Anda di halaman 1dari 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE

TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SDN 2 BUKET KUTA
KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

Cut Maulizawati1)
Binti Anisaul Khasanah2)
1)
Mahasiswa Program Studi PGSD, Fakultas FKIP, Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi Metematika, Fakultas FKIP, Universitas Terbuka

maulizautwati@gmail.com1)bintianisaul@umpri.ac.id2)

ABSTRAK

Keterampilan aritmatika siswa kelas V SDN 2 Buket Kuta, Kecamatan Peudawa, Kabupaten Aceh
Timur, yang diamati menunjukkan adanya kekurangan khususnya pada perhitungan skala. Hasil
belajar matematika siswa masih belum memenuhi KKM sekolah yang ditetapkan sebesar 6,5. Di
antara 25 siswa tersebut, 32% atau 8 siswa mencapai hasil belajar memuaskan, sedangkan 68%
atau 17 siswa tidak memenuhi kriteria tuntas. Paradigma pembelajaran Two Stay Two Stray
diterapkan dalam matematika dengan membentuk kelompok, menyajikan tantangan,
menggalakkan kerjasama kelompok, bertukar kunjungan antar kelompok, berbagi informasi,
terlibat dalam diskusi, dan melaporkan informasi yang diperoleh dari kunjungan ke masing-
masing kelompok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode perhitungan
skala Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pada siklus I,
prestasi belajar siswa masih rendah, dengan rata-rata nilai 5,76 dan ketuntasan hanya 32%. Pada
siklus II terlihat adanya peningkatan pada 25 siswa, dimana sebanyak 17 (68%) berhasil
menyelesaikan pembelajaran dengan nilai rata-rata 6,88. Peneliti menyatakan kepuasannya
terhadap hasil pada siklus III, karena seluruh siswa yang berjumlah 25 orang (88%) telah berhasil
menyelesaikan tujuan pembelajarannya dengan mencapai nilai rata-rata tes sebesar 7,88.

Kata Kunci : Hasil belajar, Metode Two Stay Two Stray, SDN 2 Buket Kuta

PENDAHULUAN
Interaksi antara guru dan siswa dalam suasana kelas untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan disebut sebagai proses pembelajaran (Mulayani,
2021:5). Penting bagi pendidik sekolah dasar untuk menyadari peran krusial yang
dimainkan oleh anak-anak dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, merancang
pengajaran memerlukan kesadaran tentang bagaimana anak-anak berkembang. Guru
sekolah dasar harus sepenuhnya mengorientasikan proses pembelajaran dan fokus
pada pertumbuhan siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Penetapan tujuan
pembelajaran menjadi sangat krusial, terutama dalam mata pelajaran seperti
matematika di sekolah dasar. Hal ini dikarenakan matematika bukan hanya menjadi
dasar bagi pendidikan tingkat lebih lanjut, tetapi juga memiliki dampak langsung pada
kegiatan sehari-hari siswa. Sayangnya, realitasnya menunjukkan bahwa pembelajaran

