Muhammadiyah Dalam Konteks Sumatera Utara
Muhammadiyah Dalam Konteks Sumatera Utara
(Isu-Isu Pendidikan)
PENDAHULUAN
Indolnelsia adalah nelgara yang melmpulnyai seljarah pelndidikan yang belragam. Hal ini
dikarelnakan banyak olrganisasi-olrganisasi yang melnyandingkan pelndidikan selbagai sarana
pelrgelrakan maulpuln kolmitmeln. Dari selkian banyak olrganisasi telrselbult, Mulhammadiyah
adalah salah satul olrganisasi yang sampai saat ini masih melnulnjulkkan elksistelnsinya dan
bahkan belrkelmbang delngan sangat pelsat seliring pelrkelmbangan zaman yang melmbulat
Mulhammadiyah melnjadi salah satul olrganisasi Islam yang telrbelsar di Relpulblik Indolnelsia.1
Mulhammadiyah melnilai buldaya ilmul di Indolnelsia masih relndah dan itul melnjadi
sulmbelr masalah yang selriuls bagi bangsa. Kellelmahan buldaya kelilmulan melnyelbabkan
selbagian warga bangsa selring belrtindak tidak rasiolnal, primolrdialismel yang selmpit, dan
belragam pelrilakul klelnik, mistis, magis dan takhayull yang melmatikan akal selhat. Anelhnya,
masih saja ada olrang yang belrpelndidikan tinggi dan belrilmul alih-alih melmbelrantas, malah
melmbella pelrilakul selrta praktik-praktik yang anti ilmul dan anti akal selhat selmacam itul.
Kellelmahan buldaya ilmul julga melnjadi salah satul selbab ultama selbagian bangsa ini
tidak kritis dan sellelktif telrhadap banjir infolrmasi. Bangsa ini muldah telrprolvolkasi, dihasult,
diadul-dolmba, dan akhirnya belrtindak intollelran telrhadap pelrbeldaan. Tak helran jika selkadar
pelrbeldaan aliran, madzhab, dan selktel, culkulp ulntulk melnjadi selbab telrjadinya keltelgangan ataul
malah kolnflik di telngah masyarakat yang bahkan tidak jarang mellahirkan kelkelrasan.
1
Hasan, M. Ali & Mukti, A. Kapita selekta pendidikan islam ( Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya,2003) .Hlm.23
2
Syakirman, M. N. Pemikiran pembaharuan muhammadiyah: refleksi konseptual aspek teologi,
syariah dan akhlak. (Padang: Baitul Hikmah Press,2001).Hlm .60
“Mulhammadiyah Gelrakan Ilmul” suldah hampir belrulsia 30 tahuln seljak pelrtama kali
digullirkan pada tahuln 1985. Pelngagasnya Prolf Dr H Ahmad Syafii Maarif, waktul itul melnjadi
anggolta Majellis Tabligh Pimpinan Pulsat Mulhammadiyah. Seltellah melnjadi Keltula PP
Mulhammadiyah (2000-2005) pelmikiran itul telruls digullirkan. Belliaul kini melnjadi gulrul
bangsa, melnyularakan isul-isul kelmanulsiaan dan kelbangsaan yang mellintasi.
Namuln hingga kini, gelrakan ilmul di Mulhammadiyah masih telrasa lelmah. Kelhadiran
pelrgulrulan tinggi yang belrkulalitas diharapkan mampul mellahirkan kadelr-kadelr ilmulwan ataul
para sarjana yang akan melwarnai jajaran strulktulral di Mulhammadiyah. Gelrakan ilmul julga
diolrielntasikan ulntulk mellahirkan kadelr-kadelr ilmulwan yang mulmpulni agar arah gelrakan
Mulhammadiyah mampul melnjadi pelnelntul kelbelrlangsulngan kelhidulpan bangsa ini. sellain
melnciptakan pelrgulrulan tinggi yang belrkulalitas Mulhammadiyah julga melwadahi mahasiswa
delngan olrganisasi oltolnolm yang di selbult delngan IMM delngan harapan melnjadi cikal bakal
para ilmulan yang mampul melmbelrikan gagasan-gagasan barul yang sollultif telrhadap masalah
yang seldang dan yang akan kita hadapi keldelpannya.
METODE
Meltoldel yang digulnakan adalah library relselarch delngan telknik stuldy dolkulmelntasi.
Maksuldnya adalah dalam melmbahas dan melngulraikan tolpik di atas, pelnullis melngulmpullkan
data dari karya ilmiah, julrnal, bulkul dan selbagainya. Data yang telrkulmpull dari belbelrapa
litelratul dianalisis delngan pelndelkatan relflelktif thinking. Pelndelkatan ini belrulpaya
melnganalisis, melmbandingkan dan melrelflelksikan pelmikiran, pelndapat ataul tullisan pelnelliti
telrdahullul yang belrkaitan delngan tolpik yang dibahas yaitul Mulhammadiyah Dan Gelrakan
Ilmul. Hasil dari relflelktif thinking telrselbult dinarasikan delngan melmadulkan pelndelkatan
deldulktif dan indulktif.
3
. Amir Hamzah Witjosukarto, Pembaharuan Pendidikan & Pengajaran Islam oleh Pergerakan
Muhammadiyah (Malang: Ken Mutia, 1966), h. 8.
4
. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980), h. 85
Wutsqâ ataual-Manâr.5Pergumulan Dahlan dengan ide-ide pembaharuan baik yang
diterimanya langsung dari guru-gurunya maupun melalui bacaannya terhadap berbagai buku
menyebabkan Dahlan memiliki keinginan yang kuat untuk menerapkan ide-ide pembaharuan
itu di tanah kelahirannya di Yogyakarta.
