Anda di halaman 1dari 162

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Saat Kutai Timur resmi menjadi kabupaten berdasarkan UU No. 47

Tahun 1999, tentang Pemekaran wilayah Provinsi dan Kabupaten.

Diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 28 Oktober 1999,

taklama berselang setelah itu Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam

hal ini Bupati dan Wakil Bupati Kutai Timur bertahap membentuk SKPD-

SKPD untuk menunjang jalannya pemerintahan dan untuk Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan mulai berjalan sejak tahun 2001 dimana saat

itu semua pejabat yang mengepalai SKPD masih dalam status Plt.

Plt Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai Timur saat itu adalah

Dra. Hj. Aisyah. HD yang menjabat dari tahun 2001 s.d 2002 yang saat itu

masih berkantor di Jl. Yos Sudarso I Tepatnya di Samping Gg. Bakti Jaya,

dimana kantor yang di tempati oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kutai Timur saat itu masih menyewa di rumah penduduk, pada tahun 2002

barulah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memiliki kepala Dinas Secara

resmi atau tetap yaitu Drs. H. Amin Sepa yang menjabat sampai dengan

tahun 2003 dengan kantor masih tetap di Jl. Yos Sudarso I, Kemudian

kepala dinas berganti kembali di 2003 yaitu digantikan oleh Drs. H.

Hamsani Hamzah yang menjabat sampai dengan 2005 dan pada tahun

2004 barulah kantor dinas pendidikan dan kebudayaan berpindah tempat

ke kantor resminya di Komplek perkantoran Bukit Pelangi, pada tahun

196
2005 kepala dinas pendidikan dan kebudayaan kembali berganti dan

digantikan oleh Drs. H. Facruddin Djafrie, M.Si yang menjabat sampai

dengan 2007, kemudaian pada tahun 2007 kembali berganti dan

digantikan oleh Dr. Bohari Yusuf, M.Si yang menjabat samapai dengan

tahun 2008, kemudian tahun 2008 kembali berganti dengan Dwi Susilanto

Gamawan, SE yang menjabat sampai dengan tahun 2009, kemudian

berganti kembali pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2016 di pimpin

oleh Bapak Drs. H. Iman Hidayat, M.Si, dan tahun 2017 sampai saat ini di

pimpin oleh bapak Ir. H. Ahmadi Baharuddin, MM dan Dinas Pendidikan

sempat berganti nomen klatur pada masa pemerintahan SBY yang

menjadi Dinas Pendidikan kemudiaan saat masa pemerintahan Jokowi

nomen kelatur menjadi kembali ke asal yaitu menjadi Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan hingga saat ini. Kemajuan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan semangkin terlihat selama masa kepemimpinan Drs. H. Iman

Hidayat, M.Si dengan berbagi program kerja pendidikan dan peningkatan

Infrastruktur pendidikan di setiap kecamatan yang ada.

Visi Dinas pendidikan Kabupaten Kutai Timur adalah “Terwujudnya

Kabupaten Kutai Timur Yang Cerdas, Merata Dan Prestasi Gemilang

( CEMERLANG ) Bersetandarkan Nasional”. Sedangkan Misi adalah

sebagai berikut:

1. Meningkatkan Kualitas & Kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Bidang Pendidikan, Berdasarkan metode Balance and Scoredcard

dengan Inovasi dan pembelajaran peningkatan kemampuan untuk

197
menghadapi tantangan dan perubahan serta melengkapi Sarana dan

Prasaranan guna meningkatkan kualiitas pelayanan Pendidikan.

2. Meningkatkan Pelayanan Pendidikan yang bermutu merata dan

terjangkau dengan pelayanan pendidikan yang berorientasi pada

kurikulum yang bermutu, dengan memberi kesempatan yang seluas -

luasnya kepada anak didik yang berada di pedalaman dan perkotaan.

3. Meningkatkan kualitas dan Kuantitas sarana pendidikan, menjaga dan

merehab sarana pendidikan serta membangun sarana pendidikan

yang baru, dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan pendidikan

sarana dan prasarana yang memandai agar tercapai kepuasan

pelangan (Stakeholder )

Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten

Kutai Timur Sebagai Berikut:

KEPALA DINAS

Nama : Ir. H. Ahmadi Baharuddin, MM

SEKRETARIAT

SEKRETARIS DINAS : Dr. Roma Malau, SE, MM


Kasubag Perencana Program : Sugianto Badawi, SE, MM
Kasubag Umum dan Kepegawaian : Hj. Nurrahmi Asmalia, S.E., M.M.
Kasubag Keuangan : Siti Marfu’ah, SE

BIDANG DIKDAS

Ka. Bidang : Ahmad Zais, SE


Kasi Pengendalian Mutu
: Drs. Sriyamto, M.Pd
Ketenagaan
Kasi Kurikulum dan Evaluasi : Moh. Syaiful Imran, S.Pd, M.Si

198
Kasi Sarana Prasarana dan
: La. Rusli Latania, SE
Inventarisasi

BIDANG DIKMEN

Ka. Bidang : TrinUntiastuti, M.Pd


Kasi Pengendalian Mutu
: Susilo, M.Pd
Ketenagaan
Kasi Kurikulum dan Evaluasi : Abbas Husaini, S.Ag, M.Pd
Kasi Sarana Prasarana dan
: Iwan Salim, SE
Inventarisasi

BIDANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Ka. Bidang : H. Landudi, SH, M.Si


Kasi PAUDNI : Heri Purwanto, S.Pd, SD
Kasi Program Dan Kesetaraan : Hamida Aspan, S.Pd
Kasi Pendidikan Masyarakat : Rahmawati, S.Pd

BIDANG PMPTK

Ka. Bidang : Drs. H. Sudirman Latif, SH, M.Si


Kasi Penghargaan, Perlindungan dan
: Edi Prasetyo, S.Pd, M.Pd
Kesejahteraan
Kasi Serifikasi dan Kualifikasi : Sriwati, S.Pd, SD
Kasi Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan : Supratman, S. Pd, M.Si

Program Prioritas Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Kutai Timur adalah:

1) Kabupaten Kutai Timur memiliki Program Pendidikan yang disebut

KUTIM CEMERLANG ( Kutai Timur Cerdas Merata & Prestasi

Gemilang )

199
2) Program CERDAS mempunyai makna “ Terciptanya Masyarakat Kutai

Timur yang Cerdas, Terampil, Berakhlak Mulia dan Berdaya Saing

Tinggi “.

3) PRESTASI adalah salah satu tolak Ukur keberhasilan sebuah proses

pembelajaran.

4) GEMILANG dalam hal ini memiliki arti yang lebih luas yaitu

Menghasilkan Prestasi yang Gemilang mampu menjawab tantangan

masa depan sesuai dengan kebutuhan Daerah Regional, Nasional

bahkan INternasional.

5) Wajib Belajar 12 Tahun Melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten

Kutai Timur Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Penyelengaraan

Pendidikan.

Implementasi Konsep-Konsep Program Prioritas Dinas Pendidikan

Dan Kebudayaan Kutai Timur sebagai berikut:

1. Pengalokasian anggaran pendidikan 20% dari APBD Kutai Timur telah

berhasil mengalokasikan dana Pendidikan 20% dari APBD di luar gaji

dan biaya kedinasan sejak tahun 2006 lalu, bahkan Kutai Timur

merupakan yang pertama kali di Kalimantan Timur yang telah berhasil

memenuhi amanat UU Sistem Pendidikan.

2. Program wajib belajar 12. Meski secara Nasional program wajib

belajar di tetapkan 9 tahun, Kutai Timur sudah menetapkan lebih

dahulu menerapkan wajib belajar 12 tahun, sesuai dengan Program

Internasional ( UNESCO), melalui program ini pula maka anak usia 0-

200
18 tahun diwajibkan untuk mengikuti pendidikan formal, yang

disediakan Pemerintah secara cuma-cuma.

3. Pembebasan biaya pendidikan. Konsekwensi logis dari penerapan

wajib belajar 12 tahun, pemerintah telah memberikan jaminan akses

pendidikan secara GRATIS mulai dari pra sekolah hingga pendidikan

SMA/SMK/MA dan perguruan tinggi STIPER (Sekolah Tinggi Ilmu

Pertanian) dan STAIS (Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta), selain

itu pemerintah juga menanggung biaya oprasional sekolah secara

menyeluruh, melalui program ini maka secara langsung atau tidak

langsung akan membantu masyarakat banyak, terutama masyarakat

miskin/yang tidak mampu.

4. Pengembangan sekolah unggulan terpadu. Dalam rangkaian

percepatan peningkatan mutu pendidikan, Kutai Timur juga telah

membangun sekolah unggulan terpadu, yang merupakan sekolah

terintegrasi mulai dari TK, SD, SMP, SMA yang berada dalam satu

kawasan pendidikan dengan satu fasilitas yang memiliki standar

nasional.

5. Peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan.

Upaya peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik dan

kependidikan pemerintah kabupaten Kutai Timur telah memberikan

insentif guru diluar dari gaji, dengan besaran minimal Rp.

1.100.000,- hingga Rp. 2.500.000,- yang diberikan sesuai wilayah

kerjanya.

201
B. Paparan Hasil Penelitian

Paparan temuan hasil penelitian tentang program pembinaan mutu

guru Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur dapat digambarkan

sebagai berikut:

Program yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten

Kutai Timur untuk pembinaan mutu guru diantaranya adalah Pendidikan

dan Latihan. Diklat yang dilaksanakan adalah diklat Kurikulum 2013. Diklat

ini dilakukan secara berjenjang dari tingkat Sekolah Dasar, SMP dan

SMA/SMK sebelum adanya kebijakan SMA/SMK pengelolaannya diambil

alih oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur.

Upaya lain yang dilakukan adalah dengan mengedakan kegiatan

kolektif guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk sekolah dasar,

musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) untuk tingkat SMP dan

SMA/SMK serta dengan memberdayakan Musyawarah Kerja Kepala

Sekolah (MKKS). Dalam kegiatan KKG dan MGMP biasanya guru

membahas tentang, RPP, silabus, prota, promes, bedah soal, pembuatan

kisi-kisi soal serta sering informasi tentang pembelajaran di sekolah

masing-masing. Kegiatan KKG maupun MGMP ini sejatinya dapat

meningkatkan mutu guru kalau dilaksanakan dengan baik dan sungguh-

sunggu tidak hanya sekedar formalitas saja. Kegiatan KKG adan MGMP

tergantung dari komitmen masing-masing guru yang ada dalam kemunitas

tersebut, sebeb gurulah yang akan menjadi ujung tombak penentu

keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang mereka laksanakan. Dari

202
pengamatan peneliti dilapangan pelaksanaan KKG dan MGMP di Kutai

Timur sudah berjalan dengan baik sesuai dengan harapan pengambilan

Kebijakan dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur.

Bentuk kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur untuk pembinaan mutu guru adalah terus

melaksanakan sertifikasi guru untuk semua jenjang pendidikan mulai dari

dasar dan menengah. Untuk tahun 2018 pelaksanaan sertifikasi dengan

menggunakan pola Pendidikan Profesi Guru (PPG) dengan ketentuan dan

syarat yang berlaku. Sedangkan untuk tahun-tahun sebelumnya dengan

menggunakan portofolio dan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

(PLPG). Program lainnya adalah dengan melaksanakan studi banding ke

luar daerah tepatnya ke sekolah-sekolah yang sudah maju di daerah

Pulau Jawa. Program studi banding pernah dilaksanakan oleh sekolah

sekolah yang memiliki dana cukup berdasarkan informasi dari beberapa

guru dan kepala sekolah yang peneliti wawancarai. Program studi banding

bertujuan untuk melihat kelebihan, keunggulan dan keunikan sekolah

yang menjadi tujuan studi banding tersebut dengan harapan ada hal yang

bisa diimbaskan di sekolah setelah pelaksaan studi banding tersebut

selesai. Studi banding juga dapat meningkat mutu guru dengan catatan

program studi banding tersebut didesain dengan baik. Hal ini juga

dikuatkan berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi bidang ketenagaan

Dikdas sebagai berikut:

Peningkatan mutu guru yakni mengacu kepada aturan yang ada


maka adanya pengembangan diri antara lain meliputi diklat fungsional,

203
kegiatan kolektif guru melalui KKG, seminar mapun melalui MGMP dan
MKKS. Kemudian untuk program sertifikasi guru itu melalui PPG dimana
di situ di lakukan dengan persyaratan guru telah minimal memiliki massa
kerja 5 tahun dan telah lulus pada pretesnya. Untuk pengembangan tadi
itu ada namanya program pokok, program inti dan program penunjang.
Program inti itu meliputi program rutin dan pengembangan. Kalau program
pokok itu masalah-masalah kebijakan yang terkait dengan pemerintah
pusat misalkan permendikbud tentang pasal atau tentang guru, tentang
PP 78 sudah dirubah menjadi yang terbaru yaitu No. 19 Tahun 2017.
kemudian kalau program inti meliputi tadi program rutin, nah program rutin
itu untuk guru melalui jalur KKG contohnya melalui kegiatan membuat
penyusunan silabus. Silabus sekarang ini sudah nasional dari kemindikbut
maka membuat prota, promes dan .RPP, kemudian mungkin merevisi
yang setiap tahunnya. Pembelajaran inovatif yakni dengan menampilkan
mungkin salah satu contohnya itu adalah memanfaatkan lingkungan,
pembelajaran berbasis lingkungan. Kemudian penerapan media
pembelajaran, media pembelajaran tergantung pada sekolah masing-
masing, kemudian dengan penyusunan bahan ajar. Untuk program yang
kedua yakni program inti yang kedua namanya program pengembangan,
program pengembangan itu kurang lebihnya untuk mengembangan
profesi guru yang mana meliputi aspek pedagogiknya, aspek
profesionalan, aspek social dan aspek kepribadian, nah di situ mungkin
guru mengajak kita kemana untuk pengembangannya, oh kita inginnya
workshop, kita ingin in-hause trining, kita ingin mengadakan apa itu
seminar itu terserah judulnya mungkin tentang tadi peningkatan bahan
ajar, mungkin tentang pemanfaatan lingkungan, peningkatan media
pembelajaran. Untuk program penunjang di situ boleh studi banding atau
mungkin guru kurang mohon maaf misalnya Bahasa Inggris nah di situ
mungkin ada pelatihan Bahasa Inggris atau mungkin guru masih gaptek
dalam pemanfaatan teknologinya. (CTL/WW/YAM/05/02/2018)

Program pembinaan mutu guru pada Dinas Pendidikan Kabupaten

Kutai Timur sudah berjalan dengan baik hal sebagaimana di sampaikan

oleh bapak Sudirman Latif selaku Kabid Peningkatan Mutu Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (PMPTK) sebagai berikut:

Program pembinaan mutu guru di Kutai Timur sudah berjalan


dengan baik. Upaya untuk pembinaan mutu guru terus kami laksanakan.
Ini yang sementara kami lakukan kebetulan baru kemarin bertemu dengan
direktorat GTK untuk pelaksanaan pendidikan karakter rencananya
pelaksanaannya bulan depan ditentukan di mana lokasi pelaksanaannya,
rencana ada tiga lokasi itu SD 001 kemudian SMPN 1 Bengalon dan
SMPN 1 Muara Ancalong rencana lokasi pelatihannya. Kementerian yang

204
menentukan kira-kira lokasi mana yang layak yang dijadikan lokasi untuk
pelatihan. Program sertifikasi masih jalan dengan model PPG dengan
lama pendidikan satu tahun. Program studi banding pernah dilaksanakan
pada tahun-tahun sebelumnya ke Solo dan Kota-Kota lainnya yang ada di
pulau Jawa. Program supervisi oleh pengawas sudah berjalan dengan
baik ini berdasarkan hasil laporan dari koordinator lapangan pengawas.
(CTL/WW/DIR/05/02/2018)

Hasil wawancara dengan bapak Sudirman Latif selaku Kepala

Bidang Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPT)

mengungkapkan beberapa program pembinaan mutu guru yang dilakukan

oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur adalah diklat untuk guru

berupa diklat Kurikulum 2013 dan yang terbaru menurut narasumber

adalah diklat Pendidikan Karakter yang direncanakan dilaksanakan pada

bulan Maret 2018. Diklat Pendidikan Karekter ini rencana akan

dilaksanakan di tiga sekolah yakni SDN 001 Sangatta Utara, SMPN 1

Bengalon dan SMP1 Muara Ancalong. Tiga sekolah ini yang diusulkan

oleh Dinas Pendidikan untuk dijadikan lokasi Diklat Pendidikan Karakter

dan untuk penentuan lokasinya diserahkan ke pusat dengan

mempertimbangkan kelengkapan fasilitas masing-masing sekolah

tersebut. Diklat Pendidikan Karakter ini pembiayaannya sepenuhnya di

bebankan kepada anggaran Dinas Pendidikan Kutai Timur demikian

menurut narasumber. Masih menurut narasumber Kutai Timur ini

sebelumnya telah di jadikan sebagai Kabupaten Pelopor Pelaksanaan

Kurikulum 2013 secara menyeluruh dan mandiri dari jenjang SD, SMP dan

SMA/SMK tepat pada tahun 2014 silam.

205
Program selanjutnya yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur untuk pembinaan mutu guru adalah program

sertifikasi guru. Menurut narasumber model sertifikasi di tahun 2018 ini

adalah dengan pola PPG yang setara dengan 46 SKS dengan target satu

tahun ajaran. Karena guru dianggap sudah mengabdi di sekolah sehingga

beban 46 SKS tersebut tersisa 24 SKS dengan rincian 12 SKS tersebut

sudah terpenuhi di sekolah dengan melaksanakan kewajibannya

mengajar dan sisa 12 SKS yang akan masuk di program PPG. Masih

menurut narasumber ada sekitar 70 ribu orang yang akan mengikuti

program PPG tetapi yang bisa ditanggung atau dibiayai pada tahun ini

hanya 20 ribu orang guru. Sisanya akan mengikuti program PPG pada

tahun-tahun berikutnya. PPG ini direncanakan dilaksanakan selama 4

bulan.

Program lain menurut narasumber adalah studi banding. Program

studi banding ini pernah dilaksanakan tahun-tahun sebelumnya,

mengingat tahun sebelumnya anggaran masih memungkin sekolah untuk

melaksanakan studi banding tersebut apalagi masih konsistennya

anggaran pendidikan sebesar 20 persen tersebut. Kegiatan studi banding

ini dilaksanakan ke sekolah-sekolah unggulan atau favorit yang berada di

pulau Jawa salah satunya adalah Kota Solo. Sementara di tahun 2017

dan 2018 ini program studi banding tidak dapat dilaksanakan karena

divisit anggaran yang melanda daerah sehingga berimbas juga kepada

Dinas pendidikan Kabupaten Kutai Timur.

206
Kemudian ada program supervisi atau pengawasan yang dilakukan

oleh Dinas Pendidikan, pengawas dan kepala sekolah. Pengawasan atau

supervisi menjadi salah satu upaya untuk pembinaan mutu guru di Kutai

Timur. Menurut narasumber para pengawas yang ada di Lingkungan

Dinas Pendidikan sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, hal ini

dibuktikan dengan adanya laporan dan koordinasi antara antara

pengawas dan pihak PMPTK. Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dengan beberapa orang guru dan kepala sekolah didapat informasi bahwa

pengawas sekolah memang sering melakukan pengawasan atau supervisi

kepada guru-guru yang menjadi binaan mereka. Supervisi ini minimal

dilaksanakan satu kali dalam satu semester. Kepala sekolah sebagai

ujung tombak pembinaan mutu guru di sekolah juga telah melaksanakan

pengawasan dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku. Di samping

melakukan supervisi administrasi pengawas dan kepala sekolah juga

melakukan supervisi kelas yakni menyaksikan dan menilai bagaimana

guru mengajar di kelas mulai dari pembukaan sampai dengan penutup.

Untuk lebih jelasnya mengenai program pembinaan mutu guru

Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur dapat digambarkan sebagai

berikut:

207
1. Program Penyetaraan pendidikan Yang dilakukan Dinas

Pendidikan Kabupaten kutai Timur.

Dinas Pendidikan Kutai Timur melaksanakan penyetaraan

pendidikan bagi guru yang masih belum sarjana khusus guru TK dan SD.

Program penyetaraan ini penting untuk dilakukan sebagai salah satu

upaya untuk meningkatkan kualitas guru dalam mengajar. Ketika guru

memiliki kualifikasi akademik minimal S1 tentu akan membantu guru

dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik karena mereka

sudah diajarkan bagaimana cara mengajar yang baik pada saat kuliah.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan guru yang ada di Kutai Timur

sudah Sarjana semua bahkan ada beberapa guru yang mengajar di SMP

dan SMA/SMK bergelar magister (S2). Hasil pengamatan ini didukung

dengan hasil wawancara peneliti tentang kepapala UPT Dinas Pendidikan

Kecamatan Sangatta Utara sebagai berikut:

Alhamdulillah untuk Kutai Timur persyaratan minimal S1 sudah


semua kita memberikan beasiswa S1 dan S2 namun untuk tahun ini kita
terkendala karena deficit anggaran, namun tidak menutup kemungkinan
untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas daripada guru dari Dinas
Pendidikan difisit anggaran dan usulan kami melalui KPC sebagai salah
satu stake holder dari Dinas Pendidikan dan Alhamdulillah tahun ini ya
kelas kutim yang mengambil S2 dari guru-guru sebanyak lebih dari 30
orang yang sudah lulus dan mudah-mudahan itu berlanjut dan harapan
kami semua guru diharapkan meningkatkan kemampuannya yang mana
implikasinya kepada dunia pendidikan. Untuk penyetaraan setiap jenjang
itu berbeda yang paling banyak itu kemarin jenang sekolah dasar itu
hampir 60 persen untuk memenuhi tingkat S1 sehingga pertama kemarin
sangat besar sekali, jadi Alhamdulillah sekarang sudah S1 semua.
Lembaga pendidikan yang diajak kerjasama di antaranya UT, Unmul kalau
jurusan yang di Unmul tidak ada sampai ke Makassar kemarin, jurusan
seni ke Jogjakarta sehingga apa yang diinginkan pemerintah semuanya
minimal S1 dan jangkauan ke depannya supaya sekolah yang ada di Kutai

208
Timur itu harapannya akreditasinya mencapai great A semuanya.
(CTL/WW/YAT/16/10/2017)

Hasil wawancara peneliti dengan bapak Suyatno diperoleh

informasi tentang program penyetaraan pendidikan yang dilakukan oleh

Dinas pendidikan Kabupaten Kutai Timur bahwa guru-guru yang masih

belum sarjana diberikan beasiswa penuh untuk melanjutkan studi ke

jenjang pendidikan Sarjana (S1). Kebijakan beasiswa ini diberikan kepada

guru-guru TK/PAUD, SD dan SMP yang belum memiliki ijazah S1 dan

bagi guru yang sudah memiliki ijazah S1 tetapi tidak sesuai dengan

matapelajaran yang diajarkan atau tidak linier. Perguruan Tinggi yang

diajak kerjasama adalah Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Kalimantan

Timur yakni Universitas Mulawarman Samarinda dan Unipersitas Terbuka

(UT). Dinas Pendidikan juga melakukan kerjasama dengan Perguruan

Tinggi yang ada di Makassar dan Jogjakarta. Menurut narasumber jumlah

prosentasi guru yang sudah S1 adalah sebanyak kurang lebih 60 persen.

Masih menurut informasi narasumber Dinas Pendidikan juga

memberikan bantuan beasiswa S2 bagi guru yang ada di Kutai Timur

bekerjasama dengan PT KPC dan telah menyelesaikan studinya pada

tahun ini (2017) untuk kelas Kutai Timur sebanyak 30 orang. Program

penyetaraan yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kutai Timur

menurut narasumber terus dilakukan evalusi karena begitu besar

anggarannya yang di keluarkan untuk program tersebut. Evaluasi ini

penting dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan program yang

telah dilaksanakan.

209
Hasil wawancara lainnya dengan bapak Sriyamto juga

membenarkan bahwa guru Dinas Pendidikan melakukan program

pembinaan mutu guru melalui program penyetaraan pendidikan bagi guru

yang belum sarjana sebagai berikut:

Guru-guru sudah penyetaraan dan kemudian kalau sudah S1 tidak


sesuai dengan pendidikan sekolah dasar maka harus alih jenjang melalaui
program 3 semester. Untuk penyetaraan karena sudah dianjurkan oleh
bapak Presiden itu bahwa untuk mengajar sesuai dengan undang-undang
atau permen untuk TK sampai dengan SMA/SMK itu minimal harus S1
sesuai dengan bidang studinya. Kalau untuk SD itu guru kelas harus
pendidikan Sekolah Dasar, kemudian kalau untuk mata pelajaran berarti
mata pelajaran Agama, PJOK. Untuk penyetaraan S1 di sini adalah
Universitas Mulawarman. Kalau untuk S2 itu kerjasama dengan Unesa
Surabaya dan pembiyaannya murni APBD. Biaya ditanggung semua.
Hanya haknya sebagai pegawai negeri di kurangi contohnya kalau sudah
sertifikasi tidak memperoleh tunjangan sertifikasi selama tugas belajar.
(CTL/WW/YAM/05/02/2018)

Dari hasil wawancara dengan narasumber di dapat informasi

tentang program penyetaraan telah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan

Kutai Timur. Bagi guru-guru yang belum S1 dianjurkan untuk mengikuti

program penyetaraan ke jenjang S1 atau guru yang sudah S1 tetapi

belum linier dengan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Seleksi

bagi guru yang akan mengikuti program penyetaraan dilakukan langsung

oleh Perguruan Tinggi yang bersangkutan yakni Universitas Mulawarman

dan Universitas Terbuka. Untuk program penyetaraan di Universitas

Mulawarman dan Universitas Terbuka dengan pola ijin belajar yakni

perkulihan dilaksanakan pada hari Jum’at dan Sabtu setiap minggu. Bagi

guru yang nantinya lulus seleksi masih wajib melaksanakan tugas mereka

mengajar di sekolah masing-masing. Bagi guru yang sudah S1 tetapi tidak

210
linier maka wajib ikut penyetaraan dengan alih jenjang program 3

semester.

Sementara itu untuk program beasiswa jenjang pendidikan S2

pernah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur

bekerjasama dengan salah satu perguruan Tinggi Negeri yang ada di

Surabaya yakni Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Beasiswa untuk

jenjang S2 ini terbuka umum bagi guru SD, SMP dan SMA/SMK saat itu

SMA/SMK masih di kelola oleh Kabupaten/ Kota. Bagi guru yang lulus

seleksi akan dikuliahkan di Unesa dengan beasiswa penuh/tugas belajar.

Pembiayaan penuh tersebut meliputi uang SPP, uang buku dan living kost

selama menjalani proses belajar di Perguruan Tinggi tersebut dan di

batasi maksimal selama 2 tahun atau 4 semester. Apabila mahasiswa

tidak selesai selama 2 tahun maka biaya selama proses penyelesaian

studi ditanggung oleh masing-masing. Peneliti juga menanyakan kepada

narasumber apakah program penyetaraan tersebut dilakukan evaluasi dan

menurut narasumber program penyetaraan yang dilakukan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur terus kami evaluasi dengan cara

menanyakan apakah guru tersebut sudah selesai apa belum baik S1

maupun program S2. Apabila guru tersebut belum selesai maka pihak

Dinas akan mengingatkan kembali kepada guru bersangkutan untuk

segera menyelesaikan studi mereka.

Untuk mengecek kembali apakah betul Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur melaksanakan program penyetaraan pendidikan

211
peneliti melakukan wawancara selanjutnya dengan bapak Sudirman Latif

selaku Kepala Bidang PMPTK Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur

sebagai berikut:

Kebijakan tentang penyetaraan pendidikan kita kerjasama dengan


Universitas Terbuka juga kerjasama dengan Universitas Mulawarman.
Ada yang menggunakan dengan pola beasiswa, ada yang mandiri. Pola
Mandiri semua ditanggung oleh peserta. Sedangkan yang pola beasiswa
kita ada kerjasama dengan Universitas Mulawarman untuk menyelesaikan
program-program S1 khususnya yang belum memiliki kualifikasi S1 sesuai
dengan kompotensi standar guru saat ini. Sampai saat ini kita masih
kerjasama tapi kendalanya di tahun ini adalah deficit anggaran tapi ini
masih terus jalan menyelesaikan yang sudah ada ada masih berjalan.
Tapi terus kita buka peluang untuk melanjutkan ke S1 bagi guru-guru
masih belum sarjana. Jenjang S2 dulu pernah dilakukan kalau tidak salah
ada 48 orang yang dikuliahkan kerjasama dengan salah satu Perguruan
Tinggi di Surabaya yakni Universitas Negeri Surabaya dan statusnya
tugas belajar. (CTL/WW/DIR/05/02/2018)

Hasil wawancara dengan narasumber menjelaskan bahwa program

penyetaraan pendidikan pernah dilakukan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur pada tahun sebelumnya. Program penyetaraan ini

berlaku bagi guru yang mengajar di TK, SD dan SMP yang belum memiliki

ijazah S1 yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Kerjasma ini dilakukan dengan Universitas Mulawarman dan Universitas

Terbuka (UT) baik dengan pola beasiswa maupun dengan pola mandiri.

Pola beasiswa adalah guru yang lulus seleksi akan diberikan biaya kuliah

berupa SPP, sementara biaya hidup dan transportasi ditanggung oleh

masing-masing guru. Bentuk pemberian beasiswa ini adalah ijin belajar

dimana guru masih wajib melaksanakan tugas di sekolah masing-masing.

Sedangkan pola mandiri Dinas hanya memfasilitasi proses rekrutmen saja

212
dan yang menyeleksi adalah Perguruan Tinggi masing-masing dan

seluruh biaya perkuliahan ditanggung oleh guru yang bersangkutan.

Program beasiswa untuk jenjang Strata dua (S2) juga pernah

dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dengan pola Tugas belajar

bekerjasama dengan salah satu Perguruan Tinggi yang ada di Surabaya

yakni Universitas Negeri Surabaya. Menurut informasi narasumber jumlah

guru yang mengikuti program kualifikasi S2 ini berjumlah 48 orang dari

jenjang SD, SMP dan SMA/SMK. Semua guru yang menempuh S2 telah

menyelesaikan studinya dan telah mendapatkan Surat Keputusan

penempatan kembali ke sekolah asal masing-masing. Ada juga kerja

sama untuk S2 dengan provinsi Kalimantan Timur yang biaya studinya

ditanggung sepenuhnya oleh Dinas pendidikan Provinsi Kalimantan Timur.

Dinas Kabupaten hanya memberikan rekomendasi kelayakan guru

tersebut untuk mengikuti program perkuliahan S2. Masih menurut

narasumber sudah ada satu orang yang sudah selesai serta melapor

kepada Dinas Pendidikan dan kita telah membuatkan Surat penempatan

kembali.

Selanjutnya peneliti melakukan Wawancara dengan ibu Sriwati

selaku Kasi Sertifikasi dan Kualifikasi untuk mengkroscek kebenaran data

yang peneliti peroleh dari narasumber sebelumnya sebagai berikut:

Dari teman-teman guru SD yang dari lulusan SMA kan harus ke S1


pak. Supaya mereka bisa meningkatkan kompetensi, kok SD diajar
dengan anak-anak yang lulusan SMA kan bagaimana kualitas anak
didiknya nanti. Untuk jenjang PGSD itu sekitar 722 orang, sedangkan
untuk jenjang PGTK itu140 orang. Proses perkuliahannya weekand di hari
sabtu dan minggu. Dosen Unmul ke datang ke Sangatta kalau dari UT

213
dosennya dari sini guru-guru yang sudah S2. Dari semua program
penyetaraan tersebut yang sudah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
sekitar 72 persen keberhasilannya memuaskan, dari nilai tidak ada
masalah yang bermasalah itu biasanya yang penyetaraan guru-guru yang
sudah lama mengajar tapi belum atau tidak linier ijazahnya nah itu tadinya
guru mata pelajaran ke SD kan harus PGSD itu biasanya yang terkendala
di situ. Jadi sekitar 72 persen itu sudah bagus. Artinya program ini bisa
dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya. (CTL/WW/WATI/05/02/2018)

Dari hasil wawancara peneliti didapat informasi bahwa pelaksanaan

program Penyetaraan Pendidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Timur telah berjalan pada tahun-tahun sebelumnya. Program ini menurut

ibu Sriwati adalah program lanjutan Dinas Pendidikan pada tahun

sebelumnya. Karena pada tahun-tahun sebelumnya anggaran untuk Dinas

Pendidikan Kutai Timur masih memungkinkan untuk melakukan program

penyetaraan tersebut, sedang mulai tahun 2017 praktis program

penyetaraan tersebut belum bisa dilanjutkan untuk merekrut peserta baru

dikarenakan adanya divisit anggaran yang melanda hampir di semua

daerah Kabupaten/Kota. Masih menurut narasumber kerjasama untuk

program penyetaraan dilakukan dengan dua Perguruan Tinggi yakni

Universitas Mulawarman dan Universitas Terbuka dengan pola beasiswa

ijin belajar.

Pertimbangan dilakukannya kerjasama dengan kedua Perguruan

Tinggi tersebut karena Universitas Mulawarman dan Universitas Terbuka

berada di Samarinda Kalimantan Timur dan jarak dari Sangatta ke

Samarinda tidak terlalu jauh. Dalam prakteknya di lapangan untuk proses

perkuliahan dilaksanakan di Kota Sangatta dengan mendatangkan dosen-

dosen dari Universitas Mulawarman dan untuk ujian semester tetap

214
dilaksanakan di Unmul Samarinda. Untuk kerjasama dengan Universitas

Terbuka (UT) perkuliahan dilaksanakan di Kota Sangatta dan yang

menjadi dosen adalah guru-guru yang S2 yang ada di Sangatta. Untuk

ujian semester juga dilaksanakan di Sangatta dengan melibatkan Dinas

Pendidikan dan dosen dari unsur guru sebagai pengawasnya.

Berdasarkan hasil evalusi dari Dinas Pendidikan keberhasilan program ini

memuaskan dengan indikasi nilai-nilai tidak ada yang bermasalah

menurut informasi dari narasumber.

Dari paparan hasil penelitian tersebut di atas dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut: Pertama, program penyetaraan pendidikan

untuk jenjang S1 sudah berjalan dengan baik dengan skema pembiayaan

pendidik ijin belajar bagi guru yang ingin melanjutkan ke jenjang S1.

Dalam pelaksanaan penyetaraan pendidikan yang dilaksanakan perlu

mempertimbangkan efetiktivitas pelaksanaan program dimaksud. Selama

sistem tatap muka yang hanya berlangsung sekali dalam satu minggu

sedikit banyak akan mempengaruhi kualitas lulusan dari program

penyetaraan tersebut. Dinas Pendidikan perlu melakukan evaluasi yang

menyeluruh terkait dengan program penyetaraan yang selama ini

dilaksanakan mulai dari sistem rekrutmen calon mahasiswa, sistem

perkuliahan dan kualitas tenaga pengajarnya. Hal ini penting dilakukan

mengingat selama ini masih banyak keluhan yang dirasakan oleh orang

tua siswa bagaimana kualitas guru terutama guru SD dalam mengajar.

215
Kedua, program kualifikasi untuk S2 dan S3 belum berjalan dengan

maksimal. Program kualifikasi S2 dan S3 perlu laksanakan kembali oleh

Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur karena masih banyak guru yang

mengajar di SMP dan SMA/SMK yang kualifikasi S1. Seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut para guru untuk

terus menngembangan kemampuan dan kualifikasi akademiknya.

Mengingat Kabupaten Kutai Timur termasuk salah satu kabupaten

penghasil devisa terbesar maka alokasi untuk peningkatan kualifikasi

akademik guru memungkinkan dilaksanakan terrgantung dari komitmen

para pengambil kebijakan yang ada di Kutai Timur.

