Laporan SKDR Minggu 25
Laporan SKDR Minggu 25
I Pendahuluan
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden).
Penyakit infeksi dan menular masih memerlukan perhatian besar dan sementara itu telah terjadi
peningkatan penyakit-penyakit tidak menular seperti penyakit karena perilaku tidak sehat serta
penyakit degeneratif. Kemajuan transportasi dan komunikasi, membuat penyakit dapat
berpindah dari satu daerah atau negara ke negara lain dalam waktu yang relatif singkat serta
tidak mengenal batas wilayah administrasi. Selanjutnya berbagai penyakit baru (new emerging
diseases) ditemukan, serta kecenderungan meningkatnya kembali beberapa penyakit yang
selama ini sudah berhasil dikendalikan (re-emerging diseases).
Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi Indonesia sehat dan tercapainya tujuan nasional
pembangunan kesehatan serta terwujudnya tujuan pembangunan kesehatan daerah yang
spesifik dan lokal yang memerlukan penerapan konsep pengambilan keputusan berdasarkan
fakta, maka diselenggarakan sistem surveilans epidemiologi kesehatan yang handal, sehingga
para manajer kesehatan dapat mengambil keputusan program yang berhasil guna (efektif) serta
berdaya guna (efisien) sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara
sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisienmelalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan. Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan
prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit
penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat
kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi
antar wilayah Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. Berdasarkan hal tersebut dibangunlah Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) merupakan upaya pemantauan secara terus menerus
penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang membutuhkan respon cepat. SKDR mengamati
23 penyakit berpotensi KLB melalui portal online yang sewaktu-waktu dapat memberikan sinyal
KLB jika melebihi nilai ambang batas pada masing-masing penyakit.
II Tujuan
Sebagai bahan respon kesiapsiagaan kasus penyakit potensial PHEIC
h. MERS
Tidak ada penambahan kasus pada minggu 25 sejak pelaporan 1 kasus konfirmasi dengan
1 kematian di Arab Saudi pada minggu ke-10 tahun 2023. Total kasus konfirmasi MERS-
CoV di dunia sejak April 2012 hingga pada Februari 2023 sebanyak 2.604 kasus
konfirmasi dengan 936 kasus kematian (CFR: 36%). Sebagian besar kasus dilaporkan dari
Arab Saudi sebanyak 2.195 kasus konfirmasi dengan 855 kematian (CFR: 39%),
i. Meningitis
Australia kembali melaporkan penambahan 4 kasus meningitis meningokokus pada
minggu ke-25 tahun 2023 sehingga total kasus di Australia pada tahun 2023 sebanyak 64
kasus. Total kasus meningitis meningokokus yang dilaporkan dari tahun 2022 hingga
minggu ke-25 tahun 2023 dari 12 negara (Brasil, Etiopia, Irlandia, Niger, Nigeria, Perancis,
RD Kongo, Selandia Baru, Singapura, Sudan Selatan, Taiwan, dan Australia) sebanyak
11.063 kasus yang meliputi 471 kasus konfirmasi dan 680 kematian (CFR dari total kasus:
6,15%)
j. Marbug
Wabah Penyakit Virus Marburg di Tanzania (per 2 Juni 2023) dan Guinea Ekuatorial (per
8 Juni 2023) sudah dinyatakan berakhir setelah 42 hari tanpa ada penambahan kasus
konfirmasi. Total kasus Penyakit Virus Marburg yang dilaporkan di Guinea Ekuatorial dan
Tanzania pada tahun 2023 sebanyak 25 kasus konfirmasi dan 24 kasus probable dengan
41 kematian (CFR dari total kasus: 83,7%)..
2. Situasi Nasional
a. Polio
Tidak ada penambahan kasus pada minggu 25 sejak terakhir dilaporkan satu kasus
tambahan polio (tipe cVDPV2) pada 14 Maret 2023 melalui surveilans AFP di Kab.