Hal ini jelas terlihat dari kegelisahan Dahlan menyaksikan keadaan bangsa Indonesia
khususnya umat Islam yang terbelenggu dalam berbagai keterbelakangan, kebodohan dan
kemiskinan yang sistematis sebagai dampak dari perlakuan penjajahan Belanda; dan didorong
pula oleh pengalamannya dalam menyaksikan gelombang pembaharuan yang sedang
berlangsung di Timur Tengah. Hal itulah yang kemudian membuahkan tekad bagi Dahlan
untuk berkontribusi melakukan perubahan ke arah yang diinginkan, sebagai muara dari
keprihatinannya menyaksikan situasi dan kondisi bangsa Indonesia pada umumnya dan umat
Islam khususnya.
Jika diperinci, paling tidak keprihatian Dahlan tersebut terfokus pada tiga hal.
Pertama, keprihatianannya terhadap bentuk kepercayaan dan pengamalan agama masyarakat
Jawa yang cenderung sinkretis. Hal ini sebagai muara dari praktik keagamaan yang
berlangsung di kalangan masyarakat Jawa khususnya di daerahdaerah bekas kerajaan besar
Mataram Jawa, Yogyakarta, tempat kelahiran Dahlan, sebagai salah satu daerah yang sangat
kuat dalam tradisi Hindu-Jawa.6Hal inilah yang menjadi salah satu faktor yang
membangkitkan semangat keagamaan Dahlan untuk mengadakan pemurnian ajaran dan
amalan Islam dari unsurunsur takhayul, bidah, dan khurafat.
Kedua, keprihatinannya terhadap kondisi dan penyelenggaraan pendidikan agama
yang secara metodologik jauh tertinggal dibandingkan dengan kemajuan sekolah-sekolah
gubernemen. Dalam pengamatan Dahlan bahwa pendidikan umat Islam yang terpusat di
pondokpondok pesantren tidak efisien; selain disebabkan metodologi pengajarannya yang
kurang efektif, juga kurang membekali santrinya dalam bidang ilmu pengetahuan umum yang
dapat digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan duniawi. Sedangkan di sekolah-
sekolah gubernemen yang secara metodik dan teknik penyelenggaraannya lebih modern,
tetapi karena isi bidang studinya tidak bersentuhan dengan iman dan kesalehan sebagai tujuan
fundamental pendidikan Islam, menyebabkan sekolah ini pun tidak dapat diharapkan menjadi
alternatif bagi pendidikan umat Islam.7 Dampak yang ditumbuhkannya tidak saja sekadar
5
. Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di
Indonesia (Bandung: Mizan, 1998), h. 112.
6
. Ibid
7
. Dja’far Siddik, “Konsep Pedidikan Islam Muhammadiyah: Sistematisasi dan Interpretasi
Berdasarkan Perspektif Ilmu Pendidikan” (Disertasi: Pascasarjana IAIN Sunan kalijaga Yogyakarta, 1997, h.
139.
terjadinya jurang pemisah antara golongan intelegensia yang berlatar belakang pendidikan
umum dengan ulama yang berlatar belakang pendidikan pesantren, tetapi lebih dari itu
menimbulkan kekurang-pedulian kalangan intelegensia terhadap persoalan agama, bahkan
sebagiannya cenderung memusuhi agama. Ketiga, keprihatinannya menyaksikan kegiatan
para misionaris Kristen yang sudah sangat intens di Jawa Tengah sejak penghujung abad ke-
19. Misi: -misi tersebut berpengaruh besar dalam programprogram pendidikan pemerintah
kolonial. Bagi Dahlan, sekalipun tidak disuarakannya secara lantang, tetapi hal ini
diterjemahkannya sebagai keinginan pemerintah kolonial untuk mengkristenkan Jawa, dan
karena itu dia ingin meningkatkan kualitas beragama masyarakat guna membatasi pengaruh
missionaris tersebut.8
Muhammadiyah ternyata mengalami perkembangan yang sangat cepat. Setelah berdiri
beberapa tahun saja, Muhammadiyah. Mendirikan beberapa Di Srandakan, Wonosari,
Imogiri, dan lain sebagainya. Untuk menghindari suatu hal yang tidak diinginkan terjadi saat
itu Pihak Hindia Belanda tidak merestui perkembangan Muhammadiyah, ini disebabkan
awalnya hanya diberi izin untuk khusus di daerah Yogyakarta lalu cabang Muhammadiyah
berdiri di luar kota Yogyakarta dengan nama lain. Nama cabangnya adalah Nurul Islam di
Pekalongan, Al-Munir di Makassar, Ahmadiyah di Garut, dan perkumpulan SATF (Shiddiq,
Amanah, Tabligh, Fathonah) di Surakarta.
Muhammadiyah pun secara perlahan mendirikan sekolah-sekolah. Tercatat sekolah di
Karangkajen, Yogyakarta pada 1913, di Lempuyangan tahun 1915, di Pasar Gede (Kota
Gede) tahun 1916, dan sekolah-sekolah lainnya hingga saat ini. Tahun 1918 berdiri sekolah
khusus untuk calon guru agama yang diberi nama Qismul Arqa. Qismul Arqa yang di masa
depan menjadi Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta adalah
sekolah kader 6 (enam) tahun yang dikelola langsung oleh Kepala Pusat Muhammadiyah
(Syakirman, 2001, hlm. 55).