Ketiga, dalam upaya mewujudkan program kualifikasi pendidikan

baik S1, S2 dan S3 Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur perlu

melakukan trobosan yang brilian terkait dengan skema pembiayaan

program kualifkasi pendidikan tersebut. Kerjasama perlu dibangun dengan

berbagai pihak di antaranya sektor swasta yang ada di Kutai Timur. Di

Kutai Timur banyak perusahan beroperasi baik sektor tambang,

perkebunan dan pertanian. Perusahan skala nasional juga ada di Kutai

Timur seprti PT KPC, PT Phama, PT Thiess dan perusahan lainnya. Dinas

Pendidikan perlu mengetuk pintu hati perusahan tersebut untuk dapat

bersama-sama meningkan kualitas guru yang ada di Kutai Timur dengan

cara memberikan beasiswa tugas belajar kepada guru yang prestasi.

Kerjasama juga bisa dilakukan dengan Dinas Pendidikan Provinsi

Kalimantan Timur dan Kemeneterian Pendidikan dan Kementerian Agama

216
untuk peningkatan kualitas guru Agama yang ada di Kutai Timur. Jika

kerjasama dengan istansi tersebut bisa dilaksanakan maka peluang guru

untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi terbuka lebar dan

pada akhirnya pemerataan pendidikan untuk guru di Kutai Timur bisa

terwujud.

2. Program Pelatihan Yang Sudah Dilaksanakan Oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur.

Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur telah melaksanakan

beberapa kali pelatihan diantaranya adalah pelatihan tentang Kurikulum

2013. Pelatihan Kurikulum 2013 ini gencar dilakukan oleh Dinas

Pendidikan mengingat pada tahun 2014 Kutai Timur ditetapkan oleh

Kemendiknas sebagai satu Kabupaten yang menerapkan Kurikulum 2013

secara menyuruh di semua jenjang pendidikan mulai dari jenjang SD,

SMP dan SMA/SMK. Imbas dari kebijakan ini tentunya Dinas Pendidikan

harus menyiapkan guru yang mampu menjalankan Kurikulum 2013

dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan

Kurikulum tersebut. Pelatihan-pelatihan tersebut dilaksanakan secara

mandiri oleh Dinas pendidikan. Sasaran dari dari diklat Kurikulum 2013

adalah semua guru yang ada di Kutai Timur mulai dari guru SD, SMP,

SMA dan SMK. Pelatihan ini dilaksanakan secara bertahap dan

berjenjang sesuai dengan kemampuan dana setiap tahunnya.

217
Diklat yang lainnya dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten

Kutai Timur adalah berupa workshop adiwiyata dan workshop sekolah

sehat serta workshop pendampingan Kurikulum 2013. Adapun yang

menjadi narasumber dalam kegiatan diklat dan workshop tersebut adalah

berkerjasama dengan LPMP Kalimantan Timur, Universitas Mulawarman,

Universitas Negeri Surabaya, P4TK Bandung dan P4TK Malang. Semua

narasumber yang didatangkan adalah orang yang memiliki kompetensi

yang mumpuni di bidangnya masing-masing. Pelatihan yang sudah di

laksanakan terus di evaluasi dengan cara meninjau ke sekolah-sekolah.

Monitoring ini di lakukan bekerjasama dengan kasi dan pengawas pada

setiap jenjangnya. Adapun yang tinjau atau monitoring di lapangan adalah

terkait dengan penerapan Kurikulum 2013 tersebut sudah berjalan sesuai

dengan rencana atau tidak. Kemudian juga melihat perangkat

pembelajaran guru tersebut, penilaian sudah sesuai dengan pedoman apa

tidak, ujian tengah semester dan ujian semester dilaksanakan apa tidak

sampai dengan kalender pendidikannya semua kita monitoring. Mengenai

pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Timur dikuatkan oleh informasi dari bapak Sriyamto sebagai berikut:

Kalau yang sudah-sudah banyak sekali contohnya yakni diklat


kurikulum 2013, kemudian diklat karya tulis ilmiah, kemudian workhop
untuk adiwiyata, workshop sekolah sehat. Untuk narasumber karena
bekerjasama dengan LPMP Kalimantan Timur maka narasumber dari
Unmul, kemudian dari Unesa dan instansi yang lain contohnya untuk
P4TK Bandung, P4TK Malang yang jadi narasumber. Peserta pelatihan
adalah guru dari TK, SD, SMP karena waktu itu kan masih gabung
SMA/SMK. Semua guru yang ada di Kutai Timur dari pendidikan Dasar
dan menengah. Evaluasi kalau menurut saya berarti peninjauan ke
sekolah atau monitoring. Yang dimonitoring adalah penerapan kurikulum

218
tersebut, kemudian perangkat pembelajaran, kemudian penilaiannya
apakah melaksanakan sesuai dengan pedoman penilian yang sudah
diperoleh dalam pelatihan misalnya K-13 ada UTS, ujian semester sampai
ke kalender pendidikan semuanya dinilai. Jadi pada prinsip Dinas
Pendidikan Kabupaten Kutai Timur melakukan monitoring sebagai bentuk
evaluasi di sekolah melalui kasi dan pengawas.
(CTL/WW/YAM/05/02/2018)

Untuk mengecek benaran apakah Dinas Pendidikan Kabupaten

Kutai Timur pernah melakukan pelatihan peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa guru yang ada di Kutai Timur dan mereka mengatakan

pernah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur. Bahkan guru lebih dari satu kali mengikuti

pelatihan tersebut ada yang pelatihan Kurikulum K-13 ada juga pelatihan

yang sifatnya pengembangan kemampuan guru dalam mengajar.

Sebagaimana disampaikan oleh salah satu guru SMK sebagai berikut:

Pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas


Pendidikan Kabupaten Kutai Timur yakni Ke Sawangan pada tahun 2016
bekerjasama dengan PMPTK Bandung. Respon mengikuti pelatihan kalau
untuk peningkatan mutu tentunya senang karena di sisi lain ketika
pelatihan itu diadakan jauh dari tempat tinggal dan keluarga mestinya ada
kekhawatiran meninggalkan keluarga. Suasana pelatihannya enak karena
daerahnya sepertinya sudah dibangun lama kemudian juga
penghijauannya baik, penginapannya juga baik, dan untuk makannya juga
pagi, siang dan malam. Kalau instrukturnya karena ada yang berasal dari
praktisi juga artiya beliau-beliau pernah bekerja di perusahaan jadi bisa
mengkombain antara akademis dan pengalaman-pengalaman ketika
bekerja di swasta. Responnya peserta baik ditunjukkan dari antusiasme
temen-temen ketika mengikuti pelatihan. Ada relevansi pelatihan dengan
kualifikasi akademik karena apa yang diberiikan di pelatihan sesuai
dengan apa yang kita minta sebelum berangkat itu, jadi kita ajukan ke
Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur materi-materi apa saja yang kita
kewalahan nah dari sana merespon dengan memberikan pemateri-
pemateri yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Kalau dari sikap
dan perilaku tentunya setelah pelatihan biasanya kita cenderung lebih
bersemangat, kemudian juga terjalin silaturrahmi dengan sekolah lain
yang kemarin juga ikut sebagai peserta kebetulan dari Kabupaten Kutai

219
Timur ada dari sangatta utara kemudian ada dari Sangkulirang, kaliorang
dan Muara Bengakal. (CTL/WW/HAJ/23/08/2017)

Dari hasil wawancara dengan narasumber bahwa yang

bersangkutan pernah ikut pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur tepat di Sawangan Kota Depok Jawa

Barat pada tahun 2016 yang lalu. Pelatihan ini dilaksanakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur bekerjasama dengan P4TK Bandung

untuk mata pelajaran Akuntansi. Menurut narasumber dia sangat senang

ketika tahu bahwa dia termasuk salah satu bagian dari peserta yang akan

berangkat ke pelatihan tersebut. Senangnya karena dapat menambah

wawasan dan ilmu tentang bidang studi yang diajarkan. Tapi ada rasa

sedihnya juga karena harus meninggalkan keluarga selama beberap hari

lamanya.

Untuk suasana pelatihannya menurut Ibu Hajjah enak dan

menyenangkan apalagi tempat pelatihannya sejuk, hijau dan asri jauh dari

kebisingan kota. Ditambah lagi instrukturnya yang berasal dari praktisi

daan perusahan sehingga mampu mengkombinasikan bidang akademik

dan pengelaman pada saat bekerja di perusahan. Dengan adanya

instruktur yang berkompeten akan menambah suasana pelatihan semakin

menarik dan menyenangkan sehingga para peserta termotivasi untuk aktif

dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan pada saat pelatihan tersebut.

Respon peserta pelatihan pun sangat baik hal ini ditunjukkan dari sikap

para peserta yang antusias mengikuti pelatihan, mereka aktif bertanya

220
kepada instruktur dan merespon pertanyaan yang dilontarkan oleh

instruktur dan peserta lainnya.

Ketika peneliti bertanya kepada narasumber ada tidak

hubungannya pelatihan yang diikuti dengan mata pelajaran yang diajarkan

ibu Hajjah menjawab ada hubungannya karena pelatihan ini adalah

pelatihan untuk guru produktif yang tergabung dalam jurusan Akuntansi,

sementara saya mengajar akuntasi ya pasti ada hubungannya dengan

mata pelajaran yang saya ajarkan di sekolah. Hasil pelatihan yang didapat

banyak sekali di antaranya bagaimana cara membuat silabus yang benar,

dibimbing cara membuat RPP yang baik yang sesuai dengan aturan

kurikulum, ada juga di sampaikan materi pajak dan aturan pajak yang

terbaru yang kesemuanya itu nantinya dapat diaplikasikan di tempat

bekerja masing-masing.

Menurut narasumber ada perubahan perilaku yang didapat

sebelum dan sesudah pelatihan yakni semakin semangat dalam bekerja,

bergairah, terus terjalinnya silaturrohmi dengan sekolah lain mengingat

pada saat pelatihan ada peserta dari daerah lain dari Sangkulirang,

Kaliorang dan Muara Bengkal. Dengan berkumpulnya guru-guru dari

sekolah lain akan semakin mengeratkan silaturrohim di antara guru

khususnya guru produktif Akuntansi yang ada di wilayah Kutai Timur.

Untuk evaluasi kegiatan pelatihan, Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Timur mewajibkan kepada semua peserta pelatihan untuk membuat

laporan individu yang diserahkan ke sekolah dan ke Dinas Pendidikan.

221
Untuk lebih meyakinkan peneliti apakah guru SMK yang lain pernah

mengikuti pelatihan peneliti melakukan wawancara dengan dengan Bapak

Alimun guru SMK Negeri 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah mengikuti pelatihan implementasi kurikulum 2013 tahun


2014 dan tahun 2015. Pernah saya ikut pelatihan MGMP bidang studi
Matematika di Kutai Timur dilaksanakan di hotel viktori pada tahun 2016.
Respon pada saat pelatihan itu sebenarnya sangat senang sekali dan
termotivasi untuk melaksanakan apa yang kita dapat dari pelatihan
tersebut. Suasananya pelatihan itu menyenangkan tapi kadang ada juga
yang suasananya tegang. Pelatihan yang diikuti ada relevansinya dengan
kualifikasi akademik yang di miliki karena dipelatihan diajari bagaimana
membuat RPP kemudian bagaimana cara menurunkan indicator dari
kompetensi dasar yang ada. Dari situ kita kemudian diarahkan untuk
bagaimana cara menyampaikan kepada siswa, setelah itu bagaimana kita
menyusun soal dan instrument untuk mengukur kompetensi siswa
berdasarkan indicator yang kita buat itu tadi dan yang ketiga bagaimana
kita bisa menguasai materi secara keseluruhan supaya waktu kita belajar
mengajar dengan mantap. Setelah melakukan pelatihan itu, memang ada
perubahan dalam arti kita lebih tahu bagaimana merencanakan
pembelajaran serta menyusun rencana pembelajaran sampai kepada
evaluasi, itu saya lihat sendiri terhadap teman yang melakukan yang
sama-sama mengikuti pelatihan tersebut. Setelah pelatatihan selesai
untuk evaluasi masih dilapangan itu kurang, memang pada saat pelatihan
ada evaluasi tetapi sesudah pelatihan itu tidak ada evaluasi yang
berkelanjutan dan ini yang masih kurang dan perlu ditingkatkan.
(CTL/WW/ALI/23/08/2017)

Wawancara dengan pak Alimun didapat informasi bahwa yang

bersangkutan pernah pengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur selama beliau menjadi guru. Pelatihan

tersebut diantaranya adalah pealatihan Kurikulum 2013. Sejak Kutai Timur

ditetapkan sebagai Daerah yang menerapkan Kurikulum 2013 secara

menyeluruh dari jenjang SD, SMP, SMA dan SMK maka tentunya Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur harus melaksanakan Pelatihan

Kurikulum 2013 secara mandiri dan bertahap. Menurut informan pada saat

222
tahu bahwa yang bersangkutan menjadi salah satu peserta dalam

pelatihan perasaannya senang karena diberi kesempatan untuk mengikuti

pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten Kutai Timur.

Adapun suasana pelatihan menurut narasumber menyenangkan

karena pelatihan didesain dengan baik apalagi ditambah dengan pemateri

yamg cukup bagus. Pemateri dalam menyampaikan materinya sudah

cukup bagus dan diselingi dengan permainan-permainan yang dapat

menumbuhkan gairah peserta dalam mengikuti pelatihan tersebut.

Pelatihan yang diikutipun ada relevansi dengan mata pelajaran yang

diajarkan di sekolah kebetulan narasumber mengajar bidang Studi

Matematika. Dalam pelatihan peserta di ajarkan bagaimana cara

membuta Rencana Pokok Pembelajaran (RPP) kemudian bagaimana cara

menurunkan indicator ke dalam RPP, diajarkan cara menyusun soal dan

instrument untuk mengukur kompetensi siswa sesuai dengan

perencanaan awal pemebelajaran dan peserta juga diajarkan bagaimana

kita menguasai materi yang akan kita ajarkan kepada siswa. Penguasaan

materi ini penting bagi guru karena materi menjadi modal penting dalam

interaksi pembelajaran. Ketika guru tidak mampu menguasai materi

pelajaran dihawatirkan guru akan mengalami kesulitan dalam

melaksanakan interaksi pembelajaran di kelas.

Sedang hasil yang diperoleh oleh pesarta dalam pelatihan tersebut

diantaranya dapat menyusun RPP, analisis KI-KD dan lain sebagainya.

Dari pelatihan yang telah diikuti ada perubahan perilaku dari peserta

223
pelatihan, peserta lebih tahu bagaimana cara merencanakan

pembelajaran dengan baik dan benar. Perubahan perilaku itu penting kita

lakukan untuk menjadi pengajar yang lebih baik lagi pada masa yang akan

datang. Mengenai evalusi pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai menurut narasumber masih kurang. Evaluasi hanya

dilaksanakan pada saat berlangsungnya pelatihan saja sedangkan pasca

pelatihan tidak pernah dilakukan evaluasi.

Dari hasil pengematan dilapangan juga diperoleh informasi bahwa

pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan juga melibatkan guru

SMP. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan beberapa guru

tersebut mengatakan pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan

oleh Dinas Pendidikan. Pelatihan yang pernah diikuti adalah pelatihan

menjadi Narasumber Nasional untuk Kurikulum 2013. Guru senang

mengikuti pelatihan tersebut karena dapat menambah pengetahuan

tentang pembelajaran Bahasa Inggris serta pengetahuan yang terkait

dengan penerapan Kurikulum 2013. Suasana pelatihan juga baik sekali

karena didukung oleh narasumber dari P4TK Bahasa Jakarta. Semua

narasumber semuanya menarik sekali Karena mereka dari kalangan

professional sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Pelatihan-pelatihan yang pernah dilaksanakan semuanya ada

hubungannya dengan kualifikasi akademik yang dimiliki. Menurut

narasumber hubungan pelatihan tersebut dengan kualifikasi akademik

yang dimiliki karena berhubungan dengan nilai Uji Kompetensi Guru

224
(UKG). Pada saat UKG ada dua kompetensi yang diujikan yakni

kompetensi paedagogik dan kompetensi professional dan pada saat

pelatihan kedua kompetensi tersebut di dalami lebih jauh lagi. Setelah

mengikuti pelatihan berapa kali ada perubahan perilaku yang dirasakan

karena pada saat pelatihan narasumber nasional tersebut banyak belajar

dari teman-teman guru yang berasal dari Papua, Jawa Tengah, Jakarta

terkait dengan cara mengajar yang baik dalam kelas dan cara

bersosialisasi dengan siswa dan guru yang lain. Adapun hasil yang

diperoleh dari pelatihan tersebut adalah bisa menjadi nasumber nasional

bagi seluruh guru Indonesia. Bagi guru yang telah mengikuti pelatihan

narasumber Nasional wajib berbagi kepada guru-guru yang ada di

Indonesia. Ada tiga tempat yakni Jakarta untuk guru-guru yang berasal

dari lampung, Jogjakarta untuk guru yang berasal dari Jawa Tengah dan

Banjarmasin untuk guru-guru yang berasal dari Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Hal ini dikuatkan berdasarkan

hasil wawancara dengan ibu Fahri sebagai berikut:

Pernah mengikuti pelatihan dan yang paling terkhir pelatihan


narasumber nasional di Makassar tahun 2016. Pelatihan yang
diselenggarakan bagus, bisa menambah kemampuan saya dan saya
diminta berbagi karena jadi narasumber. Suasana waktu pelatihan baik
sekali, sangat menunjang pembelajaran kami ditempatkan di hotel di
Makassar selama 10 hari dan pembimbingnya atau gurunya adalah
widiaiswara dari P4TK Bahasa Jakarta dan indtrukturnya menarik, sangat
menarik kami menikmati. Setelah mengikuti pelatihan ada perubahan
perilaku yang sangat menonjol dari sisi cara mengajar saya juga belajar
dari teman-teman kebetulan karena nasional evennya dari seluruh
Indonesia ada yang dari Papua, ada dari Jawa Tengah, dari Jakarta dan
sebagainya. Saya belajar dari mereka cara mereka mengajar, cara
mereka bersosialisasi dan sebagainya. Setelah mengikuti pelatihan saya
bisa jadi narasumber Nasional karena setelah itu kami dipercaya menjadi

225
narasumber Nasional bagi guru-guru seluruh Indonesia, kebetulan
kemarin saya dapat tiga tempat di Jakarta untuk guru di Lampung berbagi
ilmu kemudian di Jogja untuk guru Jawa Tengah dan terakhir di
Kalimantan Selatan Banjarmasin untuk guru-guru wilayah Kalimantan
selatan, Timur dan Utara. (CTL/WW/FAH/25/08/2017)

Untuk mengecek kembali informasi yang peneliti peroleh pada

pengamatan dan hasil wawancara terdahulu peneliti juga pada hari yang

sama peneliti masih melakukan wawancara dengan salah satu guru

SMPN 5 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah mengikuti pelatihan beberapa kali dan persaan saya sangat


senang sekali karena saya termasuk salah satu peserta pelatihan yang
diselenggarakan oleh Dinas pendidikan dan saya merasa bangga karena
terpilih sebagai peserta pelatihan. Tidak semua guru dapat kesempatan
mengikuti pelatihan tersebut. Suasana sangat menyenangkan karena
materinya juga sangat menarik dan instrukturnya juga sangat bagus atau
professional sekali sehingga para peserta tidak mengalami kejenuhan dan
kebosanan. Pelatihannya juga diisi dengan berbagai macam permainan
yang dapat menumbuhkan gairah para peserta pelatihan. Ada
hubungannya dengan kualifikasi yang saya miliki. Dalam pelatihan kami
diajarkan bagaimana cara membuat RPP yang benar analisis KI, KD, dan
penelitian dengan baik. Pokoknya banyak deh ilmu yang saya dapat
dalam setiap pelatihan yang saya ikuti. Ada perubahan perilaku yang
dialami oleh setiap peserta pelatihan, karena memang itu yang diharapkan
dari hasil pelatihan tersebut. Setelah saya mengikuti pelatihan ada
perubahan yang saya lakukan dalam kegiatan mengajar, permainan
edukativ yang saya dapatkan pada saat pelatihan coba saya praktekkan
kepada anak didik saya dan Alhamdulillah mereka senang sekali dengan
ada ada perubahan metode yang saya lakukan. Dengan guru yang lain
saya juga mulai menyesuaikan bahasa dalam berkomunikasi dengan
mereka. (CTL/WW/MUS/25/08/2017)

Menurut ibu Muslihati bahwa beliau pernah sebanyak lima kali ikut

pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Timur. Pelatihan-pelatihan tersebut adalah pelatihan tentang pelaksanaan

Kurikulum 2013. Pada saat ikut pelatihan perasaannya sangat senang dan

bangga karena terpilih menjadi salah satu peserta pelatihan tersebut

226
karena menurut beliau tidak semua guru punya kesempatan untuk

mengikuti setiap pelatihan. Pelatihan yang pernah diikuti suasananya

menyenangkan karena materinya sangat menarik kemudian instrukturnya

bagus dan professional di bidangnnya masing-masing. Pada saat

pelatihan juga selingi dengn permainan-permainan edukatif yang bisa

menumbuhkan semangat para peserta pelatihan untuk lebih fokus lagi

mengikuti pelatihan tersebut. Setiap permainan yang berikan biasanya

ada makna dan tujuannya masing-masing dan para peserta diminta untuk

mempraktekkannya nanti setelah kembali ke sekolah masing-masing.

Hampir semua pelatihannya yang pernah diikuti ada hubungannya

dengan dengan kualifikasi akademik yang diajarkan di sekolah. Pada saat

pelatihan diajarkan bagaimana cara membuat RRP yang baik dan benar,

juga diajarkan bagaimana cara menganalisis Kompentensi Isi (KI) dan

Kompetensi Dasar (KD) dan pada saat pelatihan juga diajarkan

bagaimana cara membuat karya Ilmiah atau penelitian tindakan kelas

(PTK) yang baik. Setelah mengikuti pelatihan beberapa kali ada

perubahan perilaku yang dialami oleh narasumber diantaranya adalah

perubahan dalam mengajar di kelas, kemudian mempraktekkan

permainan-permainan edukatif yang diperoleh pada saat pelatihan coba

dipraktekkan kembali di kelas pada saat mengajar dan ada respon positif

dari peserta didik. Perubahan perilaku lainnya adalah perubahan dalam

metode mengajar, metode yang didapat pada saat pelatihan dipraktek di

sekolah kemudian narasumber juga mengalami perubahan perilaku dalam

227
hal berkomunikasi dengan siswa dan guru yang lainnya disesuaikan

dengan bahasa yang baik dan benar.

Hasil yang didapat dari pelatihan tersebut diantaranya adalah cara

membuat RPP yang baik, Prota, Promes, kemudian bagaimana cara

melakukan evaluasi pada saat pembelajaran, bagaimana mengajar

dengan baik, membangun komunikasi yang baik dengan sesame kolega

guru yang lainnya dan bagaimana cara membangun kekuatan tiem kerja

yang solid. Pengetahuan tentang hal-hal tersebut di atas sangat

dibutuhkan oleh seorang pendidik untuk dapat melaksanakan tugasnya

sebagai seorang guru dan pendidik. Sedangkan bentuk evaluasi setiap

pelatihan yang pernah diikuti adalah kepala sekolah memerintahkan

kepada guru untuk membuat laporan sebagai bukti telah melaksanakan

Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB). Laporan ini wajib

dibuat oleh guru sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat bagi guru

yang berstatus PNS. Biasanya laporan tersebut dibuat dua rangkap

dengan ketentuan satu rangkap di serahkan ke sekolah dan satu rangkat

menjadi arsip bagi guru bersangkutan.

Selain kepada guru peneliti juga melakukan wawancara dengan

kepala sekolah untuk memperoleh informmasi apakah kepala sekolah

pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur. Hal ini peneliti lakukan untuk melihat apakah ada

perimbangan kesempatan yang diberikan kepada kepala sekolah untuk

mengikuti pelatihan. Kepala sekolah sebagai salah satu ujung tombak di

228
sekolah untuk pembinaan guru dilingkungan sekolah juga perli diberi

kesempatan untuk mengembangan kompetensi mereka melalui pelatihan.

Berikut hasil wawancara dengan kepala SMPN 1 Sangatta Utara:

Setiap tahun saya mengikuti untuk kapasitas sebagai kepala


sekolah, lalu untuk guru peningkatan kemampuan guru. Respon saya
sangat bagus kalau untuk pembinaan dan pengembangan karir seorang
guru harus di up-date setiap tahun. Kita tidak bisa menjamin suasana
pelatihan menarik atau ga menarik jadi tergantung kepada yang
bersangkutan dan fasilitatornya. Tapi rata-rata fasilitator itu memang
orang-orang yang sudah memiliki sertifikat, kemudian disamping pelatihan
dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur, kita juga mendapatkan
pelatihan-pelatihan dari Direktorat Pendidikan karena SMP 1 merupakan
sekolah rujukan. Pelatihan yang diadakan di Direktorat itu 90 persen
menyenangkan karena fasiliatornya nasional bahkan ada yang
internasional. Ada perubahan perilaku kalau 100 persen perubahan
perilaku itu saya belum yakin, tapi kalau perubahannya itu memang
menurut saya belum maksimal, karena setelah pulang dari pelatihan saya
mewajibkan guru membuat laporan, kemudian cara tindak lanjutnya dia
harus mengimbaskan kepada guru yang lainnya, tapi tidak maksimal.
Setelah pelatihan selesai dilaksanakan ada yang melakukan evaluasi dan
ada yang tidak, satu contoh program pelatihan yang menggunakan
system in dan on itu pasti ada pelaporan dan dipantau, dievaluasi sampai
pembuatan laporannya itu pasti berlangsung, terus untuk pelatihan-
pelatihan yang bukan system seperti itu, itu capaian setelah pelatihan itu
kemudian perimbasannya susah. (CTL/WW/SU/11/09/2017)

Hasil wawancara dengan bapak sugiri menunjukkan bahwa beliau

pernah beberapa kali mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur diantaranya pelatihan tentang

penguatan sebagai kepala sekolah dan pelatihan untuk peningkatan

kemampuan sebagai guru. Narasumber merasa senang dan responnya

bagus pada saat mengikuti pelatihan karena pelatihan-pelatihan yang

dilaksanakan tersebut sebagai sarana pembinaan dan pengembangan

karir sebagai kepala sekolah dan guru. Suasana pelatihan yang pernah

diikuti selama ini cukup menarik apalagi semua fasilitator yang

229
membimbing pelatihan adalah orang-orang yang professional di

bidangnya masing-masing hal ini dibuktikan dengan adanya sertifikat

sebagai narasumber baik nasional maupun internasional.

Pelatihan yang diikuti selama ini ada hubungannya dengan jabatan

yang diemban yakni sebagai kepala sekolah. Karena dipelatihan tersebut

peserta diajarkan materi-materi tentang penguatan sebagai kepala

sekolah, materi tentang manajemen kepala sekolah dan materi-materi

lainnya yang masih ada hubungannya dengan masalah kepala sekolah.

Pelatihannya tersebut juga ada hubungannya dengan tugasnya sebagai

seorang guru karena dipelatihan tersebut juga diajarkan bagaimana cara

mengajar yang baik, cara mengatasi masalah di kelas dan cara

menyelesaikan masalah-masalah yang ditimbul pada saat kita

melaksanakan pembelajaran.

Setelah mengikuti beberapa pelatihan yang dilaksanakan oleh

Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur ada perubahan perilaku

walaupun belum seratus persen sebagai contoh adalah setelah selesai

pelatihan guru wajib membuat laporan dan wajib mengimbaskan hasil

pelatihan tersebut kepada guru-guru lainnya yang tidak ikut pelatihan dan

menurut narasumber proses pengimbasan ini masih belum maksimal. Ada

bebarapa hasil pelatihan yang diperoleh oleh narasumber pada saat

pelatihan diantaranya pengetahuan tentang materi-materi kurikulum 2013,

materi tentang penguatan jabatan kepala sekolah, materi tentang

manajemen kepala sekolah, keterampilan dalam melaksanakan tugas

230
sebagai seorang guru dan kepala sekolah serta kemampuan untuk

melaksanakan tugas yang diemban. Masih manurut narasumber pelatihan

yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan selama ini kadang ada

evaluasinya kadang tidak ada bentuk evaluasinya. Untuk pelatihan-

pelatihan yang sifatnya In-On biasanya ada pelaporan dan dipantau terus

menerus, dievaluasi sampai pada pembuatan laporannya.

Untuk mengecek kebenaran data yang disampaikan oleh kepala

SMPN 1 tentang pelatihan yang pernah dilaksanakan peneliti juga

melakukan wawancara dengan kepala SD 001 Sangatta Utara sebagai

berikut:

Pernah ikut pelatihan beberapa kali selama menjadi guru dan


kepala sekolah. Respon senang karena itu kan menambah wawasan kita,
bayak wawasan yang kita dapat dari setiap pelatihan. Suasana
pelatihannya bagus dari segi instrukturnya penyampaiannya juga cukup
baik dan materi-materinya ya masuk lah gitu. Setelah mengikuti beberapa
kali pelatihan ada berubahan dalam kinerja atau perilaku pada saat
megngajar dan bertugas sebagai kepala sekolah. Dinas Pendidikan
meminta laporan terkait dengan pelaksanaan pelatihan yang sudah
laksanakan. (CTL/WW/JAM/27/09/2017)

Bapak Jamaluddin mengatakan bahwa beliau pernah bahkan

sering mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur dianataranya pelatihan implementasi Kurikulum

tahun 2013 dan pelatihan penguatan pendidikan karakter. Responnya

sangat senang dalam mengikuti pelatihan tersebut karena pelatihan

tersebut menambah wawasan dalam memahami tentang implementasi

Kurikulum 2013 dan penguatan pendidikan karakter. Menurut narasumber

suasana pelatihannya bagus karena peserta merasa senang dan antusias

231
dalam mengikuti pelatihan tersebut dan didukung juga oleh instruktur yang

mengajar bagus semua baik instruktur lokal maupun instruktur nasioanal.

Ada hubungan pelatihan yang selama ini pernah diikuti dengan kapasitas

sebagai seorang guru juga sebagai kepala sekolah. Setelah mengikuti

pelatihan juga terjadi perubahan perilaku yang dialami oleh narasumber

dalam menjalankan tugas-tugasnya. Mengenai evaluasi pelatihan dari

Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur menurut narasumber kadang

ada evaluasi kadang juga tida pernah dilakukan evaluasi oleh Dinas

Pendidikan.

Untuk mengecek informasi tersebut di atas peneliti melakukan

wawancara dengan kepala sekolah SD Negeri 007 Sangatta Utara

sebagai berikut:

Respon mengikuti pelatihan jujur pak saya senang, senangnya


kenapa karena saya bisa masuk ikut Bimtek itu di level guru di situ pak
bukan khusus untuk kepala sekolah tapi saya masuk di guru karena ingin
lebih jauh mengetahui bagaimana sih system penilaian khususnya yang
diadakan oleh Kemenag Kabupaten Kutai Timur untuk penilaian Agama.
Ya kalau jujur saya jawab ya perubahan perilaku itu ada artinya perilaku
saya ini ingin menyempurnakan yang kami miliki dengan hasil pelatihan-
pelatihan yang telah kami ikuti, itu tadi mau kami kombinasikan. Jadi kalau
perilaku mengajar sih saya untuk mengukurnya itu kurang tau persis pak
ukurannya ini, tapi yang jelas saya itu punya konsep kalau guru itu ke
sana kemari bawa penggaris itu belum guru pak karena dia mau
melakukan pendekatan itu ibaratnya ada kekerasan, tapi kalau guru
apalagi kita sudah tambah usia pasti pendekatan ke murid secara
psikologis. (CTL/WW/ED/18/12/2017)

Hasil wawancara dengan Bapak Edwar selaku kepala SD Negeri

007 Sangatta Utara diperoleh Informasi bahwa beliau sering mengikuti

pelatihan yang yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Timur di antaranya adalah pelatihan implementasi Kurikulum 2013,

232
pelatihan penilaian kinerja guru (PKG) sebagai asesor, pelatihan PKB dan

pelatihan yang terbaru adalah Bimtek penilian kurikulum 2013 bidang studi

Pendidikan Agama Islam (PAI) di hotel Lumbu Sangatta pada bulan

November 2017. Sebagai seorang kepala sekolah dan juga guru maka

harus ikut pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas tersebut.

Sebagai kepala sekolah tentunya wajib melakukan supervisi dan penilian

kepada guru-guru dan syarat untuk menjadi asesor harus pernah

mengikuti diklat sebagai asesor yakni diklat penilian kinerja guru (PKG).

sebagai seorang guru juga wajib mengikuti pelatihan terutama pelatihan

tentang implementasi Kurikulum 2013 yang penerapannya juga

dilaksanakan di tingkat sekolah Dasar (SD). Kepala sekolah juga wajib

mengajar minimal 6 jam perminggu karena itu bimtek penilaian untuk mata

pelajaran PAI sangat dibutuhkan sebagai bekal untuk melakukan penilian

kepada siswa.

Respon narasumber senang mengikuti pelatihan yang

dilaksanakan terutama Bimtek penilaian Kurikulum 2013 untuk mata

pelajaran PAI masih di bawah kewenangan Kementerian Agama. Dengan

mengikuti bimtek tersebut paling tidak tau bagaimana cara penilaian

menurut Kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI). Suasana pelatihan menurut narasumber semuanya

baik tidak ada yang tidak baik dan menyenangkan dan prinsipnya yang

penting materi tersampaikan dengan baik dan dapat ditangkap oleh

semua peserta pelatihan. Setiap pelatihan akan bermakna kalau peserta

233
pelatihan siap dan mau menerima materi dengan senang hati dan tidak

merasa terbebani. Ada hubungan antara pelatihan yang selama ini pernah

dilaksanakan dengan kualifikasi yang dimiliki dan narasumber selain

menjadi kepala sekolah juga masih wajib mengajar 6 jam perminggu.

Pada saat Bimtek diajarkan tentang penilian Pendidikan Agama Islam

(PAI) dan diberikan aplikasi peniliannya. Aplikasi penilain yang baru yang

diperoleh pada saat Bimtek akan disesuaikan dengan system penilian

yang ada di sekolah. Ada perubahan perilaku yang dialami yakni terkait

dengan pendekatan mengajar secara psikologis. Terkait dengan evaluasi

terhadap pelaksanaan pelatihan tersebut dengan cara peserta wajib

membuat laporan secara tertulis dan wajib mengimbaskan kepada guru

yang lainnya.

