Anda di halaman 1dari 3

PERAN MUHAMMADIYAH BAGI GENERASI MILENIAL

Islam adalah agama yang “rahmatan lil alamin”. Sehingga Islam harus
disebarluaskan kepada umat manusia. Jika kita memiliki sebuah ilmu, jangan hanya
diamalkan untuk kehidupannya sendiri, tetapi harus disampaikan kepada orang lain. Sebagai
muslim yang beriman, kita diwajibkan untuk melaksanakan dakwah walaupun hanya satu
ayat. Apalagi di era globalisasi yang serba kecukupan saat ini, banyak strategi, metode, dan
media yang dapat kita lakukan untuk melaksanakan dakwah. Hadirnya media-media baru
seperti surat kabar, majalah, sosial media, jurnal, film, televisi, radio, lukisan, iklan, lagu, dan
sebagainya mempercepat penyebaran aktivitas dan materi dakwah. Berbeda ketika pada
zaman Rasulullah dan sahabat media dakwah sangat terbatas, hanya berkisar pada dakwah
qauliyah bi al-lisan dan dakwah fi’liyah bi al-uswah ditambah dengan media penggunaan
surat (rasail). Maka dari itu pentingnya dakwah pada generasi mileial harus segera
dilaksanakan karena generasi sekarang lah yang akan menentukan bagaimana nasib zaman
yang akan mendatang.

Generasi milenial merupakan generasi baru yang alam pikirnya jauh berbeda dari
generasi-generasi sebelumnya. Lompatan teknologi digital telah mengubah banyak hal,
menyebabkan ada kesenjangan yang lebar dengan generasi sebelumnya. Strategi dakwah
untuk mereka tentu saja harus dilaksanakan dengan menyesuaikan diri dengan karakternya.
Saatnya mereka pula yang berdakwah untuk generasinya sendiri.
Generasi Z atau generasi Milenial, merupakan generasi yang lahir mulai 1996 sampai
sekarang. Mereka sangat terpengaruh teknologi, internet dan media sosial, tumbuh dalam
keberagaman dan kebebasan politik di Indonesia. Beberapa karakternya adalah kreaktif,
multitasking, narsis, kritis terhadap fenomena sosial. Ada keluhan bahwa generasi ini hidup
konsumtif, serba instan, kesopanan dan rasa hormat yang mulai luntur, lebih memperhatikan
komentar orang lain dibandingkan orang tua.
Pengguna internet saat ini sebagian besar adalah generasi Y dan Z. Dan generasi
inilah yang akan menjadi pemimpin dan pengambil keputusan di waktu mendatang. Akan
jadi apa Indonesia pada 20-30 tahun mendatang sangat ditentukan oleh generasi yang tumbuh
saat ini. Lalu bagaimana bisa menyasar dakwah kepada kelompok usia tersebut dengan
efektif? Tentunya adalah orang-orang yang memahami karakteristik mereka. Dan yang paling
tahu adalah mereka yang satu generasi. Hal tersebut bisa tercermin dari munculnya ustadz-
ustadz muda dengan gaya kekinian. Para ustadz tidak lagi harus terkesan tua dan berwibawa
tetapi berjarak dengan jamaahnya.
Pola keterlibatan anak-anak muda Muhammadiyah dalam ranah dakwah sudah
saatnya diperluas dengan menempatkan mereka pada garis depan dakwah. Generasi yang
lebih tua, memberikan pengarahan dan bimbingan. Generasi muda Muhammadiyah
sesungguhnya mampu menjalankan peran yang lebih besar dibandingkan dengan yang
mereka jalankan saat ini. Secara kapasitas, lebih berpendidikan dan pintar, dan lebih akrab
dengan teknologi. Saatnya mereka mendapatkan kepercayaan lebih untuk memaksimalkan
potensinya. Mendampingi anak-anak muda yang haus belajar agama di internet atau media
sosial. Membimbing mereka layaknya sebagai teman sebaya atau dalam hubungan yang lebih
setara.