1
matematika saat ini cenderung menimbulkan kesulitan pemahaman bagi siswa, yang
tercermin dari rendahnya hasil belajar mereka dalam mata pelajaran ini. Perlu adanya
upaya untuk meningkatkan pendekatan pembelajaran matematika agar lebih efektif dan
sesuai dengan pemahaman serta kebutuhan siswa..
Dalam mengamati kegiatan di Kelas V SDN 2 Buket Kuta, Kecamatan Peudawa,
Kabupaten Aceh Timur, peneliti mencatat bahwa keterampilan matematika siswa,
terutama dalam perhitungan skala, masih kurang baik. Pengajaran di dalam kelas sebagian
besar masih diarahkan oleh guru, dengan siswa mengikuti langkah-langkah yang
diberikan. Dampaknya adalah siswa kurang merasa dihadapkan pada tantangan saat harus
mengatasi berbagai permasalahan. Kondisi ini menunjukkan perlunya peningkatan dalam
metodologi pembelajaran agar lebih berorientasi pada membantu siswa memahami
konsep-konsep matematika dan meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan
masalah. Data hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 2 Buket Kuta, Kecamatan
Peudawa, Kabupaten Aceh Timur, yang diperoleh oleh peneliti yang bekerja di sekolah
tersebut, mendukung penegasan tersebut. Prestasi belajar siswa masih belum memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yang ditetapkan sebesar 6,5. Dari 25 siswa,
hanya 8 atau 32% yang berhasil mencapai ketuntasan belajar, sementara 17 atau 68%
sisanya belum memenuhi ketuntasan belajar. Terkait dengan perhitungan skala, sebagian
besar siswa menganggapnya sebagai suatu tantangan, yang merupakan suatu hal yang
disayangkan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, peneliti berpendapat bahwa sangat penting
untuk menciptakan bahan ajar yang dapat meningkatkan keterampilan perkalian siswa,
khususnya pecahan desimal. Kerja sama menjadi fokus utama. Dalam penelitian ini,
diterapkan metode Two Stay Two Stray. Pendekatan ini mendorong siswa untuk
mengaktifkan pemikiran kritis dalam pembelajaran, serta mengembangkan inisiatif
dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan bahasa yang relevan yang perlu
mereka pelajari. Penelitian ini secara tegas meminta bantuan dari rekan-rekan untuk
menunjukkan dengan tepat area dimana pembelajaran terapan masih kurang. Tujuannya
adalah untuk mencapai penyelesaian di setiap bidang pendidikan matematika dengan
meningkatkan pelaksanaan pelajaran yang akan datang. Materi perhitungan skala yang
digunakan pada kelas matematika dengan gaya belajar Two Stay Two Stray.
Memperhatikan konteks tersebut, maka peneliti merancang penelitian
“Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Materi Perhitungan Skala Menggunakan
Metode Two Stay Two Stray pada Siswa Kelas V SDN 2 Buket Kuta Kecamatan

2
Peudawa Kabupaten Aceh Timur.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan
bagaimana pendekatan Two Stay Two Stray meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konten perhitungan skala di kelas matematika.
Pembelajaran matematika di tingkat SD, termasuk pada materi perhitungan
skala, seringkali dihadapi dengan berbagai kendala yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Salah satu tantangan utama yang dihadapi guru adalah bagaimana
menyajikan materi secara menarik dan efektif sehingga siswa dapat lebih mudah
memahami konsep-konsep matematika yang kompleks.SDN 2 Buket Kuta,
Kecamatan Peudawa, Kabupaten Aceh Timur, tidak terkecuali dari tantangan tersebut.
Siswa kelas V di sekolah ini memerlukan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan
interaktif agar dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi perhitungan
skala. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang strategis dan efektif untuk
meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V di SDN 2 Buket
Kuta.Metode Two Stay Two Stray menawarkan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif melalui kolaborasi, komunikasi, dan pergerakan fisik.
Penerapan metode ini diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap hasil
belajar matematika, khususnya pada materi perhitungan skala, di SDN 2 Buket
Kuta.Beberapa alasan mengapa metode Two Stay Two Stray dianggap relevan dan
dapat menjadi solusi untuk peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V di
SDN 2 Buket Kuta:Keterlibatan Aktif Siswa: Metode ini mendorong keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, membantu mereka membangun
pemahaman yang lebih mendalam terhadap konsep perhitungan skala. Kolaborasi dan
Komunikasi: Kolaborasi antar siswa dalam kelompok-kelompok kecil dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi mereka, sehingga memperkuat pemahaman
konsep matematika melalui diskusi dan pertukaran ide. Pertukaran Pengalaman:Siswa
dapat belajar dari pengalaman dan pemahaman teman-teman sekelompok mereka. Ini
dapat membantu merangsang berbagai perspektif dan pendekatan dalam memahami
perhitungan skala. Metode Two Stay Two Stray yang melibatkan pergerakan fisik
dapat menciptakan suasana belajar yang dinamis, mencegah kejenuhan, dan
meningkatkan fokus siswa. Dengan demikian, melalui penerapan metode Two Stay
Two Stray, diharapkan dapat terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas
V di SDN 2 Buket Kuta, Kecamatan Peudawa, Kabupaten Aceh Timur, khususnya
pada materi perhitungan skala. Metode ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

