Anda di halaman 1dari 5

Ketika Muslimah Jatuh Cinta

“Wahai engkau calon imamku..


Sejauh apapun pengembaraanmu..
Akulah tempat berlabuh untuk menyempurnakan agamamu..”

Secercah kata-kata indah nan bijak yang ku kutip dari cacatan cerita cinta seorang
muslimah.

Ya, muslimah dan cinta, dua hal yang selalu bergandengan. Kemanapun kakimu
melangkah, hatimu membawa, fikiranmu menerawang, kau muslimah tak kan pernah jauh
dari cinta. Muslimah, satu makhluk yang terindah karya Ilahi Rabbi, makhluk yang
diciptakan dengan penuh kelembutan, dengan penuh kasih dan sayang, bahkan Allah pun
telah meridhoi nama-Nya melekat ditubuh makhluk yang bernama muslimah. Berbahagialah
muslimah, engkau telah dilahirkan olehNya dengan mulia, Mahasuci Allah yang telah
memberi kecantikan yang abadi dalam ridhonya, busana yang membalut tubuhmu, menghijab
auratmu dengan indahnya, akhlakmu yang terpuji menambah kecantikan makhluk yang
bernama muslimah. Sedangkan cinta, sebuah fitrah nan agung yang diberikan langsung dari
sang Mahacinta, lalu dititipkan di dalam suatu tempat yang bernama hati, sehingga cinta
mampu memberikan ghiroh positif bagi para pemiliknya.

Namun, Apa yang terjadi tatkala seorang muslimah jatuh cinta? Apa yang terjadi
tatkala hati dipenuhi oleh fitrah nan agung itu? Salahkah? Tentu tidak, biarkan fitrah itu
hadir, mengalir dengan lembut di setiap aliran darah, biarkan ia memenuhi hati dan jiwamu
yang tenang. Syukuri kehadirannya, karena Allah memilihmu untuk merasakan indahnya
fitrah itu.

Muslimah ketahuilah, tidak ada yang salah dengan jatuh cinta, karena itu fitrahmu.
Tapi ia akan menjadi salah jika kau tak pandai menjaganya, dia akan menjadi salah jika kau
terbuai olehnya, ia menjadi salah jika akal dan hatimu mati karenanya, dan ia menjadi salah
jika karena kehadirannya kau melupakan-Nya.

Lihatlah, berapa banyak muslimah yang terjebak di dalam kepalsuan semata yang
mengatas namakan cinta? Hanya karena mereka tak mampu mengatur hati yang terlanjur
dipenuhi oleh cinta. Lihat, berapa banyak dari mereka yang jatuh dalam lembah kemaksiatan,
hanya karena mereka tak mampu bertarung dengan nafsu yang bersembunyi dibalik cinta.
Kau muslimah, insan mulia nan berharga, buka hati dan matamu agar kau mampu berjalan
dijalan yang benar dengan fitrah itu.

Akan ada banyak celotehan, “Jomblo” misalnya. Muslimah bukan berarti tidak boleh
mencintai atau dicintai, tapi lebih dari itu! Ini mengingatkanku pada kisah seorang
perempuan yang sangat hebat. Waktu itu disebuah seminar motivasi, sang pemateri dengan
semangatnya memberi pertanyaan pada seluruh peserta tentang siapa diri mereka, ia meminta
semua peserta untuk melukiskan siapa mereka. Semua peserta tampak tidak serius
mengerjakannya, namun ketika ia berjalan perlahan kearah audiencenya, kakinya tiba-tiba
saja terhenti di sebuah kursi tempat seorang perempuan. Dilihatnya baik-baik apa yang
sedang dilukis oleh perempuan ini, karena begitu penasarannya ia bertanya pada perempuan
ini, “Apa yang kamu gambar”? permpuan itupun menjawab, “ Menggambar mawar berduri”
sahutnya. Tak puas dengan satu pertanyaan, pemateri ini bertanya kembali,” Apa maksud dari
gambar ini”? perempuan ini menjawab,” Sebagai perempuan saya ingin seperti mawar
berduri ini dengan background hitam di belakangnya, karena mawar akan dikatakan mawar
jika ia punya duri, sama seperti perempuan yang diibaratkan setangkai mawar, dengan
seluruh aturan-aturan Allah yang mampu melindungi kita seperti duri di tangkai mawar
sedangkan background hitam, saya ibaratkan mawar bwrduri ini ada di tepi jurang, mengapa?
Karena hanya orang –orang yang berani dan siap berkorban nyawa saja yang mampu
memetik saya, bukan laki-laki pengecut yang hanya menginginkan mawarnya saja.”