Sumbangsih nyata dari Muhammadiyah pada bangsa dan Negara ini, khususnya
dalam bidang pendidikan yakni memulai perlahan pendidikan Islam modern tahun 1912 dan
terus berkembang hingga saat ini. Tidak hanya di Jawa saja, bahkan hingga ke seluruh
pelosok tanah air telah didirikan sekolah di setiap daerah.
Kyai Haji Ahmad Dahlan melaksanakan pembaharuan dalam bidang pendidikan
dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap masih rendahnya ilmu umat Islam. Menurut Kyai
Ahmad Dahlan lembaga pendidikan Islam harus ditingkatkan dengan sistem dan metode yang
8
. Alfian, Muhammadiyah: The Political Behavior of Muslim a Modernist Organization under Dutch
Colonialism (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1989), h. 161. 12Noer, Gerakan, h. 86.
lebih baik. Model pembelajaran yang selama ini diterapkan di pesantren yaitu model
bandongan dan sorogan perlu diganti dengan model pembelajaran klasikal, sehingga sasaran
dan tujuan kegiatan pembelajaran lebih terarah dan terukur (Syakirman, 2001, hlm. 51).
Kyai Haji Ahmad Dahlan menjadikan al Quran dan al Hadist sebagai dasar dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan baik secara vertikal maupun
horizontal bisa terkonsep secara ideal. Menurutnya tujuan dari pendidikan adalah
pembentukan ahlak, sehingga lembaga pendidikan harus mampu menghasilkan ulama dan
cendekiawan yang bertaqwa terhadap Tuhan dan berguna bagi masyarakat.
K.H. Ahmad Dahlan kemudian menggabungkan sisi positif pendidikan Barat dengan
pendidikan pesantren untuk diterapkan di dalam pendidikan Islam. Langkah Kyai Haji
Ahmad Dahlan ini merupakan pembaharuan di dalam pendidikan Islam yang mengajar ilmu
agama dan tidak memakai sistem ajar mengajar di kelas sejauh ini. Salah satu isi ayat dalam
Al Qur’an yang menghimbau kepada penganut Islam untuk memperhatikan anak yatim dan
fakir miskin yaitu Surat Al Maun. Materi pelajaran tidak hanya pengetahuan agama saja
tetapi lengkap dengan materi ilmu pengetahuan umum .
Langkah yang dipilih Kyai Haji Ahmad Dahlan awalnya memicu banyak pro dan
kontra di masyarakat, banyak yang menganggap model pendidikan tersebut sebagai acuan
pendidikan orang kafir. Namun hal tersebut tidak menyurutkan langkah Kyai Haji Ahmad
Dahlan. Secara perlahan masyarakat mulai paham dan terpikat dengan gagasannya tersebut,
karena dinilai mampu untuk bersaing dengan lulusan sekolah umum .
Diawali dari ide Kyai Dahlan yang membuat awal kemunculan atau pendirian
Muhammadiyah. Bagaimana cara menggunakan sistem pendidikan yang baru yang
diberikannya dalam pembelajaran dalam bidang Islam pada sekolah Belanda, yang dimana
saat itu Kyai Dahlan telah menjadi pengajar di sekolah Belanda, Kyai Dahlan memberikan
kontribusinya dengan mengajarkan agama. Di Di bawah kolonial Belanda, Kyai Dahlan
mencermati dan memiliki sikap teliti dalam hal pemantauan politiknya. Menjalankan
perjuangan dengan konfrontasi dengan penggunaan senjata dirasa tidak tepat. Ia melakukan
perjuangannya melalui pendidikan terutama untuk melakukan pemberontakan kepada pihak
Belanda. Ahmad Dahlan menjadi sosok dengan kecakapan strategi diplomatik, cerdas dalam
berpikir untuk mengatasi suatu masalah.
Pendirian Muhammadiyah dilandasi oleh motivasi teologis bahwa manusia akan
mampu mencapai derajat keimanan dan ketaqwaan yang sempurna apabila mereka memiliki
kedalaman ilmu pengetahuan. Kyai Haji Ahmad Dahlan menyelenggarakan pendidikan di
emperan rumahnya dan memberikan pelajaran agama exstrakurikuler di OSVIA dan
Kweekschool. Pendidikan Muhammadiyah merupakan gabungan antara sistem sekolah
model Belanda dan pesantren. Pendidikan Muhammadiyah diharapkan bisa melahirkan
“ulama-intelektual” atau “intelektual ulama”; generasi yang “utuh” bukan generasi yang
mengalami “split personality”.
Peran aktif Muhammadiyah dalam dunia pendidikan pada masa itu adalah sebagai
wujud amal salih. Kyai Haji Ahmad Dahlan mampu menawarkan model pendidikan baru
sebagai pembaharuan (ashlah) dari pendidikan konvensional sekolah Belanda dan pesantren.
Pendidikan Muhammadiyah juga sanggup melahirkan generasi baru yang “lebih sempurna”
dibandingkan dengan alumni pesantren dan sekolah Belanda. Jika dalam pembahuruan dan
amal salih yang melandasi aktivitasnya, pendidikan Muhammadiyah saat ini mengalami
banyak kekurangan. Kekurangan tersebut dapat disebabkan oleh melemahnya kiprah para
pengelola pendidikan, terlalu beratnya tantangan yang dihadapi atau kompleksitas persoalan
yang harus dipecahkan .