3
positif terhadap peningkatan pemahaman dan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran matematika.
Pendekatan Two Stay Two Stray membuka peluang bagi siswa untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang perhitungan skala dalam matematika.
Pertama, guru perlu memberikan penjelasan yang jelas tentang tujuan metode ini,
memastikan siswa memahami manfaatnya. Pemilihan kelompok dengan keberagaman
tingkat pemahaman dan kemampuan matematika penting untuk meningkatkan
kolaborasi dan pertukaran ide. Pengawasan aktif guru selama kegiatan dapat
membantu mengidentifikasi kesulitan atau kesalahpahaman, sambil memberikan
umpan balik langsung kepada siswa. Setiap rotasi harus memiliki tujuan spesifik
untuk memfokuskan pemahaman siswa. Setelah kegiatan selesai, refleksi bersama
dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbagi pengalaman dan
mengevaluasi pemahaman mereka. Guru juga harus memberikan kesempatan untuk
klarifikasi dan pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan interaksi siswa. Dengan
variasi pendekatan yang disesuaikan, guru dapat memastikan Two Stay Two Stray
menjadi metode yang efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap
perhitungan skala. Sebagaimana yang di utarakan Mastur Fauzi (2019:224) menjelaskan
pendekatan Two Stay Two Stray dalam beberapa tahapan. Awalnya, instruktur membagi
kelas menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat siswa. Instruktur kemudian
memberikan pekerjaan rumah kepada setiap kelompok. Dua anggota kelompok menjadi
tamu di dua kelompok lainnya setelah mereka menyelesaikan tugas dalam waktu yang
ditentukan. Ketika anggota kelompok kembali, informasi yang diperoleh dari pengamatan
kelompok lain dikomunikasikan. Tanggapan kelompok itu sendiri kemudian
disempurnakan atau dikoreksi dengan menggunakan temuan observasi ini. Keuntungan
dan Kerugian Pendekatan Two Stay Two Stray Pendekatan Two Stay Two Stray memiliki
sejumlah kelebihan dan kekurangan. Manfaatnya mencakup penerapannya di semua kelas
atau tingkatan, meningkatkan kebermaknaan pembelajaran, mengarahkan siswa ke arah
berpikir aktif, meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk merumuskan konsepnya sendiri melalui pemecahan masalah,
menumbuhkan kreativitas dalam komunikasi dalam diri siswa. kelompoknya, dan
menumbuhkan keterbukaan antar siswa dalam kelompoknya masing-masing. Namun,
meskipun mempunyai kelebihan, metode Two Stay Two Stray juga mempunyai
kelemahan tertentu. Hal ini mungkin menghabiskan banyak waktu, berpotensi
menyebabkan ketidaknyamanan bagi siswa yang terlibat dalam pembelajaran kelompok.

4
Selain itu, diperlukan persiapan yang matang baik dari segi materi, dana, dan tenaga bagi
guru. Selain itu, hal ini dapat menyebabkan kesenjangan dalam tingkat partisipasi siswa
yang cerdas dan kurang cerdas, serta menimbulkan tantangan dalam pengelolaan kelas
bagi guru.
Fase pembelajaran berikutnya disebut sebagai pengembangan keterampilan,
terjadi setelah penanaman dan pemahaman konsep. Tujuan dari pengajaran
pengembangan keterampilan adalah untuk meningkatkan penerapan konsep
matematika yang berbeda oleh siswa. Mirip dengan pemahaman konsep, ada dua cara
untuk menafsirkan pertumbuhan keterampilan. Pertama, ini merupakan perpanjangan
dari pembelajaran bagaimana memahami dan menanamkan topik dalam sesi tertentu.
Kedua, pembelajaran peningkatan keterampilan merupakan kelanjutan pembelajaran
menanamkan konsep dan memahami konsep sebelumnya. Hal ini dapat terjadi di
berbagai sesi. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan memerlukan penggunaan
ide-ide matematika yang diketahui untuk membantu siswa menjadi lebih mahir dalam
memecahkan masalah dalam lingkungan praktis.
Tujuan Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar Secara umum, tujuan
pengajaran matematika di sekolah dasar adalah untuk memberikan siswa
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menerapkan ide-ide
matematika. Kementerian Pendidikan Nasional telah menetapkan tujuan pengajaran
matematika di sekolah dasar sebagai berikut: siswa harus mampu memahami ide-ide
matematika, mengartikulasikan hubungan di antara ide-ide tersebut, dan
menunjukkan fleksibilitas dalam menerapkan ide atau algoritma. Mereka juga harus
akurat, efisien, dan tepat ketika memecahkan masalah. Mereka juga harus mampu
berpikir dalam kerangka pola dan atribut, menggunakan angka untuk membuat
generalisasi, membangun bukti, atau menjelaskan konsep dan pernyataan
matematika. Memahami masalah, membuat model matematika, menyesuaikan
model, dan menguraikan hasil adalah bagian dari kemampuan pemecahan masalah.
Selain itu, untuk menjelaskan skenario atau kesulitan, siswa harus mahir
menyampaikan konsep menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lainnya.
Pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan tidak hanya sisi kognitif
tetapi juga sikap positif terhadap penerapan matematika di dunia nyata, serta rasa
ingin tahu, fokus, dan semangat dalam memecahkan masalah (Susanto, Ahmad,
2019: 190).