Peneliti juga mengecek kebenaran informasi tersebut dengan

kepala sekolah SMA Negeri 1 Sangatta Selatan sebagai berikut:

Pernah mengikuti pelatihan beberapa kali dan responnya senang


karena yang namanya pelatihan pasti akan mendapatkan ilmu dan ilmu itu
akan berguna dan bermanfaat bagi profesi saya. Suasana pelatihan
menyenangkan dan instrukturnya menyenangkan karena instrukturnya
adalah orang-orang yang memang berkompeten di bidangnya. Insya Allah
jika kita melaksanakan dengan baik dan betul tentu ada perubahan
sebelum pelatihan dengan sesudah pelatihan. Sebagai contoh pada saat
saya jadi guru dulu sebelumnya kita belum tahu awalnya apa itu kurikulum
2013 tetapi setelah ada pelatihan kemudian kita di tunjuk sebagai IN maka
kita paham betul seperti apa penerapan K-13 dalam kelas, kemudian
untuk pelatihan kepala sekolah supervise itu awalnya sebelum kita
pelatihan supervise kita tau supervise itu hanya ada supervise kilinis,
supervise akademis, ternyata setelah pelatihan kita tahu bahwa supervise
secara keseluruhan atau semuanya. (CTL/WW/TIK/30/10/2017)

Hasil wawancara dengan ibu Tatik Widiyani diperoleh informasi

bahwa beliau pernah ikut pelatihan pada saat menjadi guru yaitu pelatihan

234
tentang penguatan Kurikulum 2013 di Sangatta dan pelatihan untuk

kepala sekolah di Solo pada tahun 2016 tentang pelaksanaan supervisi

oleh kepala sekolah. Responya senang dalam mengikuti semua pelatihan

yang dilaksanakan karena dapat banyak ilmu terkait dengan implementasi

kurikulum tahun 2013 dan pengetahuan tentang pelaksanaan supervisi

oleh kepala sekolah. Pengetahuan tersebut sangat dibutuhkan untuk

menunjang tugas sebagai seorang guru dan kepala sekolah. Suasana

pelatihan menyenangkan karena instruktur yang mengajar juga

menyenangkan dan kompeten di bidangnya masing-masing. Pada saat

pelatihan dibentuk menjadi beberapa kelompok dan masing-masing

kelompok diwajibkan untuk presentasi secara bergiliran.

Ada hubungan pelatihan dengan tugas yang diemban baik sebagai

guru maupun sebagai kepala sekolah. Pada saat pelatihan kurikulum

2013 dari hasil tes dapat nilai tertinggi dan ditunjukkan untuk menjadi

intruktur nasional pada tahun 2014-2015. Pada saat pelatihan kepala

sekolah tentang pemantapan supervisi diperoleh banyak informasi tentang

bagaimana cara melakukan supervisi akademis, supervisi klinis dan

setelah pelatihan mengadakan supervisi secara menyeluruh kepada

semua guru yang ada di SMA Negeri 1 Sangatta Utara. Setelah mengikuti

beberapa kali pelatihan ada perubahan perilaku jika hasil dari pelatihan

tersebut dilaksanakan dengan baik dan betul. Lebih konkritnya setelah

pelatihan lebih paham bagaimana penerapan Kurikulum 2013 di sekolah

khususnya pada jenjang SMA dan lebih paham bagaimana cara

235
melakukan supervisi secara menyeluruh kepada semua guru yang ada.

Pelatihan-pelatihan yang pernah dilaksanakan ada evaluasi dalam bentuk

laporan secara tertulis kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur

dan ke sekolah.

Wawancara selanjutnya adalah dengan salah satu wakil kepala

sekolah SDN 001 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah mengikuti pelatihan beberapa kali yang dilaksanakan oleh


Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur. Respon saya sangat baik
sekali, karena itu salah satu apa ya untuk meningkatkan kompetensi guru
terus untuk menambah pemahaman guru dalam kelas. Suasana pelatihan
sangat menyenangkan satu dari pola pembelajarannya yang disampaikan
oleh WI nya itu sangat bagus, kemudian dari segi fasilitas sudah bagus
dan Instrukturnya menurut saya sudah bagus sesuai dengan apa yang
kita inginkan. Ada perubahan perilaku sebagai contoh dari segi penilaian,
sebelumnya belum pernah kami nilai sikap anak kemudian setelah
mengkuti pelatihan selesai kami dapat ilmunya kama kami peraktekkan
penilaiannya itu, terutama pada sikap kalau keterampilan atau
pengetahuan insya Allah ya mungkin sama saja dengan sebelum
pelatihan dan dari metode mengajar juga ada perubahan.
(CTL/WW/MAD/27/09/2017)

Hasil wawancara dengan bapak Musthofa diperoleh informasi

bahwa beliau pernah ikut pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh

Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur sebanyak tiga kali dan terakhir

dilaksanakan pada tahun 2015 di Samarinda tepatnya di LPMP

Kalimantan Timur. Pelatihan tersebut adalah pelatihan tentang

implementasi kurikulum tahun 2013 yang dilaksanakan secara

menyeluruh di Kutai Timur. Respon narasumber pada saat mengikuti

pelatihan tersebut sangat baik dan senang karena diberikan kesempatan

untuk mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan yang diadakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur sebagai salah satu upaya untuk

236
meningkatkan kompetensi guru di Kutai Timur khususnya saya yang

mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD sangat terbantu dengan

adanya pelatihan kurikulum tahun 2013.

Suasana pelatihan sangat menyenangkankan karena pola

pembelajaran oleh Instruktur atau WI sangat bagus dalam menyampaikan

materi-materinya, kemudian fasilitas ditempat pelatihan sudah bagus dan

instrukturnya sudah bagus sesuai dengan yang diinginkan. Suasana

pelatihan yang menyenangkan akan membuat para peserta merasa

nyaman untuk mengikuti setiap pembelajarannya dilaksanakan. Ada

hubungan pelatihan yang pernah dilaksanakan dengan kualifikasi

akademik yang dimiliki oleh narasumber yakni dari sisi metode dan

peniliannya. Dalam pelatihan diajarkan tentang metode-metode mengajar

yang baik dan cara melakukan penilaian yang benar dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam kurikulum 2013 ada empat ranah

penilaian yakni aspek social, aspek relegius, aspek cognitive dan aspek

psikomotorik. Penilain sikap social dan sikap relegius harus dinilai secara

menyeluruh dengan cara pengamatan saat di kelas maupun di luar kelas.

Ada perubahan perilaku yang dialami oleh narasumber setelah

mengikuti pelatihan contoh dalam pembelajaran sebelum ikut pelatihan

aspek sikap tidak pernah dinilai karena tidak tahu cara melakukan

penilaian dan setelah pelatihan dapat ilmu tentang cara melakukan

penilaian aspek sikap maka harus dinilai sesuai denga langkah-langkah

dalam penilaian aspek sikap. Perubahan lainnya adalah dalam hal

237
pengajaran metode yang digunakan juga berubah disesuaikan dengan

tuntutan kurikulum yang berlaku dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Kedisiplinan dalam melaksanakan tugas juga sudah mulai berubah

sekarang sudah mulai rajin dan disiplin dalam masuk kelas dan datang ke

sekolah. Adapun hasil pelatihan yang sangat berkesan menurut

narasumber adalah metode pembelajaran yang variatif pada saat

pelatihan dan telah di coba di tempat tugas dan respon anak terhadap

penggunakan metode-metode tersebut sangat baik dan senang.

Pada hari berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan salah

satu guru SMA Negeri 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah pak, bahkan sering saya mengikuti pelatihan baik yang


dilaksanakan di Sangatta maupun yang diselenggarakan di Samarinda.
Perasaan saya ya senang sekali karena diberi kesempatan untuk
mengikuti pelatihan tersebut, apalagi pelatihan yang dilaksanakan itu
untuk meningkakan kualitas kita sebagai guru terutama dalam mengajar.
Saya juga merasa bersyukur kepala sekolah memberikan kesempatan
kepada saya untuk mengikuti setiap kegiatan pelatihan yang
diselenggarakan yang terkait dengan mata pelajaran yang saya ajarkan di
sekolah. Suasana pelatihannya menyenangkan, karena banyak hal yang
kita dapatkan dalam pelatihannya itu, mulai dari kita berbagi pengalaman
cara mengajar dengan teman-teman yang lain, para pengajarnya juga
cukup bagus dalam menyampaikan materi-materi mereka. Pelatihan
tersebut juga biasanya di selengi dengan permainan-permainan yang
dapat menghidupkan suasana pelatihan. Instrukturnya juga profesioanal,
ramah terhadap para peserta pelatihan. Hubungannya tentu sangat erat,
karena di pelatihan tersebut kita diajarkan banyak hal seputar tentang
perubahan kurikulum, cara mengajar, cara menilai dan lain sebagainya
dan tentu semua itu sangat membantu saya dalam melaksanakan tugas
saya sebagai seorang guru di sekolah. Saya mengajar agama yang
dimana penilaiannya di titik beratkan pada penilaian sikap dan di sana kita
diajarkan bagaimana cara menilai sikap anak didik kita. Setelah mengikuti
pelatihan ada perubahan perilaku sebagai contoh dapat saya sebutkan
pada saat sebelum saya mengikuti pelatihan saya masih malas, kadang
sering terlambat, nah setelah mengikuti pelatihan mulai ada perubahan
sedikit demi sedikit saya mulai rajin, datang tepat waktu, bertanggung
jawab atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya. Pada

238
prinsipnya pelatihan-pelatihan yang pernah saya ikuti dapat merubah
kinerja saya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
(CTL/WW/FAI/28/09/2017)

Informasi yang diperoleh dari bapak Faiz Tajul Millah bahwa yang

bersangkutan pernah ikut pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur baik di Sangatta maupun yang

dilaksanakan di Samarinda. Responya senang mengikuti pelatihan

tersebut karena diberi kesempatan oleh sekolah untuk mengikuti pelatihan

yang diadakan. Bersyukur karena pelatihan dapat meningkatkan kualitas

guru khususnya guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI).

Pelatihan tersebut diantaranya pelatihan tentang implementasi Kurikulum

tahun 2013, pelatihan penyusunan perangkat pembelajaran serta

pelatihan penilaian berdasarkan kurikulum 2013. Suasana pelatihan

sangat menyenangkan karena banyak hal di dapat pada saat pelatihan

tersebut diantaranya berbagi pengalaman dengan guru yang lain tentang

cara mengajar yang baik di kelas, instrukturnya juga bagus, professional

ramah dan pada saat pembelajaran di selingi dengan permainan-

permainan yang sifatnya menantang kreativitas.

Ada hubungan pelatihan yang pernah diikuti dengan kualifikasi

akademik yang dimiliki, karena di pelatihan peserta diajarkan tentang

perubahan Kurikulum yang sebelumnya KTSP dan beralih ke kurikulum

baru yakni kurikulum 2013 yang kontennya juga berbeda. Tahapan-

tahapan dalam pembelajaran juga berbeda dengan KTSP, system penilian

juga pasti berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Karena itu dipelatihan

239
tersebut diajarkan langkah-langkah pengajaran dan penilai dalam

Kurikulum 2013 serta banyak lagi informasi yang didapat dalam pelatihan

tersebut. Ada perubahan perilaku yang dialami oleh narasumber biasanya

sebelum pelatihan malas dalam bekerja, sering terlambat, pasca pelatihan

mulai rajin, datang tepat waktu dan bertanggung jawab terhadap

pekerjaan.

Hasil pelatihan yang diperoleh dan paling berkesan adalah

bagaimana cara mengajar yang baik Karen di kurikulum 2013 guru hanya

sebagai fasilitator dan siswa yang harus aktiv. Dengan kita memiliki

metode mengajar yang banyak dan variatif akan menciptkan suasana

pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Hasil yang lainnya

adalah diajarkan cara memberikan penilaian yang benar kepada siswa.

Dengan kita mengetahui cara menilai yang benar diharapkan dalam

memberikan nilai kepada siswa dengan cara objektif atau dalam istilah

kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (asli). Hasil yang selanjutnya

adalah cara menyusun perangkat pembelajaran, pengembangan silabus,

pembuatan RPP, analisis KI-KD, pembuatan Prota dan promes dan

pelatihan yang terakhir tahun 2016 adalah pelatihan tentang Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang berisi tentang proposal PTK dan langkah-

langkah penyelesaian PTK. Ada evaluasi yang dilakukan yakni dengan

cara guru diminta untuk membuat laporan oleh kepala sekolah dan

diminta untuk mengimbaskan kepada guru yang lainnya.

240
Untuk mendukung apa yang disampaikan oleh salah satu guru

SMAN1 Sangatta utara tersebut peneliti juga melakukan wawancara

dengan salah seorang guru yang ada di SMA Negeri 1 Sangatta Selatan

sebagai berikut:

Pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas


Pendidikan Kabupaten Kutai Timur. Respon senang berarti saya ada
kesempatan untuk memperbaruhi pengetahuan. Pelatihan ya
menyenangkan pak bisa sering juga dengan teman-teman dan
istrukturnya menyenangkan pak karena dia juga membimbing kita
kemudian kalau ada kesulitan kita diberi kesempatan untuk bertanya dan
diberikan alternative pemecahan masalah yang kita hadapi. Apa
berubahan perilaku dari sisi ya tadi kita juga bisa mempraktekkan
misalnya saintivic apa ya pendekatan saintivicnya yang jelas kita
praktekkan itu yang tentunya juga bisa kita pakai untuk misalnya
menyampaikan garis besar materi yang kita ajarkan.
(CTL/WW/ESTI/30/10/2017)

Hasil wawancara dengan Ibu Esti Lagonda bahwa beliau pernah

ikut pelatihan di antaranya pelatihan Kurikulum 2013. Pada saat mengikuti

pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Timur responnya senang karena diberi kesempatan untuk memperbaharui

pengetahuan khususnya pengetahuan tentang pelaksanaan Kurikulum

2013 yang telah dicanangkan oleh pemerintah pusat dan pada saat itu

Kutai Timur ditetapkan sebagai salah satu Kabupaten yang menerapkan

Kurkulum 2013 secara menyeluruh di semua jenjang pendidikan. Tidak

semua guru diberikan kesempatan oleh sekolah dan Dinas Pendidikan

untuk mengikuti pelatihan maka narasumber senang sekali karena

diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan tersebut.

Suasana pelatihannya menyenangkan bisa sering dengan teman-

teman terkait dengan metode mengajar maupun persoalan lain yang

241
terkait dengan pembelajaran di kelas. Suasana menyenangkan juga

karena pelatihannya di tempat yang baru biasanya di hotel baik yang di

Sangatta maupun yang dilaksanakan di Samarinda. Narasumbernya juga

beragam dari kalangan professional baik dari LPMP dan Perguruan

Tinggi. Mereka yang ditunjuk sebagai instruktur tentunya adalah orang-

orang yang punya kemampuan mumpuni di bidangnya masing-masing.

Instrukturnya menyenangkan perserta di bimbing dengan sabar, diberi

kesempatan untuk bertanya dan diberikan alternative pemecahan

masalah yang dihadapi.

Ada hubungan pelatihan yang dilaksanakan dengan kualifikasi

akademik yang dimiliki karena pada saat pelatihan kurikulum 2013

diajrkan cara mengajar sesuai dengan pendekatan yang ada pada

kurikulum tersebut. Setelah mengikuti beberapa kali pelatihan ada

perubahan perilaku yang dialami oleh nasarumber salah satunya adalah

dengan cara mempraktikkan hasil pelatihan yakni pendekatan sains tivic

dilaksanakan di lapangan. Untuk evaluasi pelatihan guru diminta untuk

membuat laporan untuk kelengkapan berkas pada saat ingin mengajukan

kenaikan pangkat, sedangkan dari Dinas Pendidikan tidak ada

evaluasinya.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu guru yang

ada di SDN 007 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah mengikuti pelatihan kurang lebih 8 sampai 9 kali. responya


awalnya beban karena di pelatihan-pelatihan sebelumnya kan ada tugas
yang harus menularkan ilmunya ke teman-teman jadinya apa ya harus
berbagi, berbaginya tidak dalam satu sekolah kan pak minimal harus di

242
gugus. Awalnya beban tetapi setelah diikuti ya jadi senang aja. Suasana
pelatihannya menyenangkan pak dari sisi menyampaikan materinya, dari
sisi teman-temannya dan tempatnya. Ada hubungannya pelatihan yang
ikuti dengan tugas di sekolah dari sisi materi pak ya, dari pembentukan
karakter anak. Ada perubahan perilaku dari sebelum pelatihan pak kalau
dari segi disiplin dan tanggung jawab namanya kita seorang guru memang
harus berubah pak ya. Beberapa kali pelatihan setidaknya ada perubahan
yang signifikan pak. Yang bisa diimbaskan ada materi pelatihan misalnya
dari pelatihan kan dari berapa berbagai sumber pak, jadi kita bisa saling
bertukar informasi yang tadinya mungkin cara menerangkan kepada anak-
anak seperti ini yang belum pelatihan dan setelah pelatihan mungkin saya
menerapkannya lebih baik lagi. (CTL/WW/WIN/18/12/2017)

Hasil wawancara dengan ibu Winingsih salah seorang guru SD

Negeri 007 Sangatta Utara diperoleh informasi bahwa beliau pernah ikut

pelatihan sebanyak delapan sampai Sembilan kali selama menjadi guru di

Kutai Timur. Pelatihan terakhir yang pernah diikuti yaitu pelatihan

penyegaran instruktur nasional di Balikpapan pada tahun 2017. Respon

narasumber dalam mengikuti setiap pelatihan yang diadakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur awalnya menjadi beban karena

disetiap pelatihan-pelatihan sebelumnya ada tugas menularkan atau

mengimbaskan ilmu kepada teman-teman guru yang lain, tetapi setelah

diikuti responnya senang karena pelatihannya menarik dan banyak

informasi yang bisa digali dari narasumber yang memberikan materi pada

saat pelatihan tersebut. Biasanya juga dipelatihan berkumpul dengan

teman-teman guru yang berasal dari berbagai daerah yang masing-

masing daerah tentu punya keunikan dan cirri khas tersendiri. Semakin

banyak teman sering akan membantu memecahkan masalah yang

dihadapi di sekolah masing-masing.

243
Susana pelatihan cukup menyenangkan dari sisi penyampaian

materi oleh intruktur yang menarik karena intruktur yang mengajar

tentunya berasal dari kalangan akademisi dan profesi yang punya kualitas

yang mumpuni di bidangnya masing-masing. Yang membuat Suasana

pelatihan menyenang yang lainnya adalah faktor teman-teman peserta

yang luar biasa dalam mengikuti setiap materi yang diajarkan, kemudian

yang lainnya adalah tempat pelatihannya rata-rata dilaksanakan di hotel

baik di Sangatta maupun yang di Balikpapan. Ada juga pelatihan yang

bernah diikuti yang tidak menyenangkan yakni pelatihan tentang

Kurikulum 2013 yang dilaksanakan di samarinda sementara pada saat

yang bersamaan berbenturan dengan anak yang sedang sakit dan di

opname di rumah sakit. Pada saat itu pilihannya adalah berangkat atau

tidak mau berangkat anak sakit, mau tidak berangkat sudah tugas dari

sekolah dan akhirnya diambil keputusan berangkat ke pelatihan.

Setiap pelatihan yang pernah dilaksanakan ada hubungan dengan

kualifikasi akademik yang dimiliki yakni dari sisi materi yang diajarkan

pada saat pelatihan sangat membantu guru dalam mengemban tugasnya

sebagai seorang pengajar dan pendidik. Pada saat pelatihan tentunya

diajarkan tentang bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di lapangan

dan juga diajarkan bagai cara mengajar sesuai dengan tuntutan kurikulum

tersebut. Hubungan yang lain dari sisi pembentukan karakter anak karena

guru diajarkan bagaimana cara membentuk karakter anak didik di sekolah.

Masih menurut narasumber tidak ada perubahan perilaku yang dialami

244
oleh yang bersangkutan setelah beberapa kali mengikuti pelatihan karena

dari sebelum pelatihan sudah terbentuk kedisiplinan dan tangggungjawab.

Sedangkan yang bisa diimbaskan kepada teman-teman guru yang lain

dari hasil pelatihan tersebut adalah materi-materi yang didapat pada saat

pelatihan di sampaikan kepada teman guru yang lain dan tukar informasi

cara mengajar yang baik di dalam kelas. Adapun bentuk evaluasi dari

kegiatan pelatihan tersebut adalah dengan cara membuat laporan secara

tertulis dan di sampaikan ke sekolah.

Pada hari berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan salah

satu wakil kepala sekolah SMP Negeri 3 Sangatta Utara sebagai berikut:

Respon mengikuti pelatihan yang pertama dibilang senang, senang


pak karena itu adalah kesempatan bagi saya untuk mendalami ilmu-ilmu
metode pembelajaran khususnya Bahasa Inggris di SMP karena waktu itu
adalah pelatihan pertama yang saya ikuti K-13 untuk pembelajaran SMP
karena sebelumnya saya belum pernah ngajar di SMP itu sih senangnya.
Kemudian dari sisi groginya ada juga pak karena saya berfikir ini
bagaimana pasti ketemu dengan guru-guru SMP yang sudah
berpengalaman semua, jam terbangnya sudah sangat tinggi dari situ agak
pesimis sedekit tapi saya tutupi pesimis saya dengan optimis yang besar
bahwa kapan saya bisa kalau tidak saya mulai dari itu, jadi itu respon saya
pak. Suasana pelatihannya sangat memenuhi criteria yang saya butuhkan
dari sisi penyajian materinya sangat bagus dengan teknik-teknik yang
bervariasi yang disampaikan oleh mentor itu sangat bagus, kemudian
dukungan dari teman-teman juga sangat bagus meskipun mereka sudah
berpengalaman di SMP tapi mereka tidak pernah ada perbedaan oh ini
dari SD jadi kita berbaur bersama-sama untuk belajar. Perubahan perilaku
ada pak khususnya dampaknya pada diri saya sangat besar yang mana
awalnya itu saya masih mohon maaf agak malu-malu untuk berbicara,
untuk bertanya tetapi setelah saya bertemu dengan rekan-rekan pengajar
dari SMP saya termotivsi untuk aktif dalam pelatihan, aktif dalam
melaksanakan semua intruksi yang diberikan oleh mentor. Sisi
kedisiplinan sangat bermanfaat bagi saya apalagi sebelum saya masuk di
SMP 3 saya sudah banyak mendengar berita bahwa SPM 3 itu luar biasa
disiplinnya. Nah di situlah kesempatan saya untuk mengasah kedisplinan
saya sebelum masuk ke SMP 3. (CTL/WW/AS/20/12/2017)

245
Hasil wawancara dengan Asri didapat informasi bahwa bahwa

beliau sering mengikuti pelataihan yang dilaksanakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur di antaranya pelatihan Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK), pelatihan pengajaran Bahasa Inggris di SD,

pelatihan pembuatan media pembelajaran, pelatihan pembuatan RPP dan

silabus dan terakhir pelatihan pelaksanaan kurikulum 2013 di LPMP

Samarinda. Respon narasumber dalam mengikuti pelatihan yang

dilaksanakan senang karena diberi kesempatan untuk menambah

pengetahuan serta metode pengajaran khusus Bahasa Inggris di SMP

karena sebelumnya yang bersangkutan mengajar di SD sehingga pola

pengajaran Bahasa Inggris di SD dan SMP tentu memiliki perbedaan yang

dignifikan. Respon yang lain adalah grogi karena tentunya dalam

pelatihan bertemu dengan guru-guru SMP yang sudah berpengalaman

semua dan jam terbang sudah sangat tinggi sehingga agak pesimis dalam

mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Namun dengan niatan yang kuat

dan rasa optimis yang besar rasa pesimis tersebut tertutupi, kalau tidak

sekarang di mulai kapan lagi akan bisa mengajar dengan mereka yang

sudah punya pengalaman bertahun-tahun.

Suasana pelatihan yang pernah dilaksanakan sangat memenuhi

criteria yang dibutuhkan dari sisi penyajian materinya sangat bagus

karena instrukturnya menggunakan teknik yang bervariasi pada saat

menyampaikan materi ditambah lagi dukungan dari teman-teman peserta

pelatihan sangat bagus semua. Teman-teman semua banyak terlibat

246
dalam diskusi dan sering informasi yang dilaksanakan. Semakin aktif

peserta pelatihan dalam pengajaran tentunya akan semakin

menghidupkan suasana lebih hangat dan meriah lagi. Ada hubungan

antara pelatihan yang pernah dilaksanakan dengan kualifikasi pendidikan

yang dimiliki oleh narasumber. Pada saat pelatihan diajarkan bagai cara

mengajar dengan baik sesuai dengan aspek-aspek yang ada di RPP

khusus kurikulum 2013. Cara mengajar ini sangat diperlukan oleh setiap

guru yang akan melaksanakan pengajaran di kelas dengan panduan

kurikulum 2013.

Ada perubahan perilaku yang dialami oleh narasumber setelah

beberapa kali mengikuti pelatihan diantaranya pada awal-awal pelatihan

masih malu-malu bertanya, malu berbicara dan setelah pelatihan bertemu

dengan guru-guru SMP dari sekolah lain dan termotivasi untuk aktif dalam

pelatihan, aktif melaksanakan intruksi yang diberikan oleh instruktur.

Pasca pelatihan kedisiplinan dan bekerja juga mulai meningkat dan ini

akan terus ditingkatkan secara bertahap. Sedangkan hasil pelatihan

adalah bisa membedakan materi yang diberikan kepada anak didik terdiri

dari tiga aspek yakni aspek pengetahuan atau cognitifnya, aspek

keterampilan atau psikomotorik dan aspek sikap atau afektifnya di

antaranya membangun karakter disiplin, karakter sopan santun dan

karakter jujur di tanamkan kepada siswa. Sebelum pelatihan aspek yang

diberikan hanya pada aspek pengetahuan saja sementara aspek yang lain

tidak diberikan. Jadi setelah pelatihan pengetahuan tersebut di terapkan

247
pada saat pembelajaran di kelas. Bentuk evaluasi dari setiap kegiatan

pelatihan adalah adanya monitoring oleh Dinas Pendidikan Kabupaten

Kutai Timur bisa berbentuk supervisi kepada guru oleh pengawas dan

bentuk tindak lanjut lain mengadakan program inti atu guru pendamping

untuk Kurikulum 2013.

Dari hasil data di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Timur berjalan denga baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini

dibuktikan adanya respon yang bervariasi dari peserta pelatihan pada saat

mengeikuti pelatihan tersebut ada yang senang mengikuti ada juga yang

biasa saja pada saat pelatihan. Pelatihan-pelatihan yang selama ini

dilaksanakan menurut guru menyenangkan dan tidak monoton. Pelatihan

yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur ada

hubungannya dengan kualifikasi akademik yang dimiliki oleh guru

sehingga guru yang mengikuti pelatihan itu akan merasa nyaman

mengikuti pelatihan karena materi yang disampaikan berkaitan dengan

mata pelajaran yang diajarkan di sekolah masing-masing. Setelah guru

mengikuti beberapa pelatihan ada perubahan perilaku guru tersebut baik

dari sisi cara mengajarnya, cara berkomunikasi dengan siswa,

kedisiplinan dan sikap guru dalam kesehariannya.

Dari hasil paparan tersebut di atas juga dapat disimpulkan sebagai

berikut: Pertama, perlu ada pemerataan kesempatan bagi guru perkotaan,

pinggiran dan pedalaman untuk mengikuti pelatihan yang selama ini

248
diselenggarakan. Pemeretaan ini penting dilakukan untuk azaz keadilan

dan kesempatan mengikuti pelatihan bagi guru yang ada di Kutai Timur.

Ketika pemerataan kesempatan ini diberikan kepada guru yang ada di

pinggiran kota dan pedalaman tentu akan berimbas terhadap peningkatan

mutu guru yang ada di daerah pinggiran dan pedalaman sehingga guru

yang berkualitas tidak hanya menumpuk di kota saja. Kedua, pembinaan

guru pasca pelatihan perlu dilakukan agar guru-guru yang pernah

mengikuti pelatihan merasa diperhatikan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Tumur. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan

kebanyakan guru yang pelatihan setelah selesai mereka malas untuk

mempraktekkan apa yang di dapat pada saat pelatihan dan juga malas

mengimbaskan hasil pelatihan kepada guru yang lainnya. Pembinaan ini

penting dilakukan untuk mengontrol guru di lapangan apakah sudah

menjalankan semua hasil pelatiha atau tidak. Pembinaan ini bisa

melibatkan peran pengawas dan kepala sekolah sebagai salah satu

komponen yang bertanggung jawab membina mutu guru di sekolah.

Ketiga, pemberdayaan guru yang lulus sebagai instruktur nasional

perlu dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur sebagai

bentuk penghargaan kepada mereka yang telah berhasil ditunjuk sebagai

intruktur nasional. Pemberdayaan ini bisa berupa mengundang mereka

untuk mejadi pembicara atau narasumber dalam kegiatan seminar atau

workshop yang diadakan Dinas Pendidikan. Pemberdayaan guru yang

lulus sebagai intruktur nasional ini penting dilakukan agar guru tersebut

249
mengasah kemampuan mereka dan dapat melakukan sering informasi

kepada guru lainnya. Semakin sering guru tersebut berikan kesempatan

untuk menyampaikan materi akan menambah jam terbang guru

bersangkutan menjadi pembicara atau pemateri. Keempat, Dinas

Pendidikan perlu melakukan evaluasi secara menyeruluh terhadap

pelatihan yang pernah dilaksanakan selama ini. Evaluasi ini terkait dengan

perencanaan pelatihan, pengorganisasian pelatihan dan pelaksanaan

pelatihan itu sendiri. Evaluasi ini harus dilakukan untuk mengetahui

sejauhmana efektivitas program pelatihan yang selama ini selenggarakan.

Jika dari hasil evaluasi tedapat kekurangan pelaksanaaan pelatihan harus

diambil langkah yang konkrit untuk perbaikan ke depannya.

Skema pelaksanaan pelatihan dapat digambarkan sebagai berikut

di bawah ini:

Analisis Menentukan
Kebutuhan Sasaran

Program
Pelatihan

Evaluasi Menentukan
Program Metode
Penyampaian

250
3. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Oleh Dinas Pendidikan,

Pengawas dan Kepala Sekolah.

Pelaksanaan supervisi pendidikan oleh Dinas Pendidikan,

pengawas dan kepala sekolah berdasarkan hasil pengamatan dan

wawancara peneliti dengan beberapa narasumber sudah berjalan dengan

dengan baik. Pengawas dan kepala sekolah telah menjalankan tugas dan

fungsi masing-masing dalam melakukan pengwasan kepada guru yang

ada di Kutai Timur. Untuk menggambarkan bagaimana pelaksanaan

supervisi oleh pengawas dan kepala sekolah peneliti melakukan

wawancara dengan salah satu guru SMK Negeri 1 Sangatta Utara

sebagai berikut:

Pengawasan kepala sekolah yang terdahulu pernah beberapa kali


supervise, sementara untuk tahun ini belum karena terhambat karena ada
beberapa kegiatan karena di limpahkan ke wakil kepala sekolah. Biasanya
ada jadwalnya, kita diberikan jadwal cuman terkadang begitu jadwalnya
sudah kita penuhi beliau-beliau itu ada acara di luar sehingga supervise
bisa batal juga. Yang dinilai sesuai dengan apa namanya poin-poin apa
yang dinilai biasanya diberi tahukan terlebih dahulu terutama mengenai
tata cara pengajaran dan kesesuian antara pengajaran dengan kurikulum
yang berlaku sekarang. Kepala sekolah ikut ke dalam kelas melihat cara
guru mengajar dan perangkat pembelajaran juga dinilai. Bentuk
evaluasinya setelah supervise kita dipanggil, kenudian apa namanya kita
diberitahukan kekurangan apa, kedepan perbaikannya seperti apa.
(CTL/WW/HAJ/23/08/2017)

Hasil wawancara denga ibu Fajriatul Hajjah diperoleh informasi

bahwa pengawas belum pernah melakukan supervisi kepada ibu Hajjah di

SMK Negeri 1 Sangatta Utara. Selama menjadi guru di SMK Negeri 1

Sangatta Utara ibu Hajjah belum pernah di supervisi oleh pengawas Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur. Untuk kepala sekolah yang terdahulu

251
pernah melakukan supervisi kepada beliau sementara untuk kepala

sekolah yang baru belum pernah melakukan supervisi karena terhambat

banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan untuk

pelaksanaan supervisi dilimpahkan ke wakil kepala sekolah bidang

kurikulum. Pada saat pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah biasanya

ada jadwal yang dibuatkan oleh wakil kepala sekolah dan guru di minta

untuk menentukan hari dan tanggal waktu pelaksanaan supervisi sesuai

dengan jadwa mengajar sehari-hari. Ketika sudah dibuatkan jadwal

supervisi kadang pelaksanaannya tidak sesuai dengan jadwal yang ada

karena ada kegiatan atau acara kepala sekolah di luar kota maka

pelaksanaan supervisi di batalkan dan dilaksanakan pada pertemuan

selanjutnya.

Hal-hal yang dinilai dalam kegiatan supervisi sesuai dengan poin-

poin apa yang harus dinilai dalam kegiatan supervisi tersebut dan

biasanya diberitakan terlebih dahulu apa-apa yang akan dinilai dalam

pelaksanaan supervisi tersebut. Hal lain yang dinilai adalah tata cara

mengajar di dalam kelas bagaimana guru memulai dan menutup

pembelajaran serta kesesuaian antara pengajaran dengan kurikulum yang

dipakai pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Apa yang

dilakukan guru di dalam kelas mulai pembukaan, kegiatan inti sampai

dengan kegiatan penutup semua di nilai oleh kepala sekolah atau asser

dari guru senior. Untuk perangkat pembelajaran belum pernah di koreksi

atau disupervisi hanya dilihat bentuk fisiknya saja. Kepala sekolah belum

252
pernah melihat bagaimana cara guru membuat perangkat pembelajaran

tersebut sehingga kepala sekolah tidak tahu kendala-kendala apa yang

dihadapi oleh guru pada saat pembuatan perangkat.

Respon guru terhadap pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah

bervariasi hal ini disebabkan yang menyupervisi juga orangnya berbeda-

beda. Masing-masing supervisor memiliki penilaian yang berbeda-beda

sesuai dengan kemampuan masing-masing supervisor, ada yang

penilaiannya sangat detil sekali semua di koreksi yang teliti, ada juga

supervisornya yang melakukan penilaian ala kadarnya sambil lewat saja

yang penting melihat bentuk fisiknya dianggap sudah sempurna. Bentuk

tindak lanjut dari kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas

dan kepala sekolah adalah setelah pelaksanaan supervisi selesai guru

dipanggail ke kantor dan disampaikan kekurangannya apa dan ke depan

perbaikannya seperti apa.

Untuk mengecek kebenaran pelaksanaan supervisi oleh pengawas

dan kepala sekolah pada hari berikutnya peneliti melakukan wawancara

dengan salah satu wakil kepala SMP Negeri 5 Sangatta Utara sebagai

berikut:

Disupervisi kepala sekolah kalau pengawas belum pernah.


Dibikinkan jadwal dan kadang saya yang mewakili beliau membuat jadwal
pelaksanaan supervise. Yang dinilai dalam supervisi pertama RPP
dikumpulkan, komponen-komponen RPP dilihat oleh kepala sekolah
sebelum supervise berlangsung, setelah itu ada catatan-catatan kecil oleh
kepala sekolah untuk RPP yang ada, setelah itu baru eksen di kelas dan
kepala sekolah ikut masuk di dalam kelas. Catatan-catatan kepala sekolah
mulai dari pembukaan, kegiatan inti sampai penutup setelah itu dipanggil
lagi gurunya untuk dievaluasi. Respon ketika disupervisi kepala sekolah
senang aja, biasa aja seperti mengajar biasanya. Biasanya tindak

253
lanjutnya kami rapat terus disitu kepala sekolah memberi garis besar saja
temuan-temuan dari supervise yang berlangsung dan diingatkan kepada
kita untuk perbaikan-perbaikan. (CTL/WW/NI/25/08/2017)

Hasil wawancara dengan ibu Ninip di peroleh gambaran bahwa

pengawas belum pernah melakukan supervisi atau pengawasan ke

sekolah, sedangkan untuk kepala sekolah sering melakukan supervisi

kepada guru yang ada di SMP Negeri 5 Sangatta Utara. Pelaksanaan

supervisi oleh kepala sekolah terjadwal sesuai dengan kesepakatan

dengan para guru. Untuk jadwal pelaksanaan supervisi biasa kepala

sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah membuat jadwal pelaksanaan

supervisi di sekolah dengan mempertimbangkan jadwal mengajar masing-

masing guru. Jadi jadwal supervisi biasanya menyesuaikan dengan jadwal

mengajar guru di kelas. Masih menurut narasumber supervisi rutin

dilaksanakan setiap semester baik itu supervisi kelas yang

peruntukkannya untuk penilian Kinerja Guru (PKG) maupun supervisi

yang berkaitan dengan penilian kualitas guru dalam mengajar selama satu

semester berjalan.

