Anda di halaman 1dari 17

MATERI KAJIAN HIJRAH #2

#IndonesiaTanpaPacaran

* Khusus Member dan Partner


• Rini adalah seorang wanita yang banyak dikagumi lelaki.
Wanita cantik berjilbab yang selalu mendapatkan juara
sejak SMA. Sudah banyak lelaki yang menawarkan diri
untuk menjadi pacarnya tapi ia selalu menolak. Berbagai
strategi lelaki telah dilakukan untuk menaklukannya, tapi
Rini tetap pada prinsip tidak mau berpacaran.
• Oleh orang tuanya, Rini diizinkan untuk melanjutkan
kuliah di luar kota. Jadi, tentu ia harus berpisah dengan
keluarga. Ayahnya memilihkan tempat tinggal terbaik
untuk putrinya itu. Sebuah kost-kostan milik kenalannya.
• Ketika Rini merasa sedih, ia ingin bercerita pada orang tuanya,
tapi urung ia lakukan! Setiap hari dia disuguhkan pemandangan
luar biasa di kostnya. Teman-teman kostnya seringkali membawa
teman lelaki ke dalam kamar kost. Tidak tanggung-tanggung,
bahkan ada yang sampai menginap.
• Pernah suatu ketika, Rini melihat tepat di seberang kamar
kostnya ada ‘dua onggok’ manusia yang sedang bermesraan. Pada
saat itu Rini begitu muak dengan pemandangan yang dilihatnya.
Ia ingin menghentikan perbuatan menjijikkan itu, tapi tak kuasa.
Ia hanya bisa merintih dalam hatinya yang begitu lembut bak
kapas putih.
• “Ukhti… Kamu orang berilmu. Kamu seorang muslimah. Kamu seorang anak
dari ibu bapak yang rela mengorbankan keringat dan kesenangan mereka
untuk membiayai anaknya. Kamu seorang hamba yang sepatutnya
mengabdikan diri untuk Allah semata. Dan kamu juga calon isteri dari suami
yang bertanggungjawab padamu, dan kamu itu calon ibu yang akan
mendidik anak-anakmu kelak.
• Sadarkah dirimu akan yang kau lakukan itu? Bercumbu mesra dengan laki-
laki yang bukan mahrom? Kamu bukan hanya berdosa pada Allah. Tapi,
kamu sudah mengkhianati kepercayaan orang tuamu yang rela melepasmu
untuk kuliah, kamu telah menggadaikan kehormatanmu yang nantinya akan
menyakiti suamimu jika dia mengetahuinya, dan kamu akan menebarkan
benih-benih untuk anak-anakmu nantinya dengan melakukan hal yang
sama. Maukah kau seperti itu, Ukhti?
• Adakah kau teringat wajah ibu bapakmu yang telah lelah mendidikmu

untuk menjadi muslimah sejati? Adakah kau pernah membayangkan

bagaimana seandainya mereka ‘tiada’ dengan membawa aib dirimu di

hadapan Allah? Adakah kau kasihan dengan mereka seperti aku yang

selalu teringat wajah mereka disaat godaan datang menghampiriku?”

• Satu tahun pertama kuliah, Rini terus menjadi orang yang berprestasi di

kampusnya. Ia mampu mempertahankan prestasi juaranya saat SMA.

Selama 2 semester Rini menunjukkan prestasi yang membuat kedua

orang tuanya makin semangat membanting tulang demi biaya kuliahnya.

Rini juga berhasil mendapat beasiswa berprestasi yang uangnya

ditabung untuk berbagai keperluannya kelak di perkuliahan.


Wajah cantik dan kecerdasan yang dimiliki oleh Rini mampu membuat laki-laki

yang melihatnya tertarik. Banyak lelaki yang mengejar Rini untuk dijadikan sebagai

pacarnya, namun Rini berbeda dengan gadis yang lain. Ia selalu menjaga diri, agar

tidak terjebak dalam pergaulan bebas. Ia selalu teringat wajah ibu dan bapaknya

saat mulai tergoda karena rayuan dari lelaki yang begitu maut. Lelaki seperti apa?