5
METODE
Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Buket Kuta, penelitian ini menggunakan
beberapa siklus penelitian tindakan kelas digunakan untuk tujuan penelitian. Desain
investigasi terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, tindakan, pengawasan, dan refleksi. Penelitian ini difokuskan pada siswa
kelas V SDN 2 Buket Kuta Kecamatan Peudawa Kabupaten Aceh Timur, dengan
jumlah peserta didik 25 orang terdiri dari 7 peserta didik laki-laki dan 18 peserta didik
perempuan
Setelah mengumpulkan semua data kuantitatif dan kualitatif, dilakukan analisis
data sebagai berikut:
1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti menjumlahkan nilai yang didapat oleh masing-masing siswa dalam
tes formatif. Hasil penjumlahan tersebut kemudian dibagi dengan total jumlah
siswa di kelas, untuk mendapatkan nilai rata-rata tes formatif. Dengan cara ini,
peneliti dapat mengevaluasi kinerja kelas secara keseluruhan dalam tes formatif
dan memperoleh gambaran tentang rata-rata pencapaian siswa dalam aspek
tersebut:

X=
∑X
∑N
Dengan :X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada banyak kesempatan pembelajaran, sering kali hanya mengandalkan satu
metode, seperti menggunakan pendekatan ceramah, dan jarang memanfaatkan alat
bantu seperti materi visual, contohnya gambar. Akibatnya, tujuan pembelajaran yang
diharapkan masih belum tercapai, dan mencapai prestasi belajar yang optimal menjadi
suatu tantangan.
Dari 25 jumlah peserta didik kelas V hanya 8 peserta didik (32%) yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 6,5. Selain
rendahnya prestasi belajar peserta didik, sikap masa bodoh peserta didik terhadap
pembelajaran, penjelasan materipun diabaikan.

6
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa peserta didik kelas V yang belum
mencapai ketuntasan belajar minimum (KKM) dari 6,5 untuk materi Penjumlahan
dan Pengurangan Pecahan sebanyak 17 siswa (68%) .Sedangkan yang telah
mencapai ketuntasan hanya 8 peserta didik (32%) seperti tergambar pada grafik di
bawah ini.

KETUNTASAN BELAJAR
SISWA
Tuntas Tidak Tuntas
32%

68%

Gambar.1. Grafik Ketuntasan Belajar Pada Siklus I


Dari jumlah total 25 siswa kelas V, hanya 8 siswa (32%) yang berhasil
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 6,5.
Kurangnya optimalisasi prestasi belajar ini tidak hanya disebabkan oleh keterbatasan
variasi metode pengajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh kurangnya semangat dan
komitmen siswa terhadap proses pembelajaran, termasuk kurangnya perhatian
terhadap penjelasan materi. Sebagai contoh, Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan, terdapat 17 siswa kelas V yang belum mencapai KKM, sementara yang
berhasil mencapainya hanya 8 siswa (32%). Upaya yang sungguh-sungguh diperlukan
untuk meningkatkan metode pengajaran dan membentuk sikap yang lebih positif di
kalangan siswa terhadap proses pembelajaran, guna mencapai hasil yang lebih baik.

