Anda di halaman 1dari 1

Membincang Nikmat Allah

Refleksi Tahun Baru 2018


Oleh, Nurul Hadi

Pergantian tahun merupakan sunnatullah, pasti dan niscaya terjadi. Setiap detik ,waktu terus
berganti; menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan
bulan berganti tahun. Dan terus begitu sampai hari kiamat kelak. Wa tilka al-ayyamu nudaawiluha
baina al-nas.

Saat ini, hari pertama tahun 2018, awal dari lembaran tahun masehi untuk kesekian kalinya. Tentu
saja banyak sekali yang terjadi pada hari-hari di tahun yang lalu: suka maupun duka, aktivitas,
kreativitas ataupun rutinitas. Namun yang perlu kita ingat dan kita sadari, bahwa dari sekian banyak
hal yang kita alami pada masa lalu, pastilah nikmat Allah lebih banyak yang kita dapatkan daripada
yang lain-lain; mulai dari nikmat kecil yang tidak kita sadari keberadaannya sampai nikmat besar
yang sangat kita rasakan dan dambakan.

Dalam lingkup kecil, yang berhubungan dengan tubuh kita misalnya, selama satu tahun ini kita
diberikan nikmat hidup dengan segala fasilitasnya. Kadang-kadang kita diberikan rasa sakit agar kita
semakin merasa betapa nikmatnya sehat selama ini. Pun demikian, sakit sebenarnya juga bagian dari
nikmat yang Allah berikan kepada kita, karena berapa banyak orang sakit lalu lisannya tidak berhenti
mengingat Allah (dzikir), padahal sewaktu masih sehat kita lebih banyak alpa dan melupakan Allah.
Banyak pula karena sakit kita mulai hidup sehat; yang awalnya merokok, karena sakit mulai berhenti
merokok dan lain sebagainya. Kadang karena sakit lalu kita rajin bersedekah, padahal sebelumnya
kita sulit mengeluarkan harta di jalan Allah. Maka sepatutnya kita senantiasa bersyukur dalam setiap
keadaan dan segala nikmat yang Allah berikan. Alhamdulillahi ala kulli halin wa nikmatin.

Dalam kehidupan keluarga, setiap saat Allah mencurahkan nikmat-Nya kepada kita. Karena hidup
berkeluarga itu sendiri adalah nikmat yang sangat berharga. Lihatlah, rumah yang dihuni oleh
keluarga dengan dinamikanya; saling berbagi suka dan duka, memberikan kehangatan senda nan
ceria, mengisi kesepian dengan tawa, memikul kesedihan dengan tangis bersama, menceritakan
prestasi penuh bangga, serta mencurahkan cita dan cinta dalam mesra. Sementara itu masih banyak
orang yang tidak merasakan kasih sayang keluarga dengan berbagai varian dan problematikanya
masing-masing.

Lain lagi dengan alam kita, Indonesia, yang menantiasa menyejukkan jiwa. Tanahnya subur, apapun
dapat tumbuh di atasnya. Airnya bersih mengalir menghidupkan semua makhluk tuhannya.
Udaranya segar tak perlu difilter agar dapat dihirup oleh semuanya. Allah telah menertibkan sitem
keberlangsungan hidup manusia dengan alamnya; saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia
membutuhkan alam, maka manusia berkewajiban untuk menjaga kelestariannya. Saat kita
menanam pohon di depan rumah, pasti kebaikan akan kembali kepada kita; secara langsung atau
tidak. Satu pohon itu akan menyuplai jutaan oksigen alami yang dibutuhkan manusia. Dari pohon itu
pula berbagai jelis mikroba dan hewan hidup karenanya. Hewan-hewan itu menjadi penyebab atas
keberlangsungan hidup makhluk lainnya. Lalu manusia membutuhkan hewan-hewan tersebut baik
secara langsung maupun tidak.

Dalam kehidupan sosial, bertetangga dan bernegara, kita

Anda mungkin juga menyukai