Yang dinilai dalam kegiatan supervisi adalah RPP dikumpulkan

kepada kepala sekolah untuk dikoreksi komponen-komponen RPP nya

apakah sudah sesuai dengan tuntutan dalam pembuatan RPP. Kalau

dalam RPP terdapat kekurangan dalam komponen-komponen yang ada

maka kepala sekolah akan membuat catatan-catatan kecil sebagai saran

perbaikan. Setelah perangkat pembelajaran di koreksi selanjutnya kepala

sekolah ikut masuk ke dalam kelas menyaksikan guru mengajar selama

254
dua jam pelajaran. Pada saat di dalam kelas semua diamati dan dinilai

mulai dari pembukaan, kegiatan inti sampai dengan kegiatan penutup.

Setelah supervisi kelas selesai dilaksanakan biasanya kepala sekolah

memanggil guru bersangkutan untuk diajak diskusi terkait dengan solusi

pemecahan masalah yang dihadapi pada saat pembelajaran di dalam

kelas.

Respon narasumber terhadap pelaksanaan supervisi oleh kepala

sekolah senang saja seperti mengajar pada hari-hari biasanya. Pada

awal-awalnya memang grogi pada saat mengajar ada yang melihat dan

memperhatikan tapi setelah itu mengalir seperti biasa. Senangnya juga

karena dengan pelaksanaan supervisi berarti guru tahun letak

kekurangannya pada saat mengajar dan tentunya akan terus diperbaiki

secara bertahap. Adapun tindak lanjut dari pelaksanaan supervisi tersebut

biasanya kepala sekolah mengajak rapat semua guru kemuadian kepala

sekolah menyampaikan garis besar temuannya pada saat pelaksanaan

supervisi kelas. Guru diingatkan untuk melakukan perbaikan terhadap

kekurangan-kekurangan yang ada. Untuk kekurangan-kekurangan dalam

perangkat pembelajaran dalam bentuk catatan-catatan kecil dan

dibacakan kepada guru yang bersangkutan.

Untuk mendukung informasi dari salah satu guru SMP tersebut

peneliti juga masih melakukan wawancara dengan salah satu guru yang

ada di SMP Negeri 5 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pengawas dan kepala sekolah pernah melakukan supervise


beberapa kali. Ada jadwal supervisi sesuai dengan jadwal mengajar

255
masing-masing guru. Yang susupervisi proses pembelajaran di kelas,
administrasi mengajar guru, cara kita berinteraksi dengan anak-anak,
proses kita ketika di depan kelas, biasanya setelah itu ada feedbek dari
kepala sekolah kami dipanggil untuk diberikan masukan dan arahan
terkait dengan kekurangan pada perangkat dan pada saat mengajar di
dalam kelas. Respon saya terhadap supervisi bagus karena ibaratnya
supervise itu kan jadi bahan peningkatan mutu kita, kebetulan ada kepala
sekolah yang melihat saya mengajar mungkin saya bisa dapat masukan
dari beliau. Beliau kan senior pak saya anggap beliau lebih tahu segala
halnya walaupun berbeda mata pelajaran beliau PKN dan saya Bahasa
Inggris tapi saya yakin ilmu beliau lebih banyak dan saya sangat
menerima yang namanya kritikan atau masukan demi kebaikan murid-
murid saya dan saya sendiri. (CTL/WW/FAH/25/08/2017)

Hasil wawancara dengan ibu Fahriani diperoleh informasi bahwa

pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur pernah melakukan

pengawasan ke SMP Negeri 5 Sangatta Utara khususnya untuk bidang

studi Bahasa Ingris tepannya pada tahun lalu. Sedangkan untuk kepala

sekolah rutin melakukan supervisi setiap semesternya bahwa menurut

nasarumber bahwa yang bersangkutan sebelum wawancara dilakukan

baru selesai disupervisi oleh kepala sekolah. Supervisi oleh kepala

sekolah ini rutin dilaksanakan setiap semester biasanya pada

pertengahan semester. Tujuan supervisi ini untuk melihat sejauhmana

kemampuan guru mengajar di kelas apakah sudah sesuai dengan

tuntutan kurikulum yang ada. Untuk jadwal pelaksanaan supervisi

biasanya dibuatkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikukum dan

diinformasikan kepada guru yang bersangkutan.

Pelaksanaan kegiatan supervisi ini biasanya disesuaikan dengan

jadwal mengajar dikelas dengan ketentuan dibuat kesapakatan terlebih

antara kepala sekolah dan guru kapan siapnya kedua belah pihak untuk

256
supervisi kelas. Hal-hal yang disupervisi oleh kepala sekolah adalah

seluruh proses pembelajaran di dalam kelas mulai dari kegiatan

pembukaan pembelajaran, kegitan inti dan tahap akhirnya yakni

penutupan.

Hal lain yang dinilai juga administrasi mengajar guru mulai dari

ketersedian silabus, RPP, prota, promes, jadwal tatap muka, agenda

pembinaan dan administrasi lainnya yang masih ada kaitannya dengan

perangkat pembelajaran. Pada saat supervisi cara membangun interaksi

dengan anak-anak juga dinilai oleh kepala sekolah, kemudian proses di

depan kelas juga semua dinilai. Adapun respon pada saat dilakukan

supervisi responnya bagus karena supervisi sebagai bahan peningkatan

mutu atau kualitas guru, dapat masukan kekurangan dari kepala sekolah

dan pengawas. Bentuk evaluasi dari kegiatan supervisi kelas guru

dipanggil, kepala sekolah menunjukkan catatan-catatan perbaikan dan

kekurangan yang dimiliki oleh guru yang bersangkutan.

Untuk mengecek apakah kepala sekolah menjalankan fungsinya

dalam bidang pegawasan peneliti melakukan wawancara dengan kepala

SMP Negeri 1 Sangatta Utara sebagai berkut:

Saya melakukan supervise kepala sekolah dan tujuh guru senior


yang sudah dapat lisensi untuk melakukan supervisi. Ketujuh orang
tersebut sudah punya sertifikat asesor untuk PKG saya anggap dia
mampu untuk melakukan supervise kepada teman guru yang lainnya. Hal-
hal yang dinilai dalam supervisi adalah supervise akademik, supervise
akademik itu mulai dari supervise perangkat pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, kemudian supervise aktivitas kelas anak. Semuanya
disupervisi tidak ada yang tidak sampai pada supervise tendik,
perpustakaan, TU, semua disupervisi. Ada laporannya, ada rencana
tindak lanjutnya. Bentuk tindak lanjut kita akan menghitung dulu

257
semuanya akumulasi dari hasil-hasil supervise teman-teman, kemudian
kita diskusikan dengan para asesor dan guru yang disupervisi kemudian
kita rapatkan lalu kita ngambil untuk rencana kegiatan tindak lanjutnya.
Setiap guru itu ada yang berbeda-beda jadi kalau misalnya guru itu butuh
untuk rencana tindak lanjut intensitasnya yang MGMP kita utamakan guru
tersebut. Kemudian kalau dia itu kekurangannya misalnya
dipembelajarannya nanti kita magangkan dari pendampingan atau kita
buat apa namanya ya bentuk tutorial, jadi kita masukkan dia kalau tidak
bisa ngajar sama sekali guru tu kita masukkan untuk melihat guru yang
mengajarnya bagus. (CTL/WW/SU/11/09/2017)

Hasil wawancara dengan bapak Sugiri diperoleh informasi bahwa

beliau melakukan supervisi kepada guru-guru yang ada di SMP Negeri 1

Sangatta Utara dibantu oleh tujuh orang guru senior yang telah memiliki

sertifikat asesor dan dari segi kepangkatan lebih tinggi dari guru yang

disupervisi. Kegiatan supervisi ini rutin dilaksanakan setiap semester

disesuikan dengan jadwal mengajar masing-masing guru. Jadwal kegiatan

supervisi dibuat oleh kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah

bidang kurikulum. Hal-hal yang disupervisi adalah supervisi akademik

yang terdiri dari perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan

aktifitas kelas anak. Supervisi akademik ini perlu dilakukan untuk melihat

kesiapan perangkat pembelajaran guru apakah guru yang bersangkutan

sudah menyiapkan perangkat-perangkat yang diperlukan dalam

pembelajaran, jika guru belum membuat perangkat pembelajaran tersebut

maka kepala sekolah wajib menegur guru untuk membuat perangkat

pembelajaran tersebut.

Pada saat pelaksanaan pembelajaran juga harus dinilai untuk

mengetahui kualitas guru dalam mengajar apakah sudah sesuai dengan

tuntutan kurikulum yang berlaku saat ini, terutama metode dan media

258
yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Guru wajib menguasai

metode mengajar sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan pesan

kepada siswa-siswa mereka. Penggunaan metode mengajar yang

bervariasi akan menghidupkan suasana pembelajaran yang hangat dan

menyenangkan. Untuk pelaksanaan supervisi oleh guru senior biasanya

dibuatkan jadwal sedangkan untuk pelaksanaan supervisi oleh kepala

sekolah tidak dibuatkan jadwal, artinya pelaksanaan supervisi oleh kepala

sekolah biasanya mendadak atau tiba-tiba guna mendapatkan data yang

akurat dan rinci.

Respon guru terhadap pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah

antusias karena pada saat supervisi paradigma sudah mulai dirubah, dulu

paradigmanya adalah mengawasi dan sekarang menjadi proses

pembimbingan, perbaikan dan bentuk klinis. Dengan adanya perubahan

paradigma ini tentunya guru tidak lagi harus merasa takut untuk

disupervisi karena pada hakekatnya pelaksanaan supervisi itu bukan

untuk menilai dan mencari siapa yang salah dan siapa yang benar

melainkan untuk membimbing terkait dengan kekurangan yang ada pada

guru-guru. Semua guru yang ada di SMP Negeri 1 Sangatta Utara

disupervisi bahkan tenaga kependidikan, perpustakaan dan tenaga Tata

Usaha. Bentuk tindak lanjut dari kegiatan supervisi yang telah selesai

dilaksanakan adalah dengan cara menghitung hasil supervisi kemudian

didiskusikan dengan asesor lainnya untuk mengambil rencana tindak

lanjutnya. Ketika dalam supervisi ditemukan kekurangan dalam hal

259
pembelajaran maka guru yang bersangkutan dimagangkan atau dalam

bentuk lainnya adalah tutorial oleh guru senior dan kalau tidak bisa sama

sekali disuruh melihat guru yang mengajarnya lebih bagus.

Pernyataan kepala SMPN 1 Sangatta Utara tersebut juga

dibenarkan oleh salah satu guru yang ada di SMPN 1 tersebut

sebagaimana hasil wawancara peneliti sebagai berikut:

Saya pernah disupervisi, kami di jadwal tidak kepala sekolah


semua, seperti saya bu yanti yang yang menjadi asesor saya. Yang di
nilai mulai dari perencanaan, perencanaan itu berarti penyusunan RPP
dan lain sebagainya, kemudian ketika pembelajarn mulai dari awal
memulai pembelajaran, kemudian bagaimana kegiatan intinya dan
penutupnya. Kemudian administrasinya di nilai RPP dan silabus. Respon
saya terhadap pelaksanaan supervise positif dan berterimakasih karena
dari situ, dari evaluasi yang ada ya kita bisa tau kurangnya apa, ada
masukkan dari beberapa guru IPA yang lain juga untuk perbaikan
berikutnya. Setiap kali selesai atau misalkan masih sibuk asesornya atau
saya, tapi tidak lama besoknya saya di panggil untuk diberikan arahan
terkait dengan catatan-catatan kecil saat dilakukan supervise tersebut.
(CTL/WW/TAN/11/09/2017)

Hasil wawancara dengan ibu Tanti diperoleh informasi bahwa

kepala sekolah tidak pernah melakukan supervisi tetapi pelaksanaan

supervisi dilakukan oleh asesor lainnya yakni guru senior dan berkali-kali

dilakukan supervisi. Pada saat pelaksanaan supervisi ada jadwal yang

diberikan dan dibuat oleh kepala sekolah dibantu wakil kepala sekolah

bidang kurikulum. Jadwal supervisi tersebut menyesuaikan dengan jadwal

mengajar masing-masing guru dan tidak akan mengganggu proses

pembelajaran guru yang lainnya. Jika guru tersebut jadwal mengajarnya

pada hari senin maka supervisi akan dilakukan juga pada hari senin

dengan ketentuan ada kesepakatan antara guru yang akan dinilai dengan

260
asesor dari guru senior. Hal-hal yang dinilai dalam supervisi adalah

perencanaan pembelajaran mulai dari penyusunan RPP, silabus dan

perangkat pembelajaran lainnya. Pada saat guru mengajar di dalam kelas

juga dinilai mulai dari pembukaan pelajaran, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Hal lain yang dinilai adalah administrasi RPP dan silabus.

Adapun respon narasumber terhadap pelaksanaan supervisi positif

baik itu supervisi adaministrasi maupun supervisi kelas. Narasumber

berterimakasih atas pelaksanaan supervisi oleh guru senior karena bisa

tau kekurangannya dan tentunya termotivasi untuk melakukan perbaikan

selanjutnya apalagi ada masukan dari guru lain untuk perbaikan

berikutnya. Semakin banyak masukan yang diberikan oleh guru senior

akan semakin menambah wawasan dan perbaikan yang sempurnya. Ada

evalusi yang dilakukan oleh asesor setiap selesai pelaksanaan supervisi

dengan cara guru dipanggil ke ruangan kepala sekolah oleh masing-

masing asesor, diberikan arahan-arahan yang sifatnya membangun

kemudian asesor juga membuat catatan-catatan kecil sebagai bukti

perbaikan ke depannya.

Untuk menambah keyakinan peneliti terkait pelaksanaan supervisi

oleh kepla sekolah pada hari berikutnya peneliti melakukan wawancara

dengan kepala sekolah SDN 001 Sangatta Utara Bapak Jamaluddin

sebagai berikut:

Saya sering melakukan supervisi, ada jadwalnya tapi kadang-


kadang juga tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan karena
adanya beberapa alasan dan dibantu oleh beberapa guru senior. Yang
dilakukan atau disupervisi ketika melakukan pengawasan itu

261
pembelajarannya, cara mengajarnya, perangkat-perangkatnya, saat guru
mengajar di dalam kelas. Respon guru terhadap pelaksanaan supervisi
oleh kepala sekolah kadang-kadang senang, kadang-kadang juga kurang
senang mungkin karena merasa diawasi. Tindak lanjutnya kita lihat lagi
nanti sudah bagus tidak itu, kalau tidak bagus ya kita panggil dan kita
berikan masukan. Kadang-kadang saya apalagi kemarin di kelas satu
saya membuat antar teman sendiri saya melihat bagaimana teman
mereka mengajar secara bergantian, kurangnya dimana, kelebihannya di
mana yang harus diperbaiki. Saya berikan catatan-catatan kecil dan
diberitahu kepada guru yang bersangkutan. (CTL/WW/JAM/27/09/2017)

Hasil wawancara dengan kepala SDN 001 Sangatta Utara

diperoleh informasi bahwa beliau sering melakukan supervisi kepada guru

yang ada di SD Negeri 1 Sangatta Utara. Supervisi tersebut dibantu oleh

beberapa guru senior yang ada. Penunjukkan guru senior sebagai asesor

di dasarkan pada jenjang kepangkatan dan usia dari masing-masing guru.

Untuk jenjang kepangkatan yang ada di SD Negeri 001 Sangatta Utara

yang ditunjuk menjadi asesor adalah guru yang memiliki kepangkatan IV A

ke atas. Bagi guru yang ditunjuk menjadi asesor berkewajiban membantu

kepala sekolah melakukan supervisi kepada guru yunior yang

kepangkatannya di bawah kepangkatan asesor. Dalam pelaksanaan

supervisi di SD Negeri 1 Sangatta Utara dibuatkan jadwal pelaksanaannya

oleh kepala sekolah dibantu wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Dari

jadwal yang sudah dibuatkan terkadang pelaksanaan supervisi tidak

sesesuai dengan jadwal yang telah disepakati karena ada beberapa

alasan mulai dari kegiatan kepala sekolah yang padat sampai dengan

guru yang akan disupervisi berhalangan karena sebab tertentu. Apabila

supervisi tidak terlaksana sesuai dengan jadwal yang ada maka supervisi

262
akan dilaksanakan pada hari berikutnya sesuai dengan kesepakan antara

asesor dengan guru yang akan disupervisi.

Hal-hal yang dinilai dalam pelaksanaan supervisi di antaranya

pelaksanaan pembelajarannya mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan

inti dan kegiatan penutup. Hal lainnya yang dinilai adalah bagaimana cara

mengajar guru pada saat menyampaikan pelajaran di dalam kelas,

kemudian perangkat-perangkat yang dimiliki oleh guru tersebut apakah

sudah lengkap dan sesuai dengan aturan pembuatan perangkat yang

benar dalan lain sebagainya. Pada saat supervisi dilaksanakan kepala

sekolah dan asesor ikut masuk ke dalam kelas melihat guru mengajar

dalam kelas. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana guru

menyampaikan materi atau pelajaran serta bagaimana cara guru

berinteraksi dengan siswa pada saat pembelajaran tersebut berlangsung.

Respon guru terhadap pelaksanaan supervisi tersebut beragam, kadang-

kadang senang kadang-kadang tidak senang karena mungkin mereka

marasa di awasi oleh kepala sekolah atau asesor yang lainnya. Adapun

bentuk evaluasi dari kegiatan supervisi tersebut dilihat dari hasilnya kalau

hasilnya bagus guru tidak dipanggil, kalau tidak bagus guru dipanggil

diberikan masukan, diberikan catatan-catatan kecil terkait dengan

kekurangan dan catatan diberikan kepada guru yang bersangkutan.

Kemudian pernyataan kepala sekolah tersebut di atas peneliti

kroscek dengan melakukan wawancara dengan salah satu wakil kepala

sekolah SDN 007 Sangatta Utara sebagai berikut:

263
Pengawas pernah melakukan supervisi kepada saya dan biasanya
langsung datang tanpa memberi tahu, langsung datang makanya kita
harus siap-siap perangkat pembelajarannya. Kepala sekolah rutin
melakukan supervise kepada saya. Respon terhadap pelaksanaan
supervise sangat bagus karena untuk menilai diri kita sejauhmana
pelaksanaan pembelajaran kita dan mengevaluasi kekurangan-
kekurangan yang kita miliki. Bentuk tindak lanjut supervisi yaitu ketika
supervise selanjutnya ditanyakan jika ada kesalahan yang diperbaiki
kemarin apakah sudah diperbaiki apa belum. Catatan ya terutama di RPP
jika di RPP kekurangan apa ada catatan kakinya, kemudian ketika akan
disupervisi kembali na itu mereka ditanyakan apakah sudah diperbaiki apa
belum. (CTL/WW/MAD/27/09/2017)

Hasil wawancara dengan bapak wakil kepala sekolah bidang

kesiswaan diperoleh informasi bahwa pengawas pernah melakukan

supervisi ke sekolah satu kali setiap semesternya. Artinya pengawas rutin

melaksanakan pengawasan pada guru yang berada di bawah binaannya

setiap semesternya. Pada pelaksanaan supervisi oleh pengawas tidak

ada jadwal khusus yang dibuat atau diberikan kepada guru yang

bersangkutan. Biasanya pengawas akan datang ke sekolah secara tiba-

tiba tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada guru yang

bersangkutan, terserah kepada pengawas kapan mau datang. Tujuannya

adalah untuk memperoleh hasil dan informasi yang akurat terhadap

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan.

Untuk kepala sekolah juga melakukan supervisi kepada guru dan

supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah rutin dilaksanakan setiap

semesternya. Untuk guru yang sudah sertifikasi ada kebijakan dari

sekolah bahwa yang akan melakukan supervisi langsung kepala sekolah

sedang untuk guru yang belum supervisi pelaksanaan supervisi dibantu

oleh asesor lainnya yang berasal dari guru senior. Pelaksanaan supervisi

264
oleh kepala sekolah juga ada jadwal khusus yang dibuat oleh kepala

sekolah dibantu wakil kepala sekolah bidang kurikulum dengan melihat

jadwal mengajar masing-masing guru.

Yang dinilai dalam supervisi oleh pengawas hanya berupa

penilaian administrasi saja sedangkan pada saat mengajar guru tidak

pernah dinilai. Pengawas tidak ikut masuk ke dalam kelas untuk

menyaksikan guru mengajar. Jadi pengawas tidak tau letak kekurangan

dan kelebihan guru pada saat mengajar hanya melihat perangkat

pembelajaran saja. Untuk kepala sekolah disamping menilai perangkat

pembelajaran juga ikut masuk ke dalam kelas melihat bagaimana cara

guru mengajar dan melihat bagaimana cara menjalain interaksi pada saat

pembelajaran berlangsung. Respon guru pada saat pelaksanaan supervisi

baik oleh pengawas maupun kepala sekolah sangat bagus karena

pelaksanaan supervisi itu untuk menilai guru sejauhmana pelaksanaan

pembelajaran apakah sudah berjalan sesuai dengan harapan atau tidak

dan untuk mengevaluasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh guru

bersangkutan. Bentuk tindak lanjutnya adalah kepala sekolah mengecek

kembali pada supervisi selanjutnya apakah catatan-catatan kekurangan

pada saat supervisi kemarin sudah diperbaiki apa belum. Apabila catatan

kekurangan tersebut belum diperbaiki maka guru akan diminta untuk

memperbaiki terlebih dahulu baru melakukan supervisi lanjutan.

265
Untuk memastikan apakah pelaksanaan supervisi pada jenjang

SMK sudah berjalan dengan baik peneliti melakukan wawancara dengan

salah satu guru SMK Negeri 1 sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah disupervisi oleh pengawas dan kepala sekolah beberapa


kali dan pelaksanaannya satu tahun satu kali terjadwal dengan baik. Yang
di supervise itu kaitan dengan perangkat, setelah pelaksanaan KBM,
setelah itu nanti ada waktu wawancara setelah penyelesaian
pembelajaran. Responnya postif pak ya jadi kami dapat masukan-
masukan terutama waktu saya di evaluasi kaitannya dengan penilaian jadi
ada beberapa penilaian yang perlu saya lampirkan yang kurang,
kemudian juga sebelum masuk ke kelas mengajar saat itu saya sempat
mengalami kekurangannya itu terkait dengan mengingatkan kembali
asesor atau supervisor untuk hadir di kelas saya. Itu mungkin
kekurangannya. Kemudian dari pak Imran itu catatannya berkaitannya
dengan administrasi itu kita perlu pertanggal itu harus detail, jadi dulu
saya sempat tidak menuliskan tanggal di RPP itu kayaknya Sangatta
tahun 2000 sekian, tapi tanggal tidak ada terus kadang-kadang tanda
tangan hanya tanda tangan guru saja tidak ada tanda tangan kepala
sekolah, itu yang kekurangannya di evaluasi oleh pengawas ataupun
kepala sekolah. (CTL/WW/KOM/18/10/2017)

Dari hasil wawancara dengan ibu Komariah diperoleh informasi

bahwa pengawas penah melakukan supervisi kepada guru yang ada di

SMK Negeri 1 Sangatta Utara. Selama menjadi guru ibu Komariah pernah

disupervisi oleh pengawas selama dua kali yakni oleh pak Mujiadi dan pak

Saiful Imran. Dalam pelaksanaan supervisi oleh pengawas biasanya tidak

ada jadwal yang buat secara khusus oleh pengawas tersebut. Pengawas

datang ke sekolah tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada guru

bahwa akan dilaksanakan supervisi, artinya pengawas datang dengan

tiba-bata. Untuk kepala sekolah rutin melaksanakan supervisi setiap

semester satu kali baik oleh pak Pranoto selaku kepala sekolah pertama,

pak Paeran selaku kepala sekolah ke dua, pak Nurullah selaku kepala

266
sekolah ke tiga dan pak Supriyadi sebagai kepala sekolah yang ke empat.

Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dijadwalkan secara khusus

oleh kepala sekolah bekerjasama dengan wakil kepala sekolah bidang

kurikulum sesuai dengan jadwal mengajar masing-masing guru setiap

semesternya. Narasumber menyampaikan bahwa beliau langsung

disupervisi oleh kepala sekolah bukan oleh asesor lainnya karena ada

kebijakan bagi guru yang sudah sertifikasi harus di supervisi oleh kepala

sekolah langsung. Sementara bagi garu yang belum sertifikasi akan di

supervisi oleh guru senior lainnya yang memiliki kepangkatan lebih tinggi

dari guru yang akan disupervisi.

Yang dinilai dalam pelaksanaan supervisi adalah perangkat

pembelajaran yang dimiliki oleh guru baik itu berupa silabus, RPP,

program tahunan, program semesteran, kalender akademik, agenda

pembinaan, lembar penilaian dan perangkat pembelajaran lainnya.

Setelah perangkat pembelajaran dinilai selanjutnya yang adalah proses

kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengawas dan kepala sekolah ikut

masuk ke dalam kelas menyaksikan bagaimana guru mengajar di kelas

mulai dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti sampai dengan kegiatan

penutup. Semua yang dilakukan guru pada saat pembelajaran dinilai oleh

pengawas dan kepala sekolah terutama bagaimana cara guru

mengendalikan kelas atau menajemen kelas, bagaimana guru melakukan

interakdi pembelajaran dengan siswa dan bagaimana guru melakukan

penilaian sebelum, saat pembelajaran dan pasca pembelajaran. Seteleh

267
proses pembelajaran selesai dilaksanakan pengawas dan kepala sekolah

biasanya melakukan wawancara kepada guru yang telah disupervisi untuk

menggali informasi seputar pembelajaran yang dilakukan sambil kepala

sekolah dan pengawas memberikan masukan atas kekurangan yang

dimiliki oleh guru yang bersangkutan.

Respon guru terhadap pelaksanaan supervisi oleh pengawas dan

kepala sekolah pak jaman pak Nurullah positif karena dengan supervisi

guru dapat masukan yang sifatnya untuk perbaikan. Masukan yang

didapat pada saat supervisi adalah masukan terkait dengan penilaian,

pada saat itu ada format penilaian yang perlu dilampirkan. Kemudian

ketika disupervisi oleh pak Imran ada catatan-catatan berkaitan dengan

administrasi perangkat pembelajaran yaitu penulisan tanggal di perangkat

harus jelas dan detail kemudian ada tanda tangan guru juga harus ada

dan tanda tangan kepala sekolah juga harus tertera di perangkat

pembelajaran, tidak boleh hanya salah satunya saja yang tanda tangan.

Dalam perangkat guru tidak ada tanda tangan guru dan tidak ada tanda

tangan kepala sekolah, itu kekurangan yang dievaluasi oleh kepala

sekolah dan pengawas. Sedangkan bentuk tindak lanjut dari kegiatan

supervisi pengawas dan kepala sekolah menyampaikan masukan atau

saran berupa catatan-catatan kecil terkait dengan kekurangan yang ada

pada perangkat maupun kekurangan pada saat proses kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas. Catatan tersebut diberikan kepada setiap guru

268
untuk ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan sesuai dengan saran

yang diberikan.

Jawaban dari salah satu guru SMK tersebut di atas peneliti kroscek

juga kepada salah satu guru SMK Negeri 1 Sangatta Utara yang lainnya

sebagai berikut:

Ada jadwalnya kalau di sekolah kan itu ada jadwal dari waka
kurikulum, kalau dari pengawas kita diinfokan seminggu sebelumnya,
beberapa hari sebelumnya disampaikan kalau mau ada supervisi seperti
itu. Yang dinilai dalam supervisi tersebut biasanya perangkat, supervisi
kelas tentang proses pembelajaran. Respon terhadap pelaksanaan
supervisi oleh pengawas maupun oleh kepala sekolah bagus aja pak
untuk evaluasi proses pembelajaran, senang-senang saja pak. Setelah
supervisi itu kan ada sering dengan yang mensupervisi misalnya dengan
pengawas kemarin juga sempat pengawas Pak Mujiadi dulu sebelum pak
Paeran itu setelah disupervisi kita dikumpulkan satu ruangan sering
evaluasi antara pengawas sama guru jadi ada masukan kelemahannya di
mana yang harus ditingkatkan di mana semua disampaikan oleh
pengawas. (CTL/WW/KAM/14/12/2017)

Hasil wawamcara dengan ibu Sukamti diperoleh informasi bahwa

pengawas dan kepala sekolah pernah melakukan supervisi kepada guru

di SMK Negeri 1 Sangatta Utara. Selama menjadi guru pengawas pernah

melakukan supervisi kepada ibu Sukamti sebanyak dua kali oleh pak

Mujiadi sebagai pengawas Pembina untuk SMK Negeri 1 Sangatta Utara.

Sementara untuk kepala sekolah rutin setiap semester melakukan

supervisi kepada guru dan ada kebijakan untuk guru-guru yang sudah

sertifikasi maka yang akan melakukan supervisi adalah langsung kepala

sekolah sedangkan bagi guru yang belum sertifikasi akan disupervisi oleh

guru senior yang telah memiliki sertifikat asesor dan kepangkatan lebih

tinggi dari guru yang disupervisi. Persyaratan untuk menjadi asesor paling

269
tidak guru tersebut telah mengikuti pendidikan dan latihan penilian kinerja

guru (PKG) dan telah dinyatakan lulus dan memiliki sertifikat asesor.

Persyaratan lainnya adalah guru senior dan memiliki kepangkatan minimal

golongan III/c. Untuk di SMK Negeri 1 Sangatta Utara maksimal jumlah

guru yang disupervisi oleh asesor 10 orang dan di SMK Negeri 1 Sangatta

Utara ada tujuh orang asesor.

Dalam pelaksanaan supervisi oleh pengawas tidak ada jadwal

khusus yang dibuat tetapi pengawas menginfokan kepada guru seminggu

sebelum melalui kepala sekolah akan diadakan supervisi oleh pengawas.

Sedangkan untuk supervisi oleh kepala sekolah ada jadwal khusus yang

dibuat oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum dengan persetujuan

dari masing-masing guru. Prakteknya kegiatan supervisi baik oleh

pengawas dan kepala sekolah dilaksanakan sesuai dengan jam mengajar

masing-masing guru tersebut sehingga kegiatan supervisi tidak akan

mengganggu proses pembelajaran yang lainnya. Masih menurut

narasumber yang hal-hal yang dinilai dalam supervisi seluruh perangkat

yang dimiliki oleh guru mulai dari silabus, RPP, program tahunan, program

semester dan perangkat pembelajaran yang lainnya. Selain itu pengawas

juga menilai proses pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas,

pengawas ikut masuk ke dalam kelas menyaksikan guru mengajar.

Proses yang dinilai dalam pembelajaran tersebut mulai dari

bagaimana cara guru membuka pelajaran, apa yang dilakukan guru pada

kegiatan inti dan bagaimana cara guru menutup pelajaran. Cara guru

270
melakukan interaksi dengan siswa pada saat pembelajaran juga dinilai

oleh pengawas dan kepala sekolah. Adapun respon guru terhadap

pelaksanaan supervisi oleh pengawas dan kepala sekolah bagus dan

responnya senang karena dengan kegiatan supervisi paling tidak guru tau

letak kekurangannya dalam mengajar dan supervisi adalah sebagai salah

satu bentuk evaluasi pembelajaran di sekolah. Setelah supervisi selesai

dilaksanakan bentuk tindaklanjunya adalah guru dikumpulkan dalam satu

ruangan, sering evaluasi antara pengawas dengan guru, diberikan

masukan oleh pengawas letak kekukrangan dalam perangkat dan proses

pembelajaran. Saran-saran tersebut diupayakan untuk diperbaiki oleh

guru yang bersangkutan.

Kemudian peneliti juga menanyakan apakah pelaksanaan supervisi

oleh kepala sekolah pada jenjang SMA sudah berjalan peneliti melakukan

wawancara dengan kepala SMA Negeri 1 Sangatta Selatan sebagai

berikut:

Ya ada biasanya saya membuat jadwal supervise itu di awal


semester ganjil maupun di awal semester genap. Saya di bantu oleh
asesor yang lain yang sudah mempunyai sertifikat untuk supervise.
Kegiatan supervise biasa yang pertama kita supervise dulu perangkat
pembelajaran, kemudian yang kedua kita supervise langsung
pembelajarannya. Yang dinilai di dalam kelas proses pembelajaranya
bagaimana guru itu ada tahap-tahap dimana guru mempersiapkan siswa
kemudian guru melaksanakan pembelajaran itu. Jadi dari permulaan
sampai penutup. Respon guru mungkin yang jelas gerogi, kalau takut sih
saya piker gak lah, gerogi iya tapi rata-rata antusias karena setelah
supervisi biasanya kita kan vis to vis kita ngobrol hasil supervise
kekurangan guru tersebut di mana. Ada catatan kecilnya dan kita
mengamati langsung setelah itu kita kasih tau oh kekurangannya di sini,
kemudian nanti akan ada apa namanya supervise berikutnya di semester
berikutnya apa kekurangamnya supervise yang sudah apakah sudah
diperbaiki atau belum. (CTL/WW/TIK/30/10/2017)

271
Dari hasil wawancara dengan kepala SMA Negeri 1 Sangatta

Selatan diperoleh informasi bahwa beliau melakukan supervisi kepala

guru yang ada di SMA Negeri 1 Sangatta Selatan secara rutin setiap

semesternya. Pelaksanaan supervisi tersebut dijadwal dengan pada awal

semester ganjil dan awal semester genap setiap tahunnya. Artinya

pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah berlangsung satu kali dalam

satu semester sehingga satu pelajaran supervisi dilaksanakan dua kali

selama satu tahun. Dalam melaksanakan supervisi kepala sekolah tidak

sendirian tetapi dibantu oleh asesor lain dari kalangan guru senior yang

memiliki kepangkatan minimal III.c dan guru tersebut sudah sertifikasi.

Ada tiga orang guru senior yang memiliki sertifakat asesor dan telah

sertifikasi yang membantu kepala sekolah melaksanakan supervisi

kepada guru SMA Negeri 1 Sangatta Selatan.

Hal yang dinilai dalam pelaksanaan supervisi yang pertama mulai

dari perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, program

tahunan, program semesteran, absensi siswa, jadwal pelajaran, agenda

pembinaan dan lain sebagainya. Yang kedua yang dinilai dalam supervisi

adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru tersebut mulai

dari tahapan-tahapan pembelajaran, mempersiapkan siswa sampai pada

pelaksanaan pembelajaran dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Pada saat supervisi pembelajaran kepala sekolah ikut masuk

dalam kelas menyaksikan guru dalam mengajar, dengan demikian kepala

sekolah dapat informasi yang detail tentang bagaimana cara guru

272
mengajar di kelas dan bagaimana cara guru melakukan interaksi dengan

anak didik pada saat mengajar. Informasi akurat ini perlu dimiliki kepala

sekolah sebagai acuan melakukan penilaian dan pembinaan terhadap

guru yang bersangkutan.

Respon guru terhadap pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah

pada awalnya grogi karena merasa diawasi oleh kepala sekolah tetapi

lama kelaman rasa grogi tersebut hilang dan guru mulai antausias

mengikuti supervisi oleh kepala sekolah. Setelah selesai supervisi kepala

sekolah berhadapan langsung dengan guru yang disupervisi, berbincang-

bincang mengenai hasil supervisi kekurangan guru itu dimana. Adapun

tindak lanjut setelah selesai dilaksanakan supervisi kepala sekolah

memanggil guru, dibuatkan catatan-catatan kecil, mengamati langsung

dan diberitahukan letak kekurangannya di mana untuk diperbaiki

selanjutnya melakukan supervisi lanjutan pada semester berikutnya.