Kisai ini membuat kita semua sebagai muslimah berkaca, sebaik apakah diri ini?
Kisah ini pula menegaskan bahwa betapa indah, mulia, dan istimewanya Allah menciptakan
kita, dengan seluruh aturan yang sudah Allah gariskan untuk kita.

Aku tau muslimah, sesuatu yang menggerayangimu saat ini, bejalan ditengah-tengah
keramaian asmara mereka, melihat mereka terbuai dengan kata-kata cinta, mendengar suara-
suara rayuan mereka. Aku tau itu, aku tau kau ingin itu, aku tau..tapi tunggu, aku melihat
kegusaran di wajahmu wahai muslimah, kecemasan, dan kebingungan harus apa? Kau ingin
seperti mereka tapi kau tak kuasa melakukannya, kau tak sanggup melanggar aturanNya, kau
malu padaNya. Laa tahzan, wa Laa takhouf, kau melakukan hal yang benar.

Pacaran? Mungkin semua orang akan heran dan bertanya jika saat ini perempuan
masih sendiri. “Tidak ada pacar”? Muslimah, tenanglah!!! Kebanyakan pacaran hanya sebuah
alasan untuk menutupi ketidaksiapan seseorang dalam menjalin hubungan dan mengukir
maksiat setiap saat. Benarkah? Ya, mengapa? Karena pacaran hanyalah tangga yang
disediakan syaitan untuk mendekatkan ia padamu, menutupi hati dan fikiranmu agar
senantiasa mengikuti nafsu. Allah tidak pernah melarangmu jatuh cinta muslimah, tapi Allah
hanya tidak menginginkanmu untuk jauh dariNya.

Beberapa tahun lalu, ada seorang lak-laki yang mengungkapkan isi hatinya kepada
seorang perempuan, dengan niat untuk berpacaran. Namun, ada yang aneh dengan jawab si
perempuan, meski sama-sam saling menyukai, si perempuan berkata, “ Apakah setiap rasa
suka, sayang, dan cinta harus diekspresikan dengan pacaran, kalau ada hubungan yang lebih
agung dari itu yaitu pernikahan, aku tak ingin kau mencintaiku karena nafsu”.

Dari sini kembali kita diminta untuk memetik pelajaran, bahwa,” “ Apakah setiap rasa
suka, sayang, dan cinta harus diekspresikan dengan pacaran, kalau ada hubungan yang lebih
agung dari itu yaitu pernikahan”?. Pertanyaan berikutnya adalah dengan berstatuskan pacaran
mampukah kita menjamin bahwa orang yang menjadi pacar kita saat ini adalah jodoh kita?
Tidak ada yang tau kecuali Allah. Lantas dengan alasan apa kita betah berlama-lama menjaga
jodoh orang lain yang hanya kita pinjam untuk sementara waktu?

Memang tak dapat dipungkiri, sesekali akan muncul rasa dimana kita ingin lebih
dekat dengan laki-laki, mempunyai status, pergi, makan, dan semuanya dilakukan bersama.
Tapi, entah mengapa disaat akita mungkin ingin seperti itu, Allah dengan segala
kemurahanNya meluruskan hati kita lagi dan membisikkan yang benar lagi. Disaat hati ini
bimbang Allah datangkan petunjuk dalam pilihan tinggaalkan dia karena Dia.

