rekontruksi Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021
Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahan Keluarga”, Jurnal: penelitian agama, Yogyakarta, (Vol. 24
No.01, 2023), Hal. 33
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai keluarga berkualitas, sakinah,

mawaddah, dan warahma sangat penting untuk dilaksanakan. Peran para

penghulu dan penyuluh agama Islam diharapkan dapat maksimal dalam

sosialisasi gerakan mewujudkan keluarga sakinah, yaitu sebuah gerakan yang

merupakan upaya konkret masyarakat dalam mengamalkan nilai-nilai

keimanan. Dalam pelaksanaan sebuah program tidak terlepas dari faktor-

faktor pendukung dan penghambat.70 Berikut adalah faktor pendukung dan

penghambat terlaksananya program penghulu Kantor Urusan Agama, antara

lain:

1. Faktor Pendukung

Keberhasilan bimbingan perkawinan pranikah dalam upaya

mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahma tidak terlepas dari

dukungan berbagai pihak yang terkait. Kantor Urusan Agama (KUA)

sebagai lembaga pernikahan resmi pemerintah harus menjadi pelopor

dalam membentuk keluarga berkualitas dengan memaksimalkan program

Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin (Bimwin Catin), sehingga

keberadaan bimbingan perkawinan berfungsi sebagai sarana efektif dalam

upaya mewujudkan keluarga berkualitas. Faktor pendukung dapat di lihat

dari dukungan berbagai pihak yang terkait, berikut faktor pendukung

keberhasilan program yang diterapkan Penghulu Kantor Urusan Agama

(KUA):

a. Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai penyelenggara.


70
Abdul Jalil, Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Bagi Calon
Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan, (Jakarta Selatan, 2019), Hal. 195
b. Sumber dana yang telah dilegitimasi anggarannya.

c. Calon penganti yang menjadi peserta.

d. Narasumber yang berkualitas.

e. Penyampaian materi yang tepat.

f. Fasilitas sarana dan prasaran yang memadai.71

g. Adanya kerja sama yang baik antara pengurus, baik di KUA maupun di

Kemenag.

h. Adanya kerjasama antar instansi-instansi pemerintahan, diantaranya

dinas kesehatan yaitu petugas-petugas puskesmas yang ikut

berpartisipasi memberikan materi mengenai kesehati reproduksi.

i. Faktor pendidikan bagi para peserta yang rata-rata lulusan

SMA/sederajat, sehingga pemateri mudah menyampaikan materinya.72

2. Faktor Penghambat

Pelaksanaan bimbingan perkawinan dipengaruhi oleh beberapa faktor

yakni segala unsur yang terlibat dalam lingkup Bimwin Catin. Kendala-

kendala yang terjadi disetiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan

bimwin catin ini menjadikan hal-hal itu sebagai faktor penghambat dalam

pelaksanaan bimwin catin itu sendiri. Kendala yang seringkali

menghambat pelaksanaan program ialah, kurangnya dana dan banyaknya

fasilitator yang tidak hadir yang menjadikan pelaksanaan program kurang

efektif. Akan tetapi, hal-hal demikian tidak menjadi faktor penghambat

71
Abdul Jalil, Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Bagi Calon
Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan, (jakarta selatan, 2019), Hal. 19
72
Nur Hotimah, “Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Dalam Meminimalisir
Perceraian di KUA Kecamatan Kota Pamekasan”, Jurnal: Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Vol.
01 No. 01, 2021), Hal. 57
yang serius dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan karena itu sejatinya

terkait hal teknis yang bisa diantisipasi sehingga pelaksanaan program

dapat berjalan. Adapun faktor penghambat penerapa strategi penghulu

Kantor Urusan Agama (KUA), sebagai berikut:

a. Calon Pengantin (Peserta Bimwin)