Muhammadiyah pun mendirikan sekolah umum model pemerintah seperti
Kweekschool (sekolah guru) tetapi tidak netral agama. Dengan predikatnya sebagai
pembaharu, Muhammadiyah menyusun kurikulum pengajaran di sekolahsekolahnya
mendekati rencana pelajaran sekolahsekolah pemerintah. Pada pusatpusat pendidikan
Muhammadiyah disiplin-disiplin sekuler (ilmu umum) diajarkan, walaupun Ia mendasarkan
sekolahnya pada masalah-masalah agama. Tampaknya, pemisahan antara dua disiplin ilmu
itu dinyatakan dengan tegas dalam kurikulum. Muhammadiyah sebagai sebuah persyarikatan
telah merumuskan visi dan misiyang sudah jelas, sehingga dapat melahirkan gerakan yang
terarah dan mencapai tujuan serta sasaran yang diinginkan secara bersama. Sebagai sebuah
gerakan, dalam perjalanannya Muhammadiyah melaksanakan usaha dan kegiatannya dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat di Indonesia.
Ketika ditelaah kongres Muhammadiyah di Betawi jakarta pada tahun 1936, yang
memiliki makna muncul kesadaran secara resmi untuk menyusun garis besar tujuan dari
pendidikan Muhammadiyah yang tumbuh 24 (dua puluh empat) tahun kemudian sejak
berdirinya Muhammadiyah pada 1912. Tetapi, hal itu tak berarti sebelum itu tidak ada haluan
umum dalam pendidikan Muhammadiyah. Tujuannya sudah ada bersama-sama sejak lahirnya
pergerakan Muhammadiyah.
Untuk melacak tujuan umum pendidikan Muhammadiyah, Amir Hamzah,
mengemukakan bahwa garis besar gagasan tujuan umum dari pendidikan Muhammadiyah
Ahmad Dahlan, yaitu membentuk manusia Muslim yang: (a) alim dalam agama baik budi
pekerti, (b) alim dalam ilmu-ilmu dunia luas pandangan (ilmu umum), dan (c) bersedia
berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Dasar dari tujuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Muhammadiyah adalah: melatih manusia Muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlaq muila,
tanggap, percaya pada diri sendiri, teratur, tanggung jawab, tumbuh rasa nasionalisme,
memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, dan beramal untuk
tercapainya masyarakat unggul, makmur dan adil yang diridhoi Allah SWT. Pendidikan
Muhammadiyah ditujukan oleh Majelis Dikdasmen Muhammadiyah dengan menuangkannya
dalam beberapa Kualitas Output Dasar Pendidikan dan Menengah Muhammadiyah, yakni:
Pertama, Kualitas Keislaman. Keislaman adalah ciri khas dari pendidikan Muhammadiyah.
Keislaman adalah dasar serta tujuan dari cita-cita dalam tahap dan pendewasaan manusia
yang digagas oleh Muhammadiyah. (Nasir, 1994, hlm. 51). Sebagai lembaga pendidikan yang
diharapkan menjadi institusi yang mencetak manusia yang unggul, sekolah/pesantren
Muhammadiyah haruslah menekankan untuk melahirkan peserta didik yang memprioritaskan
nilai-nilai agama Islam. Kedua, kualitas kebangsanegaraan. Kualitas ini berkaitan dengan
nasionalisme peserta didik. Perasaan nasionalisme akan tumbuh berkembang bila setiap
warga negara mematuhi hukum, dengan lebih mengedepankan pelaksanaan kewajiban
sebelum menuntut hak. Langkah ini baru bisa dicapai bila setiap warga negara mempunyai
disiplin yang tinggi dan cinta tanah air.
Ketiga, kualitas keilmuan. Kualitas keilmuan adalah tingkat kemampuannya peserta
didik dalam menyerna pengetahuan yang diajarkan. Keempat, kualitas bahasa. Kualitas
bahasa adalah memiliki kecakapan dasar dalam berbahasa asing, khususnya bahasa Arab dan
bahasa Inggris. Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan bahasa Inggris, Sekolah
Muhammadiyah juga telah memberi bekal kepada peserta didik dengan keterampilan dan
pengetahuan berbahasa Arab. Kelima, kualitas keterampilan, adalah keterampilan atau
kemampuan menggunkan teknologi, khususnya teknologi komputer dan informasi
(Syakirman, 2001, hlm. 11).
Sejak tahun 1912 Muhammadiyah sangat aktif dan subur di indonesia dengan gerakan
yang sangat mensejarterakan msyarakat sampai akhirnya organisasi Muhammadiyah masuk
ke sumatera utara di jelaskan oleh Romo Kalimin Sunar dalam makalahnya dijelaskan bahwa
pengukuhan berdirinya Muhammadiyah di Sumatera Timur adalah 1 Juli 1928, namun
kegiatan dakwah gerakan muhammadiyah sudah dimulai sejak 25 Nopember 1927 di Jalan
Nagapatan (Jl. Kdri) Kampung Keling Medan (sampai sekarang rumah tersebut masih ada,
namun ternyata dalam penguasaan orang lain).
Sumatera Utara sekarang ini merupakan gabungan Keresidenan Sumatera Timur dan
Keresidenan Tapanuli, Keresidenan Sumatera Timur terdiri atas beberapa daerah yang
meliputi: Langkat, Binjai, Medan, Deli Serdang, Tebing Tinggi, Pematang Siantar,
Simalungun, Asahan, Tanjung Balai, Karo, dan Labuhan Batu sampai ke Bagan Siapi-api.