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Ini merupakan kasus polio pertama yang dilaporkan
Provinsi Jawa Barat sehingga total kasus Polio di Indonesia sebanyak 4 kasus Polio tipe
cVDPV2 dengan tiga kasus polio sebelumnya di laporkan dari Provinsi Aceh (1 kasus di
Pidie, 1 kasus di Aceh Utara, dan 1 kasus di Bireuen) serta ditemukan cVDPV2 yang
terkait secara genetik dari hasil pemeriksaan tinja pada 4 anak sehat (tidak bergejala)
yang berasal dari komunitas yang sama dengan kasus di Pidie namun bukan kontak erat
dengan kasus.
b. MERS
Hingga minggu ke-25 tahun 2023 tidak dilaporkan adanya kasus baru, sejak minggu ke 12
dilaporkan 1 suspek MERS dengan hasil negatif sehingga sampai saat ini, tidak ada kasus
konfirmasi MERS-CoV di Indonesia.
d. Covid-19
Pada tanggal 22 Juni 2023, Indonesia telah menetapkan berakhirnya status pandemi
COVID-19 di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2023. Total kasus
COVID-19 di Indonesia sampai dengan 24 Juni 2023 sebanyak 6.811.712 kasus konfirmasi
dengan 161.863 kematian (CFR: 2,38%) dan 6.640.809 sembuh yang tersebar di 514
kab/kota di 34 provinsi. Lima provinsi yang melaporkan rata-rata kasus konfirmasi harian
terbanyak pada minggu ke-25 tahun 2023 di antaranya adalah DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Timur, Banten, dan Sumatera Utara..
3. Situasi SKDR Propinsi Sulawesi Selatan
a. Alert
Alert adalah mekanisme peringatan dini terjadinya penyakit potensial KLB dimana bila
jumlah kasus melebihi ambang batas yang ditetapkan. Pada minggu 25 tahun 2023
alert / peringatan dini yang terjadi sebanyak 165 alert dan yang direspon sebanyak 149
alert (90,3 %), Adapun Alert terbanyak di Kota Makassar sebanyak 19 Alert atau 11,52 %
dari 165 alert keseluruhan. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dan diagram
berikut :
10
0
ng ru ne ba n g w a to u ur ra os ep ng ar ap j ai ng l ar aja ra jo sar po re
t ae Bar Bo um eka Go pon L uw Ti m Uta Mar ngk nra el ay i dr Si n ppe aka Tor Ut a W a kas al o e-P a
Ba
n
lu
k
En
r
ne u u Pa Pi S S
So T
na aj
a a P ar
Je w uw M P
Bu Lu L Ta Tor
Jumlah Kasus
113 117 110
Jumlah Alert
105 1050
100 98 715 708 800
80
422 465373
74 465477371 500426410 427591 439 492 550
60 308257 50
246 300
40 118 92
20 50
0 -200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Minggu Jml Kasus
Jml Alert
Tabel 4. Distribui Jenis Alert dan Jumlah Kasus Berdasarkan Jenis Alert
Di Kab/Kota Propinsi Sulawesi Selatan Minggu 25 Tahun 2023
No Penyakit Jumah Alert % Jumlah Kasus %
1 Suspek Covid-19 2 1.21 34 5.75
2 Malaria Konfirmasi 18 10.91 25 4.23
3 Suspek Demam Typhoid 4 2.42 23 3.89
4 Suspek Campak 16 9.70 26 4.40
5 GHPR 105 63.64 210 35.53
6 ILI 7 4.24 82 13.87
7 Suspek HFMD 3 1.82 10 1.69
8 Diare Akut 8 4.85 164 27.75
9 AFP 1 0.61 1 0.17
10 Suspek Dengue 1 0.61 16 2.71
Jumlah 165 591
Sumber : Data SKDR Tahun 2023
Distribui Jenis Alert dan Jumlah Kasus Berdasarkan Jenis Alert
Di Kab/Kota Propinsi Sulawesi Selatan Minggu 25 Tahun 2023
250
210
200
Jmlh Kasus
150 Jmlh Alert
Jumlah Kasus
100 105 82
164
50 34 25
4 23 26
18 16
0 2 7 310 8 1 16
1
Berdasarkan data alert yang terjadi diketahui terdapat 10 kasus penyakit potensial KLB dan
alert tertinggi yang dilaporkan yakni Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 105
(63,64 %) dari keseluruhan alert yang terjadi yakni 165 alert yang dilaporkan dengan jumlah
kasus GHPR sebanyak 210 kasus GHPR ( 35,53 % ).