Sebelum dilaksanakan supervisi lanjutan catatan-catatan kekurangan

pada supervisi sebelumnya harus diperbaiki terlebih dahulu baru

dilaksanakan supervisi pada semester berikutnya. Dalam perakteknya

tidak semua guru mampu disupervisi ada beberapa guru honor yang

terlewatkan sedangkan untuk guru PNS semua disupervisi karena

supervisi tersebut berkaitan dengan PKG guru yang bersangkutan.

Kendala tidak semua guru honor disupervisi diantaranya kesibukan dari

kepala sekolah, kesibukan dari guru yang bersangkutan sampai pada

pengaturan waktu yang masih belum maksimal.

273
Untuk pelaksanaan supervisi pada jenjang Sekolah Dasar peneliti

melakukan wawancara dengan salah satu guru SD Negeri 007 Sangatta

Utara sebagai berikut:

Pengawas dan Kepala sekolah sering melakukan supervisi kepada


guru. Yang dinilai dalam pelaksanaan supervisi adalah administrasi
kemudian proses pembelajaran sama evalusinya. Kalau administrasi yang
dinilai silabus, RPP, promes, prota, daftar nilai dan semua yang kita
lakukan di kelas, pengamatan kepada siswa mulai dari kegiatan awal
sampai selesai. Respon terhadap pelaksanaan supervisi oleh kepala
sekolah dan pengawas antara senang dan takut pak. Kadang kan kalau
ada orang lain di kelas kita kan gugup pak itu manusiawi tapi kalau
senangnya kita tau kekurangan kita ngajar itu di mana jika ada perbaikan
pak. (CTL/WW/LIS/18/12/2017)

Hasil wawancara dengan salah satu wakil kepala SD Negeri 007

Sangatta Utara diperoleh informasi pengawas penah melakukan supervisi

kepada guru SDN 007 Sangatta Utara sebanyak tiga kali. Sedangkan

kepala sekolah hampir setiap tahun melakukan supervisi. Pelaksanaan

supervisi oleh kepala sekolah dilakukan untuk mengetahui kualitas guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Ada jadwal

pelaksanaan supervisi dan diberitahukan kepada guru yang bersangkutan.

Penetapan jadwal supervisi berdasarkan kesepakatan bersama dalam

rapat antara guru dan kepala sekolah setelah itu kepala sekolah

membuatkan jadwal pelaksanaan supervisi. Sedangkan jadwal

pelasanaan supervisi oleh pengawas sifatnya incidental dan tidak terikat

dengan jadwal khusus tetapi tetap memperhatikan jadwal masing-masing

guru. Pengawas biasanya tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada

guru terkait dengan pelaksanaan supervisi tetapi pengawas tiba-tiba

datang ke sekolah.

274
Komponen yang dinilai dalam supervisi oleh pengawas dan kepala

sekolah diantaranya administrasi pembelajaran yang dimiliki oleh guru

seperti perangkat silabus, RPP, promes, prota, daftar nilai, analisis KI-KD,

analisis SKL dan perangkat pembelajaran lainnya. Perangkat

pembelajaran tersebut wajib dikoreksi dan dinilai oleh pengawas dan

kepala sekolah untuk melihat letak kekurangan dalam pembuatan

perangkat tersebut. Hal lain yang dinilai dalam supervisi yaitu proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas, semua yang

dilakukan guru di kelas mulai dari awal memulainpelajaran, kegiatan

pelajaran, kegiatan penutup, pengamatan kepada siswa, interkasi dengan

siswa dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan proses

pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

akan dinilai mulai dari awal masuk kelas sampai dengan kegiatan akhir

yakni proses evaluasi kepada siswa.

Respon guru terhadap pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah

dan pengawas antara senang dan takut. Persaan takut karena merasa

diawasi jadi gugup saat mengajar. Persaan senang karena dengan

diadakannya supervisi guru tahu letak kekurangan pada saat mengajar

sehingga bisa melakukan perbaikan ke depannya. Semakin banyak

masukan yang diberikan oleh pengawas dan kepala sekolah akan

samakin membuat guru termotivasi untuk melakukan perbaikan dan

peningkatan kualitas dalam mengajar. Setelah supervisi berakhir

pengawas dan kepala sekolah melakukan evaluasi atau tindak lanjut

275
dengan cara memberikan masukan kekurangan yang dimiliki oleh guru

baik dalam pembuatan perangkat pembelajaran maupun kekurangan

dalam proses pengajaran. Saran-saran tersebut berupa catatan-catatan

kecil di perangkat pembelajaran maupun di lembar penilaian pada saat

melakukan proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi dari pengawas

adalah membuat catatan-catatan di buku supervisi yang dimiliki oleh

masing-masing guru.

Jawaban dari guru tersebut di atas peneliti kroscek dengan salah

satu guru di SDN 007 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah disupervisi oleh kepala sekolah sama pengawas beberapa


kali. Biasanya pengawas itu kalau melakukan pengawasan biasanya lewat
kepala sekolah. Kadang diberitahu kadang tidak diberitahu, tahu-tahu
datang. Yang dinilai dalam supervisi tersebut adalah administrasi kelas
terus cara kita mengajar di dalam kelas sampai kepada penilaian. Respon
terhadap pelaksanaan supervisi oleh pengawas dan kepala sekolah yang
pertama ini tegang pak ya kalau yang mensupervisinya mendadak pak,
yang kedua ini pak ya kami senang kalau diadakan supervisi untuk
mengetahui kelemahan karena sebenarnya itu untuk mengontrol kita juga
dalam mengajar. Selain itu kan kalau ada kekurangan-kekurangan
disampaikan. Bentuk tindak lanjutnya dalam hal administrasi pak ya ada
yang belum ditulis atau apa biasanya dibuatkan catatan, terus kalau
dalam pengajaran beliau memberikan teknik-teknik pengajaran yang lebih
baik dan lebih menyenangkan.(CTL/WW/WIN/18/12/2017)

Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pengawas pernah

melakukan supervisi kepada narasumber sebanyak delapan kali selama

menjadi guru. Sementara kepala sekolah rutin setiap tahun melaksanakan

supervisi kepada semua guru yang ada di SD Negeri 007 Sangatta Utara.

Dalam pelaksanaan supervisi oleh pengawas tidak ada jawal khusus dari

pengawas tetapi pengawas memberitahu lewat kepala sekolah akan

dilaksanakan supervisi kepada guru. Kadang juga pengawas tidak

276
memberitahu terlebih dahulu untuk pelaksanaan supervisi, pengawas

datang secara tiba-tiba tanpa membertahukan kepala sekolah dan guru

yang akan disupervisi. Pada saat seperti ini guru harus betul-betul siap

kapan saja akan disupervisi oleh pengawas. Pelaksanaan supervisi oleh

pengawas itu sendiri sesuai dengan jadwal mengajar masing-masing

guru. Sedangkan untuk supervisi oleh kepala sekolah ada jadwal yang

dibuat oleh kepala sekolah di bantu oleh wakil kepala sekolah bidang

kurikulum. Jadwal tersebut disepakati oleh kepala sekolah dan guru yang

bersangkutan sehingga pelaksanaannya nanti tidak mengganggu

pembelajaran guru yang lain karena supervisi sesuai dengan jadwal

masing-masing guru.

Hal yang dinilai dalam pelaksanaan supervisi oleh pengawas dan

kepala sekolah yaitu administrasi kelas yang dimiliki guru. Administrasi

tersebut terkait dengan kelengkapan perangkat pembelajaran yang harus

disiapkan oleh masing-masing guru. Perangkat tersebut akan di lihat dan

dikoreksi oleh pengawas dan kepala sekolah untuk mengetahui apakah

perangkat tersebut sudah sesuai dengan aturan dalam pembuatan

perangkat pembelajaran yang seharusnya. Setelah perangkat selesai di

koreksi maka selanjutnya pengawas dan kepala sekolah melakukan

pengamatan di dalam kelas. Kepala sekolah dan pengawas ikut masuk ke

dalam kelas melihat bagaimana cara guru mengajar dan bagaimana cara

guru melakukan penilaian kepada siswanya. Proses pembelajaran yang

dinilai adalah mulai dari pembukaan yaitu saat guru memulai pelajaran,

277
apa yang dilakukan guru pada saat pembuakaan tersebut, kemudian pada

saat kegiatan inti yakni proses penyampaian materi oleh guru dan

kegiatan penutup. Proses pembelajaran ini perlu di observasi dan nilai

oleh kepada sekolah dan pengawas untuk mengetahui kemampuan guru

dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Dengan demikian

akan diketahui letak kelebihan dan kekurangan dari masing-masing guru

yang telah disupervisi.

Respon guru terhadap pelaksanaan supervisi olehp pengawas dan

kepala sekolah kadang tegang kalau supervisi tersebut dilaksanakan oleh

pengawas secara mendadak Karena guru belum tentu siap pada saat itu.

Guru juga senang terhadap pelaksanaan supervisi oleh pengawas dan

kepala sekolah karena dengan supervisi guru mengetahui letak

kelemahan yang dimiliki pada saat mengajar maupun kekurangan dari

perangkat pembelajaran. Supervisi juga bertujuan untuk mengontrol guru

dalam mengajar, selama ini guru mungkin merasa bahwa dalam mengajar

selalu benar dan sesuai dengan aturan yang berlaku ternyata setelah

dilakukan supervisi ada kekurangan yang dimiliki disampaikan oleh kepala

sekolah dan pengawas. Setelah supervisi selesai dilaksanakan ada

evalusi atau tindak lanjut yang yang dilakukan oleh pengawas dan kepala

sekolah yakni dengan memberikan catatan-catatan kekurangan pada

administrasi pembelajaran, kekurangan dalam pengajaran diberikan cara

atau teknik-teknik mengajar yang lebih baik dan menyenangkan.

278
Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu

guru yang ada di SMPN 3 Sangatta Utara untuk mengetahui pelaksanaan

supervisi di sekolah tersebut sebagai berikut:

Supervisi pengawas saya sudah tiga kali disupervisi dari Dinas.


Pertama ada pak Mujiono, kemudian ada pak Susilo. Selama saya di SMP
3 Dinas, kalau supervisi kepala sekolah sudah sering pak setiap semester
tapi kalau dari Dinas sudah tiga kali disupervisi. Yang disupervisi adalah
yang paling utama adalah kesiapan kita dan kesesuaian RPP dengan cara
kita mengimplementasikan di proses pembelajaran, kemudian langkah-
langkah pembelajarannya itu khususnya 5 M betul-betul diamati oleh
kepada sekolah apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan dalam
menyampaikan materi kepada siswa. Respon ketika disupervisi kepala
sekolah pertama adalah sangat suprais pak ya maksudnya suprais dalam
artian saya beruntung dari pada teman-teman maksudnya teman saya
disupervisi dengan teman juga pasti ada bedanya disupervisi dengan
kepala sekolah. Tindak lanjut ada jadi ketika kita sudah disupervisi oleh
kapada sekolah kita harus melaporkan kepada kepala sekolah berupa
entah itu gambar atau poto hasil pembelajaran kita setiap kita
melaksanakan pembelajaran dan diperlihatkan kepada ibu kepala sekolah
dan kadang juga ibu langsung turun ke anak-anak misalnya dia sekali-kali
bergabung dengan anak-anak menanyakan ini bagaimana apakah pak
Asri mungkin pada saat saya supervisi itu bagus sesuai dengan 5M nya
itu berjalan, apakah dipembelajaran lain itu dilaksanakan gak nah itu
kadang pernyaannya seperti itu pak ke anak-anak.
(CTL/WW/AS/20/12/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber diperoleh informasi

pengawas pernah melakukan supervisi kepada guru sebanyak tiga kali.

Untuk kepala sekolah rutin melaksanakan supervisi setiap semesternya.

Dalam pelaksanaan supervisi oleh pengawas tidak ada jadwal khusus

yang dibuat oleh pengawas melainkan datang langsung ke sekolah

mencari guru yang akan disupervisi pada hari itu. Pengawas akan

melakukan supervisi kepada guru yang ada jadwal mengajar pada hari

tersebut sehingga kegiatan supervisi oleh pengawas tidak akan

mengganggu jadwal pelajaran guru yang lain. Sedangkan supervisi oleh

279
kepala sekolah ada jadwal khusus yang dibuat oleh kepala sekolah

dibantu oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan disepakai oleh

masing-masing guru. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah juga

memperhatikan jadwal mengajar masing-masing guru pada hari itu agar

jadwal pembelajarn guru yang lain tidak terganggu. Pelaksanaan supervisi

oleh kepala sekolah dilaksanakan sebanyak dua kali dalam satu semester

arti dalam satu tahun pelajaran dilaksanakan sebanyak empat kali

supervisi.

Hal-hal yang disupervisi oleh pengawas dan kepala sekolah

diantaranya kesiapan dan kesesuian RPP dengan implementasi di

pembelajaran. Apakah rencana pembelajaran sudah sesuai atau tidak

dengan apa yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Pada

saat pembelajaran berlangsung langkah-langkah pembelajaran

sebagaimana ketentuan dalam kurikulum tahun 2013 dengan istilah 5M

(mengamati, menanya, mencari, mengkomunikasikan dan menyimpulkan)

sudah dilaksanakan apa belum. Pengawas dan kepala sekolah ikut masuk

ke dalam kelas mengamati semua yang dilakukan guru mulai dari awal

masuk, mengajak siswa berdoa, menyampaikan materi pelajaran, evaluasi

akhir sampai dengan pemberian tugas. Semua hasil pengamatan

pengawas dan kepala sekolah dibuatkan catatan-catatan kelebihan dan

kekurangan masing-masing guru

Adapun respon guru terhadap pelaksanaan supervisi oleh kepala

sekolah dan pengawas sangat suprais dan merasa beruntung dari pada

280
teman-teman yang lain karena tidak semua guru bisa disupervisi oleh

pengawas dan kepala sekolah. Ada guru yang disupervisi oleh asesor dari

kalangan guru senior sementara narasumber langsung disupervisi oleh

kepala sekolah. Persaannya juga senang terhadap pelaksanaan supervisi

oleh kepala sekolah dan pengawas, pada awalnya pelaksanaan supervisi

merasa grogi karena dilihat oleh pengawas dan kepala sekolah pada saat

mengajar di kelas tetapi setelah supervisi kedua dan ketiga sudah mulai

terbiasanya seperti mengajar pada umumnya. Setelah supervisi selesai

dilaksanakan ada tindak lanjut dari kepala sekolah yaitu guru melapor

kepada kepala sekolah hasil pembelajaran yang dilakukan berupa poto

atau gambar, kemudian kepala sekolah juga menanyakan kepada siswa

tentang guru yang mengajar tersebut setelah itu guru dipanggil ditanya

ada perubahan atau tidak.

Kemudian jawaban dari guru tersebut di atas peneliti kroscek ke

salah satu guru lain yang ada di SMPN 3 sebagai berikut:

Pernah disupervisi oleh kepala sekolah, satu tahun dua kali pak
dan Setiap semester pasti ada supervisi. Pelaksanaan supervisi sesuai
dengan jadwal mengajar masing-masing guru. Yang dinilai di dalam
supervisi tersebut mulai dari awal mulai dari pembukaan berdasarkan
RPP yang kita buat. Mulai dari perangkatnya, apa materinya sub
pokoknya kemudian KD nya, indikatornya terus langkah-langkah
pembelajarannya, apakah kita melakukannya kalau yang dicantumkan di
situ tidak kita lakukan biasanya ada koreksian. Jadi ada catatannya kalau
kurang ditambahkan sampai dengan evaluasi pembelajaran, kalau
waktunya ga cukup ya ditulis kurang biasanya kan saya pakai praktikum
pengamatan kadang anak lama mengerjakannya kadang tidak cukup
waktunya, yang sering lupa itu mengambil kesimpulan. Respon terhadap
pelaksanaan supervisi bagus pak untuk memotivasi kita untuk tetap
belajar, apalagi kayak saya kan sudah lama jadi harus menyesuaikan
dengan metode yang baru. (CTL/WW/SRI/20/12/2017)

281
Hasil wawancara dengan salah satu guru SMP Negeri 3 Sangatta

Utara diperoleh informasi bahwa pengawas belum pernah melakukan

supervisi kepala narasumber selama di Sangatta dan pada waktu masih di

Teluk Pandang pengawas sering melakukan supervisi kepada guru.

Kepala sekolah sering melakukan supervisi baik waktu berada di Teluk

Pandan maupun di Sangatta. Dalam pelaksanaan supervisi ada jadwal

yang dibuat oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum dengan cara

berkomunikasi dengan guru dan ditentukan tanggal sekian pelaksanaan

supervisi berdasarkan jadwal mengajar masing-masing guru. Supervisi

rutin dilaksanakan dua kali setiap tahunnya. Hal-hal yang dinilai dalam

supervisi antara lain mulai awal dari pembukaan berdasarkan RPP,

perangkat-perangatnya, apa meterinya, sub pokoknya, kemudian KD nya,

indikatornya, langkah-langkah pembelajaran, perangkat pembelajaran

(Prota, promes dan kalender pendidikan. Respon guru terhadap

pelaksaan supervisi bagus dan senang karena dengan supervisi akan

terus memotivasi guru tetap belajar dan terus meningkatkan

kemampuannya. Bentuk tindak lanjut dari kegiatan supervisi salah

satunya kepala sekolah bertanya kepada guru apa masalah yang dihadapi

oleh guru tersebut.

Dari paparan di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, pelaksanaan supervisi oleh pengawas belum berjalan sesuai

dengan apa yang diharapkan. Kehadiran pengawas di sekolah masih

kurang maksimal dengan berbagai macam alasan. Minimnya kehadiran

282
pengawas di sekolah akan berimbas kepada kualitas guru dalam

mengajar karena tidak pernah disupervisi oleh pengawas. Bahkan ada

guru yang tidak tau dan tidak kenal dengan pengawas pembinannya

disebabkan pengawas tidak pernah sama sekali melakukan supervisi

kepada guru yang menjadi binaannya. Guru perlu ada sosok yang

membimbing dalam pembuatan perangkat dan pelaksanaan pengajaran di

dalam kelas karena dibutuhkan peran pengawas yang maksimal dalam

melakukan pembinaan. Dengan seringya pengawas melakukan supervisi

kepada guru akan terjalin hubungan yang harmonis dan erat antara

pengawas dan guru.

Kedua, pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah sudah berjalan

dengan baik dan maksimal. Kepala sekolah yang punya peran ganda

sebagai supervisor telah menjalankan fungsinya dengan baik. Kepala

sekolah sebagai suprvisor dituntut tidak hanya sekedar melakukan

supervisi administrasi saja kepada guru tetapi lebih dari itu kepala sekolah

juga harus melakukan supervisi akademik yakni melihat langsung

bagaimana cara guru mengajar di kelas. Kepala sekolah juga perlu

menjalin hubungan yang baik dengan para gurunya agar proses

pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Semakin sering kepala sekolah

melakukan supervisi kepada guru maka kepala sekolah akan mengetahui

tingkat kemampuan masing-masing guru dalam membuat perangkat

pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.

283
Ketiga, untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang supervisor

pengawas dan kepala sekolah perlu meningkatkan kompetensi dirinya

khususnya kemampuan dalam pengwasan atau supervisi. Pemahaman

tentang pelaksanaan supervisi perlu di miliki oleh pengawas dan kepala

sekolah untuk memudahkan mereka dalam menjalankan tugasnya

sebagai seorang supervisor. Supervisi berkaitan dengan supervisi

akademik dan supervisi administrasi maka pengawas dan kepala sekolah

harus memiliki kemampuan dalam bidang pembuatan perangkat

pembelajaran dan penguasan metode dalam mengajar. Dua kemampuan

itu sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan supervisi apalagi nanti ketika

kepala sekolah dan pengawas harus mengajarkan guru bagaimana cara

memuat perangkat yang baik dan bagaimana cara mengajar yang baik.

Dalam hal ini, diperlukan pengawas yang andal dan memiliki kopetensi

dalam melakukan tugasnya sebagai pengawas sehingga guru dapat

dibina dan melakukan tugas sebagaimana mestinya. Sebab tidak semua

guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik karena berbagai

masalah yang mereka hadapi. Ketika melaksanakan tugas-tugasnya, tidak

semua tenaga kependidikan khususnya dapat melakukan dengan sebaik-

baiknya. Berbagai factor menjadi penyebab sehingga guru mengalami

hambatan atau gangguan dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut.

Terjadinya gangguan itu bisa saja karena factor guru itu sendiri, tetapi

tidak tertutup kemungkinan karena factor-faktor lainnya. Factor yang

berasal dari guru seperti; motivasi, pemahaman tugas pokok, niat,

284
tuntutan kebutuhan rumah tangga, dan lainnya, sedangkan factor-faktor

dari luar diri guru, seperti; iklim dan kultur sekolah, gaya kepemimpinan

kepala sekolah, penerapan reward dan punishment, undang-undang dan

peraturan tenaga kependidikan, mitos tentang guru, dan lainnya.

Keempat, rasio jumlah pengawas dengan guru binaan perlu

ditambah. Fakta di lapangan menunjukkan jumlah antara pengawas dan

guru yang dibina tidak seimbang. Masih ada pengawas yang membina

guru lebih dari kapasitas kemampuannya. Ada pengawas yang

mengawasi beberapa sekolah dan jika dikalkulasi jumlah gurunya lebih

dari 100 orang dan tentu akan menyulitkan pengawas dalam

melaksanakan pembinaan kepada guru tersebut. Ditambah lagi dengan

kondisi letak geografis antara satu kecamatan dengan kecamatan yang

lain cukup berjauhan bahkan adan yang ditempuh sampai satu hari

perjalanan untuk sampai ke sekolah tersebut. Maka idelanya adalah

pengawas itu berdasarkan mata pelajaran sehingga memudahkan

pengawas dalam melaksanaan pembinaan terhadap guru. Perlu ada

upaya dari Dinas Pendidikan untuk menambah jumlah pengawas agar

rasio jumlah pengawas dengan guru yang dibina seimbang.

Kelima, Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur perlu

melaksanakan pendidikan dan latihan untuk pengawas, calon pengawas

dan untuk asesor dari unsur guru senior. Diklat ini perlu dilakukan untuk

menambah wawasan bagi pengawas dan calon pengawas dalam

pelaksanaan supervisi serta serta sebagai lisensi bagi calon pengwas dan

285
asesor dari unsur guru senior. Berdasarkan pengamatan di lapangan

banyak ditemui pengawas yang bahkan belum pernah sama sekali

mengikuti diklat kepengawasan, kemudian guru senior yang dijadikan

asesor di sekolah juga banyak yang belum memiliki sertifikat asesor.

Diklat ini bisa dilaksanakan dengan pola minimal 16 jam sampai dengan

pola diklat 72 jam tergantung kemampuan anggaran Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur.

Dari semua paparan di atas peneliti gambarkan pelaksanaan

supervisi oleh pengawas dan kepala sekolah dilakukan melalui beberapa

tahapan sebagai berikut:

Perencanaan Pengorganisasian

1. SOP 1. Merinci Pekerjaan


2. Intrumen Supervisi 2. Membagi Beban Kerja
3. Pengorganisasian 3. Menetapkan
Mekanisme Kerja
4. Pelaksanaan
4. Melakukan
5.. Evaluasi Penyesuaian

PROSEDUR
PELAKSANAAN
SUPERVISI
1. Perencanaan 1. Kunjungan Kelas
2. Pengorganisasian 2. Observasi Kelas
3. Pelaksaan 3. Pertemuan Individual
4. Re avaluasi 4. Kunjungan Antar Kelas
5. Menilai Diri Sendiri

Pelaksanaan
Evaluasi

286
4. Program Pemberdayaan KKG dan MGMP Dinas pendidikan

Kabupaten Kutai Timur.

Terkait dengan program pemberdayaan KKG dan MGMP Dinas

Pendidikan Kabupeten Kutai Timur sudah berjalan dengan baik. Program

KKG dan MGMP berjalan di bawah komando masing-masing komunitas

sesuai dengan rumpun bidang studi masing-masing sekolah. Ada juga

kegiatan KKG dan MGMP yang melibat Dinas Pendidikan dalam hal ini

diwakili oleh pengawas namun kebanyakan komunitas KKG dan MGMP

melaksanakan kegiatan pertemuan tanpa diintruksikan oleh Dinas

Pendidikan. Untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan

kegiatan KKG dan MGMP pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur

peneliti melakukan wawancara dengan beberapa nasumber sebagai

berikut:

Kegiatan MGMP sejauh ini yang baru kita lakukan sekedar


persiapan UKK pak, setiap mau ada UKK kita melakukan MGMP untuk
membahas dan merevisi soal-soal UKK. Hampir seratus persen hadir
kecuali yang memang benar-benar berhalangan karena mengingat
pentingnya dari pertemuannya itu. Belum ada sekretariat khusus yang di
miliki oleh MGMP fasilitas dan akomodasi itu ditanggung oleh sekolah
yang bersangkutan, dikarenakan dia yang mengundang tentunya
responya sangat baik karena mereka senang kita hadir. (Pen) Kalau dari
sekolah ibu sendiri ada memberikan fasilitas berupa uang transport? (Haj)
Sejauh ini belum ada. Produk-produk yang dihasilkan dalam pertemuan
MGMP tentunya kalau kita UKK itu kan pak kita diberikan paket-paket soal
dari pusat kemudian biasanya kita oleh di MGMP karena biasanya sering
terjadi kesalahan-kesalahan soal. Nah dari situ kita menemukan
kesalahan-kesalahan tersebut kemudian kita mencari kunci jawaban dari
soal-soal tersebut, nah itu jadi hasil dari MGMP soal yang sudah fik dan
kunci jawaban yang sudah sesuai dengan soal yang standar.
(CTL/WW/HAJ/23/08/2017)

287
Hasil wawancara dengan narasumber diperoleh informasi bahwa

beliau aktif dalam kegiatan Musyarawah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

untuk mata pelajaran produktif akuntansi. Kegiatan yang dibahas dalam

MGMP adalah persiapan untuk pelaksanaan Uji Kompetensi Keahlian

(UKK) untuk mata pelajaran produktif jurusan Akuntansi. Untuk SMK

setiap tahun wajib melaksanakan uji kompetensi keahlian sesuai dengan

jurusan yang ada di SMK masing-masing. Pelaksanaan UKK ini biasanya

dilaksanakan pada bulan Februari setiap tahunnya. Pada saat MGMP juga

peserta membahas dan merevisi paket soal untuk UKK, hal ini dilakukan

untuk menyesuakan soal dengan kompetensi yang ada pada masing-

masing jurusan yang telah diajarkan kepada siswa. Dalam

pelaksanaannya kegiatan MGMP untuk jurusan akuntansi semua guru

yang masuk dalam kemunitas MGMP hadir semua kecuali bagi guru yang

memang betul-betul berhalangan karena ada keperluan yang tidak bisa

ditinggalkan oleh guru yang bersangkutan.

Terkait dengan sarana dan prasarana yang di miliki oleh MGMP

tidak ada sarana khusus yang dimiliki oleh mereka. Sarana dan prasarana

yang dipakai dalam setiap kali pertemuan mengandalkan sarana dan

prasarana yang ada di sekolah tempat secretariat MGMP tersebut.

Respon sekolah yang mengundang untuk MGMP cukup baik fasilitas dan

akomodasi disiapkan oleh sekolah bersangkutan. Semua fasilitas yang

dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan MGMP biasanya sudah disiapkan

oleh sekolah yang menjadi tempat pertemuan kegiatan MGMP tersebut.

288
Sarana dan prasarana tersebut dipinjamkan kepada komunitas MGMP

dengan syarat sarana dan prasarana tersebut di rawat dan dijaga dengan

baik. Semantara untuk sekolah asal narasumber tidak memberikan uang

transport sama sekali selama kegiatan MGMP berlangsung.

Masih menurut narasumber kegiatan MGMP untuk mata pelajaran

produktif Akuntansi jadwal pertemuan dilaksanakan satu kali dalam satu

tahun secara tatap muka. Komunikasi selama ini tetap jalan hanya

komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media social saja

sehingga kalau ada persoalan yang harus rumuskan dan dipecahkan

bersama akan mengalami kesulitan kerena guru tidak bertemu secara

lansung. Adapun produk-produk yang dihasilkan dalam kegiatan MGMP

tersebut adalah perbaikan soal-soal Uji Kompetensi Keahlian (UKK)

sesuai dengan standar yang ada sehingga waktu diujikan sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan. Untuk evaluasi kegiatan MGMP Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur belum pernah melakukan evaluasi

pelaksanaan MGMP tersebut, evaluasi hanya dilakukan oleh pengurus

dari MGMP saja.

Untuk mengecek informasi pertama dari narasumber tersebut di

atas peneliti masih melakukan wawancara dengan salah satu guru yang

ada di SMK Negeri 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Di MGMP itu yang pertama yang dilakukan ya mulai dari analisis


KI-KD pak, habis itu penyusunan RPP, penyusunan indicator sampai
kepada penyusunan perencanaan pemebelajaran sampai kepada
evaluasi, itu kami lakukan setiap satu Bulan sekali, tapi ya kadang saya
bisa datang, kadang tidak bisa karena waktunya bersamaan dengan jam
belajar. Kehadiran anggota kurang aktif pak karena jumlahnya itu dari

289
semua yang ada itu sekitar 25 orang padahal jumlahnya ada sekitar 50
an. Kami memang ada kepengurusan pak tapi sekretariatnya itu tidak
tertulis dimana tapi berdasarkan ketuanya dimana di situlah sekretariatnya
untuk pelaksanaan kegiatan setiap bulan sekali dan kami
menginformasikan memastikan tempat-tempat yang akan dijadikan
pertemuan dan itu bergilir. Setelah kami tentukan kami berkomunikasi
dengan kepala sekolah untuk pinjam tempat untuk pelaksanaan kegiatan
MGMP. Pembiayaannya kami mengambil dari komunitas ini dari setiap
kegiatan setiap sebulan sekali membayar 50 ribu pak. Jadwal rutin yaitu
setiap satu bulan sekali tetapi pelaksanaannya itu kita sepakati bersama
biasanya setiap hari sabtu, tapi belakangan ini karena hari Sabtu libur jadi
mereka banyak yang tidak bisa hadir dan diganti dengan hari jumat.
(CTL/WW/ALI/23/08/2017).

Dari hasil wawancara dengan salah satu guru SMK Negeri 1

Sangatta Utara diperoleh informasi bahwa yang bersangkutan ada

memiliki komunitas MGMP tetapi pelaksanaannya masih kurang aktif.

Adapun materi yang dibahas dalam kegiatan MGMP tersebut di antaranya

analisis KI-KD, penyusunan RPP secara bersama-sama, penyusunan

indikotar dan penyusunan cara melakukan evaluasi kepada siswa.

Analisis KI-KD perlu dilakukan oleh guru yang satu rumpun mata pelajaran

agar guru mengetahui apakah KI-KD pada materi pelajaran tersebut

sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada. Ketika ditemukan

ternyata KI-KD tersebut tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada

maka guru harus memperbaiki sesuai dengan rambu-rambu yang yang

ada. Dalam kesempatan MGMP juga guru melakukan membahasan dan

penyusunan RPP secara bersama dengan tujuan untuk menyeragamkan

bentuk RPP untuk bidang studi khususnya Matematika. Ketika RPP

dibahas dan susun secara bersama-sama akan menghasilkan RPP yang

baik karena banyak masukan dari guru-guru senior lainnya. Masing-

290
masing guru tentu memiliki pengalaman yang berbeda-beda satu sama

lainnya, dengan adanya perbedaan pengalaman akan menambah

wawasan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran tersebut.

Dalam kegiatan MGMP untuk bidang studi matematika kehadiran

dari peserta atau anggota kurang aktif menurut informasi dari narasumber.

Kurang aktifnya kehadiran tersebut karena bebarapa alasan misalnya

jauhnya jarak tempuh, sibuk denga kegiatan sekolah dan lain sebagainya.

Untuk sarana dan prasarana penunjang keguatan MGMP Matematikan

susunan pengurus sudah terbentuk sementara untuk secretariat MGMP

belum ada . Sekretariat selama ini menyesuaikan tempat asal sekolah

ketua terpilih, jika ketua terpilih berasal dari SMKN 1 Sangatta Utara maka

sekretariat MGMP berada di SMKN 1 Sangatta Utara, kalau ketua terpilih

berasal dari SMKN 2 Sangatta Utara maka tentu sekretariat juga akan

menginduk di SMKN 2 Sangatta Utara demikian seterusnya. Sampai saat

ini sekretariat permanen secara khusus belum ada karena keterbatas

dana untuk membangun sekretariat tersebut. Untuk kegiatan setiap kali

pertemuan biasanya dilakukan secara bergilir dari sekolah satu ke sekolah

yang lainnya rutin setiap bulannya dengan cara berkomunikasi dengan

kepala sekolah yang sekolahnya akan dijadikan tempat pertemuan.

Untuk pembiayaan kegiatan MGMP Matematika selama ini

dilakukan secara mandiri baik uang transport, uang iuran anggota dan

makan ditanggung oleh masing-masing guru karena sekolah tidak pernah

memberikan subsidi untuk kegiatan MGMP tersebut. Sedangkan jadwal

291
pelaksanaan kegiatan MGMP dilaksanakan satu bulan satu kali pada hari

sabtu sesuai dengan kesepakatan para anggota. Untuk saat ini jadwal

pelaksanaan MGMP berubah dari hari Sabtu ke hari Jumat dengan

pertimbangan banyak SMK yang melaksanakan full day school sehingga

hari sabtu sekolah libur. Untuk evaluasi kegiatan MGMP ada tapi masih

sebatas monitoring saja belum dilakukan evaluasi secara menyeluruh dan

mendalam.

Kemudian untuk mengetahui apakah program MGMP pada jenjang

SMP sudah berjalan peneliti melakukan wawancara dengan salah satu

wakil kepala SMP Negeri 5 Sangatta Utara sebagai berikut:

Biasanya dalam kegiatan MGMP itu yang dilaksanakan mulai dari


penyusunan panitia, terus membahas SIM GPO, guru pembelajar online,
terus membahas tentang penyusunan RPP sama-sama yang dalam waktu
dekat akan dilaksanakan itu apa tentang soal ujian try out supaya
serentak sama sangatta utara Sangatta selatan. Jadwal pertemuan
sebulan sekali. Sekretariatnya, ketuanya dari Sangatta Selatan tapi
sekretariatnya di SMPN 1 Sangatta Utara Mengingat SMPN 1 lebih mudah
akses kesitu dan setiap jumat siang disediakan memang tempat dan disitu
sudah ada infokusnya juga, (Pen) Dari sekolah difasilitasi dana
transportasi dan iuran peranggota perbulan 25 ribu semuanya ditanggung
oleh sekolah masing-masing. Siapa saja guru yang ikut dapat uang saku
dari sekolah. Ketua MGMP ada melakukan evaluasi dan dari dewan
Pembina yaitu kepala sekolah SMPN 3 Sangatta Utara Ibu Rita ada hadir
dan setelah kami selesai membahas, biasanya bu Rita memberikan
wejangan diakhir pertemuan sebagai bentuk evaluasi dari kegiatan MGMP
yang kami laksanakan setiap bulannya. (CTL/WW/NI/25/08/2017)

Dari hasil wawancara dengan ibu Ninip diperoleh informasi bahwa

beliau pernah mengikuti kegiatan MGMP untuk bidang studi Matematika

tingkat SMP. Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan MGMP tersebut

adalah penyusunan panitia kegiatan, membahasa SIM GPO, menyusunan

RPP secara bersama-sama dan penyusanan soal try out untuk ujian.