Generasi milenial yang bergantung pada teknologi dan masif menggunakan laptop,
iPad, smartphone, TV, dsb tiap harinya menjadikan media sosial sebagai bagian sangat
penting dalam koneksi sosial. Mereka lebih banyak meghabiskan waktunya dalam sehari
bersama perangkat teknologi digital dan beragam aplikasi daripada dengan teman atau
anggota keluarga. Inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa komunitas atau grub keagamaan
untuk menyebarkan dakwah melalui media sosial, seperti facebook, twitter, whatsApp,
Instagram atau telegram. Dakwah akan lebih menarik apabila melalui media sosial tetapi juga
berpedoman pada konsep Islam Rahmatan Lil Alamin. Seperti saat ini media youtub sangat
bergantung bagi generasi milenial, maka dari itu dakwah melalui media youtub juga sangat
berpengaruh bagi generasi milenial. Tidak hanya ceramah, konten dakwah generasi milenial
harus banyak unsur virtualnya. Misalnya, quote, meme, komik skrip, infografis, dan video
seiring dengan tren vlog. Kini media sosial digunakan oleh sebagian besar pengguna muda
untuk menonton video dibandingkan untuk bersosialisasi. Dengan begitu, peluang bagi portal
media Islam harus menyajikan dakwah dalam bentuk yang menarik.

Selain media sosial, maraknya hiburan yang mengandung unsur keagamaan, seperti
sinetron Islami, film islami, musik islami, dan novel islami mengakibatkan penyampaian
pesan dan dakwah berkembang dengan pesat dan dinamis. Misalnya kemunculan grub musik
Bimbo pada tahun 1980-an; booming film Ayat-Ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban,
Mencari Hilal, 99 Cahaya di Langit Eropa, hingga Surga yang Tak Dirindukan dan yang
lainnya.

Kemajuan teknologi diharapkan tidak mengakibatkan masyarakat terpecah belah dan


tidak setara karena telah banyak penindasan baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial
keagamaan. Teknologi informasi juga mendorong kelompok garis keras untuk memperluas
jaringan untuk memobilisasi individu-individu melakukan kejahatan baik online maupun
offline. Dengan begitu, Omah Ngaji setidaknya bisa menjadi counter melawan konten-konten
berbau radikalisme yang mulai banyak di media sosial dengan memposting konten yang
santun dan toleran. Selain itu, metode penyampaian materi dengan memasuki psikologi
seseorang juga diperlukan. Misalnya mereduksi kata kata dari sebuah film yang sedang viral.
Karena dakwah berkembang dengan cepat, yang selama ini dilakukan dengan metode
pendekatan ceramah atau tablig atau komunikasi satu arah atau pengajian taklim menjadi
komunikasi dua arah.

Kesimpulannya, Generasi milenial lebih tertarik dengan hadirnya meme, quote, film,
video atau vlog yang mengandung konten-konten ringan. Selain itu, pengajian taklim yang
kemudian materinya direduksi menjadi rangkuman dan di upload di media massa agar mudah
dibaca ulang. Kemudian, metode penyampaiannya harus memasuki psikologi generasi
milenial, misalnya akhir-akhir ini sedang viral kalimat “Rindu itu berat, kamu nggak akan
kuat” di film dilan diubah menjadi “Ngaji itu berat, kamu harus kuat”. Itulah yang harusnya
digunakan dengan memanfaatkan teknologi digital untuk menyebarkan ujaran kabajikan
sesuai dengan semangat dakwah Rasulullah bukan ujaran kebencian, fake news atau hoax.

Jadi peran MUHAMMADIYAH untuk dakwah melalui media sosial menjadi salah
satu upaya untuk menangkal ujaran kebencian, hoax, ekstremisme, radikalisme, sampai
terorisme. Melalui penyajian materi yang kontekstual diiringi dengan ustad yang melek
teknologi membuat generasi milenial semakin tertarik belajar keagamaan. Mengingat metode
penyampaian dakwah mulai berkembang dengan pesat, maka penanaman tentang pemahaman
agama sebagai sebuah pegangan, pedoman hidup, dan peraturan yang mengatur manusia
untuk tidak melakukan kekacauan menjadi penting. Misalnya media sosial harus
menghadirkan konten-konten yang santun dan toleran sesuai konsep Islam Rahmatan Lil
Alamin yang dikemas sederhana.

Anda mungkin juga menyukai