Anda di halaman 1dari 4

Dakwah Ramadhan Digital Era Disrupsi

(oleh: DR. Muh Fajar Shodiq, M.Ag)

Penguatan nilai-nilai spiritual di era disrupsi teknologi digital merupakan hal yang krusial saat
ini, terutama menyasar generasi Z, generasi masa kini yang memanfaatkan teknologi internet
secara masif dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Transmisi pesan-pesan dakwah, yang masa dahulu masih lekat dengan menggunakan metode
konvensional, seperti face to face, halaqoh dalam satu majelis, siaran radio atau televisi bisa
mengumpulkan masa pendengar, saat ini mulai banyak ditinggalkan.

Era disrupsi teknologi digital ini juga merambah pada area dakwah jika konsepsi dakwah dalam
berbagai media tidak mau tergerus oleh perkembangan dan laju teknologi masa kini, maka
beberapa persiapan harus dilakukan. Beberapa pihak yang mulai pesimis dengan serbuan
penggunaan internet pada setiap lini, hingga kaum masa kini mulai banyak meninggalkan dunia
spiritual berbasis dakwah secara konvensional.

Namun sebenarnya momentum seperti ini adalah momentum istimewa harus cerdas disikapi oleh
beberapa pihak. Para Da’i, ustadz, stake holder maupun media massa ataupun siapa saja yang
memiliki kompetensi menularkan pesan baik yang berisi pesan-pesan keagamaan bisa mulai
bahu membahu mendidik masyarakat terutama generasi Z, untuk memulai dengan dakwah digital
dengan berbagai media yang melingkupinya.

Berbagai strategi untuk diseminasi pesan-pesan moral, apalagi pada bulan ramadhan ini
merupakan momentum terbaik dalam sampaikan pesan-pesan positif yang harus dengan cekatan
dilakukan. Meminimaliasasi kabar viral yang beredar dan mudah sekali menjadi konsumsi umum
yang kadang ditiru dengan menafikan pesan-pesan moral adalah hal serius harus dicegah. Perlu
strategi terbaik dalam komunikasi dakwah untuk membimbing umat setelah inovasi besar dan
mengubah semua system ketatanan baru yang berbasis digital.

Strategi Dakwah Digital

Ruang virtual merupakan prospek dakwah yang luas tanpa batas. Disrupsi ditandai dengan
membludaknya informasi diruang ini. Strategi awal adalah menyiapkan SDM juga infrstuktur
dakwah digital, karena pada dasarnya tidak semua Da’i atau pendakwah melek teknologi
informasi. Perlu beberapa pihak bekerjasama memberikan ruang dakwah digital ini pada semua
pendakwah, apalagi ilmunya agamanya bukan yang ‘jadi-jadian’.

Generasi muda yang memiliki kecakapan digital, penguasaan media sosial perlu digandeng
dalam menyosialisasikan juga mewujudkan dakwah pada area digital. Upayakan penguasaan big
data, autonomous robots, cybersecurity, cloud, dan augmented reality.

Strategi berikutnya menyasar ‘siapa yang menyampaikan’. Hal ini dikarenakan ulama saat ini
bukan merupakan satu-satunya sumber otoritas masyarakat mendapatkan pengetahuan agama.
Ruang ini memang ada plusa minusnya, karena terkadang ulama seleb, yang viral atau hanya
seseorang famous yang hanya mengerti sepotong mengenai agama, bisa di share ceramahanya di
jutaan pengguna, entah sumber marajinya lengkap atau tidak. Peningkatan kualitas Da’i saat ini
memang diperlukan, baik secara materi maupun penguasaan Teknologi Informasi.

Selanjutnya, strategi inovasi materi dakwah. Materi dakwah meski penting, namun cara
penyampiannya membosankan, bertele-tele dan tidak kekinian juga bisa ditinggalkan oleh
audiens. Pelajari materi yang dibutuhkan masa kini atau yang berpikir out of the box . Durasi
penyampaian maksimal 3 menit, sekarang diperlukan untuk meng-upload materi ceramah di FB,
Tiktok maupun IG yang ternyata lebih disukai pengguna internet. Untuk itu perlu kreasi yang
mumpuni untuk orang-orang yang siap dengan situasi dan kondisi seperti ini.

Strategi terakhir adalah upaya mengusung narasi moderasi Islam dan menyelamatkan jurnalisme
yang sehat. Muatan dakwah wasathiyah yang tidak memiliki kecenderungan untuk memecah
belah umat, merupakan hal yang serius harus diperjuangkan. Komitmen harus diusung oleh
penulis, jika dakwah melalui literasi konten tulisan juga untuk dakwah melalui konten video
harus hadirkan informasi atau opini yang bebas, bertanggung jawab, stop hoax dan ujaran
kebencian serta rasis serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan dan keadaban public serta
etika agama dalam hal ini Islam.

Momentum Ramadhan Digital

Spirit Ramadhan pada masa literasi digital saat ini perlu serangkaian strategi perancangan
komunikasi dakwah digital yang bisa menampung banyak warganet. Strategi utamanya
merancang dengan tepat dan matang konten yang akan dirilis dengan perhitungkan kecepatan
pengunggahan, ketepatan momentum hingga perhitungkan krisis komunikasi atau dampak yang
mungkin muncul setelah pengunggahan.

Muatan-muatan pesan ramadhan yang bisa diunggah dan dijadikan konten, bisa diperhitungkan
baik-baik isinya, baik berupa ibadah sederhana, pahala-pahala yang didapat, keutamaan bulan
ramadhan serta pernak-pernik ramadhan dimasa sahabat dan tabi’in dan masa kini yang bisa
dijadikan inspirasi.

Ide-ide segar penyampaian dakwah ramadhan tak hanya melulu sekedar opini, kritik sosial
namun sewajarnya bisa melaksanakan kata-kata, karena pedakwah bisa menjadi influencer yang
memiliki kemampuan untuk mempengaruh orang lain karena kapasitas ilmunya sebagai da’i,
yang berhubungan dengan audiens.

Kehati-hatian para pendakwah ramadhan untuk memilih kalimat yang disampaikan juga sangat
diperlukan, karena pada dasarnya penyampai pesan, dalam hal ini pendakwah memiliki sifat
irreversible cumunication. Sifat ini menjadi berbahaya jika terdapat distorsi pesan, apalagi pesan
agama yang berhubungan dengan ayat-ayat Illahiyah. Karena pesan yang sudah disampaikan
tidak bisa ditarik atau diralat, karena audiens bisa menjadi gagap dan bingung atas pesan yang
disampaikan oleh pendakwah yang kurang mendalami ilmu komunikasi dalam berdakwah.

Penutup

Generasi Z, adalah generasi penjelajah digital masa kini yang melek teknologi informasi digital
sekaligus berusaha menjalankan kehidupan agama dengan baik. Menurut penelitian PTMI UIN
Jakarta, ada sebanyak 54,2% generasi Z ini banyak mencari informasi terkait agama melalui
internet, apalagi pada bulan ramadhan kali ini.

Menariknya, dari generasi Z ini, saat mencari ilmu agama ataupun lainnya tidak lagi terkotak-
kotak pada organisasi Islam yang ada, seperti NU atau Muhammadiyah, namun fokus pada
materi dan penyampai materi. Nah, hal semacam ini merupakan angin segar bagi dakwah pada
masa ramadhan dengan berbagai platform media digital pada era disrupsi.
Dr. Muh Fajar Shodiq, M.Ag
Wakil Dekan II Fakultas Adab dan Bahasa
UIN Raden Mas Said Surakarta
081329064290

Anda mungkin juga menyukai