292
Dalam pelaksanaannya kehadiran anggota MGMP aktif dan setiap kali

pertemuan ada perwakilan dari setiap sekolah yang diundang. Adapun

jadwal kegiatan dilaksanakan sebulan sekali ada ada jadwal rutinnya

dilaksanakan setiap hari jumat setelah pulang sekolah. Adapun sarana

pendukung kegiatan MGMP selama ini masih menggunakan fasilitas yang

ada di SMPN 1 Sangatta Utara. Alasan mengapa SMPN 1 Sangatta Utara

dijadikan tempat pertemuan MGMP karena akses lebih mudah dijangkau

oleh guru, akses kendaraannya juga mudah dan berada di pusat kota.

Alasan yang lainnya karena fasilitas yang ada di SMPN 1 Sangatta Utara

sangat memadai untuk kegiatan MGMP Matematika. Dalam hal ini

sekolah juga memberikan uang transportasi kepada guru yang akan

melakasanakan kegiatan MGMP berupa uang iuran sebesar 25 ribu dan

uang untuk transportasi. Produk yang dihasilkan dari kegiatan MGMP

tersebut diantaranya RPP yang seragam, soal seragam dan mendapatkan

password baru dari SIM GPO. Untuk evaluasi kegiatan MGMP dilakukan

rutin oleh ketua dan dewan Pembina kepala SMPN 3 Sangatta Utara ikut

hadir dan memberikan wejangan diakhir pertemuan.

Untuk mengecek kebenaran informasi dari salah satu guru SMP

tersebut peneliti melakukan wawancara kepada guru SMPN 5 Sangatta

Utara yang lainnya sebagai berikut:

Kegiatan yang kami lakukan dalam MGMP adalah seputar


membuat RPP, bedah soal untuk ujian semester, USBN, membuat prota
dan promes agar seragam, berbagi informasi metode mengajar yang telah
diterapkan di sekolah masing-masing, membuat kisi-kisi soal ujian sekolah
dan soal tri out bersama. Menurut saya cukup baik partisipasi teman
teman guru dari sekolah lain yang mengikuti kegiatan MGMP tersebut.

293
Setiap ada undangan untuk MGMP biasanya guru hadir semua karena
kegiatan MGMP ini kami laksanakan setelah pulang sekolah mulai jam
14.00 sampai selesai. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
pelaksanaan MGMP kami selama ini masih menggunakan gedung
sekolah dan biasanya setiap bulan selalu bergiliran dari sekolah satu ke
sekolah lainnya, ya tergantung kesiapan sekolah yang bersangkutan.
Biasanya sih kita kalau MGMP mengambil tempat di SMPN 1 Sangatta
Utara atau di SMPN 3 Sangatta Utara dengan pertimbangan dua sekolah
tersebut merupakan sekolah maju yang memiliki fasilitas lengkap.
Sedangkan sekretraiat MGMP berlokasi di sekolah yang gurunya menjadi
ketua MGMP, kalau ketuanya berasal dari SMPN 1 maka sekretariatnya
ya pasti di SMPN 1 juga dan begitu seterusnya. Pengurus biasa
mengadakan evaluasi kegiatan MGMP pertiga bulan sekali, seluruh
pengurus dikumpulkan untuk mengevaluasi kegiatan selama tiga bulan
berjalan, jika ditemukan kekurangan akan diberbagai bersama pada
pertemuan MGMP bulan selanjutnya. Hasil evaluasi berbentuk
rekomendasi perbaikan yang akan di edarkan kepada anggota untuk di
bahas pada pertemuan selanjutnya. Evaluasi ini diharapkan dapat menjadi
tolak ukur untuk kemajuan pelaksanaan kegiatan MGMP pada tahun ke
depan. (CTL/WW/MUS/25/08/2017).

Informasi yang diperoleh dari narasumber bahwa beliau pernah dan

sering mengikuti kegiatan MGMP untuk bidang studi Pendidikan Agama

Islam (PAI) untuk tingkat SMP dan sederajat. Kegiatan yang dilakukan

pada saat pertemuan MGMP adalah membuat RPP secara bersama-

sama, bedah soal ujian semester, soal ujian sekolah berstandar nasional

(USBN), mebuat prota dan promes, berbagi informasi tentang metode

mengajar dari masing-masing guru yang hadir, membuat kisi-kisi ujian

sekolah dan soal untuk try out bersama. Untuk partisipasi peserta dalam

kegiatan MGMP PAI untuk tingkat SMP cukup baik karena setiap

diundang guru hadir semua. Pelaksaan kegiatan MGMP dilaksanakan

setelah pulang sekolah biasaya pada hari Sabtu jam 14.00 Wita sampai

selesai.

294
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh komunitas MGPM

PAI masih menggunakan gedung sekolah dan fasilitas sekolah yang

dijadikan tempat pertemuan setiap bulannya. Setiap bulan biasanya

kegiatan MGMP itu dilaksanakan secara bergiliran tergantung kesiapan

sekolah masing-masing yang ditunjuk. Biasanya di SMPN 1 dan SMPN 3

Sangatta Utara dengan pertimbangan kedua sekolah tersebut kategori

sekolah maju dan fasilitas yang ada di sekolah lengkap. Dan untuk

sekretariat MGMP tergantung dimana asal sekolah ketua terpilih dari SMP

mana. Sekolah memberikan fasiltas berupa uang transportasi dan

akomodasi. Ada jadwal kegiatan pertemuan setiap bulannya dibuat oleh

pengurus MGMP, jadwal disebarkan ke masing-masing sekolah yang

menjadi anggota dan kegiatan dilaksanakan jam 14.00-16.00 Wita setiap

bulannya. Produk yang dihasilkan sebagian di bukukan dan sebagian

tidak di bukukan. Produk yang di bukukan biasanya soal ujian semester,

soal ujian try out digandakan dan dalam bentuk CD. Pengurus melakukan

evaluasi tiap tiga bulan sekali, pengurus dikumpulkan mengevaluasi

kegiatan selama tiga bulan kekurangannya di mana dan diperbaiki

bersama. Hasil evaluasi berbentuk rekomendasi perbaikan diedarkan ke

seluruh anggota dan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Peneliti juga melakukan kroscek kembali kepada guru dari SMP

lain terkait dengan pelaksaan MGMP di tingkat sekolah menengah

pertama beberapa guru menyampaikan pernah dan aktif mengikuti

295
kegiatan MGMP. Peneliti melakukan wawancara dengan wakil kepala

SMPN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Yang dibahas dalam MGMP macam-macam bapak, di awal


pertemuan kita biasanya menyusun rencananya mau apa, jadi kita yang
menentukan, kemudian penyusunan silabus dan RPP secara bersama-
sama, biasanya kan RPP berbeda-beda pak ya yang biologi sendiri yang
fisika biasanya sendiri, karena kita mengajar IPA terpadu ya harus
menyesuaikan dengan materi yang ada. analisis KI-KD, analisis materi
pelajaran, yang terakhir kemarin kami belajar bagaimana caranya
membuat PTK. Kemudian terkait dengan sarana pendukung MGMP
kebetulan teman-teman lebih suka di sini karena kami punya Lab. IPA jadi
kami menggunakan Lab. IPA sekalian praktek di dalamnya, adanya
infokus yang ada di Lab. Ruangannya juga cukup luas dan mudah di
jangkau. Jadwal pertemuan satu bulan sekali, minggu kedua. Pernah
dilakukan evaluasi MGMP tapi tidak rutin. (CTL/WW/YAN/11/09/2017).

Hasil wawancara dengan narasumber bahwa yang bersangkutan

pernah dan sering mengikuti kegiatan MGMP dan kebetulan beliau juga

termasuk tim Pembina MGMP tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan

biasanya bermacam-macam pada pertemuan awal membuat rencana

mau apa sebulan kedepan kemudian menyusun silabus dan RPP, analisis

KI-KD, analisis materi pelajaran dan kegiatan terakhir belajar cara

membuat PTK yang baik dan benar dan produk-produk tersebut ada yang

dibukukan dan ada yang tidak. Untuk partisipasi guru dalam kegiatan

MGMP yang dekat-dekat banyak yang datang sedangkan yang jauh

kadang hadir kadang tidak hadir. Sarana dan prasarana ada Lab. IPA, ada

infokus dan sarana lainnya yang semuanya masih menggunakan fasilitas

yang disediakan oleh sekolah tempat pertemuan berlangsung. Sedangkan

untuk sekretariat MGMP masih menggunakan gedung sekolah asal ketua

terpilih. Jadwal kegiatan pertemuan MGMP dilaksanakan satu bulan sekali

296
setiap minggu kedua jam 2 sampai dengan jam 4 atau sore. Evaluasi

kegiatan MGMP pernah dilakukan tetapi tidak rutin.

Kemudian peneliti masih melakukan wawancara dengan guru

SMPN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Yang dilaksanakan di MGMP diawal itu kita mengumpulkan teman-


teman dan menyusun bersama program-program gitu pak ya yang akan
dilaksanakan kalau yang sudah pernah misalkan bagaimana kita
memperbaiki penyusunan RPP, kemudian membuat soal-soal ujian
tengah semester, ujian semester, kemudian praktikum bersama serta
praktikum silang, kemudian PTK. Sarana prasarana masih menggunakan
fasilitas-fasilitas sekolah yang ada, karena memang teman-teman
sukanya ya di sini di SMP 1 karena fasilitasnya cukup memadai. Respon
teman-teman untuk mengikuti kegiatan MGMP cukup antusias.
(CTL/WW/TAN/11/09/2017).

Hasil wwancara dengan narasumber diperoleh informasi bahwa

yang bersangkutan pernah ikut kegiatan MGMP dan termasuk pengurus

dua tahun yang lalu dan sekarang menjabat sebagai sekretaris untuk

periode kedua. Kegiatan yang dilakukan dalam MGMP biasanya kumpul

bersama, menyusun program kegiatan secara bersama, memperbaiki

penyusunan RPP, membuat soal-soal untuk ujian tengah semester, ujian

semester, praktikum bersama, praktikum silang dan membahas

bagaimana cara membuat PTK yang baik dan benar. Kegiatan ketersebut

rutin dilaksanakan setiap bulannya sesuai dengan jadwal yang sudah

ditetapkan oleh pengurus MGMP. Sedangkan untuk sarana dan prasarana

pendukung kegiatan MGMP tersebut masih menggunakan fasilitas

sekolah yakni SMPN 1 Sangatta Utara lengkap fasilitasnya dan rekan-

rekan guru lebih suka kalau pelaksanaan MGMP dilaksanakan di SMPN 1

297
Sangatta Utara. Untuk respon teman-teman dalam kegiatan MGMP

tersebut cukup antausias.

Untuk membuktikan apakah kegiatan MGMP untuk tingkat sekolah

menengah atas sudah terlaksana dengan baik peneliti melakukan

wawancara dengan salah satu guru yang ada di SMAN 1 Sangatta Utara

sebagai berikut:

Banyak hal yang kami lakukan dalam kegiatan MGMP tersebut


mulai dari bedah buku pelajaran, bedah soal UTS dan UAS, diskusi
tentang penggunaan media dan metode yang tepat dalam pembelajaran,
pembuatan perangkat pembelajaran dan diskusi seputar bagaimana cara
mengajar yang baik dan benar. Kegiatannya lainnya ya kita bertukar
pengalaman dengan guru-guru yang lain tentang banyak hal misalnya
bagaimana cara mengatasi anak yang bermasalah, bagaimana cara
mendesain pembelajaran yang baik dan banyak hal pak yang kita bahas
dalam kegiatan MGMP tersebut. Alhamdulillah partisipasi teman-teman
guru dalam kegiatan MGMP khusus Pendidikan Agama dan Budi Perkerti
karena kebetulan saya mengajar bidang Studi Agama Islam cukup
antausias dalam setiap kegiatan yang kita laksanakan. Hampir 90 pesen
teman-teman yang diundang hadir dalam setiap kegiatan MGMP tersebut.
kegiatan MGMP kami selalu bergilir misalnya bulan ini di SMAN1 Sangatta
Utara, bulan depan di SMAN 2 Sangatta Utara dan seterusnya bergiliran
setiap bulannya. Hal ini kami lakukan untuk melakukan penyegeran dan
pengenalan lingkungan sekolah masing-masing peserta MGMP tersebut.
Dengan cara ini kami saling mengenal lingukungan dan budaya sekolah
masing-masing. Alhamdulillah sekolah memberikan kepada saya uang
transport dan uang iuaran anggota setiap bulannya.
(CTL/WW/FAI/28/09/2017)

Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa yang bersangkutan

aktif dalam kegiatan MGMP. Hal-hal yang dilakukan dalam pertemuan

MGMP bedah buku pelajaran, bedah soal untuk ujian tengah semsester

(UTS) dan soal untuk ujian akhir semester (UAS), diskusi mengenai

penggunaan media dan motode yang tepat dalam pembelajaran. Kegiatan

lainnya adalah pembuatan perangkat pembelajaran seperti RPP, silbus,

298
prota, promes dan perangkat pembelajaran lainnya. Dalam kegiatan

tersebut juga guru diskusi tentang cara mengajar yang baik dan benar,

bertukar pengalaman dengan guru yang lain semisal bagaimana cara

mengatasi anak-anak yang bermasalah di sekolah dan bagaimana cara

mendesain pembelajaran yang baik. Menurut narasumber untuk

partisipasi guru yang menjadi anggota dalam kegiatan MGMP cukup

antusias dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh

pengurus MGMP hal ini dibuktikan dengan tingkat kehadiran yang cukup

tinggi.

Dalam pelaksanaan MGMP ada jadwal yang dibuat yakni

pertemuan MGMP dilaksanakan sebulan sekali dan rutin setiap bulannya.

Pertemuan dilakukan setelah pulang sekolah mulai jam 15.00-17.00 Wita

setiap hari jumat minggu kedua setiap bulannya. Pelaksanaan MGMP

tidak mengganggu proses pembelajaran di sekolah karena dilaksanakan

diluar jam pembelajaran. Dalam prakteknya kegiatan MGMP dilaksanakan

bergilir setiap bulannya ke semua sekolah yang menjadi anggota MGMP

tersebut. Tujuan dari pelaksanaan secara bergilir adalah untuk

penyegaran dan pengenalan lingkungan, saling mengenal lingkungan dan

budaya sekolah masing-masing. Sementara itu untuk sarana dan

prasarana pendukung yakni sekretariat belum ada dan masih

menggunakan fasilitas sekolah yang ada. Sekolah yang dijadikan tempat

pertemuan memberikan keleluasaan menggunakan fasilitas sekolah

tersebut dengan syarat harus dijaga dengan baik. Bagi guru yang akan

299
melakukan kegiatan MGMP sekolah dalam hal ini SMAN 1 Sangatta Utara

memberikan uang transport dan uang iuran anggota setiap kali pertemuan

diadakan. Produk-produk yang dihasilkan berupa soal UTS dan UAS yang

seragam dan perangkat pembelajaran yang dibuat dijilid dan digunakan di

sekolah masing-masing.

Untuk mendukung informasi yang diperoleh dari salah satu guru

SMA tersebut di atas selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan

salah satu guru SMKN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Di MGMP kami punya group MGMP tersendiri di WA selain itu juga


kami sering kaitan dengan perangkat pembelajaran, terus juga sempat
kita punya rapat-rapat kaitan dengan kegiatan MGMP dan pernah ingin
merencanakan sebuah program tapi belum terlaksana. Ini memang
terkendalanya dana pak ya jadi yang sekarang ini ketua kami berusaha
untuk melobi lagi dari provinsi untuk ada dana khusus untuk MGMP tapi
ada beberapa teman yang menyarankan ya udah kita tetap jalan
walaupun dana dari provinsi itu belum ada. Partisipasi teman-teman guru
dalam kegiatan MGMP terkait dengan kehadirannya yang kurang pak, jadi
kita ini kan komunikasi lewat WA lumayan baik tapi ketika bertemu
langsung sulit, kesulitannya adalah kita punya jarak tempuh yang
berbeda-beda jadi ada teman-teman yang dari Wahau dan sebagainya
jadi kita buat zona, karena pertemuan untuk wilayah Sangatta Utara,
Selatan Teluk Pandan juga Bengalon itu kita laksanakan yang rajin datang
itu dari Bengalon dan Sangatta. (CTL/WW/KOM/18/10/2017)

Hasil wawancara dengan salah satu guru SMK Negeri 1 Sangatta

Utara diperoleh informasi bahwa yang bersangkutan aktif dalam kegiatan

MGMP khususnya MGMP mata pelajaran Bahasa Inggris untuk tingkatan

SMK. Yang bersangkutan termasuk pengurus MGMP tingkat Kabupaten

Kutai Timur dan jabatan sekarang sebagai sekretaris, pada periode

sebelumnya pernah menjabat sebagai ketua MGMP mata pelajaran

Bahasa Inggris. Kegiatan yang dilakukan dalam MGMP pembahasan

300
perangkat pembelajaran dan lainnya. Untuk saat ini MGMP Bahasa

Inggris ada group di WA sehingga komunikasi inten dilakukan melalui

media social tersebut. Ada jadwal pertemuan yang dibuat oleh pengurus

tapi tidak rutin, kadang dalam satu tahun hanya dua kali pertemuan dan

untuk tahun ini ketua tiga kali ke sekolah. Komunikasi hanya intens

dilaksanakan melalui media WA saja, ada jadwal sebulan sekali

mengadakan pertemuan tetapi tidak terlaksana dengan baik sesuai

dengan rencana. Adapun partisipasi anggota MGMP dalam setiap

pertemuan kurang aktif karena komunikasi hanya dilakukan lewat WA saja

bertemu langsung sangat sulit terwujud disebabkan jarak tempuh masing-

masing guru berbeda-beda dan yang rajin datang dari Sangatta dan

Bengalon saja, kalau diprosentasikan kehadiran sekitar 30 persen. Produk

MGMP di antaranya membuat soal ujian dan persiapan ujian nasional

atau try out. Sedangkan sarana pendukung kegiatan MGMP sangat

kurang sekali karena secretariat tidak ada dan sarana prasarana otomatis

juga tidak ada. Sementara ini untuk secretariat menyesuaikan asal

sekolah ketua terpilih dan sekolah tidak memberikan uang transport sama

sekali dan iuran anggota berasal dari kantong pribadi guru yang

bersangkutan.

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara dengan guru lain yang

mengajar di SMK Negeri 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Biasanya yang dibahas dalam MGMP tersebut pertama itu ada


yang tentang PTK jadi yang sudah PTK di seminarkan saat kita MGMP,
kemudian ada sering tentang PTK ada juga tentang hasil UKG, hasil UKG
itu misalnya siapa yang nilainya bagus siapa yang nilainya rendah

301
sehingga disitu kita bagi soal kita bedah bersama. Kalau ada perubahan
tentang RPP baru kita bahas kalau tidak ada perubahan kita tidak bahas.
kalau ada format baru, baru kita bahas misalnya ada yang dapat media
penulisan tentang matematika mengenai dimensi tiga atau ada hal yang
baru kita juga sering bersama. Partisipasi teman-teman peserta MGMP
kurang maksimal jadi misalnya anggotanya 20 orang mungkin yang
datang separuh. (CTL/WW/KAM/14/12/2017)

Hasil wawancara dengan salah satu guru SMKN 1 Sangatta Utara

diperoleh informasi bahwa beliau aktif dikegiatan MGMP dan yang

bersangkutan termasuk salah satu pengurus menjabat sebagai

bendahara. Untuk MGMP matematikan sudah enam bulan terbentuk

karena sebelumnya MGMP mata pelajaran matematika gabung antara

SMA dan SMK. Setelah pengelolaan SMA dan SMK berpindah ke provinsi

maka ada kebijakan untuk komunitas MGMP SMA dan SMK harus

terpisah dan berdiri sendiri. Adapun yang dibahas dalam kegiatan MGMP

tersebut yang pertama seminar tentang PTK, bagi guru yang sudah punya

PTK wajib di seminarkan dalam kegiatan MGMP tersebut. Kemdian

setelah seminar PTK kegiatan selanjutnya adalah tukar informasi dan

pengalaman tentang pembuatan PTK kemudian juga sering hasil uji

kompetensi guru (UKG) yang memperoleh nilai tinggi siapa saja dan yang

memperoleh nilai rendah siapa saja. Setelah itu soal UKG tersebut

dibagikan kepada guru yang lain dibedah dan dibahas bersama dengan

guru yang lainnya. Dalam kegiatan MGMP juga dibahas tentang ada

tidaknya perubahan dalam pembuatan RPP kalau ada harus dirubah dan

disesuaikan dengan petunjuk yang ada.

302
Dari pelaksanaan MGMP yang pernah dilakukan untuk tingkat

kehadiran angggota kurang maksimal hanya berkisar 50 persen saja.

Sementara untuk jadwal kegiatan MGMP dilaksanakan satu bulan sekali,

waktu dan hari menyesuaikan dan tergantung dari kesiapan sekolah yang

menjadi tempat pertemuan. Untuk sarana pendukung kegiatan MGMP

menurut narasumber tidak ada bahkan untuk sekretariatan sampai saat ini

belum memiliki dan masih menumpang di sekolah asal ketua terpilih.

Untuk sarana seperti labtop dan sarana pendukung lainnya masing-

masing guru membawa sendiri. Untuk transport tidak ada subsidi dari

sekolah dan untuk uang iuran anggota sebesar 50 ribu berasal dari

kantong pribadi guru.

Hari selanjutnya peneliti megadakan wawancara dengan salah satu

wakil kepala sekolah SMPN 3 Sangatta Utara sebagai berikut:

Yang dilaksanakan dalam MGMP yang paling sering adalah karena


saya lihat MGMP itu dilaksanakan biasanya menjelang semester,
memang setiap bulan pak tapi kegiatan utama yang dilaksanakan adalah
membentuk program ke depannya apa kemudian karena ini dilaksanakan
menjelang ujian semester kita membuat soal bersama-sama soal
semester kemudian soal itu akan diambil lima soal itu yang terbaik di
antara guru-guru itu dijadikan satu dan digunakan di setiap sekolah jadi
soalnya seragam. Kehadiran dalam MGMP sekitar 80 persen pak dari
para anggota yang hadir. Sarana pendukung kegiatan MGMP seperti
biasanya pak perlengkapan yang lain seperti sounsistem kemudian ada
infokus atau LCD menggunakan sekolah yang kita tempati sebagai tempat
pelaksanaan MGMP. Ada juga printer jadi sekolah yang kebetul dapat
jadwal untuk pelaksanaan MGMP kita menggunakan alat-alatnya, Jadi
kalau inventaris khusus belum ada pak. Kemudian akomodasi difasilitasi
oleh sekolah pak sebesar 100 untuk iuran dan uang trasportasi dan uang
makan. (CTL/WW/AS/20/12/2017)

Hasil wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa yang

bersangkutan aktif dalam setiap kegiatan MGMP sebagai anggota. Hal hal

303
yang dilaksanakan dalam kegiatan tersebut yaitu kegiatan utamanya

membuat orogram kerja kemudian membuat soal untuk ujian akhir

semester, diambil lima soal terbaik dari masing-masing guru kemudian

dijadikan satu, digunakan di setiap sekolah dan soalnya seragam untuk

setiap sekolah. Tapi pada prakteknya soal soal yang direncanakan

seragam tersebut belum pernah dipakai karena tidak semua guru yang

hadir yang telah disepakati membuat soal mengumpulkan ke pengurus

untuk di satukan akhirnya pada saat pelaksanaan UAS kembali ke soal

masing-masing sekolah. Partisipasi anggota dalam kegitan MGMP

tersebut cukup tinggi.

Untuk sarana pendukung kegiatan MGMP diantaranya sounsystem,

LCD, printer yang disiapkan oleh sekolah yang menjadi tempat pertemuan

MGMP tersebut. Untuk sekretariatnya berada di SMPN 1 Sangatta Utara

karena sekolah tersebut cukup lengkap pasilitas pembelajarannya. Dalam

perakteknya kegiatan MGMP diadakan secara bergiliran setiap bulannya

dari satu sekolah ke sekolah lainnya yang menjadi anggota MGMP.

Sekolah juga menyediakan akomodasi bagi guru SMPN 3 yang akan

mengkuti kegiatan MGMP. Akomodasi diberikan oleh sekolah sebesar 100

ribu sekali pertemuan dengan rincian 50 ribu untuk iuran anggota dan

sisanya 50 ribu untuk transport dan komsumsi dengan syarat uang akan

diberikan jika ada bentuk fisik berupa undangan kegiatan MGMP. Jadwal

kegiatan pelaksanaannya satu kali dalam satu bulan waktunya pada hari

Sabtu sesudah jam pelajaran selesai, guru kumpul jam 2 siang sampai

304
dengan jam 4 sore. Untuk evaluasi kegiatan MGMP masih kurang

maksimal, ketua melakukan monitoring tetapi pelaksanaannya tidak

maksimal.

Kesimpulan dari pelaksanaan KKG dan MGMP pada Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur sebagai berikut: Pertama,

pelaksanaan KKG dan MGMP pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Timur sudah berjalan dengan baik tapi perlu ada penyempurnaan dalam

pelaksanaannya. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil

wawancara dengan narasumber menunjukkan pelaksanaan KKG dan

MGMP sudah berjalan. Masing-masing komunitas baik KKG dan MGMP

melaksanakan kegiatan rutin setiap bulannya berdasarkan kesepakatan

bersama dengan para anggota komunitas. Prakteknya di lapangan

masing-masing komunitas baik KKG maupun MGMP melaksanakan

kegiatan pertemuan tanpa dikomando oleh Dinas Pendidikan. Mereka

inisiatif sendiri untuk melaksanakan setiap pertemuan.

Kedua, dalam pelaksanaan KKG dan MGMP perlu perencanaan

yang matang agar hasil yang diingin dapat tercapai. Perencanaan ini perlu

dilakukan untuk memudahkan pengelola dalam menjalankan semua

kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan meliputi pembuatan SOP

KKG dan MGMP, jadwal pelaksanaan, pengorganisasian pelaksanaan

KKG dan MGMP, materi-materi akan di bahas dalam kegiatan KKG dan

MGMP dan evaluasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan setiap

komunitas baik KKG dan MGMP belum memiliki SOP yang memadai

305
sehingga berimbas kepada pelaksanaan kegiatan KKG dan MGMP yang

asal-asalan. Outpun dari hasil pertemuan tersebut juga tidak

menghasilkan sesuatu yang baru yang bisa dijadikan untuk

pengembangan kualitas masing-masing guru.

Ketiga, peran Dinas Pendidikan dalam pembinaan KKG dan MGMP

masih belum maksimal. Data dilapangan menunjukkan Dinas Pendidikan

jarang melakukan monitoring atau supervisi terhadap pelaksanakan

kegiatan KKG dan MGMP, setiap kali di undang dalam pertemuan KKG

dan MGMP Dinas Pendidikan jarang hadir dalam pertemuan tersebut.

Pengawas pun ketika diundang hanya sebagaian yang bisa hadir

selebihnya tidak menghadiri pertemuan tersebut. Perlu ada perhatian

yang lebih dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur kepada

komunitas KKG dan MGMP agar wadah KKG dan MGMP bisa dijadikan

sebagai tempat pembinaan mutu guru di Kutai Tumur. Keterlibat Dinas

Pendidikan bisa diwujudkan dalam bentuk monitoring secara berkala

terhadap pertemuan-pertemuan setiap komunitas KKG dan MGMP yang

dilaksanakan.

Keempat, sarana pendukung kegiatan KKG dan MGMP masih jauh

dari kata lengkap. Selama ini pelaksanaan KKG dan MGMP masih

menggunakan fasilitas masing-masing sekolah yang dijadikan tempat

pertemuan. Perlu ada terobosan baru oleh Dinas Pendidikan Kabupaten

Kutai Timur untuk melengkapi sarana terutama gedung sekretariat KKG

dan MGMP. Pemenuhan sarana dan prasarana ini di rasa penting untuk

306
lebih membuat nyaman dalam kegiatan KKG dan MGMP tersebut. Kelima,

peran sekolah juga diharapkan maksimal dalam memfasilitasi setiap guru

yang akan mengikuti kegiatan KKG dan MGMP. Fasilitas tersebut bisa

berupa uang transportasi dan akomodasi yang cukup sesuai dengan

kemampuan anggaran masing-masing sekolah. Dan Keenam, peran serta

guru dalam kegiatan KKG dan MGMP masih dirasa kurang. Masih banyak

guru yang tidak mau hadir ketika di undang untuk mengikuti kegiatan

tersebut. Sejatinya program KKG dan MGMP menjadi salah satu wadah

bagi guru untuk meningkatkan kualitas diri mereka masing kalau kegiatan

KKG dan MGMP di rancang dengan baik dan menarik.

5. Studi Banding Yang Dilaksanakan Oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur.

Untuk menggali informasi studi banding yang pernah dilaksanakan

oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur peneliti melakukan

wawancara dengan salah satu guru yang ada di SMKN 1 Sangatta Utara

sebagai berikut:

Pernah studi banding Ke Balikpapan. SMKN 2 Balikpapan. Imbas


dari studi banding terhadap peningkatan kualitas guru dalam bekerja
setelah kami dibawa ke Balikpapan saya melihat bagimana guru di sana
dan bagaimana siswa di sana, ya kami mencari bagaimana cara kok bisa
seperti itu siswa dan gurunya disiplin dalam proses belajar mengajar.
(CTL/WW/ALI/23/08/2017)

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada beberapa

narasumber tersebut di atas mereka pernah melakukan studi banding

yang dilaksanakan oleh sekolah masing-masing di mana sumber

307
pendaannya berasal dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur

dengan system pengelolaan dana suakelola dan kalau ada

kekurangannya akan di tanggung oleh masing-masing sekolah.

Narasumber pertama mengatakan bahwa yang bersangkutan pernah

melakukan studi banding ke salah satu sekolah SMKN yang ada di Kota

Balikpapan. Dari hasil studi banding yang pernah dilakukan ada imbas

yang dirasakan oleh narasumber pertama berusaha menjadi guru yang

baik sesuai dengan apa yang didapatkan pada saat studi banding

tersebut.

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara kepada salah seorang

guru dari SMPN 5 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah dulu pak saya jadi guru di SDN 1 Sangatta Utara ke Jawa
yang menyelenggarakan sekolah berhubungan dengan program
pemerintah bi lingual dua bahasa. Kebetulan saya dulu mengampu guru
Bahasa Inggris yang mengajar kelas bil lingual dua bahasa sama ketika
IPA di ajarkan dengan Bahasa Inggris karena saya gurunya saya dipilih.
Imbas dari studi banding terhadap peningktan kualitas kinerja guru Ya
banyak hal sih, kami belajar terutama buku-bukunya terutama dari luar
negeri juga. (CTL/WW/FAH/25/08/2017)

Narasumber kedua juga mengatakan pernah ikut studi banding

pada saat menjadi guru di SDN 001 pada tahun 2011 ke Jawa program

sekolah dua bahasa yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur. Imbas yang dari studi banding yang dilakukan

oleh narasumber kedua mengatakan bahwa banyak imbas yang dirasakan

dari hasil kegiatan studi banding tersebut salah satunya guru belajar

tentang buku-buku baru dari luar negeri.

308
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan kepala SMPN 1

Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah studi banding tapi yang melaksanakan bukan Dinas


Pendidikan Kabupaten Kutai Timur tapi kita dananya suakelola. Suakelola
itu kita diberi dana oleh Dinas penggunaannya tergantung kebutuhan
sekolah berdasarkan kebutuhan sekolah salah satunya adalah studi
banding, studi banding itu biayanya dari Dinas tapi dananya diserahkan ke
sekolah langsung, kalau ada kekurangan menjadi tanggungan sekolah
bersangkutan. Kita studi banding ke sekolah-sekolah maju di bidang
tertentu yang seperti contoh SMP1 Bali yang memperoleh nilai UN berapa
tahun paling tinggi. Kemudian SMP 2 Mataram dia punya kekhasan
kegiatan ekstra kulikuler, pernah juga di SMP 5 Jogjakarta, SMP 5
Jogjakarta ini terkenal dengan SIM nya, saya juga pernah ke SMP 1
Samarinda yang terdekat. Imbasnya sangat bagus karena setiap sekolah
itu mempunyai keunggulan yang berbeda-beda ada yang sama tapi ada
yang berbeda, jadi kita belajar dari sana yang tidak kita punya dan bagus
memungkinkan untuk kita terapkan di sekolah kita akan ubah.
(CTL/WW/SU/11/09/2017)

Narasumber ketiga pada saat diwawancarai juga mengatakan

pernah melakukan studi banding ke beberapa sekolah yang ada di luar

Kalimantan Timur di antaranya SMPN 1 Bali yang punya kelebihan atau

ke unikan memperoleh nilai tertinggi UN untuk tingkat Nasional beberapa

tahun. Kemudian pernah juga melakukan studi banding ke SMPN 2

Mataram yang punya kekhasan dalam kegiatan ekstra kulikulernya,

selanjutnya pernah juga melakukan studi banding ke salah satu sekolah

yang ada di Jogjakarta yakni SMPN 5 Jogjakarta yang terkenal dengan

Sitem Informasi Manajemen (SIM) yang baik. Pada saat sekolah

melakukan studi banding semua manajemen yang terlibat dalam sekolah

diajak semua untuk mengikuti kegiatan studi banding tersebut mulai dari

wakil kepala sekolah, setiap guru mata pelajaran dan staf yang terlibat

dalam administrasi. Masih menurut informasi narasumber ketiga banyak

309
imbas yang dirasakan dari hasil studi banding yang pernah dilakukan

salah satunya guru banyak belajar dari sekolah-sekolah tersebut yang

tidak di punyai memungkinkan untuk diterapkan di sekolah. Contoh

konkritnya SMPN 1 Sangatta Utara memberlakukan upacara senin sampai

dengan hari jumat dan rutin dilaksanakan, kemudian SIM sudah di

standarkan dan terakhir SMPN 1 Sangatta Utara menjadi satu-satu

sekolah yang ada di Kutai Timur menerapkan sekolah inklusi.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru

yang ada di SMPN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah studi banding ke SMP Mataram pernah, ke SMP Solo


pernah, SMP 1 Denpasar. Di Denpasar itu kita mendapatkan banyak hal
karena beliau kurikulumnya sangat hebat menjelaskan kepada kami
bahwa komite di sana itu menolak ketika sekolah mengajukan dana
bantuan, hasil akhirnya bahwa orang tua siswa harus memberikan
sumbangan 100 ribu, komitenya bilang begini sama kepala sekolah 100
ribu perbulan itu dapat apa pak, jadi kami maunya 300 ribu. Kemudian di
solo juga begitu dan karang anyar juga begitu. Kepala sekolah
menjelaskan beliau bisa mendapatkan anggaran yang lebih. Kalau di SMP
1 Mataram di sana yang saya inikan, luar biasa bagi saya adalah jumlah
siswanya yang banyak sekali hampir 1500 sampai harus dibagi dua sif
pagi dan siang. Kepala sekolah tidak menghiraukan bahwa sekolahnya
tidak akan menjadi sekolah RSBI karena tidak boleh ada siff sore. Jadi
beliau tidak memperhitungkan itu yang penting anak di sekitar sini semua
bisa sekolah, biar pagi, biar sore. Dan pagi sudah ada yang bertanggung
jawab dan sore juga ada yang bertanggungjawab, jadi tidak seharian
seorang guru itu di sekolah. (CTL/WW/YAN/11/09/2017)

Menurut informasi dari narasumber keempat bahwa yang besangkutan

pernah ikut studi banding ke beberapa sekolah di antaranya SMPN

Mataram, SMPN Solo dan SMPN 1 Denpasar Bali. Ada beberapa hal

yang didapatkan dari hasil studi banding yang pernah dilakukan

diantaranya di SMPN Denpasar misalnya ke unikan dari sekolah tersebut

310
adalah komite sekolah punya peran aktif dalam memajukan sekolah

tersebut sebagai salah satu contoh ketika kepala sekolah mengajukan

anggaran sebesar 100 ribu perbulan kepada komite ditolak dengan alasan

uang100 ribu tersebut tidak cukup untuk membiayai pengembangan

sekolah sehingga komite mengambil keputusan bantuan perbulan untuk

komite adalah 300 ribu. Komite sekolah punya perhatian yang besar

terhadap pembangunan dan kemajuan sekolah tersebut, bahkan kepala

sekolah ditantang untuk membuat anggaran yang lebih besar lagi. Masih

menurut narasumber keempat untuk SMPN 1 Mataram punya keunikan

jumlah siswa yang cukup besar yakni mencapai 1500 orang yang dibagi

ke dalam dua sif pembelajaran. Kepala sekolah mengabaikan kesempatan

sekolah tersebut menjadi sekolah RSBI karena syarat untuk menjadi

sekolah RSBI pada saat itu tidak boleh ada pembelajaran dua sif. Menurut

kepala sekolah biarlah tidak menjadi sekolah RSBI yang penting anak-

anak bisa sekolah semua pagi dan sore dan masing-masing sif

pembelajaran sudah ada yang bertanggung jawab.