Peserta Bimbingan Perkawinan (Bimwin) yang telah terdaftar

namanya secara legal di KUA maka calon tersebut wajib mengikuti

program bimbingan perkawinan. Namun apabila calon pengantin

tersebut bekerja instansi pemerintah atau perusahaan maka kendalanya

mereka tidak mendapatkan izin untuk mengikuti bimbingan atau

bahkan sekedar mengalokasikan waktu untuk mengikuti bimbingan

secara mandiri yang waktunya relatif sebentar. Hal ini mengakibatkan

tidak maksimalnya tujuan bimbingan perkawinan itu sendiri. 73 Faktor

terkendalanya yang seringkali terjadi ialah calon pengantin kurang

memahami fungsi dan manfaat bimbingan perkawinan.

b. Pendaftaran Nikah Yang Mendadak

Praktiknya yang kurang dari satu minggu dari pernikahan calon

pengantin juga menyebabkan ketidakmaksimalnya program bimbingan

perkawinan. Akan tetapi penghulu tidak menganggap hal ini masalah

serius, cepat atau lambat pasti akan dibina dan diberi arahan walaupun

hanya sebentar. Jikalau pun sama sekali tidak membantu maka solusi

terkahirnya ialah memanfaatkan YouTube sebagai media pembinaan.74


73
Ivan Parjianto, et.al. Penyuluh Agama Islam Dalam Membentengi Perceraian, (2023)
74
Putranto Bifadillah, dkk. Faktor-faktor Yang Mempenagruhi Implementasi Bimbingan
Perkawinan Bagi Calon Pengantin Di KUA Kecamatan Sukajadi Kota Bandung, (Bandung:
c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung untuk

pelaksanaan program bimbingan perkawinan. Akan tetapi, sarana dan

prasarana kurang memadai proses pelaksanaannya, seperti tempat yang

sempit, pengeras suara yang belum tersedia, tidak adanya wadah untuk

melangsungkan bimbingan perkawinan, penyulu dan fasilitator yang

tidak hadir, materi yang diturunkan tidak sesuai dengan pematerinya,

dan lain-lain.75

d. Anggaran Dana

Kendala utama dalam setiap kegiatan ialah kurangnya dana untuk

menyokong terlaksananya kegiatan. Yang menjadi kendala terbesar

dalam bimbingan perkawinan adalah pencairan anggaran yang sering

terlambat, sehingga tidak dapat menentukan jadwal secara reguler

terhadap calon pengantin yang telah terdaftar. Dengan demikian bisa

terjadi ada calon pengantin yang tidak dapat mengikuti program

bimbingan perkawinan, karena KUA belum bisa melaksanakan

program itu.76

Islamic Family Law, 2023), Hal. 102


75
Ilham Mujadid, dkk. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Bimbingan
Perkawinan Bagi Calon Pengantin di KUA Kecamatan Sukajadi Kota Bandung, (Bandung:
Islamic family law, 2023), Hal. 102-103
76
Nur Lailatul Musyafa”ah, dkk. “Efektevitas Bimbingan Perkawinan di Kantor Urusan
Agama Gedang Sidoarjo”, Jurnal: Islamic Law, (Surabaya, Vol. 05 No. 02, 2021), Hal. 94
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif yang