Daerah tersebut merupakan dataran rendah yang subur dan dihuni oleh mayoritas penduduk
beragama Islam secara turun temurun sejak masuknya Islam sekitar abad ke-7 di Pantai Barat
Sumatera.9 Daerah subur itu dipimpin oleh tuantuan tanah perkebunan dan raja-raja Melayu
yang disebut dengan Sultan. Kekuasaan agama diamanahkan kepada ulama atau guru agama,
dan kehidupan beragama diatur dalam satu mazhab tertentu, mazhab Syâfi‘i. Bagi orang-
orang yang tidak menganut sesuatu mazhab pastilah dianggap sebagai pembawa paham
agama baru yang sering dijuluki sebagai “kaum muda”.10
Jika kemudian Muhammadiyah masuk dan berkembang ke daerah ini seperti yang
dapat disaksikan sekarang ini tentulah bukan berasal dari masyarakat dan orang-orang
“pribumi” asli Sumatera Timur, melainkan dibawa oleh para perantau yang telah mengenal
Muhammadiyah di kampung asalnya, terutama perantau Minangkabau, Jawa dan Mandailing.
Adanya keinginan untuk mendirikan Muhammadiyah di daerah ini sudah dimulai sekitar
tahun 1925, ketika Mas Pono yang datang dari Yogyakarta bertemu dengan Djuin St.
Penghulu, St. Saidi Djamaris, Dt. Bungsu dan kawan-kawan yang merupakan perantau-
perantau dari Minangkabau, yang di kampung halamannya masing-masing telah mengenal
dan menerima paham agama yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. Entah siapa yang
memulai, akan tetapi di sela-sela perbincangan mereka sesama pedagang kecil itu, ada
keinginan yang sama untuk mendirikan Muhammadiyah. Akan tetapi keinginan untuk
mendirikan organisasi setingkat ranting pun masih sulit dilakukan, apalagi paham agama
yang diperkenalkan Muhammadiyah banyak berbeda dengan praktik keagamaan di tengah-
tengah masyarakat, yang sudah tentu akan banyak mendapat tantangan. Selain itu mereka
benar-benar menyadari, bahwa mereka bukanlah ulama, dan tidak pula memahami seluk
beluk berorganisasi. Mereka tetaplah sebagai pedagang kecil yang membawa dagangannya
berupa barang-barang keperluan sehari-hari ke daerah-daerah perkebunan di sekitar Medan.11
Muhammadiyah didirikan oleh orang-orang dari Minangkabau, Jawa dan Mandailing,
mereka dulu berada di kampung halaman mereka yang telah menerima pemahaman tentang
9
. Abdul Mu’thi, “30 Tahun Muhammadijah di Daerah Sumatera Timur,” dalam 30 Tahun
Muhammadijah di daerah Sumatera Timur (Medan: Panitia Besar Peringatan, Pusat Pasar 184, 1957), h. 99.
10
. Lihat M. Nur Haitamy, “Muhammadiyah Daerah Sumatera Timur,” dalam 30 tahun
Muhammadijah, h. 177.
11
. HB Moehammadijah, Moehammadijah Hindia Timur 1927-1932 (Jogjakarta: HB Moehammadijah,
1933), h. 4
gerakan reformasi Islam, yang disebut Muhammadiyah. Khusus di Minangkabau yang telah
berdiri Muhammadiyah sejak tahun 1925 di Sungai Batang Maninjau dan wilayah Jawa
Yogyakarta telah berdiri Muhammadiyah sejak 18 Nopember 1912. Meski bukan kategori
pendakwah yang terampil dan sengaja diutus, mereka adalah simpatisan Muhammadiyah
yang menyentuh hatinya dengan gerakan Muhammadiyah di Medan.
Mulailah mengumpulkan teman-teman yang memahaminya, ditandai saat muzakarah,
dan shalat di sekitar putaran pajak (pekan) (kimi sudah dibongkar). Di sana untuk bertemu St.
Juin, Mas Pono, Sutan Marajo, Kari Suib dan teman-teman Tapanuli lainnya, mereka sepakat
untuk mendirikan Muhammadiyah, gerakan awal ini dirintis sejak tahun 1923, terutama Mas
Pono yang berasal dari Yogyakarta, sehingga mendekati HR. Muhammad Said yang pernah
menjadi Pemimpin Perusahaan Islam di Pematang Siantar, sebagai kekuatan baru kekuatan
Muhammadiyah.
Bermodalkan keinginan yang kuat untuk berhimpun itulah sebuah pertemuan di Jalan
Nagapatan 44 (sekarang Jalan Kediri) Kampung Keling Medan pada tanggal 25 Nopember
1927 dapat dilangsungkan dengan khidmat. Pertemuan itu memang berlangsung alot karena
setiap peserta diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat tentang bentuk dan corak
organisasi yang akan didirikan itu. Sekalipun begitu, pada akhirnya pertemuan itu berhasil
juga membuahkan kata sepakat untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah di Kota Medan
sebagai cabang Muhammadiyah yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Selain
itu rapat juga menyepakati Hr. Muhammad Said sebagai ketuanya.
Sekalipun tahun 1927 organisasi Muhammadiyah di Medan telah didirikan, akan
tetapi Surat Ketetapan Hoofdbestuur (Pengurus Besar) Muhammadiyah baru dikeluarkan
pada tanggal 1 Juli 1928. Tahun ini dinilai sebagai tahun resmi berdirinya Muhammadiyah.
Para pengurus Muhammadiyah pada periode awal itu adalah 12 HR. Muhammad Said (Ketua),
Djuin Sutan Penghulu (Wakil Ketua), Mas Pono (Sekretaris), Penghulu Manan (Wakil
Sekretaris), Sutan Saidi (Bendahara), Tujung Muhd Arif (Advisur), dan para komisaris antara
lain Kongo St. Maradjo, Hasan St. Batuah, Awan St. Saripado, Hadji Kari Sju’ib, dan St.