Pada hari yang sama peneliti melanjutkan wawancara kepada guru

SMPN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah studi banding ke SMP 2 Semarang. Banyak yang


didapatkan salah satunya setiap kelas itu ada pasilitas laptobnya, mereka
mengerjakan ulangan itu ya lewat fasilitas labtop tersebut. Imbas studi
banding terhadap proses pembelajaran melihat dari sekolah yang pernah
saya kunjungi, kalau saya lihat kalau diterapkan di sini bisa pak ya,
kebanyakan computer semua itu kan sudah bisa difungsikan Apalagi
sekarang Ulangannya menggunakan system computer atau CBT
sehingga anak-anak diharuskan bisa mengoperasikan laptob atau
computer. (CTL/WW/TRI/11/09/2017)

311
Narasumber kelima juga mengatakan pernah melakukan studi

banding ke salah satu sekolah yakni SMPN 2 Semarang. Keunikan

sekolah tersebut adalah di setiap kelas ada laptob untuk pembelajaran

dan semua tugas anak-anak dikerjakan di laptob tersebut. Imbas dari studi

banding tersebut apa yang didapatkan sangat mungkin di terapkan di

SMPN 1 Sangatta Utara karena sekolah sudah memiliki berapa computer

yang bisa dimanfaatkan untuk proses pembelajaran, apalagi pemerintah

sudah mewajibkan SMPN 1 Sangatta Utara melaksanakan Ujian Nasional

Berbasis Komputer (UNBK).

Pada hari berikutnya peneliti melakukan wawancara denga kepala

SDN 001 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah ikut studi banding ke Jogja dan Surabaya. Keunggulan


sekolah di Jogja dia termasuk SD juara tingkat nasional berbudaya mutu
untuk tingkat sekolah dasar. Pembiayaannya ada yang dari Dinas
Pendidikan dan sekolah. Ada imbas studi banding contohnya misalnya
tergantung sekolah yang distudi bandingkan itu apa dulu kalau sekolah-
sekolah tersebut sekolah sehat ya harus berdampat menjadi sekolah
sehat juga. Kalau terkait tentang menajemen ya kita juga harus berimbas
pada perbaikan kualitas menajemen di sekolah kita. Dan kami di sekolah
ini selalu ada evaluasi setiap sebulan sekali terkait dengan apa yang
menjadi masalah kita bahas di situ. (CTL/WW/JAM/27/09/2017)
Hasil wawancara dengan narasumber keenam tentang program

studi banding yang pernah dilaksanakan beliau mengatakan pernah

melakukan studi banding salah satunya ke Jogjakarta di salah satu SD

yang ada di Ungaran. Kelebihan sekolah tersebut adalah sekolah

unggulan pada daya mutu secara nasional dan merupakan sekolah yang

menjuarai ujian Nasional untuk tingkat sekolah Dasar dan SD tersebut

juga termasuk SD juara tingkat nasional berbudaya mutu. Sedangkan

312
sekolah yang dikunjungi di Surabaya adalah salah satu sekolah yang

berwawasan adiwiyata karena SDN 001 Sangatta Utara pada saat itu

sedang menuju sekolah adiwiyata tungkat nasional sehingga sekolah

berinisiatif melakukan studi banding ke sekolah-sekolah yang pernah

menjuarai adiwidaya tingkat nasional. Pada saat melakukan studi banding

tersebut tidak ada criteria yang khusus tetapi tergantung keperluan

sekolah apa saja yan harus di lihat dalam studi banding tersebut. Imbas

dari studi banding yang pernah dilakukan terhadap kemajuan sekolah di

antaranya menghasilkan sekolah sehat dan perbaikan kualitas

manajemen pengeloaan sekolah.

Kemudian peneliti melanjutkan kembali wawancara dengan salah

satu guru yang ada di SDN 001 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah yang terakhir kemarin ke Jakarta di salah satu SD.


Keunikannya sekolah itu lebih dari yang lainnya diantaranya adalah anak-
anaknya dengan orang tua kerjasama dengan sekolah itu luar biasa sekali
dan menghasilkan anak-anak yang berkualitas. Imbasnya ke sekolah saya
contohnya kayak kebersihan, karakter anak dan kerjasama dengan orang
tua. Pembiayaan dari Dinas Pendidikan jadi yang melaksanakan Dinas
Pendidikan pak. (CTL/WW/TRIS/27/09/2017)

Ketika peneliti menanyakan kepada narasumber ketujuh apakah

pernah mengikuti studi banding beliau menjawab pernah ikut studi

banding ke Jakarta di salah satu SD yang ada di sana. Keunikan sekolah

tersebut anak-anak dan orang tua saling berkerjasama dan sekolah

menghasilkan anak-anak yang berkualitas. Adapun yang bisa diimbaskan

ke sekolah adalah masalah kebersihan, karakter anak didik dan

membangun kerjasama dengan orang tua.

313
Pada hari yang sama peneliti melakukan wawancara dengan wakil

kepala sekolah bidang kesiswaan sebagai berikut:

Pernah studi banding kebetulan ke Jakarta SD Rawamangun.


Kelebihan SD Rawamangun itu Kedisiplinan pak, kemudian apa ya
keunggulan programnya pak dari sisi kegiatan program ekstranya. Imbas
studi banding terhadap peningkatan kualitas guru berkerja di sekolah kami
terapkan di kesiswaannya pak dari segi kegiatan ekstra kurikulernya itu
kami meniru salah satunya adalah ada satu kegiatan yang tidak di biayai
oleh sekolah kami tawarkan ke orang tua kalau mereka itu siap membiayai
pelatih maka jalan, kalau tidak siap tidak usah jalan yang penting sekolah
telah memfasilitasi. Yang kedua ada satu lagi pak yang kami terapkan di
sini itu adalah kalau di Rawamangun itu setiap hari itu anak-anak itu ngaji
dulu di kelas masing-masing tetapi ada satu siswa yang ngaji di kantor
karena sounnya itu di tiap kelas ada, jadi di kelas itu anak-anak itu ya
menyimak. Nah kalau di sini kami terapkan itu ada satu anak yang ngaji di
sini langsung saya keluarkan anak-anak mendengarkan di luar kelas
karena kalau diperkelas untuk soun di kelas belum memadai.
(CTL/WW/MAD/27/09/2017)

Menurut narasumber kedelapan bahwa beliau juga pernah

mengikuti studi banding yang diadakan oleh sekolah tepatnya pada tahun

2015 ke Jakarta yakni di SD Rawamangun. Kelebihan sekolah tersebut

dibandingkan dengan sekolah lainnya adalah terletak pada budaya disiplin

dari semua orang yang ada di sekolah tersebut kemudian keunikan yang

kedua terletak pada kegiatan ekstra kurikulernya. Pada saat melakukan

studi banding tidak ada criteria khususnya yang ditentukan oleh sekolah.

Yang berangkat studi banding adalah guru yang punya kepentingan saja

atau guru yang mempunyai jabatan di sekolah salah satu contohnya

adalah wakil kepala sekolah. Hasil yang bisa dimbaskan dari hasil studi

banding diantaranya pada kegiatan ekstra kurikuler yang tidak biayai oleh

sekolah di tawarkan kepada orang tua untuk membiayai kegiatan tersebut

seperti kegiatan pencak silat dan drum band. Kedua kegiatan ekstra

314
kurikuler tersebut perlu pelatih dari luar sehingga membutuhkan biaya

yang cukup besar dan Alhamdulillah kegiatan tersebut sudah berjalan.

Yang kedua yang bisa diimbaskan di sekolah adalah setiap hari ada anak

yang mengaji dan siswa lain mendengar bersama di lapangan, program ini

dilaksanakan setiap hari selasa setiap minggunya.

Pada hari berikutnya peneliti melakukan wawancara kepada salah

satu guru yang ada di SMKN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Studi banding pernah ke Jogja, ke Balikpapan, ke Samarinda. Kami


ke Jogja itu kalau tidak salah ke SMK 2 Jogja. Kelebihan SMK 2 itu
siswanya ada yang mewakili tingkat nasional untuk lomba LKS
administrasi dan mereka punya kerjasama dengan pihak eksternal ya
untuk membina siswa mereka sehingga mereka bisa mencapai go
nasional itu, ada juga SMK saya lupa apa SMK 7 Jogja kalau tidak salah
itu untuk PKL nya bekerjasama dengan perusahaan tambang yang ada di
Sumatera di Palembang dan mereka itu bisa istilahnya kerjasamanya
sampai dengan pusat kerja khusus, mempekerjakan siswanya setelah
lulus ke Palembang saya lupa nama perusahaannya. Dari studi banding
yang lakukan baik itu ke Jogja maupun Balikpapan imbasnya terhadap
peningkatan kualitas guru dalam bekerja maupun imbasnya terhadap
kualitas sekolah Kalau untuk guru ya bisa jadi ada pak mereka itu setelah
membandingkan dengan sekolah-sekolah lain mereka bisa coba untuk
menerapkan di sekolah, kalau saya pribadi saat itu karena kaitannya
dengan LKS artinya kita coba menerapkan ketika eskul. Siswa coba
menerapkan itu. Dan untuk saya pribadi Insya Allah ada imbasnya.
(CTL/WW/KOM/18/10/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber kesembilan beliau pernah

melakukan studi banding ke beberapa daerah seperti Jogjakarta,

Balikpapan dan Samarinda. Studi banding ke Jogjakarta yakni ke SMKN 2

dan keunikan sekolah tersebut adalah termasuk siswanya juara lomba

LKS Administrasi untuk tingkat nasional dan sekolah tersebut juga

menjalin kerjasama dengan pihak ekternal sehingga siswa kalau mau

magang diperusahan akan diberikan kemudahan. Kemudian di Jogjakarta

315
juga ada satu sekolah yaitu SMKN 7 Jogjakarta yang PKL bekerjasama

dengan perusahan tambang yang ada di Sumatra Selatan Pelembang.

Setelah siswa selesai PKL dan lulus dari sekolah perusahan merekrut

siswa yang magang tersebut di pekerjakan di perusahaan. Masih menurut

narasumber studi banding selanjutnya dilakukan di Balikpapan tepatnya di

SMKN 3 dan SMKN 4 Balikpapan. Keunikan dari SMKN 4 Balikpapan

terkait dengan pengelolaan Tata Boga dan Busana. Sedangkan SMKN 3

punya kelebihan di pengelolaan bisnis dan manajemen dan guru belajar

bagaimana cara mengelola masing-masing jurusan tersebut. Adapun

sumber dana dari kegiatan studi banding berasal dari Dinas Pendidikan

dan kelola oleh sekolah serta ada bantuan dari pihak eksternal seperti

penerbit PT. Erlangga. Imbas dari studi banding tersebut menerapkan apa

yang mereka peroleh dari masing-masing studi banding.

Pada hari selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan

kepala SMAN 1 Sangatta Selatan sebagai berikut:

Studi banding pada saat saya jadi guru kita studi banding ke Jawa
ke SMA Negeri 1 Kediri. Keunikan sekolah tersebut adalah sekolah
adiwiyata karena pada saat saya apa jadi guru sekolah yang tempat saya
bekerja ingin menjadi sekolah adiwiyata juga jadi belajar ilmu dari SMA
Negeri 1 Kediri. Jadi kita di kelompokkan pada saat itu saya wakakur jadi
silahkan belajar dengan wakakur di situ yang lain juga belajar sendiri jadi
di situ oh ternyata lingkungan itu di masukkan di dalam kurikulum.
Diimbaskan ke sekolah kegiatan lingkungan di terapkan juga ke
pembelajaran jam ke nol gerakan kebersihan dan Alhamdulillah dulu
berhasil. (CTL/WW/TIK/30/10/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber kesepuluh diperoleh

informasi bahwa yang bersangkutan pernah mengikuti studi banding pada

saat menjadi guru di SMAN 1 Sangatta Utara. Studi banding dilakukan

316
kesalah satu sekolah yaitu SMAN 1 Kediri yang punya keunikan di bidang

pengelolaan adiwiyata. Pada saat itu narasumber ikut studi banding

karena memegang jabatan sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum

sehingga diharuskan untuk mengikuti studi banding tersebut. Hasil yang

bisa diimbaskan dari studi banding adalah kegiatan lingkungan diterapkan

di pembelajaran yaitu pada jam nol gerakan kebersihan dan program

tersebut terlaksana dengan baik pada saat itu.

Pada hari berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru

SMKN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah studi banding ke Samarinda, ke Balikpapan kemudian ke


Jogja. (Pen) Yang ke Samarinda ke mana ibu? (Eni) Yang ke Samarinda
SMK lupa pak SMK berapa. Keunikan sekolah tersebut dari segi
kantinnya, terus dari segi tempat anak-anak ketika istirahat dan banyak
lagi yang lainnya. Biayanya setahu saya dari pihak sekolah saya tidak
mengerti kalau memang itu ada dari Dinas karena kami memang hanya
taunya berangkat saja. Kalau saya pribadi melihatnya ada imbas studi
banding mengenai adiwiyatanya mengenai pengaturan tanamannya saja,
kemudian saya pribadi juga bisa mengimbaskan UKS seperti itu saja pak.
(CTL/WW/ENI/14/12/2017)

Sementara narasumber kesebelas juga mengatakan pernah ikut

studi banding ke Samarinda, Balikpapan dan Jogjakarta. Pada saat studi

banding ke Jogjakarta tepatnya ke SMKN 5 yang memiliki banyak

keunikan di antaranya kantinnya bagus kemudian tempat anak-anak

istirahat juga bagus. Pada saat itu semua guru ikut studi banding bahkan

tenaga kebersihan juga diajak untuk studi banding karena pembiayaannya

ditanggung dari sekolah. Hal-hal yang bisa diimbaskan dari hasil studi

banding itu di antaranya program adiwiyata yakni bagaimana pengaturan

317
posisi tanaman, kemudian pembelajaran dan bagaimana cara

pengelolaan UKS dengan baik.

Masih di hari yang sama peneliti melakukan wawancara dengan

guru SMKN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah ikut studi banding ke Jakarta ke salah satuu SMK yang ada
di sana. Keunikan sekolah tersebut adalah fasilitas yang pertama, fasilitas
di sana LCD di ruang kelas itu ada permanen dan UP unit produksinya
sudah maju. Yang diimbaskan mungkin wacana untuk kemajuan UP itu
aja seperti apa. (CTL/WW/KAM/14/12/2017)

Untuk narasumber kedua belas menyampaikan bahwa pernah ikut

studi banding ke Jakarta ke salah satu SMK yang di sana. Keunikan

sekolah tersebut adalah setiap kelas dilengkapi dengan fasilitas LCD yang

terpasang secara permanen serta pengelolaan unit produksi yang sudah

manju. Pada saat studi banding tidak ada criteria khusus, semua guru

yang terlibat dalam tiga jurusan yakni jurusan administrasi perkantoran,

akuntansi dan pemasaran wajib ikut semua. Dan pada saat itu

narasumber menjabat sebagai ketua jurusan akuntansi sehingga harus

berangkat mengikuti studi banding. Hal yang bisa diimbaskan ke sekolah

adalah bagaimana cara memajukan unit produksi (UP) ketiga jurusan

tersebut.

Pada hari selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan

kepala SDN 007 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah studi banding tepatnya di Jawa Tengah itu di SD Sondor


Wetan 2 Jawa Tengah itu negeri pak. Kalau yang swastanya Nasima
nasional agama itu di Jawa Tengah juga jadi sekolah-sekolah yang
mandiri yang ada di Jawah Tengah. Nah itu kita di bawa oleh LPMP
Kalimantan Timur. Keunikan kedua sekolah itu satu kalau di Nasima itu
saya lihat uniknya apa ya kalau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

318
anak-anak di situ dan guru-guru di situ, itu terkesan tidak dibikin-bikin pak
tatkala ada tamu. Kemudian ada salah satu ruang yang memang kalau
kita masuk itu sumber informasi pak, jadi kalau kita masuk di situ ada
piagam-piagam penghargaannya ada slogan-slogan yang disampaikan
jadi dia tidak pencar-pencar. Kalau kita masuk kita akan melihat semua
bentuk prestasi mereka dan slogan yang tertera di dinding bangun
mereka, jadi sebagai sumber informasi pak sebagai penunjukkan ajang-
ajang prestasi yang mereka dapat begitu. Kemudian di sekolah itu juga
ada tempat-tempat yang selalu menurut informasi jadi tempat guru
membimbing siswanya misalnya ada satu tempat bidang kepramukaan itu
banyak hasil-hasil kegiatan bidang kepramukaan yang fokus di ruang itu.
Nah kemudian bagusnya lagi mungkin karena di daerah jawa itu ada
tempat atau aula kalau menerima tamu sudah ada gamelan-gamelan di
situ pak jadi sudah stanbai di ruang itu. (CTL/WW/ED/18/12/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber ketiga belas diperoleh

informasi bahwa beliau pernah mengikuti sudi banding ke Jawa tengah

pada tahun 2012 yaitu di SDN Sondorwetan 2 dan SD Nasima. Salah satu

keunikan SD Nasima adalah kegiatan siswa dan guru tidak di buat-buat

melainkan alami dan kalau ada tamu semua kegiatan berjalan seperti

biasa tanpa ada kesan dibuat-buat. Kemudian semua bangunan dan

ruang menjadi sumber informasi yang bisa dilihat oleh para tamu. Di

dinding tergambar semua prestasi yang telah diraih sekolah tersebut mulai

piagam penghargaan sampai dengan pajangan piala yang tidak terhitung

jumlahnya. Di setiap dinding juga tergambar slogan-slogan yang

menggambarkan semangat dan motivasi untuk berprestasi. Di aula

pertemuan tersedia gamelan yang menyambut tamu dan dimainkan oleh

siswa sekolah tersebut. Yang bisa diimbaskan di sekolah dari hasil studi

banding tersebut sedikit demi sedikit di antaranya menginformasikan

setiap kegiatan melalui tulisan dan gambar berupa poto kegiatan yang

319
dipajang dalam suatu ruangan dan membangun komitmen guru untuk

disiplin dalam melaksanakan tugas masing-masing.

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara dengan salah satu guru

yang ada di SMPN 3 Sangatta Utara sebagai berikut:

Studi banding saya pernah ikut tahun 2004 Ke Jakarta, Bogor,


Bandung, Tangerang dan Cirebon. Keunikan yang menonjol di banding
dengan sekolah yang adi di Kutai Timur yang saya perhatikan ada di sana
itu yang paling mencolok adalah antusias siswa belajar itu kelihatan
maksudnya dalam artian guru tidak terlalu banyak memberikan intruksi
tapi siswa sudah bisa berjalan sendiri. Kemudian fasilitasnya didukung
oleh fasilitas yang lengkap. Yang saya imbaskan waktu itu adalah yang
paling saya tekankan kesadaran siswa dalam hal kebersihan karena saya
lihat di sana itu memang biasa bersih sekolahnya dan yang paling saya
ingat itu adalah siswa itu setiap pagi sudah memegang alat kebersihan
pak, mereka sudah membersihkan taman tanpa harus ada guru yang
memantau. Jadi itulah yang coba saya tularkan pak jaman itu pak ya nah
sekarang coba terapkan di SMP 3. Di SMP 3 ini saya punya program ada
gerakan sapu lidi, gerakan sapu lidi dulu saya terapkan setiap pagi siswa
itu tidak kami teriakin lagi suruh ke lapangan untuk menyapu. Satu hari
100 orang berjadwal misalnya dalam satu hari setiap kelas 5 orang kalau
saya total ada 20 lokal 5 orang itu jadi 100 orang.
(CTL/WW/AS/20/12/2017)

Selanjutnya informasi dari narasumber keempat belas diperoleh

informasi bahwa yang bersangkutan pernah ikut studi banding ke Jakarta,

Bogor, Tangerang dan Cirebon pada tahun 2004 saat masih menjadi guru

di SMP 2 Muhammadiyah Samarinda. Sekolah yang dikunjungi di

antaranya sekolah Life School yang ada di Jakarta, SMPN 1 Bandung dan

SMPN 1 Bogor. Keunikan sekolah tersebut para siswa antusias dalam

belajar dan guru tidak perlu banyak memberikan intruksi terhadap tugas,

siswa bisa berjalan sendiri. Salah satu yang diimbaskan ke sekolah

tempat bekerja adalah kesadaran siswa dalam hal kebersihan karena di

sekolah yang di kunjungi tersebut sekolahnya bersih semua dan setiap

320
pagi siswa memegang alat kebersihan untuk membersihkan taman dan

sekitar sekolah tanpa harus disuruh oleh guru. Untuk di SMPN 3 menurut

narasumber mencoba melakukan gerakan sapu lidi setiap hari ada 100

orang yang terjadwal dan setiap hari setiap kelas di bersihkan oleh 5

orang yang total jumlah kelasnya ada 20 kelas. Program gerakan sapu lidi

sudah berhasil dilaksanakan di SMPN 3 Sangatta Utara.

Dari paparan hasil penelitian tersebut dapat disumpulkan sebagai

berikut: Pertama, pelaksanaan studi banding oleh Dinas Pendidikan

pernah dilakukan dan berjalan dengan baik. Studi banding ini

dilaksanakan oleh beberapa sekolah yang ada di Kota Sangatta baik SD,

SMP, SMA dan SMK. Bagi sekolah yang memiliki anggaran lebih

melakukan studi banding ke beberapa sekolah yang dianggap memiliki

nilai lebih. Pola pembiayaan studi banding tersebut biasa suakelola di

mana Dinas Pendidikan memberikan anggaran kepada sekolah untuk di

kelola sendiri dan apabila ada kekurangan dari anggaran tersebut maka

sekolah akan menanggung kekurangan tersebut.

Kedua, perlu ada pemerataan kesempatan bagi sekolah lain untuk

melakukan studi banding. Bagi sekolah yang ada di pinggiran kota dan

pedalaman juga mendambakan untuk melakukan studi banding. Tidak

menutup kemungkinan sekolah yang ada di pinggiran dan pedalaman juga

punya kelebihan khusus di bandingkan dengan sekolah yang ada di Kota.

Dinas Pendidikan bisa melakukan penjadwalan secara bergilir untuk

melakukan studi banding dengan mekanisme biaya studi banding

321
diupayakan oleh Dinas Pendidikan dengan cara kerjasama dengan pihak

ketiga. Ketiga, perencanaan yang matang perlu dilakukan ketika akan

melaksanakan studi banding. Perencanaan ini perlu dilakukan agar

nantinya studi banding yang dilaksanakan menghasilkan sesuatu yang

baru guna perbaikan kualitas guru di Kutai Timur. Sehingga kesan studi

banding sebagai sarana untuk jalan-jalan atau rekreasi dapat

diminimalisir.

Keempat, Dinas Pendidikan perlu melakukan evaluasi secara rutin

apakah pelaksanaan studi banding yang pernah dilaksanakan selama ini

sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dinas Pendidikan juga

perlu melihat imbas dari studi banding apakah dapat meningkatkan

kualitas guru atau tidak, kemudian studi banding dapat meningkatkan

kualitas pembejaran atau tidak atau mungkin sebaliknya studi banding

selama ini tidak berimbas secara signifikan terhadap peningkatan kualitas

guru di Kutai Timur. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab oleh

Dinas Pendidikan melalui penelitia dan evaluasi secara menyeluruh

terhadap pelaksanaan studi banding yang pernah dilaksanakan.

6. Pelaksanaan Sertifikasi Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Timur.

Mengenai program sertifikasi yang dilaksanakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Timur peneliti melakukan wawancara dengan

322
Kasi Sertifkasi dan Kualifikasi pada Bidang PMPTK Dinas Kabupaten

Kutai Timur sebagai berikut:

Jumlah data guru yang sudah tersertifikasi 1809 orang dari jenjang
TK sampai SMP. Sekarang pola sertifikasi menggunakan pola PPG
kerjasama dengan Unmul sesuai dengan mata pelajarannya pak nanti
kalau guru-guru kelas kan bisa di Unmul, bisa di Makassar. Tujuannya
menerima tunjangan sertifikasi pemerintah itu ada tiga tujuan pertama
untuk memberikan penghargaan kepada guru, yang kedua pemerintah itu
supaya guru-guru bisa meningkatkan kompetensinya nah yang ketiga
untuk pembiayaan pelaksanaan PKB tadi pak berkelanjutan seperti
membuat karya tulis dan lain sebagainya. Nah wadahnya di mana,
wadahnya kalau guru SD kan di KKG kalau kepala sekolahnya di K3S
gitu, kalau di SMP ada MGMP dan MKKS, Kalau guru TK kan di Gugus.
Bagi teman-teman yang sudah menikmati sertifikasi sebenarnya
tunjungan itu diperuntukkan untuk itu jadi jangan menunggu pemerintah
untuk mengadakan seperti Dinas Pendidikan mengadakan pelatihan baru
guru-guru pelatihan. Saya kira guru yang ikut pelatihan kan dari sekian
ribu guru hanya beberapa persen aja yang bisa ikut, yang tidak ikut
bagaimana nanti tindak lanjutnya apakah mutu pendidikan kita ini
selamanya harus begini kan tidak mungkin kita harus meningkat. Jadi
guru-guru diberi tunjangan itu harus punya inovasi lah, harapan kita
kemudian sebenarnya seperti itu tidak berpangku tangan hanya ramai-
ramai menunggu tunjungan saja, kalau lambat ramai begitu pak ya.
Mereka tujuannya tiga itu sebenarnya kalau guru-guru itu paham,
makanya kemarin sudah saya sampaikan kepada teman-teman ada 18
Kecamatan yang sudah saya kunjungi ya mudah-mudahan untuk tahun ini
mereka sudah bisa terbuka wawasannya bahwa tunjangan profesi itu
peruntukkannya untuk tiga hal yang saya sampaikan tadi.
(CTL/WW/WATI/05/02/2018)

Dari hasil wawancara dengan Kasi Sertifikasi dan Kualifikasi pada

bidang PMPTK Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur bahwa jumlah

guru yang sudah tersertifikasi sebanyak 1809 orang dari tingkat TK, SD

dan SMP. Pola sertifikasi pada tahun-tahun yang lalu adalah dengan

menggunakan portofolio dan system PLPG dengan persyaratan guru

tersebut boleh mengikuti sertifikasi dengan ketentuan melihat hasil tes Uji

Kompetensi Guru (UKG). Jika guru bersangkutan lulus pasing grade UKG

323
maka guru tersebut akan terpanggil untuk mengikuti sertifikasi. Jika guru

belum lulus pasing grade maka guru tersebut tidak bisa mengikuti

program sertifikasi tersebut. Untuk tahun 2018 menggunakan pola yang

berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Guru harus terlebih dulu harus

terdaftar di SIM PKB setelah terdaftar guru diwajibkan untuk mengikuti pre

test PPG dan bila dinyatakan lulus pre test maka guru tersebut akan

menjadi salah satu peserta dalam program PPG tersebut. Jadi untuk

tahun 2018 pola sertifikasinya menggunakan pola Pendidikan Profesi

Guru (PPG) dengan lama pendidikan selama satu tahun dengan sistim in-

on.

Persyaratan PPG adalah guru yang memiliki SK pengangkatan

minimal 2015 akhir PNS maupun guru honor dan syarat lainnya harus

Sarjana (S1) bagi yang belum sarjana walaupun sudah memiliki masa

kerja yang cukup maka guru tersebut tidak bisa terpanggil untuk mengikuti

program PPG tersebut. Satu hal lagi yang harus diperhatikan oleh guru

adalah ijazah harus sesuai dengan mata pelajaran yang diampu di

sekolah, jika tidak linier maka guru tersebut dipastikan tidak akan

terpanggil mengikuti PPG. Perguruan Tinggi yang diajak kerjasama untuk

pelaksanaan PPG adalah Universitas Mulawarman Samarinda untuk guru

kelas yakni jenjang TK dan SD. Untuk mata pelajaran tertentu akan

bekerjasama dengan Universitas yang ada di Makassar. Pada tahun 2017

guru yang mengikuti tes PPG sebanyak 689 orang dan yang dinyatakan

324
lulus dan berhak mengikuti PPG tahun 2018 hanya 49 orang untuk jenjang

TK, SD dan SMP.

Masih menurut narasumber rendahnya jumlah guru yang lulus

tersebut disebabkan rendahnya pengetahuan guru tentang teknologi

apalagi guru TK dan SD yang ada kuliahnya di UT yang intensitas

pertemuannya juga kurang sehingga guru mengalamai kesulitan dalam

menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan apalagi kalau

guru tidak kreatif. Menurut narasumber sejatinya tujuan pemberian dana

sertifikasi kepada guru yang telah lulus sertifikasi ada tiga, yang pertama

adalah memberikan penghargaan kepada guru atas jasa dan prestasinya

dalam bekerja selama ini. Yang kedua supaya guru bisa meningkatkan

kompetensi yang dimilikinya dengan cara membeli bahan-bahan atau

buku-buku yang bisa menunjang guru dalam mengajar dan

mengembangankan karirnya, dan yang tiga tujuan pemberian sertifikasi

adalah untuk pembiayaan pelaksanaan Pengembangan Keprofesionalan

Berkelanjutan (PKB) seperti membuat karya tulis dan mengadakan

pengembangan media pembelajaran. Tiga tujuan program sertifikasi

tersebut sudah disampaikan di hampir 18 Kecamatan yang ada di Kutai

Timur dan guru mulai memahami penggunaan dana sertifikasi tersebut.

Menurut narasumber pelaksanaan program sertifikasi bagi guru TK, SD

dan SMP yang ada di Kutai Tumur menunjukkan adanya peningkatan

mutu guru.

325
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru

SMKN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Saya menggunakan model PLPG tahun 2013. Persyaratan bagi


guru yang ditretapkan sebagai peserta sertifikasi yang pertama pada
waktu itu masa kerja pak, minimal masa kerja pada waktu itu tujuh tahun
pak. Kemudian syarat lain ya harus S1. Imbas dari sertifikasi terhadap
kinerja ada perubahan yang signifikan sebelum sertifikasi dan sesudah
sertifikasi karena kita merasa dikasih gaji lebih ada beban tanggungjawab
moral bagaimana saya bisa memaksimalkan mengajar kepada anak-anak
dan saya berusaha semaksimal mungkin memberikan yang menurut saya
yang lebih kepada anak murid saya. (CTL/WW/ALI/23/08/2017)

Dari hasil wawancara dengan narasumber kedua diperoleh

informasi bahwa yang bersangkutan sudah sertifikasi pada tahun 2013

dengan model Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Adapun

persyaratan sertifikasi pada saat itu dilihat dari masa kerja guru minimal

masa kerja terhitung tujuh tahun sejak pengangkatan sebagai guru sesuai

dengan SK pengangkatan. Syarat yang lainnya adalah guru harus minimal

Sarjana Strata satu (S1) untuk semua jenjang pendidikan. Setelah

melaksanakan sertifikasi ada imbasnya terhadap kualitas kinerja guru

yakni memaksimalkan pengajaran dan memberikan yang berbaik kepada

siswa.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru

SMPN 5 Sangatta Utara sebagai berikut:

Sudah sertifikasi model PLPG tahun 2013. Persyaratan kami harus


melengkapi bukti tertulis bahwa kami mengajar dari tahun berapa sampai
tahun berapa, ya administrative sih pak, dan kebetulan yang pertama kami
ada UKG jadi kayak semacam tes dulu sebelum ikut PLPG dan yang
lolos UKG bisa ikut PLPG. Setelah di PLPG pun kami juga harus
mengikuti ujian ketika belum lulus tidak biasa dan kami harus mengulang
lagi. Ada perubahan dari sebelum sertifikasi dengan sesudah sertifikasi

326
pertama dapat ilmu tentang Bahasa Inggris yang kedua pastinya
Alhamdulillah sudah dapat tunjangan jadi saya semakin semangat lah pak
karena oleh pemerintah sudah diberikan tambahan tunjangan. Saya tidak
boleh melalaikan tugas saya. Kami juga bisa menggunakan uang
sertifikasi untuk melengkapi sarana pembelajaran seperti saya membeli
laptop dan berbagai macamnya yang menunjang pembelajaran di dalam
kelas. (CTL/WW/FAH/25/08/2017)

Sementara itu narasumber ketiga juga menyampaikan bahwa

beliau sudah sertifikasi dengan pola yang sama seperti narasumber kedua

yakni model PLPG pada tahun 2013. Menurut nasumber persyaratan

untuk mengikuti sertifikasi guru harus mengumpulkan bukti tertulis

mengajar dari tahun berapa sampai tahun berapa untuk menunjukkan

masa kerja guru. Dan yang tak kalah pentingnya guru harus lulus tes

UKG, kemudian pada saat PLPG guru juga melakukan ujian untuk

menentukan apakah guru lulus atau tidak dari program sertifikasi, apabila

guru tidak lulus dari ujian tersebut maka wajib mengulang pada tahun

depannya. PLPG di laksanakan di Universitas Mulawarman Samarinda.

Setelah mengikuti sertifikasi ada berubahan perilaku atau kinerja guru

yang pertama mendapatkan ilmu baru khususnya tentang pembelajaran

Bahasa Inggris di sekolah, kedua tentunya dapat tunjangan lebih dari

pemerintah. Dengan adanya tambahan penghasilan tersebut guru wajib

semangat dalam bekerja dan tidak boleh melalaikan tugas yang menjadi

tanggungjawabnya. Ketika uang sertifikasi yang didapat digunakan untuk

melengkapi sarana pembelajaran seperti labtop dan sarana pembelajaran

lainnya.