menguraikan hasil dan pembahasan penelitian dekskriptif analisis tentang

permasalahan objek yang ada dilapangan terkait strtategi dakwah penghulu

Kantor Urusan Agama (KUA) dalam membentuk keluarga berkualitas bagi

calon pengantin di Kecamatan Bantaeng.77 Menurut Walidin, dkk. Penelitian

kualitatif adalah suatu proses penelitian untuk memahami fenomenan-

fenomena manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran yang

menyeluruh dan kompleks yang dapat disajikan dengan kata-kata, melaporkan

pandangan terperinci yang diperoleh dari sumber informan, serta dilakukan

dalam latar setting yang alamiah.78 Metode ini menjelaskan tentang data atau

obejek secara alami, objektif, dan apa adanya (faktual).79

77
Septi Kholifatul Hasanah, dkk. “Strategi Dakwah Penghulu Dalam Membentuk
Keluarga Bekualitas Bagi Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama Kec. Jayaloka”, Jurnal:
Manajemen Dakwah, Al- Idarah, (Vol. 01 No. 02, 2021), Hal. 49
78
Walidin, W. Saifullah, & Tabrani, Metodologi Penelitian Kualitatif & grounfrf theory,
(FTK Ar-Raniry Press, 2015), Hal. 77
79
Tarjo, Metode Penelitian Administrasi, (Aceh:Syiah Kuala Universitas Press, 2021),
Hal.38
B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Bantaeng yang beralamat di Jalan Delima, Tappanjeng, Kelurahan Bissappu,

Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng. Peneliti memilih lokasi

Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng sebagai lokasi keberadaan Kantor

Urusan Agama (KUA) dengan fokus objek yang diteliti adalah strategi

dakwah penghulu dalam membentuk keluarga berkualitas bagi calon

pengantin.80 Terpilihnya KUA Kecamatan Bantaeng sebagai lokasi penelitian,

dikarenakan tingkat perceraian paling banyak dan telah mengadakan

Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin.

C. Sumber Data

Sumber data penelitian terdapat dua jenis yaitu data primer dan sekunder:

1. Data Primer, yaitu data langsung didapatkan dari sumber dan diberikan

kepada peneliti dalam hal ini penghulu Kantor Urusan Agama (KUA),

penyuluh agama Islam, calon pengantin, dan staf Kantor Urusan Agama

(KUA).

2. Data Sekunder, yaitu data yang tidak langsung diberikan kepada peneliti

melainkan dapat berupa melalui orang lain maupun melalui dokumen.

D. Tehnik Pengempulan Data

Valid tidaknya suatu data penelitian tergantung dari jenis penelitian yang

digunakan. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistemastis dan standar

80
Alifa Febri utami, “Strategi Dakwah Kecamatan Bulukumpa Melalui Kursus
Calon Pengantin”, Jurnal:Uin Sunan Gunung Djati, (2022), Hal. 24
untuk memperoleh data. Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan beberapa teknik antara lain:

1. Observasi

Secara umum observasi merupakan aktivitas pengamatan terhadap

suatu obejek secara cermat langsung di lokasi penelitian, serta mencatat

secara sistematis mengenai gejala-gejala yang diteliti.81

2. Wawancara

Wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan cara interview

pada satu atau beberapa orang yang bersangkutan dengan menggunakan

alat yang dinamakan interview giude (panduan wawancara).82 Tehnik

wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur. Wawancara

terstruktur merupakan kegiatan wawancara yang menggunakan daftar

pertanyaan yang jelas.83

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan sebagai sumber data pendukung yang

diperlukan untuk melengkapi data yang di peroleh dari wawancara dan

observasi.

81
Mardawanti, Praktik Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: CV Budi Pekerti, 2020),
Hal.51
82
Ahmad Rijali, “Analisis Data Kualitatif”, Al-Hadharah: Jurnal Ilmua Dakwah, (Vol. 17
No. 33, 2018), Hal. 83
83
Eko Prasetyo, Ternyata Penulisan Itu Mudah, (Ekonomi, 2015), Hal.34
E. Imstrumen Penelitian

1. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data dengan jalan

menemui secara langsung kepada informan penelitian jenis wawancara.

Dalam wawancara ini peneliti terlebih dahulu menyiapkan materi yang

terkait dengan strategi penghulu dalam membentuk keluarga berkualitas

bagi calon pengantin.

2. Pedoman Angket

Angket merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan

daftar pertanyaan yang telah disediakan dan disusun sedemikian rupa

sehingga responden tinggal mengisi atau menandai dengan mudah.