7
Dari hasil tes akhir siklus II dapat dilihat, dari 25 orang peserta didik, 17
orang atau (68 % ) sudah tuntas belajarnya dan 8 orang atau (32%) belum tuntas
belajarnya. Ketuntasan belajar peserta didik siklus II dapat dilihat pada grafik
dibawah ini:

KETUNTASAN BE-
LAJAR SISWA
Tuntas Tidak Tuntas
12%

88%

Gambar 2. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus II

Nilai tertinggi pada tes Siklus II adalah 9, sedangkan nilai terendahnya adalah
5, dengan nilai rata-rata 6,88. Hal dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini:

KETUNTASAN BELAJAR PER KONDISI

9
6,88
5

Nilai Tinggi Nilai Rendah Nilai Rata-Rata

Siklus II

Gambar 3. Grafik Nilai Rata-Rata Tes Siklus II


Dari jumlah total 25 siswa, sebanyak 17 siswa atau setara dengan 68% telah
berhasil mencapai tingkat ketuntasan belajar, sementara 8 siswa atau 32% masih
belum mencapai tingkat tersebut. Dari hasil observasi, kerjasama dengan pengamat,
dan evaluasi tes akhir siklus (penilaian harian), dapat disimpulkan bahwa rata-rata
prestasi belajar siswa pada siklus II telah memenuhi standar ketuntasan, meskipun
belum mencapai tingkat maksimal. Terlihat siswa menganggap soal-soal di Lembar
Kerja Siswa (LKS) terlalu sulit, sehingga sebaiknya merancang soal-soal yang lebih
mudah. Selain itu, siswa mempunyai waktu yang terbatas untuk menyelesaikan
permasalahan, oleh karena itu diperlukan usaha yang lebih untuk meningkatkan

8
prestasi belajar siswa, khususnya jika menggunakan pendekatan Two Stay Two Stray
dalam matematika. Memahami matematika, mencari data yang berkaitan dengan
penerapan metode Two Stay Two Stray, memperluas rincian masalah narasi,
membicarakan temuan observasi, dan merumuskan kesimpulan akhir adalah beberapa
tugas lanjutannya. Perbaikan dan penyesuaian selanjutnya dalam pemanfaatan metode
pembelajaran sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang lebih optimal.Jika hasil tes
kemampuan awal dibandingkan dengan hasil tes kemampuan pada siklus II, terlihat
penurunan jumlah siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Pada awalnya, terdapat 17 siswa yang berada di bawah KKM, namun pada
akhir siklus II jumlah tersebut berkurang menjadi 8 siswa. Nilai rata-rata kelas naik
dari 5,76 menjadi 6,88. Meskipun terjadi peningkatan, hasil yang dicapai masih belum
maksimal, terlihat dari hasil observasi yang menunjukkan beberapa siswa kurang
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penyempurnaan pelaksanaan
pembelajaran diperlukan pada pelaksanaan tindakan siklus III. Hasil tes akhir siklus
III menunjukkan bahwa dari 25 siswa, sebanyak 22 siswa atau 88% mencapai
ketuntasan belajar, sementara hanya 3 siswa atau 12% yang belum mencapai
ketuntasan. Hasil ini menunjukkan kemajuan positif setelah dilakukan perbaikan pada
siklus III. Meskipun demikian, evaluasi dan penyesuaian lebih lanjut tetap diperlukan
untuk memastikan pencapaian hasil optimal dalam proses pembelajaran. Pada Siklus
I, prestasi belajar siswa masih rendah dengan rata-rata nilai 5,76, dan tingkat
ketuntasan belajar hanya mencapai 32%. Kondisi ini disebabkan oleh pola
pembelajaran yang masih mengandalkan metode ceramah dan kurangnya penggunaan
alat peraga sebagai media pembelajaran. Selain itu, metode Two Stay Two Stray
belum diterapkan. Akibatnya, tujuan pembelajaran tidak tercapai dan siswa
menghadapi tantangan dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal.
Pada Siklus II, terlihat bahwa suasana di dalam kelas kurang mendukung dan
semangat belajar siswa menurun. Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan
metode pengajaran tradisional, di mana guru menyampaikan materi kepada siswa
dengan cara yang kurang interaktif. Sumber belajar terbatas dalam konteks terdekat,
dan guru lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa.
Meskipun para peneliti mencoba merangsang antusiasme siswa melalui berbagai
strategi, seperti mengajukan pertanyaan, mengeksplorasi ide, melibatkan siswa di
depan kelas, dan memberikan lebih banyak tugas, masih terdapat beberapa
kekurangan. Meskipun terjadi peningkatan, hanya 17 dari 25 siswa (68%) yang