Ketika hati akhirnnya memilih sang pemilik hati, tidak akan pernah ada penyesalan,
kegalauan, dan keresahan. Kita mungkin akan dihadapkan dengan situasi yang sulit yaitu
ketika apa yang sudah kita rancang dengan sebaik mungkin, tapi belum diijabah, jangan
risau!! Serahkan pada Allah karena Allah lah yang perancang rencana terbaik dalam
kiehidupan ini, jadi sudah pasti tidak akan ada lagi hal yang menyakitkan. Inilah yang pernah
ku alami, ketika seorang muslimah harus dihadapkan dengan pilihan, memilih dia atau Dia.

Waktu itu, adalah pengumuman SPAN-PTKIN di madrasahku, aku dan teman-


temanpun berbondong-bondong datang untuk melihatnya. Aku berjalan menuju aula, dari
kejauhan tak sengaja aku melihat seorang laki-laki duduk dipojok aula sendirian, perlahan ku
berjalan mendekatinya, aku yakin aku mengenalnya. Ya, dia laki-laki yang setahun lalu
menyatakan perasaannya padaku. Sejak setahun setelah ia mengungkapkan perasaannya,
kami mulai saling mengenal, sering berbicara, dan bercanda. Ku anggap dia bukan sebagai
pacar, tapi sahabat. “Sedang apa”? sapaku padanya. Dia hanya terdiam memandangiku,
sambil berkaca-kaca mengucapkan selamat atas kelulusanku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Aku juga terdiam, tak mampu berkata. Aku mengerti perasaannya, hancur. Kelulusan
yang seharusnya kusambut dengan kebahagiaan, malah menggoreskan kepedihan di hatinya.
Aku bingung, dan tak tau harus bahagia atau ikut menangis sepertinya. Ku beri penjelasan
kepadanya, tapi sudah tidak mempan. Apapun penjelasan yang kuberikan padanya, tak
mampu lagi membendung kesedihannya. Sampai pada akhirnya, terucap kata, “Pergilah,
kurasa aku bukan yang terbaik untukmu”? kata-kata itu sungguh, bagaikan petir disiang
bolong bagiku. Berulang kali ku coba untuk menjelaskan kepadanya tapi tak bisa. Inilah hal
terberat bagi seorang muslimah, memilihnya atau impianku. Berulang kali ku berfikir, harus
ada yang ku korbankan. Aku tak mungkin mengikuti semua keinginannya, keinginan untuk
tetap disini bersamanya, dan membiarkan mimpiku lolos begitu saja.

Tapi, aku juga hanya seorang insan biasa yang sebenarnya tak ingin jauh darinya, aku
ingin ia bersamaku, menemaniku meraih impianku. Tapi tak mungkin. Ku putuskan untuk
memilih impianku. Muslimah, aku selalu berdoa agar tidak ada yang mengalami ini. Aku
sadar betapa jauhnya aku dari Allah waktu itu, aku sadar nafsu yang bersembunyi di balik
cinta, telah membodohiku. Bukan hubungan seperti itu yang seharusnya kita jalani, karena
cinta tidak penah memaksa. Aku juga hancur dengan kata-katanya, tapi aku sadar betapa
Allah lebih cinta padaku, Dia hanya tak ingin aku berlama-lama di dalam cinta palsu itu.
Meski berat, ku coba mengikhlaskan apa yang sudah digariskan Allah padaku. Aku yakin ini
hanyalah sebagian dari skenario Allah untukku, aku yakin sebaik apapun kita menyusun
rencana, ingatlah! Ada Allah sang pembuat rencana yang lebih istimewa dari rencana kita.
Maka, ikhaskan...

Kisah ini memberi arti besar dalam hidupku, sampai saat ini. Tiada lagi kata pacaran,
atau hubungan yang serupa dengannya. Menjadi muslimah sejati adalah bagian dari impianku
yang tak dapat ditawar lagi. Hanya satu yang kuyakini hari ini, aku yakin Allah sedang sibuk
mempersiapkan dia, seorang laki-laki terbaik menurut-Nya untuk menjadi pendampingku,
biarkan dia mengembara mencariku di antara milyaran manusia. Dan apa yang harus ku
lakukan? Tak perlu sibuk mencarinya, tak perlu menerka-nerka dimana dia berada, karena
aku akan selalu menyebutnya disetiap doaku, dan mempersiapkan diriku sebaik mungkin agar
aku pantas untuknya yang sedang mengembara mencariku.