Ibrahim.
Frekuensi dakwah Muhammadiyah semakin meningkat, mendatangkan narasumber
dari Sumatera Barat dan narasumber lainnya, fokus pada masalah usholli, meluruskan arah
12
. Hasan Asari, Modernisme Islam: Tokoh, Gagasan dan Gerakan (Bandung: Citapustaka Media,
2002), h. 235.
kiblat, shalat memakai dasi, jamuan maut. ziarah kubur (kuburan suci), Hari Raya shalat di
lapangan terbuka dan shalat 11 rakaat lainnya, terutama bulan Ramadhan.
Gerakan Muhammadiyah perkotaan ini, meluas ke kota-kota pesisir lainnya, mulai
bermunculan gerombolan kecil Muhammadiyah (sekarang pemimpin Muhammadiyah
Ranting). Hampir rata-rata pada tahun 1930-an berdiri ranting Muhammadiyah di Sumatera
Utara, baik berdasarkan ilmu agama yang memadai, namun ada juga yang berani. Di antara
Cabang Muhammadiyah yang berdiri tahun 1930-an antara lain:
Kehadiran Muhammadiyah dengan “paham agama baru” itu, tentu saja menjadi buah
bibir masyarakat Medan, baik yang pro maupun yang kontra dalam berbagai diskusi dan
perbincangan, baik formal maupun yang bukan. Hal ini pula yang menjadi salah satu faktor
yang segera menggelitik perhatian murid-murid senior Madrasah Islamiyah Tapanuli (MIT) 13
sehingga mereka membentuk kelompok diskusi (1928) yang bernama Debating Club. Di
dalam kelompok inilah berbagai hal tentang persoalanpersoalan agama didiskusikan termasuk
paham agama yang dikembangkan Muhammadiyah. Bukan berlebihan kalau kemudian Hasan
Asari mengurai analisisnya bahwa “Pendirian Debating Club ini berkaitan dengan meluasnya
diskusi-diskusi mengenai nasionalisme dan berbagai paham keagamaan yang terutama
13
. Chalidjah Hasanuddin, Al Jam’iyatul Washliyah: Api dalam Sekam (Bandung: Pustaka, 1988), h.
11.
didorong oleh kaum pembaharu.”14 Terlepas dari materi yang diperdebatkan, akan tetapi
pertemuan-pertemuan dalam diskusi itu dipandang bermanfaat yang kemudian menjadi
momentum berdirinya organisasi Al Washliyah pada 30 Nopember 1930.
Perkembangan selanjutnya, sampai tahun 1955 Muhammadiyah telah memiliki 112
Ranting, yang mengasuh tiga Taman Kanakkanak/Bustanul Atfal, 28 Diniyah-Ibtidaiyah, satu
Madrasah Tsanawiyah, 24 Sekolah Dasar, delapan SMP, serta sejumlah Panti Asuhan yang
menampung anak miskin dan yatim piatu.Pada mulanya, daerah yang merupakan wilayah
pengembangan Muhammadiyah meliputi Pancurbatu, Pematang Tanah Jawa, Tebing Tinggi,
Kisaran, Pematang Siantar, Kerasaan, Glugur, Tanjung Balai, Binjai dan Perdagangan.
Sementara dari Sibolga, yang ketika itu masih merupakan keresidenan Tapanuli,
Muhammadiyah berkembang ke Padangsidempuan, Sipirok, dan Tamiang. 15 Saat ini,
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara telah mengembangkan sayap
organisasinya ke berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Sampai tahun 2016,
Muhammadiyah Sumatera Utara tercatat telah memiliki 29 Pimpinan Daerah dengan 148
Pimpinan Cabang dan 746 Ranting.16
Selain aktivitas dakwah dan pendidikan, Muhammadiyah Sumatera Utara juga aktif
melakukan berbagai kegiatan amal usaha sosial ekonomi dan kesehatan. Dalam bidang sosial
ekonomi, Muhammadiyah Sumatera Utara mendirikan koperasi, Bank Muamalat wa Tamwil
(BMT), dan panti asuhan. Sampai tahun 2016, Muhammadiyah Sumatera Utara tercatat telah
memiliki 79 unit usaha koperasi, enam unit BMT, dan delapan unit panti asuhan. 17 Sedangkan
amal usaha di bidang kesehatan, Muhammadiyah Sumatera Utara mendirikan sejumlah
sarana kesehatan dari mulai rumah sakit, klinik, rumah bersalin, dan apotek. Pada tahun 2010,
Muhammadiyah Sumatera Utara telah memiliki satu unit rumah sakit di Medan, lima unit
klinik yang berada di Binjai, Tebing Tinggi, Sibolga, Batu Bara, dua unit rumah bersalin di
Medan, dan satu unit apotek di Binjai.18 Kegiatan di bidang ini tentu saja ditujukan untuk
14
. Asari, Modernisme, h. 248
15
. Tanwir Ahmad Nasution, Sejarah Berdirinya Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tapanuli Selatan
(t.t.: t.tp., 2005), 1.
16
. Lihat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara, Laporan Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2016 (Medan: Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara,
2016), 56-73.
17
. Lihat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara, Laporan Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2016 (Medan: Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara,
2016).