Tentunya bukan dari lelaki alay jijay yang memakai celana botol sempiiiit banget

dengan rambut ‘nggak jelas’ dan sepatu ‘kodok’, tapi rayuan maut itu berasal dari

ikhwan ‘sok alim’ dengan segala pernak-perniknya. Sarung yang melekat dengan

baju koko yang rapi ditambah peci dan tas cangklong sederhana. Rini merasa lelaki

seperti itulah yang terkadang menggoda batinnya. Namun, semua itu hanya sesaat

sebab Rini begitu memahami bahwa hubungan antara lelaki dan wanita seharusnya

memang terpisah. Sehingga ia anti dengan namanya pacaran, ia tak mau terjebak

dalam pacaran. Entah pacaran terbuka ataupun terselubung dengan kata ‘ta’aruf

buta’.
• Cobaan terus datang bertubi-tubi dari lelaki alay dan ikhwan-
ikhwan genit, namun Rini tetap menjaga diri untuk tidak
terjerumus dalam aktifitas pacaran. Diantara banyak lelaki yang
menyampaikan perasaannya ke Rini. Ada satu laki-laki yang
benar-benar tidak pernah putus asa menyampaikan perasaannya.
• Lelaki yang menggoda Rini itu benar-benar tidak tau malu.
Hampir setiap hari ia selalu menggodanya. Setiap hari ketemu di
kampus, dan setiap hari pula ia mengirimkan chat pada Rini
padahal Rini sama sekali tidak pernah mau membalas. Rini pun
tidak mengetahui darimana lelaki yang dia ketahui bernama Doni
itu bisa mendapatkan nomor teleponnya. Sedang mereka berbeda
fakultas.
• Suatu hari pernah seorang lelaki yang menawarkan dirinya untuk jadi pacar
Rini melalui perantara teman dekatnya. Tapi Rini tidak goyah juga. Bahkan
ada yang berani menembak langsung dengan memberikan bunga saat
pulang kuliah, namun Rini tetap menolaknya dengan halus. Prinsipnya jelas
tidak mau berpacaran.
• Rini berprinsip tidak akan memberi kesempatan pada lelaki manapun untuk
memiliki dirinya tanpa ikatan halal. Ia memahami bahwa keindahan atas
nama cinta, jika dipandang dari segi rasa saja adalah racun berbahaya.
Jadinya Rini tak akan mau menjadi pacar siapapun.
• Rini punya prinsip tegas kesuciannya hanya untuk lekaki yang kelak menjadi
suaminya. Bukan melalui ikatan yang tidak halal lewat pacaran. Ia tak mau
tertipu dengan janji palsu para lelaki yang tak bertanggungjawab melalui
pacaran. Ia menjaga kesuciannya, agar masa depannya lebih bercahaya.
• Kisah menarik lain yang bisa diambil hikmahnya seluruh umat manusia

di bumi adalah Siti Khadijah Istri Rasulullah Muhammad Shalalahu

alaihi wasallam. Seorang wanita cantik, kaya raya, dan dari keturunan

baik-baik. Walau seorang janda dengan umur 40 tahun, tapi wajahnya

banyak memikat kaum pria di Mekah 1.400 tahun lalu.

• Saat dimana kehidupan kala itu serba jahiliyah Siti Khadijah tetap

menjaga dirinya dari pengaruh jahiliyah. Ia tetap menjaga

kehormatannya. Banyak pria dari keluarga bangsawan yang ingin

menikahinya tapi tetap tidak mau. Diantara banyak lelaki yang berniat

mempersuntingnya, Khadijah hanya tertarik pada nabi Muhammad

Shalallahu alaihi wasallam. Tertarik bukan karena fisiknya tapi karena

akhlaknya yang baik, jujur dan juga menjaga diri dari pergaulan

jahiliyah pada masanya.


• Mungkin inilah seperti yang dikatakan Maulana Jalaluddin

Rumi “Jika cintamu hanya karena rupa lalu bagaimana engkau

akan mencintai Tuhanmu yang tidak kau lihat???”

• Begitulah jika memahami arti cinta yang hakiki. Manusia

sadar bahwa naluri cinta ada pertanggungjawabannya.