3. Catatan Dokumentasi

Instrumen ini merupakan salah satu yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data-data melalui catatan-catatan yang diperoleh selama

proses penelitian. Dokumen tersebut berupa tulisan atau catatan (data-

data), dokumen-dokumen arsip, dan sebagian yang dapat memberikan data

yang diperlukan. Data tersebut ialah, antara lain dokumentasi berupa

catatan peristiwa yang sudah berlalu yang bisa berbentuk gambar dan

tulisan.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan informasi

yang berhubungan dengan penelitian. Mengelolah dan mengarsipkan data

untuk dianalisa. Langkah ini melibatkan transkrip, wawancara, mengetik

data lapangan, memilah dan menyusun data kedalam jenis-jenis yang

berbeda tergantung pada sumber informasi.

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tak perlu dan mengorganisasikan data-data

yang telah di reduksi guna memberikan gambaran yang lebih tajam

tentang hasil pengamatan hingga menjadi tema.

3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel, bagan,

dan hubungan antar kategori. Melalui penyajian data tersebut, maka data

terorganisasikan, dan tersusun sehingga akan semakin mudah dipahami.

4. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung

tahap pengumpulan berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

dapat menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan sejak awal.

G. Uji Keabsahan Data

Uji menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik

pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu. Ada Empat (4) kriteria yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Triangulasi sumber berarti membandingkan, mengecek ulang derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya data diperoleh dengan observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan

dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku

manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan pengecekan

dilakukan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau

situasi yang berbeda, sampai dapat ditemukan kepastian datanya.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Puteri. “Rekontruksi Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021
Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahan Keluarga”, Jurnal: penelitian
agama, (Yogyakarta, Vol. 24 No.01, 2023)

Amalia, Puteri. “Rekontruksi Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021
Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahan Keluarga”, Jurnal: Penelitian
Agama, (Yogyakarta, Vol. 24, No.1, 2023)

Arifin, Siful. “Revitalisasi Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan”, Jurnal: Kariman,


(Vol. 03 No. 01, 2017)

Arifin, Zainul, dkk. “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Dalam penguatan
Ketahanan Keluarga Di Kecamatan Tepus”, Jurnal: Nuansa Akademik,
(Vol. 05 No. 02, 2020)

Atira, Dewie Brima. dkk. “Optimalisasi Fungsi Keluarga dalam Rangka Membentuk
Generasi Berkualitas Di Pulau Tegal Kec. Padang Cermin Kabupaten
Pasarawang, Lampung”, Jurnal Mitrawarga, (vol. 01, No. 02, 2022)

Atmaja, Lin suny, dkk. “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Dalam penguatan
Ketahanan Keluarga Di Kecamatan Tepus”, Jurnal: Nuansa Akademik,
(Vol. 05 No. 02, 2020)

Amalia, Puteri. Rekontruksi Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021
Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahan Keluarga, Jurnal: penelitian agama,
Yogyakarta, (Vol. 24 No.01, 2023)
Anita, Nur, dkk. Asuhan Kebidanan Remaja dan Menopause, (Bandung: Kaizen
Media Publishing, 2023)

Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa, Sunggu Minasa Website:


http://gowakab.bps.go.id, 2018

Bifadillah, Putranto, dkk. Faktor-faktor Yang Mempenagruhi Implementasi


Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Di KUA Kecamatan
Sukajadi Kota Bandung, (Bandung: Islamic Family Law, 2023)

Budi, Heru Tri. Divene Family Harmony: Menata Ulang Keluarga Selaras
Dengan Rancang Bangun Keluarga Ilahi, (Yogyakarta, 2020)

Depertemen Agama, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah dan Pembantu Pegawai


Pencatat Nikah, (Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam,
Zakat Dan Wakaf 1996-1997)
Depertemen Agama RI, Tugas-tugas Pejabat Pencatat Nikah, Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji, (jakarta: depertemen agama
RI, 2004)

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)

Elemansyah, dkk. Revitalisasi Dakwah Pinggiran: Penguatan Profesionalitas


Da’i Dan Infrastruktur Dakwah, (IAIN Pontianak Press: Lembaga
Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), 2018)