Tidak, muslimah tidak pernah menutup mata dan pintu hatinya untuk cinta tulus
seorang laki-laki karena Allah. Hanya saja, muslimah tak kuasa untuk menerima cinta-cinta
palsu dari laki-laki pengecut yang setiap saat mengumbar kata cintanya. Mengapa? Karena
muslimah terlalu mahal dan istimewa hanya untuk sekedar cinta palsu tak berharga. Maka
meski saat ia jatuh cinta pada seorang laki-laki ia tak akan pernah mengumbar kata cintanya.
Muslimah bukan sepertii kebanyakan perempuan lain diluar sana, muslimah bukan
perempuan biasa. Muslimah adalah makhluk yang terlahir dengan mulia.

Seperti saat dimana mereka sedang jatuh cinta, ketika disebutkan namanya maka
bergetarlah hatinya, kelu rasanya lidah untuk berkata dihadapannya, bahkan berjumpapun
terasa tak kuasa, merunduk bak daun putri malu, bahkan selalu mencari celah agar tidak
berada didekatnya. Ha ha, lucunya. Tapi, sebenarnya inilah yang seharusnya dilakukan
muslimah ketika ia jatuh cinta.

Tak perlu mengumbar kata cinta, agar dia tahu seberapa besar cinta ini padanya.
Cukup dengan menyimpan cinta ini, membungkusnya dengan rapi, dan meletakkannya di
tempat yang terbaik, yaitu sebuah bilik istimewa dihati. Tak perlu memikirkan bahwa ialah
yang terbaik, tak perlu memberi perhatian yang berlebihan untuk medapatkan cintanya, tak
perlu berdandan berlebihan untuk mendapatkan perhatiannya, bahkan ia juga tak perlu tau
seberapa besar cintamu padanya. Karena cinta tak butuh itu semua.

Muslimah, kau cukup menyebut namanya dalam setiap doamu, cukup mendoakan
agar Allah selalu melindungi hati dan jiwanya, tanpa harus belebihan mencintainya, biarlah ia
tau dengan sendirinya, biar Allah yang selalu menunjuki hatinya tentang dirimu, tak perlu
cemas, ada Allah yang selalu ada unukmu, mintalah padaNya agar Dia selalu menjaga
hatinya, menjaga imannya, dan menjaga akhlaknya dimanapun ia berada.

Seperti saat ini, aku tau siapa pilihan hatiku, tapi tak membuatku lantas memberi
ruang untuk bersama, bahkan aku berusaha menghindarinya. Mengapa? Ya, aku lebih
nyaman memandangnya dari kejauhan, melihatnya tersenyum dari kejauhan, dan
memperhatikannya dari kejauhan. Mencintai dalam diam, ada yang pernah bertanya, apa
tidak sakit ketika melihatnya dengan perempuan lain? Dia bukan milik ku, dan belum tentu
dialah yang dipilih Allah untukku, bukannya aku tidak mencintainya, tapi aku tak punya
kuasa untuk cemburu, meskipun terbesit rasa itu.

Tapi, sungguh aku tak pernah berharap banyak padanya, ku biarkan rasa ini mengalir
sebagaimana adanya, biarkan ia berhenti di hati yang ia inginkan, ku tak pernah meminta
padanya unuk membalas rasa itu, ku hanya ingin mempersiapkan diri menjadi yang terbik
dihadapan Allah dengan fitrah itu. Karena cintanya seorang muslimah terlalu mahal untuk
diumbar. Tak perlu memikirkan, bahwa hanya dirinyalah yang terbaik. Biarkan Allah yang
menunjukkan jalan dengan caraNya. Hanya satu yang ku yakini, jika memang dia laki-laki
yang telah dipilih Allah untuk menjadi imamku, aku akan persiapkan diriku menjadi
muslimah yang lebih baik, meski kemanapun langkah membawamu, aku yakin kau akan
menemukannku.

Anda mungkin juga menyukai