#IndonesiaTanpaPacaran
hadapan Allah? Adakah kau kasihan dengan mereka seperti aku yang
• Satu tahun pertama kuliah, Rini terus menjadi orang yang berprestasi di
yang melihatnya tertarik. Banyak lelaki yang mengejar Rini untuk dijadikan sebagai
pacarnya, namun Rini berbeda dengan gadis yang lain. Ia selalu menjaga diri, agar
tidak terjebak dalam pergaulan bebas. Ia selalu teringat wajah ibu dan bapaknya
saat mulai tergoda karena rayuan dari lelaki yang begitu maut. Lelaki seperti apa?
Tentunya bukan dari lelaki alay jijay yang memakai celana botol sempiiiit banget
dengan rambut ‘nggak jelas’ dan sepatu ‘kodok’, tapi rayuan maut itu berasal dari
ikhwan ‘sok alim’ dengan segala pernak-perniknya. Sarung yang melekat dengan
baju koko yang rapi ditambah peci dan tas cangklong sederhana. Rini merasa lelaki
seperti itulah yang terkadang menggoda batinnya. Namun, semua itu hanya sesaat
sebab Rini begitu memahami bahwa hubungan antara lelaki dan wanita seharusnya
memang terpisah. Sehingga ia anti dengan namanya pacaran, ia tak mau terjebak
dalam pacaran. Entah pacaran terbuka ataupun terselubung dengan kata ‘ta’aruf
buta’.
• Cobaan terus datang bertubi-tubi dari lelaki alay dan ikhwan-
ikhwan genit, namun Rini tetap menjaga diri untuk tidak
terjerumus dalam aktifitas pacaran. Diantara banyak lelaki yang
menyampaikan perasaannya ke Rini. Ada satu laki-laki yang
benar-benar tidak pernah putus asa menyampaikan perasaannya.
• Lelaki yang menggoda Rini itu benar-benar tidak tau malu.
Hampir setiap hari ia selalu menggodanya. Setiap hari ketemu di
kampus, dan setiap hari pula ia mengirimkan chat pada Rini
padahal Rini sama sekali tidak pernah mau membalas. Rini pun
tidak mengetahui darimana lelaki yang dia ketahui bernama Doni
itu bisa mendapatkan nomor teleponnya. Sedang mereka berbeda
fakultas.
• Suatu hari pernah seorang lelaki yang menawarkan dirinya untuk jadi pacar
Rini melalui perantara teman dekatnya. Tapi Rini tidak goyah juga. Bahkan
ada yang berani menembak langsung dengan memberikan bunga saat
pulang kuliah, namun Rini tetap menolaknya dengan halus. Prinsipnya jelas
tidak mau berpacaran.
• Rini berprinsip tidak akan memberi kesempatan pada lelaki manapun untuk
memiliki dirinya tanpa ikatan halal. Ia memahami bahwa keindahan atas
nama cinta, jika dipandang dari segi rasa saja adalah racun berbahaya.
Jadinya Rini tak akan mau menjadi pacar siapapun.
• Rini punya prinsip tegas kesuciannya hanya untuk lekaki yang kelak menjadi
suaminya. Bukan melalui ikatan yang tidak halal lewat pacaran. Ia tak mau
tertipu dengan janji palsu para lelaki yang tak bertanggungjawab melalui
pacaran. Ia menjaga kesuciannya, agar masa depannya lebih bercahaya.
• Kisah menarik lain yang bisa diambil hikmahnya seluruh umat manusia
alaihi wasallam. Seorang wanita cantik, kaya raya, dan dari keturunan
• Saat dimana kehidupan kala itu serba jahiliyah Siti Khadijah tetap
menikahinya tapi tetap tidak mau. Diantara banyak lelaki yang berniat
akhlaknya yang baik, jujur dan juga menjaga diri dari pergaulan
kesadarannya.