18
. Lihat dan situs resmi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dalam
http://sumut.muhammadiyah.or.id/content-16-sdet-kesehatan.html
pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan umat, penyantunan dan pemeliharaan anak yatim
dan piatu, serta pengobatan penyakit dan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
Melmasulki langkahnya di abad keldula, Mulhammadiyah belrulpaya mellelbarkan sayap
dakwahnya mellaluli belrbagai macam amal ulsaha yang dimiliki. Di satul sisi, melrulpakan
relspoln adaptif yang dilakulkan Mulhammadiyah dalam melnyelsulaikan gelrakannya selsulai
delngan kelbultulhan dan kolndisi zaman. Sellain itul, selbagai olrganisasi yang belrgelrak atas
landasan kelagamaan Mulhammadiyah didolrolng ulntulk mellelbarkan sayap dakwahnya di dalam
ranah kelmanulsiaan ulnivelrsial, khulsulsnya pelndidikan. Ulpaya ini julga belrangkat atas moldal
sulmbelr daya dan pelngalaman Mulhammadiyah yang tellah banyak melmiliki amal ulsaha di
ranah pelndidikan.
Belrbicara gelrakan ilmul tidak akan telrlelpas delngan ranah pelndidikan karelna pada
hakikatnya ilmul melrulpakan pelngeltahulan khulsuls dimana selselolrang melngeltahuli apa pelnyelbab
selsulatul dan melngapa. Ada pelrsyaratan ilmiah selsulatul dapat diselbult selbagai ilmul. Sifat
ilmiah selbagai pelrsyaratan ilmul banyak telrpelngarulh paradigma ilmul alam yang tellah ada
lelbih dahullul. Ilmul haruls melmiliki olbjelk kajian yang telrdiri dari satul gollolngan masalah yang
sama sifat hakikatnya tampak dari lular maulpuln belntulknya dari dalam. Olbjelknya dapat
belrsifat ada, ataul mulngkin ada karelna masih haruls diulji kelbelradaannya. Dalam melngkaji
olbjelk, yang dicari yaitul kelbelnaran, yakni pelnyelsulaian antara tahul dan olbjelk dan karelnanya
diselbult kelbelnaran olbjelktif, bulkan sulbjelktif belrdasarkan sulbjelk pelnelliti ataul sulbjelk
pelnulnjang pelnellitian.19
Kelbelnaran Ilmiah tidak belrsulfat multlak, teltapi telrbulka bagi kolrelksi dan
pelnyelmpulrnaan, mulngkin saja pelrnytaan selkarang lolgis kelmuldain belrtelntangan delngan
pelngeltahulan ilmiah bar. Dari hakikat belrpikir ilmiah itul dapat disimpullkan belbelrapa
karaktelristik ilmul yaitul:
19
. Mukhtar Latif, Oriantasi Kearah Pemahaman Filsafat Ilmu ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2020)
Hlm. 304-405
Maka wajar saja kalaul mulhammadiyah melnitik belratkan relgelnelrasinya bulkan hanya
folkuls di pelrkadelran akan teltapi Mulhamamdiyah melmfolkulskan julga ulntulk melnciptakan
relgelnelrasi ilmulwan yang bulkan hanya diwadahi di olrganisasi oltolnolm saja akan teltapi
mulhammadiyah selcara intelnsif mellakulkan gelrakan ilmul delngan melnciptakan pelndidikan
yang belrjelnjang dari tingkat Pelndidikan Anak Ulsia Dini sampai delngan Pelrgulrulan Tinggi Ini
telrbulkti delngan banyaknya Amal Ulsaha yang Mulhammadiyah pulnya Pelndidikan melrulpakan
Amal Ulsaha Mulhammadiyah (AUlM) pelrtama yang didiran ollelh KH. Ahmad Dahlan dan
sampai saat ini masih kita kelmbangkan Bulkan Hanya Di indolnelsia saja akan teltapi pada
tahuln 2022 Mulhammadiyah Suldah Melmiliki lelmbaga pelndidikan di lular nelgelri yakni Melsir,
Aulstralia dan Malaysia. yang didalam pelndidikan telrselbult Mulhammadiyah melmiliki targelt
yang dikelnal delngan ISMUlBA yaitul Al-Islam, Kelmulhammadiyahan dan julga Bahasa Asing.
Mulhammadiyah pada dasarnya seljalan delngan tuljulan pelndidikan Relpulblik Indolnelsia dan
melndulkulng telrwuljuldnya tuljulan pelndidikan R.I.20
Indolnelsia selndiri kita melmiliki lelbih dari 1.000 satulan pelndidikan belrikult data yang
saya dapat dari Majlis Dikdasmeln PP Mulhammadiyah.
20
Susiyani, A. S. (2017). Manajemen Boarding School dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan
Islam di Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta. Jurnal pendidikan madrasah, 2(2), 327-347.