9
menyelesaikan siklus tersebut, dengan rata-rata nilai 6,88. Perlu dilakukan
penyempurnaan lebih lanjut pada siklus III agar mencapai hasil yang
optimal.Berdasarkan observasi peneliti dan pengamat terhadap hasil belajar siswa,
rencana untuk siklus III mencakup pelaksanaan perbaikan. Penyempurnaan ini
bertujuan untuk mengatasi kelemahan yang teridentifikasi dari siklus I dan II. Pada
siklus III, metode Two Stay Two Stray diterapkan dalam pembelajaran Penjumlahan
dan Pengurangan Pecahan dengan fokus khusus pada syarat soal, format
penyelesaian, dan kesimpulan akhir. Hasil belajar pada siklus III sangat memuaskan,
dengan 22 dari 25 siswa (88%) mencapai tingkat ketuntasan. Rata-rata nilai ujian
siswa mencapai 7,88. Siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi, terlibat dalam
kompetisi persahabatan menggunakan metode Two Stay Two Stray untuk menghitung
Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan. Keseriusan dan antusiasme mereka
dalam memahami materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan terlihat jelas,
peneliti memberikan bimbingan dan menilai langsung hasil pekerjaan siswa. Sikap
optimis siswa tercermin dari semangatnya dalam menjawab pertanyaan, menunjukkan
adanya peningkatan pemahaman terhadap materi yang diajarkan peneliti. Pada
ulangan harian, siswa mengerjakan dengan tenang dan percaya diri, meskipun ada tiga
siswa yang belum menyelesaikan soal. Secara keseluruhan, hasil pada siklus III
menunjukkan keefektifan metode Two Stay Two Stray dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa secara signifikan. Penerapan metode ini memungkinkan siswa untuk
mengoptimalkan pengalaman belajarnya melalui tugas-tugas yang diberikan oleh
guru.

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


Simpulan, penerapan metode Two Stay Two Stray dalam pembelajaran
matematika di SDN 2 Buket Kuta, Kecamatan Peudawa, Kabupaten Aceh Timur,
menunjukkan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada
materi perhitungan skala. Melalui metode ini, siswa tidak hanya terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran, tetapi juga mengalami peningkatan kemampuan
kolaborasi, komunikasi, dan penguasaan konsep matematika secara menyeluruh.
Metode Two Stay Two Stray memberikan ruang bagi siswa untuk berpartisipasi secara
langsung dalam aktivitas kelompok, memfasilitasi pertukaran ide, dan meningkatkan
pemahaman mereka terhadap konsep perhitungan skala. Selain itu, aspek pergerakan
fisik dalam metode ini menciptakan lingkungan belajar yang dinamis, membantu

10
mengurangi kejenuhan, dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
matematika.
Saran Tindak Lanjut: berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran
tindak lanjut yang dapat diimplementasikan untuk terus meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika di SDN 2 Buket Kuta: Pelatihan Guru: Memberikan
pelatihan tambahan kepada guru mengenai implementasi metode Two Stay Two Stray
dan strategi pengajaran yang mendukung. Pelatihan ini dapat membantu guru
memahami lebih baik cara menggunakan metode tersebut untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan: Melakukan pemantauan dan
evaluasi berkelanjutan terhadap implementasi metode Two Stay Two Stray. Ini dapat
melibatkan observasi kelas, wawancara dengan guru, dan pengumpulan umpan balik
dari siswa untuk memastikan kesinambungan dan peningkatan. Pemberian Materi
Alternatif: Mengembangkan dan menyediakan materi pembelajaran alternatif atau
bahan ajar yang mendukung metode Two Stay Two Stray. Hal ini dapat membantu
memperkaya sumber daya pembelajaran dan memberikan variasi dalam pendekatan
pembelajaran. Kolaborasi antar Guru: Mendorong kolaborasi antar guru untuk berbagi
pengalaman dan ide mengenai penggunaan metode Two Stay Two Stray. Diskusi dan
pertukaran best practice dapat membantu meningkatkan efektivitas implementasi
metode ini di berbagai kelas. Keterlibatan Orang Tua: Melibatkan orang tua siswa
dalam proses pembelajaran. Memberikan informasi mengenai metode Two Stay Two
Stray dan memberikan dukungan kepada orang tua untuk membantu anak-anak
mereka dalam belajar matematika di rumah. Dengan melibatkan semua pihak terkait
dan menerapkan saran-saran tindak lanjut ini, diharapkan dapat terus meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas V di SDN 2 Buket Kuta, Kecamatan Peudawa,
Kabupaten Aceh Timur, dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih efektif
dan menyenangkan.
Hal ini sesuai dengan beberapa peneliti yang mengutarakan Solusi yang
ditawarkan sebagaimana menurut Mastur Fauzi (2013:224), metode Two Stay Two
Stray Learning merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan kepada setiap kelompok untuk melihat bagaimana kelompok lain
menangani suatu tantangan. Metode Two Stay Two Stray juga disebut sebagai "dua
menginap dua tamu"—adalah strategi pembelajaran kooperatif yang memungkinkan
kelompok untuk bertukar informasi dan temuan. Samsul Ma'arif menyebutnya
demikian. Metode ini digunakan untuk mencocokkan kegiatan pembelajaran yang