Fauziyah, Anisaul. “Peran PenghuluTerhadap Pencatatan Perkawinan”, Skripsi,


(2017)

Fauziyah, Anisaul. “Peran PenghuluTerhadap Pencatatan Perkawinan”, Skripsi,


(2017)

Fauziyah, Anisaul. “Peran PenghuluTerhadap Pencatatan Perkawinan”, Skripsi,


(2017)

Fauziyah, Anisaul. “Peran Penghulu Terhadap Pencatatan Perkawinan”, Skripsi,


(2017)

Firmansyah. “Cegah Pernikahan Dini dengan Keluarga Berkualitas”, Web : www.


Setda.Dompokab.go.id, (2021)

Friendman, Marylyn M. Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek, (Jakarta:


EGC, 1998)
Ghofar, Firly Abdul. “Tinjauan Efektivitas Terhadap Implementasi Bimwin Catin
Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021 di KUA
Kecamatan Dolopo Madiun”, Skripsi, (2022)
Ghofar, Firly Abdul. “Tinjauan Efektivitas Terhadap Implementasi Bimwin Catin
Berdasarkan Keputusan Dirjjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021 di KUA
Kecamatan Dolopo Madiun”, Skripsi, (2022)

Habudin, Ihab, dkk. “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Dalam penguatan
Ketahanan Keluarga Di Kecamatan Tepus”, Jurnal: Nuansa Akademik,
(Vol. 05, No. 02, 2020)

Hamza, Amir. Dakwah Di Masa Pandemi, (CV Jejak, 2021)

Harjana, Ngakan Putu Anom. Stunting adalah keadaan tubuh pendek akibat
kekurangan gizi kronis, (Chandra, 2015)

Harjanah, Ngakan Putu Anom. “Emo Demo: Rumpi Sehat Zaman Now: Program
Inovatif Sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan Dan Persiapan
Calon Pengantin Untuk Mencegah Stunting”

Hasanah, Kholifatul, dkk. “Strategi Dakwah Penghulu Dalam Membentuk


Keluarga Berkualitas Bagi Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Jayaloka”, Jurnal Al-Idaroh: Media Pemikiran Manajemen
Dakwah, (Vol. 1, 2019)

Hasanah, Septi Kholifatul, dkk. “Strategi Dakwah Penghulu Dalam Membentuk


Keluarga Bekualitas Bagi Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama Kec.
Jayaloka”, Jurnal: Manajemen Dakwah, Al- Idarah, (Vol. 01 No. 02,
2021)

Hasanah, Septi Kholifatul. dkk. “Strategi Dakwah Penghulu Dalam Membentuk


Keluarga Bekualitas Bagi Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama Kec.
Jayaloka”, Jurnal: Manajemen Dakwah, (Al- Idarah: Vol. 01 No. 02,
2021)

Hasanah, Septi Kholifatul, dkk. “Strategi Dakwah Penghulu Dalam Membentuk


Keluarga Bekualitas Bagi Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama Kec.
Jayaloka”, Jurnal: Manajemen Dakwah, (Al- Idarah: Vol. 01 No. 02,
2021)

Hasanah, Winny Kirana, dkk. “Analisis Pelaksanaan Edukasi Pranikah Terkait


Kesehatan Reproduksi Pada Pasangan Calon Penganting Muslim”, Jurnal,
(Vol. 10, No. 02)
Herawati, Tin, dkk. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Fungsi
Keluarga Di Indonesia”, Jurnal: Ilmu Keluarga & konsumen , (Vol. 13 No.
03, 2020)

http://kuabajeng gowa.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-kua-bajeng.html. diakses,


rabu 30 januari 2016.