• Orang yang memahami proses cinta seperti ini, biasanya akan kuat
menghadapi segala cobaan. Baik cobaan dalam diri, maupun dari
luar. Cobaan dari dalam diri misalnya walau naluri cinta sedang menggebu-
gebu, ia tetap berusaha menjaganya agar tidak tergesa-gesa
mengekspresikan cintanya. Walau lingkungan luar banyak cobaan ia tetap
sabar menjaga dirinya. Kesadaran seperti ini didapatkan melalui
perenungan yang mendalam akan arti cinta yang sesungguhnya.
• Orang yang memahami dari mana itu cinta, untuk apa naluri cinta, dan
bagaimana pertanggungjawabannya akan berpikir Rasional. Ia
menggunakan akal sehat. Ia tahu ada peluang berpacaran tapi. Ia berpikir
sehat bahwa pacaran itu bukan jalan benar untuk mengekspresikan cinta.
Bagi wanita yang memahami bahwa pacarana dapat merusak
kehormatanya, akan berupaya untuk senantiasa menjauhkan diri dari
aktivitas tersebut.
• Orang yang memahami arti cinta insyaAllah akan istiqomah walau keadaan
sulit. Walau usia sudah lebih 30 tahun, tapi belum ada yang datang
melamar ia tetap istiqomah tidak mencari pasangan melalui pacaran.
Keistiqomahan dalam kebaikan tidak megenal usia. Bahkan walau usia
terus menua tetap menjaga diri. Justru ia semakin menanjak terus
karena memahami pemberi cinta hanyalah titipan pencipta. Maka ia terus
mendekati penciptanya. Ia memahami bahwa saat Zulaikha menjauh dari
Allah malah Yusuf menjauh darinya, namun saat Zulaikha mendekat pada
Allah, maka Yusuf dekat dengannya.
• Walau ada pekerjaan dengan gaji besar, ia tak akan mau jika pekerjaan
tersebut memperlihatkan kecantikan tubuhnya yang membuat banyak lelaki
menikmati keindahan tubuhnya. Ia berpikir rezeki tidak akan tertukar.
Rezeki sudah dijamin, sementara syurga tidak ada jaminan.
• Arah hidup yang memahami cinta itu jelas. Jelas tujuannya, gambarannya
jelas, dan sikapnya terhadap kebaikan juga jelas. Ia juga akan selalu
bersemangat menjalani hidupnya walau belum dapat pekerjaan layak, juga tetap
bersemangat hidupnya walau masih jomblo. Tidak mudah putus asa hanya karena
urusan duniawi.
• Orang yang seperti ini adalah orang yang berhasil menjawab dengan jelas
tentang arti cinta. Tentang dari mana asal cintanya, untuk apa, dan bagaimana
setelahnya. Jika berhasil menjawab ini, insyaAllah segala ekpresi cinta akan
mengikatnya. Dalam Bahasa fiqih mengikat artinya adalah aqidahnya. Karena itu,
untuk bisa menjadi seperti di atas maka berarti harus menjawab dulu pertanyaan
penting di atas, agar perbuatannnya selalu terikat. Layaknya Khadijah tidak berubah
prinsipnya walau hidup ditengah masyarakat jahiliyah, layaknya keluarga Yasir yang
tidak berubah prinsip hidupnya walau disiksa untuk mengubah akidahnya, layaknya
bilal bin rabah yang tetap mengucapkan ahad-ahad walau ditindi batu besar.
• Orang seperti ini sangat beruntung. Sebagaimana firman Allah
Subhanahu Wata’ala;
• “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka.” (QS. Al-Imran: 190-191).
Lantas bagaimana kriteria manusia Ulil albab tersebut? Berdasarkan ayat
sesuatu yang telah diciptakan oleh sang Khaliq yaitu Allah Subhanahu
mindsetnya bahwa semua yang ada di alam semesta ini telah diciptakan
oleh Allah Subhanahu Wata’ala, tidak ada satupun yang sia-sia termasuk
• Ditulis: @LaOdeMunafar
(Penggagas Gerakan #IndonesiaTanpaPacaran)