Essay Melani Hasibuan
Essay Melani Hasibuan
TEBING TINGGI
Bahasa adalah alat yang intens dan lazim digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi.
Pada dasarnya menyampaikan gagasan dalam bentuk tanda-tanda verbal. Menurut Rafiq (Indrya
Mulyaningsih, 2016:2), komunikasi adalah interaksi antara dua atau lebih, kapanpun,
diamanapun, dengan siapapun. Melalui komunikasi seseorang dapat berinteraksi dengan manusia
lainnnya karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri,
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki bahasa tersendiri yang unik dan menarik bagi orang yang
belum mengetahuinya. Masyarakat ini banyak menggunakan dialek dengan berakhiran O, seperti
kata “Dimano?” yang artinya “Dimana?”, kata “Ngapo?” memiliki makna “Mengapa?”, dan
masing banyak lagi. Tidak hanya mengubah kata diakhir menjadi O saja ,namun masyarakat
Khalipah juga mengubah kata menjadi O di tengah kata, misalnya “Krojo (kerja)”, “pogi
(pergi)”, “goli (gelik)”, sodara (saudara). Berikut penjabaran data keseluruhan mengenai Medan
1. Mau
Kata “mau” dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan dalam Dialek Tebing
2. Tidak
Kata “tidak” dalam KBBI berubah menjadi “Tak” dalam dialek Tebing Tinggi,
“Tak ondak aku kek gitu” (Saya tidak mau seperti itu)
3. Iya
Kata “iya’ dalam KBBI, diartikan sebagai “iyo” dalam dialek Tebing Tinggi.
4. Berbicara
Dalam dialek daerah Tebing Tinggi kata “Berbicara” menjadi berbeda, yakni “becakap”.
kamu)
“Dongalah dulu we ondak becakap awak ni” (Dengarkanlah dulu, aku mau
berbicara)
5. Pergi
Kata “pergi’ dalam KBBI berubah menjadi “pogi” dalam dialek daerah Khalipah.
“Ondak pogi kemano ko malam-malam kek gini?” (Kamu mau pergi kemana
malam-malam begini?)
6. Kaget
Kata “kaget” dalam KBBI berubah menjadi “tekojut” pada dialek masyarakat kecamatan
ejut mendengarnya)
7. Jalan-jalan
Kata “jalan-jalan” dalam KBBI memiliki makna “melalak” pada dialek masyarakat Kota
Tebing Tinggi.
8. Gila
Kata “gila” dalam KBBI mempunyai makna sinonim “gilo, sedeng, senget” pada dialek
9. Mengapa
10. Kerja
Dalam KBBI, Medan makna leksikal “kerja” menjadi “krojo” pada dialek tebing tinggi.
11. Bersuara
Medan makna leksikal “Bersuara” menjadi “besuo” dalam Dialek Tebing tinggi.
“Kemano ajo kau? dah lamo tak besuo” (Kemana aja kau? Sudah lama tidak
ada kabar)
Last Name 4
“pogi kemano dio? Lama tak besuo” (dia pergi kemana? Lama tidak ada
kabar)
12. Bercerita
Dalam dialek daerah Tebing Tinggi, Medan makna “bercerita” berubah menjadi
“wee... aku ondak bercritolah, kalian dongari yo?” (wee... aku mau bercerita,
13. Pecah
“Rasonyo ondak pocah pala aku ni” (Rasanya kepalaku mau pecah)
14. Cepat
15. Tertawa
16. Uang
Dalam dialek Tebing tinggi, “uang” berubah dialek menjadi “duit atau duet”.
Last Name 5
“Kau bawa duet brapo? Boleh tidak aku pinjam dulu?” (kau bawa uang
“Yang ini brapo duet Bang?” (yang ini berapa harganya Bang?)
17. Bagaimana
“Tibo-tibo pula-lah ko ngasih tau kami” (tiba-tiba pula kamu memberi tahu
kamu)
19. Pusing
Dalam dialek Tebing Tinggi, kata “Pusing” berubah dialek menjadi “poning”.
“Aishh... poning botul lah pala aku ni” (Aishh... kepalaku sakit
sekali)
Dalam dialek Tebing Tinggi, kata “pasar” berubah dialek menjadi “pekan”.
21. Saudara
22. Aduk
Dalam dialek Tebing Tinggi, kata “aduk” berubah dialek menjadi “kaco”.
“Tolong ko kaco dulu ikan ini yo” (Tolong kamu aduk ikan ini ya)
23. Bertengkar
Kata “Bertengkar” dalam KBBI, dimaknai “betekak” pada dialek Tebing Tinggi.
“Ngapo jadi betekak polu kalian disini” (Kenapa kalian jadi bertengkar)
Kata “banyak gaya” berubah dialek menjadi “betingkah” pada dialek Tebing Tinggi.
“Tak suko aku liat muko dio betingkah botul“ (saya tidak suka melihat dia
banyak gayanya).
Selain bahasa yang mayoritas O, masyarakat kota Tebing tinggi juga banyak
menggunakan kosakata atau dialek-dialek yang unik dan sangat berbeda dari kota lainnya,
dikarenakan masyarakat kota Tebing tinggi khususnya di daerah Kecamatan Bandar Khalipah
(BanKha) adalah masyarakat pesisir pantai dan mayoritas penduduknya adalah suku Melayu.