http://kuabajeng gowa.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-kua-bajeng.html. diakses,


rabu 30 januari 2016

https://makassar.tribunnews.com/2023/06/16/faktor-ekonomi-jadi-pemicu
maraknya-perceraian-di-kabupaten-bantaeng

https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6622840/surat-ali-imran-ayat-104-
penyeru-amar-maruf-nahi-munkar-adalah-yang-beruntung

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5899662/surah-ar-rum-ayat-21-kenapa-
sering-dipakai-dalam-pernikahan

Hidayat, Hidayat. Panduan Pernikah Islami, (Ciamis: GuePedia, 2019)

Hidayat, Nurul Laila. “ Strategi Komunikasi Dakwah Penyuluh Agama Islam


Dalam Pembinaan Keluarga Sakinah Di Kampung Sakinah, Kecamatan
Tanggu, Kabupaten Jember”, Skripsi, 2020

Irawan, Andrie, dkk. “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Dalam penguatan
Ketahanan Keluarga Di Kecamatan Tepus”, Jurnal: Nuansa Akademik,
(Vol. 05 No. 02, 2020)

Ja”far, Kumedi. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Bandar Lampung:


Arjasa Pratama, 2021)

Jalaluddin, Moh. dkk. “Peran kepala Kantor Urusan Agama Dalam Program
Bimbingan Perkawinan di Kantor Agama Batumarmar Pamekasan”, Syiar:
Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Vol. 02 No. 02, 2022)

Jalaluddin, Moh. dkk. “Peran Kepala Kantor Urusan Agama Dalam Program
Bimbingan Perkawinan di Kantor Agama Batumarmar Pamekasan”, Syiar:
jurnal komunikasi dan penyiaran islam, (Vol. 02 No. 02, 2022)

Jalil, Abdul. Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Bagi


Calon Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan,
(jakarta Selatan, 2019)
Jalil, Abdul. Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Bagi
Calon Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan,
(jakarta selatan, 2019)

Jalil, Abdul. Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Bagi


Calon Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan,
(Jakarta Selatan, 2019)

Jalil, Abdul. Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Bagi


Calon Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan,
(Jakarta Selatan, 2019)

Jalil, Abdul. Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Bagi


Calon Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan,
(jakarta selatan, 2019)

Jalil, Abdul. Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pra Nikah bagi


Calon Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan,
(jakarta Selatan, 2019)

Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI), (2008)

Keputusan Direktur Jendral, Tahun 2021, No. 189, Tentang Pelaksanaan Program

Khoir, Mohammad Rijalul. “Strategi Dakwah Membina Keluarga Sakinah di


Kecamatan Tugu Kota Serang”, Skripsi, 2018

Khumas, Asniar. “Model Penjelasan Intensi cerai Perempuan Muslim Di Sulawesi


Selatan”, Jurnal Psikologi, (Vol. 42 No. 03, 2015)

Laili, Anis Nur, dkk. “Menyiapkan Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi calon
Pengantin”, (2022)

Lubis, Amany, dkk. Ketahanan Keluarga Dalam Prespektif Islam, (Jakarta:


Pustaka Cendikiawan, 2018)

Nugroho, Raynaldo. Peran Penghulu Dalam Mengurangi Angka Perceraian Di


KUA Karang Tengah Kota Tangerang, (Jakatra, 2016)

Nugroho, Raynaldo. Peran Penghulu Dalam Mengurangi Angka Perceraian Di


KUA Karang Tengah Kota Tangerang (Jakatra, 2016)

Nur Hotimah, “Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Dalam


Meminimalisir Perceraian di KUA Kecamatan Kota Pamekasan”, Jurnal:
Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Vol. 01 No. 01, 2021)
Machrus, Adib, dkk. Fondasi Keluarga Sakinah, (Jakarta: Subdit Bina Keluarga
Sakinah Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, 2017)
Mardawanti, Praktik Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: CV Budi Pekerti, 2020)

Millah, Asep Sihabul. “Peran Penghulu Dalam Implementasi UU No. 1 Tahun


1974 Tentangg Perkawinan”, Skripsi, (2016)

Mujadid, Ilham, dkk. Faktor-faktor Yang Mempenagruhi Implementasi


Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin di KUA Kecamatan
Sukajadi Kota Bandung, (Bandung: Islamic family law, 2023)

