Anda di halaman 1dari 5

DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP PENGARUH

PENCEMARAN AIR LAUT DIPANTAI KUTA KABUPATEN BANDUNG


SERTA UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN

Fahsyah Ariya Farensi

NPM. 2314111047

Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Dan Kelautan, Fakultas


Pertanian, Universitas Lampung

ABSTAK

Kawasan pesisir dan laut Kabupaten Badung khususnya desa Kuta berkembang pesat
menjadi kawasan wisata dengan berbagai aktivitas masyarakat. Meningkatnya
aktivitas masyarakat dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan mempengaruhi
kelestarian kawasan pesisir, termasuk kawasan Pantai Kuta. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas
masyarakat hotel, restoran, perumahan, jasa, industri dan nelayan di desa Kuta. Selain
itu juga bertujuan untuk mengetahui kualitas air laut Pantai Kuta berdasarkan sifat
fisik, kimia dan mikrobiologi pada musim hujan serta mengetahui kegiatan
konservasi yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah kota kabupaten Kuta.
sampel ditentukan dengan menggunakan target sampling. Sampel air dikumpulkan
dari tiga badan air di Pantai Kuta dan dianalisis di lapangan dan di laboratorium.
Kualitas air laut tersebut dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari
sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Nomor 51 Tahun 2004.
Selanjutnya menghitung indeks pencemaran untuk mengetahui tingkat pencemaran.
Sampel kegiatan masyarakat dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, dan
observasi, dan orang dianalisis secara kualitatif dan deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berbagai aktivitas masyarakat di desa Kuta berdampak terhadap
lingkungan khususnya air laut Pantai Kuta sebagai berikut: Perkembangan penduduk
dan lapangan kerja, pendapatan kota dan desa adat, prosesi budaya dan keagamaan,
estetika lingkungan, kesadaran masyarakat, kebersihan sampah dan lingkungan,
konversi lahan dan degradasi batas pantai, Mobilisasi kendaraan dan intrusi air laut.
Kualitas air laut yang diamati di Pantai Kuta pada musim hujan tahun 2006
menunjukkan beberapa parameter melebihi baku mutu, antara lain sampah, NH3,
NO2, NO3, PO4, Cu, Cd, Pb, E. coli dan bakteri coliform. DO saat ini berada di
bawah baku mutu minimum. Parameter yang tidak melebihi ambang batas adalah
suhu, warna, bau, padatan tersuspensi, pH, BOD, COD, lemak dan minyak, fenol, Hg,
dan Fe. Setelah dilakukan perhitungan tingkat pencemaran air laut pada ketiga titik
survei, diperoleh hasil bahwa air laut di Pantai Kuta mengalami pencemaran sedang
dengan nilai antara 6,46 hingga 6,77. Pemerintah dan masyarakat Desa Kuta terus
berupaya menjaga lingkungan. Namun demikian, diperlukan strategi dan langkah
untuk memperkuat upaya perlindungan lingkungan hidup secara terpadu dan
berkelanjutan.

Kata kunci,: aktivitas masyarakat, dampak, kualitas air laut, tingkat pencemaran,
upaya pelestarian.

PENDAHULUAN

Meningkatnya aktivitas masyarakat dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan


dan mengganggu keseimbangan serta kelestarian pantai dan lautan. Transportasi
sedimen dan proses oseanografi perairan pesisir terganggu oleh pembangunan yang
menggeser batas wilayah pesisir. Desa Kuta mempunyai 35 bangunan dengan
menggunakan batas pantai dengan jarak batas berkisar antara 6,5 sampai 30 m.
Menurut Triatmodjo (1999), Pantai Kuta telah mengalami erosi yang cukup besar
sejak pembangunan landasan pacu Bandara Ngurah Rai yang menjorok ke pantai,
meningkat hingga lebih dari 50 m dalam 10 tahun terakhir dan erosi lebih lanjut
terjadi sejak tahun 1960.

Diperkirakan 100 meter ke laut dan 800 meter. Erosi Pantai Kuta semakin diperburuk
dengan dibangunnya fasilitas wisata pengganti garis pantai, terkikisnya vegetasi
alami, dan terutama pembangunan groin yang tidak direncanakan untuk kepentingan
pribadi. Laut, seperti ekosistem lainnya, mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan homeostatis.

Faktanya, perairan pesisir merupakan sistem penyimpanan utama bagi jenis limbah
yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Laut menerima material yang terbawa air dari
lahan pertanian, limbah rumah tangga, sampah dan limbah kapal, tumpahan minyak
lepas pantai, dan banyak material lainnya yang dibuang ke laut. Ketika polusi air
melebihi tingkat yang dapat diterima, kualitas air akan menurun. Lingkungan perairan
tidak lagi memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan perairan tersebut terkontaminasi
secara fisik, kimia, dan mikrobiologis. Hal ini berdampak besar tidak hanya pada
komunitas di sana, namun juga pada masyarakat yang memanfaatkan air di pantai
tersebut.