11
lebih cenderung menekankan keterlibatan individu. Guru dapat menerapkan strategi
Two Stay Two Stray di kelas. Langkah-langkah pembelajaran yang penulis terapkan
pada materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan dengan metode Two Stay
Two Stray melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Berikut
ringkasan langkah-langkah tersebut: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada
materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan dengan metode Two Stay Two
Stray dengan harapan siswa dapat mencapainya. Selanjutnya guru menyampaikan
penjelasan menyeluruh tentang materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan.
Siswa diorganisasikan ke dalam tim yang berbeda-beda, masing-masing terdiri dari
empat siswa. Guru membagikan lembar kerja kelompok yang berisi soal-soal terkait
pengertian Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan. Dua siswa dari masing-
masing kelompok mengunjungi kelompok lain untuk mengumpulkan informasi
penyelesaian soal yang diberikan guru. Setelah itu, siswa kembali ke kelompoknya
masing-masing untuk berbagi informasi yang diperoleh dan terlibat dalam diskusi
internal. Guru dan siswa secara kolaboratif mendiskusikan hasil kerja kelompok,
menekankan aspek-aspek krusial seperti pengertian Penjumlahan dan
Pengurangan Pecahan..Siswa diberikan pertanyaan individu terkait materi
Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan untuk dijawab secara mandiri. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengklarifikasi
ketidakpastian, menyimpulkan materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
dengan menekankan poin-poin penting. Rekomendasi untuk meningkatkan hasil
pembelajaran melibatkan pengenalan karakteristik siswa, menjaga motivasi yang
berkelanjutan, memberikan penghargaan sebagai bentuk apresiasi, menyesuaikan
kreativitas dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, mendorong partisipasi
aktif siswa, menerapkan pendekatan pembelajaran kelompok, dan mengembangkan
rasa percaya diri. Guru perlu memahami karakteristik siswa secara individual untuk
memilih metode yang sesuai, memberikan motivasi yang konsisten, dan mengakui
pencapaian dengan memberikan penghargaan. Pemberdayaan kreativitas dalam
pembelajaran, mendorong partisipasi aktif siswa, dan memperkuat rasa percaya diri
melalui interaksi dan ekspresi diri merupakan fokus utama untuk mencapai hasil
belajar yang optimal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2019. Pengertian dan Prinsip-prinsip Dasar
Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Hartini, Sri, Suwarno Dan Saring Marsudi, 2020. Psikologi Pendidikan. Surakarta: BP
FKIP UMS.

Kastolani, 2019. Revitalisasi Pembelajaran: Eksplorasi Model Inovatif dalam


Pendidikan. Salatiga: StainSalatiga Press.

Mastur Fauzi, 2019. Pembelajaran Eksakta yang Kreatif: Variasi Metode


Pengajaran Eksakta untuk Siswa. Yogyakarta : Diva Press.

Mulyani, F., & Haliza, N, (2021). Keterkaitan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
dengan Pendidikan: Tinjauan Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK),
3(1), 101–109.

Sam’s, Rosma Hartini, 2020. Peningkatan Keterampilan Literasi melalui Siklus


Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Teras.

Sriyanti, Lilik, dkk, 2019. Teori-Teori Belajar.Salatiga : STAIN Salatiga Pres.

Sudijono, Anas, 2021. Pentingnya Evaluasi Pendidikan dalam Menyelaraskan


Tujuan Pendidikan Nasional dan Lokal. Jakarta: Grafindo Persada.

Suprijono, Agus, 2021. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Susanto, Ahmad, 2019. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syah, Muhibin, 2019. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Pidarta, Made, 2019. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta : Rineka Cipta

13

Anda mungkin juga menyukai