Mustar, dkk. “Peran Kepala Kantor Urusan Agama Dalam Program Bimbingan
Perkawinan di Kantor Agama Batumarmar Pamekasan”, Syiar: Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Vol. 02 No. 02, 2022)

Mustar, dkk. “Peran Kepala Kantor Urusan Agama Dalam Program Bimbingan
Perkawinan di Kantor Agama Batumarmar Pamekasan”, Syiar: jurnal
komunikasi dan penyiaran islam, (Vol. 02 No. 02, 2022)

Musyafa”ah, Nur Lailatul, dkk. “Efektevitas Bimbingan Perkawinan di Kantor


Urusan Agama Gedang Sidoarjo”, Jurnal: Islamic Law, (KSurabaya, Vol.
05 No. 02, 2021)

Parjianto, Ivan. et.al. Penyuluh Agama Islam Dalam Membentengi Perceraian,


(2023)

Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 62 Tahun 2005

Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007

Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah

Perpustakaan Nasional Ri, Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun


2002, Tentang Perlindungan Anak, Bab 1 Tentang Ketentuan Umum,
Pasal 1 Nomor 3, (Yogyakarta: New Merah Putih, 2009)

Prasetyo, Eko. Ternyata Penulisan Itu Mudah, (Ekonomi, 2015)


Pimay, Awaluddin. Paradigma Dakwah Humanis: Startegi dan metode dakwah
prof KH Syaifuddin Zuhri, (Semarang: Rasail, 2005)
Putri, Ely Setya. “Strategi Dakwah Kecamatan Bulukumpa Melalui Kursus Calon
Pengantin”, Jurnal, (2015)

Rijali, Ahmad.“Analisis Data Kualitatif”, Al-Hadharah: Jurnal Ilmua Dakwah,


(Vol. 17 No. 33, 2018)

Riza, Wardevi. Bimbingan Pra Nikah Bagi Calon Pengantin Dalam Membentuk
Keluarga Sakinah Di Kanagarian Kambang Kecamatan Lengayang
Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal: pengabdian dan pemberdayaan
masyarakat, (Vol. 1, No. 2, dec. 2019)

Rusmanto, Syawal, dkk. “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Dalam


penguatan Ketahanan Keluarga Di Kecamatan Tepus”, Jurnal: Nuansa
Akademik, (Vol. 05, No. 02, 2020)

Sarawat, Ahmad. Buku Kiat-Kiat Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, (Pustaka


At-Taqwa, 2007)

Soelaeman, Mochammad Isa. Pendidikan Keluarga, (Bandung: Alfabeta, 1994)


Suprajitno. “Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik”, (Jakarta:
EGC, 2004)
Syukir, Asmuni. Strategi dakwah islam, (Surabaya : Usaha Nasional,1983)

Tabrani, Walidin, W. Saifullah .Metodologi Penelitian Kualitatif & grounfrf


theory, (FTK Ar-Raniry Press, 2015)

Tarjo, Metode Penelitian Administrasi, (Aceh:Syiah Kuala Universitas Press,


2021)

Utama, Alifa Febri. “Strategi dakwah kantor urusan agama dalam membina
keluarga sakinah di kecamatan cimahi selatan: studi deskriptif di kantor
urusan agama kecamatajn cimahi selatan”, Skipsi, (2023)

Utami, Alifa Febri. “Strategi Dakwah Kecamatan Bulukumpa Melalui Kursus


Calon Pengantin”, Jurnal:Uin Sunan Gunung Djati, (2022)

Utami, Alifa Febri. “Strategi Dakwah Kecamatan Bulukumpa Melalui Kursus


Calon Pengantin”, Jurnal:Uin Sunan Gunung Djati, (2022)

Anda mungkin juga menyukai