Berdasarkan temuan Bapedal Kabupaten Badung bekerjasama dengan PPLH Unud


(2004), kualitas air Pantai Kuta dalam kondisi buruk dari segi pemanfaatannya.
Sebagai air untuk pariwisata dan rekreasi, parameter fisik, kimia dan mikrobiologinya
melebihi beberapa ambang batas yang ditetapkan baik pada musim hujan maupun
kemarau. Pembuangan sampah juga biasa dilakukan di perairan Pantai Kuta pada
musim barat. Untuk mandi, berenang, dan menyelam dengan aman di perairan pantai,
Anda harus melakukan tindakan pencegahan minimal.

PEMBAHASAN

Persepsi masyarakat yang paling umum mengenai pencemaran adalah menyebabkan


penyebaran penyakit, mencemari air dan tanah, merusak dan membahayakan
lingkungan, serta berdampak pada pariwisata. Penyebab utama terjadinya
pencemaran lingkungan adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan. Ketika ditanya tentang dampak limbah cair dan padat terhadap
lingkungan, responden menjawab ``merusak lingkungan, menimbulkan bakteri,
menimbulkan bau, mengurangi polusi udara dan pencemaran ikan''. Di sisi lain,
limbah cair dan padat mempunyai dampak yang paling besar bagi tubuh manusia,
mempengaruhi kesehatan dan menimbulkan penyakit.

Berdasarkan hasil pengkajian air laut Kabupaten Badung (2004) oleh PPLH Unud
dan Bapedal Kabupaten Badung menunjukkan bahwa seluruh pantai di Kabupaten
Badung kecuali Pantai Sawangan terkontaminasi logam kadmium pada tahun
2002.Saya melakukannya. Dari tahun 2002 hingga 2004, semua pantai terkontaminasi
logam kadmium. Logam tembaga mulai mencemari pantai Tuban dan Sawangan pada
tahun 2003 dan pada tahun 2004 telah mencemari pantai. Sejak tahun 2004,
kontaminasi timbal mulai terjadi di seluruh pantai di Kabupaten Badung. Meskipun
kadar Pb dan Cd Pantai Sawangan melebihi baku mutu, namun hasil tersebut tidak
berbeda nyata dengan wilayah laut Bali lainnya. Pada tahun 2003, Pb dan Cu di
perairan Bali melebihi baku mutu air laut untuk rekreasi dan pariwisata. Logam berat
ini terakumulasi di perairan dan sangat berbahaya bagi manusia.

Ikan, udang, lobster, cumi-cumi dan biota laut lainnya yang ditangkap di Pantai Kuta
dikonsumsi oleh para nelayan, bahkan ada juga yang dijual di sekitar Pantai dan Pasar
Ikan Kedonganan. Namun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui akumulasi logam berat pada biota laut Pantai Kuta.

KESIMPULAN

Upaya pelestarian lingkungan hidup khususnya wilayah pesisir dan laut desa Kuta
dilakukan sehari-hari dan rutin oleh pemerintah dan berbagai kegiatan masyarakat
desa Kuta, namun berbagai kegiatan tersebut masih belum optimal. Strategi dan
langkah berikut diperlukan untuk memperkuat upaya perlindungan lingkungan hidup
secara terpadu dan berkelanjutan. Pengelolaan Limbah Cair Kota/Terpadu,
Pengolahan Limbah Sesuai Metodologi 3R dan Penggunaan Sistem Pengolahan
Limbah. Melakukan audit lingkungan, menilai kualitas air limbah, dan memperkuat
pemantauan sumber polusi. Memperkuat masyarakat sebagai fungsi kontrol,
melaksanakan sosialisasi dan penegakan hukum yang tegas. Memastikan
pembangunan konsisten dengan Rencana Zonasi dan meningkatkan ruang hijau dan
terbuka hijau. Pengembangan perlindungan pantai dengan teknologi tepat guna,
penyelenggaraan kegiatan wisata bahari, pemantauan terumbu karang.
Mengembangkan kendaraan angkutan umum, membangun jalur pejalan kaki, sepeda
dan alternatif Tukadomati dengan kapal penumpang tidak bermesin, dan mengelola
penggunaan ABT.

Menurut Koep, berdasarkan hasil survei kualitas air laut di tiga titik Pantai Kuta pada
musim hujan, dari 24 parameter yang dianalisis (fisika, kimia, mikrobiologi),
ditemukan parameter penting bagi wisata bahari. Ambang batas baku mutu air telah
terlampaui. Permen LH No 51 Tahun 2004 yaitu limbah, NH3, NO2, NO3, PO4, Cd,
Pb, Cu, Escherichia coli dan coliform. Parameter DO saat ini berada di bawah standar
kualitas minimum yang dapat diterima. Nilai pencemaran air laut Pantai Kuta 1
sebesar 6,77, Pantai Kuta 2 6,56, dan Pantai Kuta 3 6,46. Berdasarkan hasil evaluasi
indeks pencemaran air laut, mengandung tingkat pencemaran sedang.
DAFTAR PUSTAKA

Elyazar N., Mahendra M.S., Wardi N. 2007. Dampak aktivitas masyarakat terhadap
pengaruh pencemaran air laut di pantai kuta kabupaten bandung serta upaya
pelestarian lingkungan. Journal Of Evironmental Science. 2(1):1-18.

Anda mungkin juga menyukai