Terdapat beberapa penyakit potensial PHEIC yang dilaporkan melalui SKDR seperti :
30 27 28
Jumlah Kasus
24 23 22 23
25 22 22 22
19 19 18 19 18
20 17 16 16
15 14 15
15 13 13 13
11
10
5
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Minggu
Kasus Pnemonia
Kasus Pnemonia Minggu 1 s/d 25 Tahun 2023
Provinsi Sulawesi Selatan
Jumlah Kasus 90
80 77
70 67 66
58 55 56 56 57
60 56 50 54 56 55
49 51 53 52 50 51
50 45 41 46
36 38
40
30 18
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Minggu
800 723
Jumlah Kasus
700
600
500 434
355 388 381 400 354 352 371 337 355 386 329 334
400 341 325
274 261
299 287 286 315 291 268
300
200 126
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Minggu
5.
Kasus Suspek Campak Minggu 1 s/d 25 Tahun 2023
Provinsi Sulawesi Selatan
50
43
Jumlah Kasus
40 37
30 24
19
20 14 14 16
13 13 12 12 11 12 10 11 11
9 9 8 8 8 8
10 5
2 2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Minggu
Kasus GHPR
Kasus GHPR Minggu 1 s/d 25 Tahun 2023 Provinsi Sulawesi Selatan
250 229
Jumlah Kasus 200
151
150 133 123 128
115 110
6. 97 103 93 94 99 102
100 70 85 80 87 87 84 91 90 88 87
71 72
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Minggu
Kasus ILI
700
596 601
Jumlah Kasus
600
500 446 419 436
423 406
381 370 361 366 393 344 390 415 425 379 414 384 398 381 377
400 346 327
300 246
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Minggu
7. Kasus Covid-19
40 35
33 Provinsi Sulawesi Selatan 34
35 30 30 32 30 31 29 31
30 25 26 25 26 26
25 22 23
18 18 17 16 19
20
Jumlah Kasus
16 15
15 14
14 9 13
10
12
5 1 9
10 8
8 0 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 256
6 6
6 5
4 4
4 3 3 3 Minggu3 3
2 1 1 1 1 1 1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Minggu
Kasus HFMD
Dari beberapa penyakit potensial PHEIC yang dilaporkan pada minggu 1 hingga 25 terdapat
penyakit yang mengalami tren peningkatan walaupun tidak signifikan peningkatannya yakni
kasus suspek campak, kasus GHPR dan Suspek HFMD, sedangkan penyakit lainnya mengalami
tren penurunan.
Selama periode minggu 25 tahun 2023 tidak dilaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB) oleh
Kab/Kota
b. Saran / Rekomendasi
1. Peningkatan kinerja surveilans Kab / Kota dengan melakukan pemantauan secara
intensif alert yang terjadi secara berkala
2. Diharapkan untuk mewaspadai kejadian / kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di
beberapa daerah yang terjadi dengan melakukan koordinasi lintas sektor seperti Dinas
Peternakan di Kab / Kota guna memantau tingkat kepadatan binatang seperti anjing
dan monyet.
3. Guna meningkatkan dan mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus Covid-19 perlu
ditingkatkan trancing dan upaya promotif lebih ditingkatkan dengan lebih
menitikberatkan pada penerapan protocol kesehatan.
4. Meningkatkan koordinasi Lintas Sektor dan masyarakat dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB seperti kasus Gigitan Hewan Penular Rabies ( GHPR ) dan penyakit
Suspek Demam Typhoid yang mempunyai kecenderungan meningkat setiap
minggunya.