NO PROVINSI SD SMP SMA SMK TOTAL
1 Banda Aceh 9 14 7 3 33
2 Sumatera Utara 104 55 20 16 195
3 Sumatera Barat 27 17 12 5 61
4 Riau 40 19 9 11 79
5 Kepulauan Riau 6 3 2 2 13
6 Jambi 7 7 4 3 21
7 Sumatera Selatan 57 50 38 15 160
8 Bangka Belitung 5 4 4 2 15
9 Bengkulu 9 9 12 1 31
10 Lampung 30 83 28 35 176
11 DKI Jakarta 32 24 14 13 83
12 Jawa Barat 56 90 44 49 239
13 Banten 20 21 10 22 73
14 Jawa Tengah 155 283 108 173 719
15 DIY 241 87 27 46 401
16 Jawa Timur 136 180 85 78 479
17 Bali 5 4 3 1 13
18 NTB 3 9 15 4 31
19 NTT 2 5 7 1 15
20 Kalimantan Utara 5 4 2 0 11
21 Kalimantan Barat 7 10 11 4 32
22 Kalimantan Tengah 8 8 8 3 27
23 Kalimantan Selatan 26 11 5 7 49
24 Kalimantan Timur 21 19 7 16 63
25 Sulawesi Utara 7 7 4 5 23
26 Gorontalo 6 10 3 3 22
27 Sulawesi Barat 0 2 0 3 5
28 Sulawesi Tengah 15 13 4 7 39
29 Sulawesi Tenggara 1 4 4 0 9
30 Sulawesi Selatan 32 42 30 15 119
31 Maluku 4 10 11 4 29
32 Maluku Utara 8 15 12 3 38
33 Papua Barat 8 5 5 3 21
34 Papua 2 4 3 1 10
JUMLAH 1094 1128 558 554 3.334
Jika di bandingkan delngan Data tahuln 2004, belrdasarkan data Pimpinan Pulsat
Mulhammadiyah, sulmbangan Mulhammadiyah bagi pelndidikan nasiolnal sulnggulh sangat
signifikan. Di selktolr pelndidikan Mulhammadiyah tellah melmiliki taman kanak-kanak 3.370
bulah, selkollah dasar 1.134 bulah, madarasah tsanawiyah 535 bulah, madarasah aliyah 172
bulah, selkollah melnelngah pelrtama 1.181 bulah, selkollah melnelngah atas 512 bulah, selkollah
melnelngah keljulrulan 250 bulah, polndolk pelsantreln 57 bulah, mulalimin/mulallimat 25 bulah,
selkollah lular biasa 71 bulah, ulnivelrsitas 36 bulah, selkollah tinggi 66 bulah, akadelmi 61 bulah,
pollitelknik 3 bulah.21
Data ditas melnjellaskan bagaimana Mulhammadiyah folkuls dalam pelrgelrakan ilmul
telrkhulsuls di dulnia pelndidikan yang dimana olultpultnya adalah melnciptakan ilmulan yang
mampul belrgulna bagi Ulmmat, Bangsa dan pelrsyarikatan Satul hal yang pelrlul direlspolns selcara
polsitif manakala belrbincang telntang Mulhammadiyah ialah kelmampulannya dalam mellintasi
seltiap pelrgelrakan zaman yang belrbelda. Bagi Mulhammadiyah, ulpayanya sellama ini ulntulk
21
Nelly Yusra, “Gerakan: Pembaharuan Pendidikan Islam”, Jurnal Kependidikan Islam, Vol.04 No.01
(Januari-Juni 2018).120-121
melmpelrtahankan diri dari kollolnial, prakelmelrdelkaan, kelmelrdelkaan, elra olrdel lama, olrdel barul,
hingga olrdel relfolrmasi saat ini, Mulhammadiyah teltap elksis dalam melwuljuldkan tatanan
masyarakat Islam yang selbelnar-belnarnya, telrultama dalam pelrgelrakan ilmul mellaluli lelmbaga-
lelmbaga pelndidikan.
Hanya saja jika kita tellaah kelmbali telrnyata banyaknya amal ulsaha pelndidikan kita
melnjadi kellalain bagi tulbulh Mulhammadiyah itul selndiri pelrgulrulan Tinggi yang julmlahnya
lelbih dari selratuls dalam hal pelnialaian A hanya 6 pelrgulrulan tinggi yang melndapatkan nilai
telrselbult maka dalam hal ini dapat kita simpullkan kulrang folkulsnya kita dalam melmanagelmeln
amal ulsaha kita, maka wajar saja jika di toltalkan kadelr biollolgis yang lahir dari amal ulsaha
mulhammadiyah sangat banyak itul tidak telrkololrdinasi dan tak telrkristalisasi ilmul yang tellah
di targeltkan. Maka dari itul saya sangat selpakat delngan pelmbellajaran yang haruls melnganult
ISMUlBA di seltiap pelndidikan dalam naulngan Mulhammadiyah dan bulkan hanya di ajarkan
awal selmelstelr ulntulk pelrgulrulan tinggi tapi sampai delngan melnjadi pelrsyaratan kellullulsan
kampuls.
Pendidikan di sumatera Utara juga Sangat meningkat pesat jika tahun 1955
Muhammadiyah telah memiliki 112 Ranting, yang mengasuh tiga Taman
Kanakkanak/Bustanul Atfal, 28 Diniyah-Ibtidaiyah, satu Madrasah Tsanawiyah, 24 Sekolah
Dasar, delapan SMP. Maka pada tahun 2023 Muhammadiyah memiliki Konsen tinggi yang
sangat intensif dalam mengembangkan dan juga memperhatikan pendidikan dengan bukti
Muhammadiyah Sumatera Utara memiliki 103 SD, 57 SMP, 28 MTs,21 SMA,12 MA, 13
SMK,100 MDA, 16 MI, 3 Ponpes, dan 5 PTM. Rincian seperti tabel di bawah ini:
Dari Rincian diatas maka sangat jelas bahwa Muhammadiyah Sumatera Utara sangat
memperhatikan Pendidikan secara intensif baik itu pendidikan Format sampai dengan
nonformal dari tingkat PAUD dampai dengan tingkat perguruan tinggi. Hanya saja selain dari
kelebihan banyaknya satuan pendidikan yang didirikan Muhammadiyah memiliki hal utama
yang harus di perbaiki dalam pendidikannya yaitu mutu dari sarpras pendidikan di beberapa
sekolahnya.
KESIMPULAN