Karena itu tidak boleh mengekspresikannya sembarangan

dengan hanya mengikuti hawa nafsu. Ia juga sadar bahwa

cinta yang diekspresikan melalui jalan salah akan

mendatangkan kesengsaraan. Karena itu dalam

mengekspresikan cinta harus berada dalam kontrol

kesadarannya.
• Orang yang memahami proses cinta seperti ini, biasanya akan kuat
menghadapi segala cobaan. Baik cobaan dalam diri, maupun dari
luar. Cobaan dari dalam diri misalnya walau naluri cinta sedang menggebu-
gebu, ia tetap berusaha menjaganya agar tidak tergesa-gesa
mengekspresikan cintanya. Walau lingkungan luar banyak cobaan ia tetap
sabar menjaga dirinya. Kesadaran seperti ini didapatkan melalui
perenungan yang mendalam akan arti cinta yang sesungguhnya.
• Orang yang memahami dari mana itu cinta, untuk apa naluri cinta, dan
bagaimana pertanggungjawabannya akan berpikir Rasional. Ia
menggunakan akal sehat. Ia tahu ada peluang berpacaran tapi. Ia berpikir
sehat bahwa pacaran itu bukan jalan benar untuk mengekspresikan cinta.
Bagi wanita yang memahami bahwa pacarana dapat merusak
kehormatanya, akan berupaya untuk senantiasa menjauhkan diri dari
aktivitas tersebut.
• Orang yang memahami arti cinta insyaAllah akan istiqomah walau keadaan
sulit. Walau usia sudah lebih 30 tahun, tapi belum ada yang datang
melamar ia tetap istiqomah tidak mencari pasangan melalui pacaran.
Keistiqomahan dalam kebaikan tidak megenal usia. Bahkan walau usia
terus menua tetap menjaga diri. Justru ia semakin menanjak terus
karena memahami pemberi cinta hanyalah titipan pencipta. Maka ia terus
mendekati penciptanya. Ia memahami bahwa saat Zulaikha menjauh dari
Allah malah Yusuf menjauh darinya, namun saat Zulaikha mendekat pada
Allah, maka Yusuf dekat dengannya.
• Walau ada pekerjaan dengan gaji besar, ia tak akan mau jika pekerjaan
tersebut memperlihatkan kecantikan tubuhnya yang membuat banyak lelaki
menikmati keindahan tubuhnya. Ia berpikir rezeki tidak akan tertukar.
Rezeki sudah dijamin, sementara syurga tidak ada jaminan.
• Arah hidup yang memahami cinta itu jelas. Jelas tujuannya, gambarannya

jelas, dan sikapnya terhadap kebaikan juga jelas. Ia juga akan selalu

bersemangat menjalani hidupnya walau belum dapat pekerjaan layak, juga tetap

bersemangat hidupnya walau masih jomblo. Tidak mudah putus asa hanya karena

urusan duniawi.

• Orang yang seperti ini adalah orang yang berhasil menjawab dengan jelas

tentang arti cinta. Tentang dari mana asal cintanya, untuk apa, dan bagaimana

setelahnya. Jika berhasil menjawab ini, insyaAllah segala ekpresi cinta akan

mengikatnya. Dalam Bahasa fiqih mengikat artinya adalah aqidahnya. Karena itu,

untuk bisa menjadi seperti di atas maka berarti harus menjawab dulu pertanyaan

penting di atas, agar perbuatannnya selalu terikat. Layaknya Khadijah tidak berubah

prinsipnya walau hidup ditengah masyarakat jahiliyah, layaknya keluarga Yasir yang

tidak berubah prinsip hidupnya walau disiksa untuk mengubah akidahnya, layaknya

bilal bin rabah yang tetap mengucapkan ahad-ahad walau ditindi batu besar.
• Orang seperti ini sangat beruntung. Sebagaimana firman Allah
Subhanahu Wata’ala;
• “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka.” (QS. Al-Imran: 190-191).
Lantas bagaimana kriteria manusia Ulil albab tersebut? Berdasarkan ayat

diatas (Al-Imran:190-191), mereka yang disebut Manusia Ulil albab ialah

yang senantiasa menggunakan akalnya untuk mentadabburi,

mengobservasi, memikirkan, menghayati, mengintrospeksi akan adanya

sesuatu yang telah diciptakan oleh sang Khaliq yaitu Allah Subhanahu

Wata’ala. Manusia ulil albab tersebut senantiasa terbenak dalam

mindsetnya bahwa semua yang ada di alam semesta ini telah diciptakan

oleh Allah Subhanahu Wata’ala, tidak ada satupun yang sia-sia termasuk

perasaan cintanya. Semua makhluk yang Allah ciptakan meskinya dan

pastinya ada kebermanfaatan dan kebermaslahatan. Mereka yang

menggunakan akal sebagai perenungan menuju kebermanfaatan dan

kebermaslahatan adalah Manusia Ulil Albab.


Lebih lanjut lagi, dari ayat tersebut juga dijelaskan bahwa ciri-ciri
manusia Ulil albab antara lain mereka yang senantiasa mengingat
dan melibatkan Allah dalam kondisi apapun seperti keadaan
berdiri, duduk, berbaring yang senantiasa mengingat Allah
Subhanahu Wata’ala. Dengan demikian, jika manusia dalam
aktivitas kehidupan sehari harinya senantiasa mengingat dan
melibatkan Allah, maka merekalah ulil albab atau orang-orang yang
berakal. Dengan kata lain ia berbuat bukan karena dorongan
cintanya saja, tapi karena dorongan pertimbangan akalnya terlebih
duhulu. Maka wajarlah orang seperti ini disebut sang penakluk
cinta.
• Lalu bagaimana langkah menjadi penakluk cinta ini?

Silahkan ikuti pembahasan selanjutnya.

• Ditulis: @LaOdeMunafar
(Penggagas Gerakan #IndonesiaTanpaPacaran)

Anda mungkin juga menyukai