327
Masih di hari yang sama peneliti melakukan wawancara dengan

guru yang lainnya di SMPN 5 Sangatta Utara sebagai berikut:

Sudah sertifikasi tepatnya pada tahun 2014 waktu saya sertifikasi


menggunakan model PLPG. Ada perubahan kinerja pasca sertifikasi dan
itu harus dilakukan oleh guru yang telah mengikuti sertifikasi guru. Karena
sejatinya memang program sertifikasi guru mengharuskan adanya
perbaikan kualitas kinerja. Kita jangan hanya mengharap tambahan
penghasilan saja tanpa memperbaiki kualitas kinerja kita. Perubahan
Yang paling saya rasakan setelah saya mengikuti program sertifikasi guru
adalah mulai disiplin masuk kelas, melakukan pembelajaran yang
menyenangkan dan lainnya. (CTL/WW/MUS/25/08/2017)

Menurut informasi narasumber keempat juga sudah sertifikasi pada

tahun 2014 di IAIN Banjarmasin untuk mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam (PAI) selama 12 hari. Model yang di gunakan juga masih

menggunakan pola PLPG. Adapun persyaratan untuk mengikuti sertifikasi

di antaranya masa kerja guru di atas 5 tahun dan SK Pengangkatan

sebagai guru minimal Januari 2005. Persyaratan kedua usia menjadi

pertimbangan artinya yang menjadi prioritas adalah guru-guru yang sudah

senior dan memiliki masa kerja di atas 5 tahun. Persyaratan yang ketiga

golongan dan tingkat pendidikan, guru harus sarjana (S1) dan tentunya

juga harus mengumpulkan syarat administrasi seperti SK awal sampai

dengan SK terakhir, ijazah dan syarat-syarat administrasi lainnya. Ada

perubahan kinerja yang di alami oleh narasumber setelah melaksanakan

sertifikasi. Masih menurut narasumber sejatinya sertifikasi menambah

kualitas kinerja guru jangan hanya mengharapkan tambahan penghasilan

saja tanpa mau merubah kulitas kinerja. Perubahan yang paling dirasakan

328
adalah disiplin masuk kelas dan menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan.

Pada hari selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan

kepala SMPN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Sudah sertifikasi tahun 2008 dengan model sertifikasinya dulu


dengan model portofolio. Kemudian imbas sertifikasi terhadap kinerja
Kalau saya 90 persen tapi kalau kesejahteraan 100 persen, tapi itu di saya
ya, kalau saya sudah menyisihkan sebagian sertifikasi untuk peningkatan
professional tapi tidak guru. Guru saya tidak seperti itu. Kalau di
prosentasekan paling guru yang mau seperti itu menyisihkan uang
sertifikasinya untuk peningkatan profesional hanya 20 persen. Misalnya
satu contoh mau beli buku setiap sertifikasi hanya 20 persen. Idealnya kan
setiap guru beli buku-buku terkait dengan peningkatan kualitas dalam
bekerja. Kalau saya pas beli setiap dana sertifikasi cair. Buku yang saya
beli tentang profesionalisme kepala sekolah, MBS, kepala sekolah yang
professional kemudian sekarang ini saya sedang mengembangkan
sekolah percontohan. (CTL/WW/SU/11/09/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber kelima diperoleh informasi

bahwa beliau sudah sertifikasi pada tahun 2008 dengan model sertifikasi

portofolio yakni mengumpulkan berkas sebanyak-banyak dan tidak melalui

pendidikan. Pada saat pengumpulan berkas tersebut harus mencapai

ambang batas nilai dan kalau tidak sampai batas nilai yang ditentukan

maka guru tersebut harus mengikuti pendidikan. Imbas dari pelaksanaan

sertifikasi tehadap peningkatan kinerja guru naik sebesar 90 persen dan

untuk peningkatan kesejahteraan meningkat sebesar 100 persen. Upaya

untuk meningkatkan kualitas kinerja tersebut dilakukan dengan cara

menyisihkan sebagian dana sertifikasi untuk peningkatan profesionalisme

dengan cara membeli buku setiap pencarian dana sertifkasi. Buku yang

dibeli terkait dengan tugas pokok sebagai seorang kepala sekolah yakni

329
buku tentang profesionalisme kepala sekolah, buku manajemen berbasisi

sekolah (MBS) dan buku tentang pengembangan sekolah percontohan.

Masih menurut narasumber untuk gurunya yang ada di SMPN 1 Sangatta

Utara tidak menyisihkan sebagian uang sertifikasi untuk peningkatan

kinerja hanya 20 persen guru yang mau membeli buku, idealnya guru beli

buku terkait dengan peningkatan kualitas dalam bekerja atau mengajar.

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara dengan salah satu wakil

kepala sekolah SMPN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Sudah sertifikasi yang pertama kali pakai portofolio, pada saat itu
saya tidak lulus terus mengikuti PLPG. Imbasnya terhadap kinerja saya
pasca mengikuti sertifikasi ada pak, terus terang aja mata pelajaran IPA
itukan mata pelajaran yang banyak, kadang kadang disekolah tidak ada
kita harus menyiapkan sendiri bahan pelajaran. Biasanya saya juga
sisihkan uang sertifikasi sebagian untuk membeli buku terkait dengan
peningkatan profesionalisme guru. Saya kebetulan suka buku pak ya saya
usahakan pas ke samarinda untuk beli buku. (CTL/WW/YAN/11/09/2017)

Sementara itu narasumber keenam juga menyatakan bahwa sudah

sertifikasi dengan pola pertama yakni menggunakan portofolio dan tidak

lulus kemudian mengikuti PLPG. Adapun persyaratan untuk mengikuti

sertifikasi pada saat itu masa kerja harus minimal 8 tahun kemudian

memiliki kualifikasi akademik minimal S1 dan menyiapkan syarat

administrasi lainnya seperti sertifikat pelatihan, sertifikat seminar dan lain-

lainnya. Dari pelaksanaan sertifikasi yang telah diikuti ada imbasnya

terhadap perbaikan kualitas kinerja guru. Karena menurut narasumber

pelajaran IPA adalah pelajaran yang banyak terkadang di sekolah tidak

tersedia bahan sesuai dengan materi yang akan disampaikan maka guru

harus menyiapkan sendiri bahan pelajaran yang tidak ada di sekolah

330
tersebut dengan cara menyisihkan sebagian uang sertifikasi untuk

membeli buku yang berkaitan dengan materi IPA tersebut dan buku-buku

untuk peningkatan profesionalisme guru.

Masih di hari yang sama peneliti melakukan wawancara dengan

salah satu guru yang ada di SMPN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Sudah sertifikasi tahun 2013 dengan model sertifikasi PLPG pak.


Syarat-syarat untuk ikut PLPG masa kerja minimal 5 tahun ke atas
kemarin itu juga dilihat dari hasil tes UKG. Yang diajarkan di PLPG banyak
pak dari kita membuat RPP, metode belajar mengajar, bagaimana cara
menggunakan alat peraga. Imbas dari pelaksanaan sertifikasi terhadap
kinerja saya semangat pak karena itu tanggungjawabnya luar biasa.
Karena kita punya tunjangan perbulan otomatis kinerja kita harus lebih
baik. Kemudian saya juga menyisihkan sebagian uang sertifikasi untuk
beli buku misalnya metode pembelajaran, walaupun kita sudah ada
pelatihan kita punya buku kan lebih enak pak ya. Bisa membacanya cara
mengatasi siswa yang butuh perhatian khusus. (CTL/WW/TRI/11/09/2017)

Narasumber ketujuh juga menyampaikan kepada peneliti bahwa

yang bersangkutan sudah sertifikasi pada tahun 2013 dengan pola PLPG

di Samarinda. Pada saat pelaksanaan sertifikasi tersebut persyaratannya

masa kerja minimal 5 tahun serta melihat hasil tes UKG dengan ambang

batas kelulusan 65. Apabila guru tidak mencapai ambang batas minimal

tersebut walaupun masa kerja sudah mencukupi maka yang bersangkutan

tidak bisa mengikuti program sertifikasi dan dapat mengikuti pada tahun

berikutnya dengan catatan guru itu lulus tes UKG. Pola yang digunakan

adalah pola Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang

dilaksanakan selama 10 hari lebih. Hal-hal yang diajarkan pada saat

pelaksanaan PLPG di antaranya diajarkan cara membuat perangkat

pembelajaran seperti RPP yang baik baik dan benar.

331
Peserta PLPG juga diajarkan metode belajar mengajar dan

bagaimana cara menggunakan alat peraga pembelajaran. Setelah

pelaksaan PLPG berakhir ada evaluasi akhir yang dilaksanakan yakni

berupa micro teaching dinilai oleh dosen pembimbing. Kemudian ada tes

tertulis berupa pilihan ganda dan pada saat itu ada satu perserta yang

tidak lulus dan harus mengulang pada tahun depan. Ada imbas dari

pelaksanaan sertifikasi dengan kulitas kinerja guru yakni guru semakin

bersemangat dalam bekerja dan guru punya tanggungjawan luar biasa.

Setelah sertifikasi setiap bulan guru punya tunjangan tambahan

penghasilan otomatis kinerja harus lebih baik. Untuk meningkat kualitas

kinerja guru membeli buku setiap pencairan sertifikasi, buku tersebut di

antaranya metode pembelajaran dan buku tentang cara mengatasi anak

berkebutuhan khusus (ABK).

Peneliti melanjutkan wawancara kepada kepala SDN 001 Sangatta

Utara sebagai berikut:

Sudah sertifikasi Tahun 2010 saya kemarin masih portofolio. Kita


mengumpulkan dokumen-dokumen, termasuk sertifikat pelatihan-
pelatihan dan berkas pendukung lainnya. Imbas dari sertifikasi terhadap
kinerja besar pak, kalau di sini saya sendiri tidak mikir lagi yang macam-
macam. Secara financial sudah cukuk sekarang ini sangat salah sekali
kalau sampai masih ada anak, saya kasih tahu ke guru salah besar kalau
masih saja ada anak tidak naik kelas itu apa kerjaannya guru, ngapain
guru itu, kesejahteraan sudah sangat terpenuhi. Jadi sangat cukup
berimbas menurut saya pribadi. Saya juga menyisihkan uang sertifikasi
untuk membeli buku-buku tentang manajemen kepala sekolah, buku
tentang metode mengajar dan alat-alat yang menunjang proses
pembelajaran. (CTL/WW/JAM/27/09/2017)
Hasil wawancara dengan narasumber kedelapan diperoleh

informasi bahwa beliau sudah sertifikasi pada tahun 2010 dengan pola

332
portofolio. Persyaratan portofolio adalah mengumpulkan dokumen-

dokumen yang terkait dengan sertifikat pelatihan-pelatihan dan berkas

pendukung lainnya. Apabila berkas yang dikumpulkan tidak mencapai

ambang batas nilai yang ditentukan maka guru tersebut dinyatakan tidak

lulus. Syarat lainnya untuk sertifikasi adalah usia tidak melebihi batas usia

yang telah ditentukan, memiliki masa kerja yang cukup dan tentunya guru

juga memiliki ijazah S1. Imbas dari pelaksanaan sertifikasi terhadap

kualitas kenerja guru sangat besar sebagai contoh perubahan dalam

pengajaran dan narasumber juga membeli buku terkait dengan

peningkatan kualitas kinerja. Buku-buku tersebut di antaranya buku

manajemen kepala sekolah, buku tentang metode mengajar dan alat-alat

yang menunjang proses pembelajaran di kelas.

Setelah itu peneliti melanjutkan ke salah satu guru SDN 001

Sangatta Utara sebagai berikut:

Alhamdulillah saya sudah sertifikasi Tahun 2012 dengan


menggunakan model PLPG di Samarinda dengan persyaratan sudah S1
dulu dan masa kerja. Imbasnya setelah sertifikasi dengan sebelum
sertifikasi ada perubahan secara pendapatan dan cara kerjanya pun harus
ada perubahan. Kalau kita mengajar sekarang lebih disiplin atau tepat
waktu masuknya. (CTL/WW/TRIS/27/09/2017)

Informasi dari narasumber kesembilan juga disampaikan bahwa

yang bersangkutan sudah sertifikasi pada tahun 2012 dengan pola PLPG

di Samarinda. Persyaratan untuk mengikuti program sertifikasi dengan

pola PLPG harus sudah S1 dan memiliki masa kerja yang cukup sesuai

dengan ketentuan yang ada. Dari pelaksanaan sertifikasi yang sudah

dijalankan ada perubahan secara pendapatan dan cara kerja pun harus

333
berubah, mengajar lebih disiplin lagi dan tepat waktu dalam masuk ke

kelas. Namun narasumber belum menyisihkan sebagian dana sertifikasi

untuk membeli buku yang ada kaitannya dengan peningkatan kualitas

kinerja.

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan salah satu wakil

kepala sekolah bidang kesiswaan sebagai berikut:

Sudah sertifikasi pada tahun 2014 dengan model PLPG.


Persyaratan untuk ikut PLPG itu di antaranya pertama harus punya
NUPTK, yang kedua harus sudah mengajar minimal 6 tahun. Imbas
sertifikasi terhadap kinerja Alhamdulillah istilahnya ada peningkatan ya
karena itu amanah juga kita sudah di bayar pemerintah dua kali ya kita
punya tanggung jawab terhadap anak didik. Dari sisi kedisiplinan
Alhamdulillah tepat waktu sesuai dengan jadwal kecuali kalau ada udzur
yang lain. (CTL/WW/MAD/27/09/2017)

Sedangkan untuk narasumber kesepuluh juga sudah sertifikasi

pada tahun 2014 dengan pola yang sama yakni PLPG. Masih menurut

narasumber persyaratan untuk mengikuti program sertifikasi guru harus

memiliki NUPTK kemudian mengajar minimal 6 tahun dan tentunya guru

harus sudah sarjana (S1). Imbas dari pelaksanaan sertifikasi ada

peningkatan kinerja karena itu memang amanah yang harus dipikul. Guru

sudah dibayar pemerintah dua kali dan guru punya tanggungjawab

terhadap anak didik. Kedisiplinan guru meningkat tetapi tidak menyisihkan

sebagian dana sertifikasi untuk membeli buku penunjang peningkatan

kualitas kinerja.

Hari selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan salah satu

guru yang ada di SMAN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

334
Sudah sertifikasi bapak tahun 2015 dengan menggunakan model
PLPG di Banjarmasin, tepatnya di IAIN Banjarmasin yang sekarang
beraliah menjadi UIN Banjarmasin. Ada beberapa pesyaratan pada waktu
yang saya ingat guru minimal harus sarjana sesuai dengan mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah, yang kedua masa kerja juga menjadi
pertimbangan, yang ketika usia dan yang ke empat persyaratan
administrasi lainnya seperti ijazah terakhir yang dilegalisir, guru punya
kartu NUPTK, KTP, SK mengajar, keterangan aktif mengajar dari sekolah
dan lain-lainnya. Ada imbas sertifikasi terhadap kinerja suka tidak suka
kita harus meningkat kinerja kita karena kita kan sudah dilabeli sebagai
guru professional dimana kita pada saat melakukan PLPG selama 12 hari
tersebut digembleng untuk menjadi guru yang professional. Maka tentu
harapannya setelah kita selesai dari PLPG ada peningkatan kualitas
kinerja kita apalagi kita sudah ada tambahan kesejahteraan dari
pemerintah pusat, kalau tidak ada peningkatan kinerja kita zholim pada
diri sendiri dan pada anak-anak bangsa yang kita didik.
(CTL/WW/FAI/28/09/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber kesebelas diperoleh

informasi bahwa yang bersangkutan sudah melaksanakan program

sertifikasi pada tahun 2015 dengan pola PLPG. Program PLPG

dilaksanakan di IAIN Banjarmasin Kalimantan Selatan selama 12 hari

untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Adapun persyaratan

untuk mengikuti PLPG yang pertama guru harus sarjana (S1), bagi guru

yang belum sarjana kecil kemungkinan akan terpanggil mengikuti

sertifikasi tersebut. Persyaratan kedua masa kerja guri dipertimbangkan,

yang ketiga usia guru dan yang keempat persyaratan administrasi lainnya

seperti poto copy ijazah yang dilegalisir, kartu NUPTK, KTP, SK mengajar,

surat keterangan aktif mengajar dari sekolah dan lain-lainnya. Imbas dari

kegiatan sertifikasi ada peningkatan kualitas kinerja guru. Guru harus

meningkatkan kinerja karena di PLPG digembleng untuk menjadi guru

professional. Salah satu upaya untuk meningkat kualitas kinerja

335
menyisihkan sebagian dana sertifikasi untuk membeli buku minimal satu

buku setiap pencairan dan kedepan ditambah tiga buku setiap kali

pencairan. Buku-buku yang dibeli adalah psikologi, buku motivasi dan

buku tentang peningkatan kualitas kinerja.

Pada hari berikutnya peneliti melanjutkan wawancara dengan salah

satu guru yang ada di SMKN 1 Sangatta sebagai berikut:

Sudah sertifikasi model PLPG pak tahun 2010. Imbas dari


sertifikasi terhadap pelaksanaan kinerja saya insya Allah tetap komitmen
untuk mengajar ya walaupun belum sertifikasi masih guru bantu dan
sekarang sudah dapat sertifikasi mudah-mudahan tetap konsisten untuk
mengajar kemudian jika memang tidak apa mungkin ada tugas luar saya
berusaha meninggalkan tugas untuk siswa, memang dulu pernah waktu
awal-awal mengajar saya kadang-kadang tidak meninggalkan tugas ketika
pelatihan langsung pergi begitu saja saya sering lupa, tapi sekarang saya
mencoba untuk mengingat atau memberikan tugas. Dari sisi financial ada
penambahan. Ada orientasi beli buku setiap kali pencairan yaitu buku
terkait dengan pendidikan saya punya, kemudian PTK, kemudian saya
juga suka beli buku-buku motivasi, novel saya suka baca, buku agama
saya punya koleksi buku-buku yang lumayan banyak untuk peningkatan
mutu saya. Bukan saja uang sertifkasi, uang gaji jika uang sertifkasi belum
cair jika saya ingin beli buku saya beli buku, tapi biasanya setiap bulan.
Saya bisa beli di gramedia di Samarinda, saya punya kartu anggota
kemudian kadang kalau sama ada beberapa buku kayak novel, buku-buku
motivasi itu bisa saya pesan lewat teman dengan cara online yang
memang jualan online. (CTL/WW/KOM/18/10/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber kedua belas diperoleh

informasi bahwa yang bersangkutan sudah mengikuti program sertifikasi

yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur pada

tahun 2010 dengan pola PLPG. Pelaksanaan PLPG pada saat itu

dilaksanakan pada dua tempat yakni di YPPSB dan di SMKN 1 Sangatta

Utara bekerjasama dengan Universitas Mulawarman Samarinda. Pada

saat itu persyaratan untuk mengikuti program sertifikasi dengan pola

336
PLPG masa kerja minimal 5 tahun dan guru sudah sarjana (S1) yang

dibuktikan dengan ijazah yang dimiliki. Di PLPG guru diajarkan cara

membuat RPP yang baik dan benar kemudian peserta di minta untuk

membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan melaksanakan

micro teaching yang dipandu oleh dosen pembimbing. Ada imbas dari

pelaksanaan sertifikasi dengan peningkatan kualitas kinerja guru, ketika

dinas luar memberikan tugas kepada siswa dan secara financial juga ada

peningkatan. Narasumber juga menyisihkan sebagaian dana sertifikasi

untuk mengembangan kualitas kinerja dengan cara membeli buku-buku

yang dibutuhkan untuk pengembangan karir. Setiap bulan membeli buku

dengan dana sertifikasi dan sebagian gaji. Jenis buku yang dibeli di

antaranya buku tentang Bahasa Inggris, buku PTK, buku tentang motivasi,

novel dan berapa koleksi buku agama.

Pada hari berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan kepala

sekolah SMAN 1 Sangatta Selatan sebagai berikut:

Sudah sertifikasi, saya waktu itu lulus portofolio tahun 2008.


Kemudian imbasnya terhadap guru setelah sertifikasi dengan sebelum
ada peningkatan kinerja. Kalau saya insya Allah ada kalau saya sendiri,
karena guru bersertifikat otomatis sudah ada embel-embelnya bersertifikat
seharusnya kinerjanya bagus apalagi ditunjang dengan adanya tunjangan
profesi. Kalau dari pengahasilan Alhamdulillah ada peningkatan karena
satu kali gaji pokok. Dari setiap pencairan saya mencanangkan untuk
membeli buku referensi untuk pada saat saya jadi kepala sekolah saya
beli referinsi buku tentang kepemimpinan. (CTL/WW/TIK/30/10/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber ketiga belas juga sertifikasi

menggunakan pola portofolio dengan cara mengumpulkan berkas dan

sertifikat pelatihan yang dimiliki. Imbas dari pelaksanaan sertifikasi

337
terhadap kinerja guru ada ada peningkatan yang signifikan. Guru yang

sudah sertifikasi tentu sudah ada embel-embel yang dibuktikan dengan

kepemilikan sertifikat guru professional seharusnya kinerjanya juga bagus

di bandingkan dengan kinerja sebelum dia sertifikasi. Pada awal

penerimaan dana sertifikasi tidak ada orientasi untuk membeli buku

karena fokus untuk melengkapi sarana pengajaran seperti membeli labtop

dan penunjang pembelajaran lainnya. Sekarang sudah mulai membeli

buku pada saat ada keinginan seperti buku tentang kepemimpinan untuk

menunjang tugas sebagai kepala sekolah.

Masih di hari yang sama peneliti melanjutkan wawancara dengan

guru SMAN 1 Sangatta Selatan sebagai berikut:

Alhamdulillah saya sudah sertifikasi tahun 2010. Sertifikasi saat itu


di sini pak kemudian saya tidak lolos yang berkas itu, kemudian ikut
PLPG, PLPG nya di Makassar karena di Unmul tidak ada jurusan
pendidikan Sosiologi. Persyaratan ikut PLPG ketika itu menyiapkan
perangkat pembelajaran, kemudian menyiapkan PTK juga, terus apa lagi
ya, media-media pembelajaran disiapkan. Kemudian imbasnya terhadap
kinerja sebelum dan sesudah sertifikasi perubahan kalau sekarang ini
berkaitan dengan peningkatan guru sehingga kita perlu melaksanakan
PTK di kelas jadi kita bisa menggunakan dana dari sertifikasi itu untuk
pembiayaan penelitian kita. Untuk pelatihan-pelatihan karena dari
pemerintah sekarang kan juga berkurang kegiatan pelatihannya, kita bisa
menggunakan dana sertifikasi untuk pengembangan kemampuan kita
secara mandiri. (CTL/WW/ESTI/30/10/2017)

Sementara itu narasumber keempat belas juga menyampaikan

bahwa sudah melaksanakan program sertifikasi guru pada tahun 2010.

Model sertifikasi pertama adalah portofolio dan tidak lulus maka ikut

program PLPG di Makassar untuk pendidikan sosiologi karena saat itu di

Unmul belum ada jurusan sosiologi sehingga mengharuskan peserta

338
melaksanakan PLPG di luar Kalimantan Timur. Menurut narasumber

persyaratan untuk mengikuti program PLPG dilihat masa kerja minimal 7

tahun dan ada juga pertimbangan usia dari guru yang bersangkutan.

Persyaratan yang lainnya juga harus menyiapkan perangkat

pembelajaran, menyiapkan PTK dan media pembelajaran. Imbas dari

program sertifikasi ada perubahan kinerja dan peningkatan kualitas guru.

Sekarang mulai melakukan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan dana

sertifikasi untuk pembiayaan penelitian tersebut. Dana sertifikasi yang cair

juga sebagian digunakan untuk membeli buku-buku terkait dengan mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil wawancara

tentang program sertifikasi pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur

dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pelaksanaan program

sertifikasi guru di Kutai Timur masih berjalan dengan pola yang berbeda

seperti tahun-tahun sebelumnya. Program sertifikasi ini tetap dilaksanakan

oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur mengingat masih banyak

guru di Kutai Timur yang belum sertifikasi. Program sertifikasi ini

diharapkan sebagai salah satu upaya untuk meningkat mutu guru di Kutai

Timur. Namun tidak bisa dipungkiri ada sebagian guru yang sudah

sertifikasi menunjukkan kualitas kinerja tidak sesuai dengan yang

diharapkan padahal sejatinya program sertifikasi membuat kinerja guru

lebih baik lagi karena guru bersangkutan sudah diberi gelar guru

profesional.

339
Kedua, masih banyak dijumpai dilapangan penggunaan dana

sertifikasi peruntukkannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masih

banyak guru yang menggunakan dana sertifikasi untuk penambahan aset

seperti mobil, sepeda motor, rumah dan aset tidak bergerak lainnya.

Sejatinya dana sertifikasi diperuntukkan untuk pengembangan kualitas

guru tersebut seperti pelatihan, seminar maupun melengkapi bahan

bacaan berupa buku-buku yang berhubungan dengan tugasnya sebagai

guru. Dana sertifikasi untuk dapat digunakan untuk pengembangan

kemampuan guru dalam melakukan riset atau penelitian seperti penelitian

tindakan kelas (PTK) atau melakukan publikasi ilmiah berupa artikel di

jurnal, koran dan juga bisa berupa publikasi buku. Berdasarkan

pengamatan dan hasil wawancara komitmen guru untuk membeli buku

dan publikasi ilmiah masih kurang. Dinas Pendidikan perlu melakuan

pemahaman kepada guru-guru terkait dengan penggunaan dana

sertifikasi.

Ketiga, pembinaan pasca sertifikasi oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur masih dirasa kurang. Dari hasil pengamatan dan

wawancara dilapangan didapat informasi bahwa Dinas Pendidikan belum

pernah melakukan pembinaan guru pasca sertifikasi. Pembinaan guru

pasca sertifikasi ini perlu di lakukan karena tidak semua guru yang sudah

selesai sertifikasi melaksanaan apa yang telah mereka dapatkan pada

saat diklat sertifikasi. Terutama bagi guru yang ada di pedalaman dan

guru yang sudah sepuh perlu perhatian dan bimbingan yang ekstra dari

340
Dinas Pendidikan. Pembinaan pasca sertifikasi juga bertujuan untuk

mengevalusi pelaksaan sertifikasi apakah sudah susuai dengan yang

diharapkan terutama untuk mengetahui peningkatan mutu guru dalam

bekerja dan juga untuk mengetahui imbas sertifikasi terhadap proses

belajar yang dilakukan guru di dalam kelas.

7. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru Pada Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur.

Untuk mengetahui pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PKG)

peneliti melakukan wawancara dengan beberapa narasumber sebagai

berikut:

Biasanya pelaksanaan PKG dalam setahun dua kali dan yang


dinilai yaitu RPP, RPP itu yang dinilai mulai kegaiatan intinya, contoh
misalnya kalau kegiatan inti pembukaan, terus cara proses mengajarnya,
metode mengajar, alat atau media yang digunakan. Respon saya senang
karena jadi tau kelemahan dalam mengajar itu apa karena setelah di
supervise ada tindak lanjutnya jadi tau kelemahan kita dan tau kelebihan
kita dalam mengajar. Bentuk tindaklanjutnya setelah PKG diberi saran
oleh asesor. (CTL/WW/INGE/23/08/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber pertama bahwa yang

bersangkutan pernah di PKG oleh salah satu asesor yang berasal dari

guru senior yang ada di SMKN 1 Sangatta Utara. Penilaian Kinerja Guru

(PKG) dilaksanakan setiap tahun yakni dua kali dalam satu tahun atau

satu kali setiap semester. Hal-hal yang dinilai dalam PKG tersebut

perangkat pembelajaran guru berupa RPP, semuanya dinilai misalnya

bagaimana cara membuka pelajaran kemudian proses pengajaran itu

sendiri, metode yang digunakan dalam pengajaran serta alat atau media

341
yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Respon guru terhadap

pelaksanaan PKG oleh asesor senang karena pada saat PKG dinilai oleh

kawan sendiri kemudian tahu letak kelemahan dalam mengajar di mana.

Setelah PKG selesai dilaksanakan ada tindak lanjutnya yang dilakukan

oleh asesor yakni memberikan saran perbaikan kepada guru

bersangkutan berupa catatan-catatan kecil yang harus diperbaiki oleh

guru tersebut.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru lain yang

ada di SMKN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pelaksanaan PKG idealnya setiap semester dilakukan, cuman


biasanya tergantung dari kebijakan sekolah sendiri kadang ada yang
setahun dua kali, kadang ada yang setahun sekali. Yang dinilai Karena
kaitannya dengan kinerja tentunya mengevaluasi dari masing-masing
guru. Kemudian respon saya terhadap pelaksaan PKG kalau berdasarkan
penilaian saya secara keseluruhan masing-masing orang memiliki
karakter yang berbeda-beda jadi ada yang benar-benar menyesuaikan
dengan apa yang harus di nilai tanpa mengedepankan pertemanan, ada
yang juga cuek jadi tergantung sih pak. Kemudian tindak lanjut dari hasil
proses PKG kepala sekolah membuat laporan dari di hasil laporan itu
kepala sekolah menindak lanjuti hasil PKG tersebut untuk supervise ulang
bagi guru yang memiliki banyak keurangan dalam mengajar.
(CTL/WW/HAJ/23/08/2017)

Menurut informasi dari narasumber kedua juga mengatakan bahwa

sudah pernah di PKG oleh asesor dari unsur guru senior. Pelaksanaan

PKG tergantung dari kebijakan sekolah kadang pelaksanaannya satu kali

dalam satu tahun dan terkadang dua kali dalam satu tahun. Yang nilai

dalam pelaksanaan PKG tentunya kinerja guru secara keseluruhan karena

memang wilayah PKG adalah melihat dan mengevalusi kinerja masing-

masing guru selama satu tahun pelajaran. Respon guru terhadap

342
pelaksanaan Penilian Kinerja Guru baik karena penilaian dilakukan secara

menyeluruh walaupun teman sendiri yang menilai kadang ada yang

menyesuaikan dengan unsur apa yang harus dinilai tetapi ada juga asesor

yang cuek. Setelah PKG selesai dilaksanakan ada bentuk tindak lanjutnya

yakni masing-masing asesor ada yang memberikan hasil penilaian kepada

guru ada juga asesor lain yang tidak memberikan hasil penilian kepada

guru. Asesor juga membuat laporan pelaksanaan kegiatan PKG untuk

bahan laporan kepada kepala sekolah.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada salah satu guru

SMPN 5 Sangatta Utara sebagai berikut:

Pernah di PKG oleh kepala sekolah dua kali dalam satu tahun
atau setiap semester. Yang dinilai dalam PKG tersebut perangkat terus
kami mengajarnya bagaimana, termasuk ferformance kami ketika
mengajar. Bentuk tindak lanjutnya sama halnya seperti supervise ada
tindak lanjutnya terkait dengan beberapa hal kalau ada kekurangan akan
disampaikan, kalau ga ada kekurangan yang signifikan kepala sekolah
biasa tidak memanggil guru bersangkutan, tapi nilainya kami ketahui
karena akan diberitahukan. (CTL/WW/FAH/25/08/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber ketiga diperoleh informasi

bahwa pernah di PKG oleh kepala sekolah langsung. PKG dilaksanakan

dua kali dalam satu tahun atau satu kali dalam satu semester. Hal-hal

yang dinilai dalam PKG adalah perangkat mengajar guru bagaimana

kemudian performance pada saat mengajar juga dinilai. Setelah PKG

selesai dilaksanakan ada tindak lanjutnya yaitu sama dengan supervisi

ada kekurangan dari guru pada saat mengajar di sampikan oleh kepala

sekolah dan kalau ada kekurangan yang signifikan biasanya kepala

343
sekolah akan memanggil guru tersebut untuk diberikan arahan terkait

dengan kekurangan yang dimiliki.

Di hari berikutnya peneliti melanjutkan wawancara dengan salah

satu guru SMPN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Kepala sekolah sudah melakukan PKG kepada dua kali setahun.


Kemudian yang dinilai dalam PKG itu termasuk pengelolaan kelas, terus
anak-anak yang bermasalah jalan keluarnya seperti apa. Respon saya
ketika di PKG oleh kepala sekolah atau asesor senang saja, tetap merasa
enjoy meskipun di PKG oleh teman sendiri. Ada tindak lanjut setelah PKG
selesai dilaksanakan contoh kita mendapatkan catatan dalam perbaikan,
misalnya yang perlu diganti dalam hal mengajar.
(CTL/WW/FIK/11/09/2017)

Sementara itu narasumber keempat juga menyampaikan bahwa

yang bersangkutan sudah pernah di PKG selama dua kali setahun.

Adapun yang dinilai dalam pelaksanaan PKG oleh kepala sekolah

pengelolaan kelas yang dilakukan guru pada saat proses pembelajaran

berlangsung kemudian kalau ada anak bermasalah jalan kelurnya seperti

apa dan lain sebagainya. Respon guru terhadap pelaksanaan Penilian

Kinerja Guru senang dan enjoy saja meskipun di PKG oleh teman sendiri.

Setelah PKG berakhir dilaksanakan ada tindak lanjut dari asesor yakni

berupa catatan perbaikan dan yang perlu diperbaiki dalam pengajaran.

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara dengan salah satu guru

SMAN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Saya pernah di PKG oleh kepala sekolah satu tahun sekali pak
PKG ini kan untuk menilai kinerja guru selama satu tahun pelajaran. Yang
dinilai hampir sama dengan supervise ya terkait dengan perangkat
pembelajaran dan penilaian pada saat dikelas cuman bedanya PKG itu
penilaian kinerja guru secara keseluruhan selama satu tahun
pembelajaran. Seingat saya ada 14 komponen yang dinilai pada saat PKG
tersebut mulai kompenen mengenal karakteristik siswa, menguasai teori

344
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, komponen
penilaian dan evaluasi, komponen etos kerja, tanggungjawab yang tinggi
dan rasa bangga menjadi guru, komponen komunikasi dengan sesama
guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat dan
kompenen terakhir yang saya ingat kalau tidak salah adalah
mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif pemantauan. Itu
komponen-komponen yang saya ingat pak. Intinya dalam kegiatan PKG
ini semua unsure dinilai oleh kepala sekolah sehingga waktu PKG ini kan
agak panjang sampai satu tahun pembelajaran. Repon saya baik saja dan
postif karena memang khusus untuk guru-guru yang PNS kah wajib di
PKG untuk perstaratan kenaikan pangkat. Dan dalam pelaksanaan PKG
ini juga kita tahu letak kekurangan kita sebagai guru. Dan kebetulan saya
di PKG langsung oleh kepala sekolah karena bagi guru yang sudah
sertikasi wajib di PKG oleh kepala sekolah langsung, sedangkan bagai
guru yang belum sertifikasi akan di PKG oleh guru senior yang secara
kepangkatkan lebih tinggi dari guru yang akan di PKG tersebut.
(CTL/WW/FAI/28/09/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber kelima diperoleh informasi

bahwa yang bersangkutan pernah di PKG langsung oleh kepala sekolah

yang pelaksanaan satu kali dalam satu tahun. Ada jadwal pelaksanaan

PKG yakni disesuaikan dengan jadwal mengajar masing-masing guru.

Hal-hal yang dinilai dalam pelaksanaan PKG sama seperti supervisi yaitu

terkait dengan perangkat pembelajaran dan penilaian pada saat guru

mengajar di dalam kelas. Selain itu ada 14 komponen yang yang dinilai

dalam kegiatan PKG yaitu mulai kompenen mengenal karakteristik siswa,

menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,

komponen penilaian dan evaluasi, komponen etos kerja, tanggungjawab

yang tinggi dan rasa bangga menjadi guru, komponen komunikasi dengan

sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan

masyarakat dan kompenen terakhir adalah mengembangkan keprofesian

melalui tindakan reflektif pemantauan. Penilaian PKG ini agak panjang

345
sampai satu tahun pembelajaran karena banyaknya komponen yang

dinilai tersebut. Respon guru terhadap pelaksanaan PKG baik dan positif

khusus untuk guru PNS wajib di PKG karena hasil PKG sebagai salah

satu peryaratan untuk kenaikan pangkat. Dalam pelaksanaan PKG juga

akan diketahui letak kekurangan dari masing-masing guru. Bentuk tindak

lanjut dari pelaksaan PKG adalah kepala sekolah memberikan masukan

atau saran-saran perbaikan terkait dengan kekurangan yang di miliki oleh

guru.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru

SMKN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

PK guru setahun sekali dan yang dinilai dalam PKG itu ada 14
kompetensi pak di antaranya terkait dengan standar siswa kemudian
berkaitan dengan mengelolaan kelas, kemudian etos kerja kemudian apa
ya pak hubungan social dengan sesama rekan kerja baik dengan siswa
juga dengan masyarakat, kemudian apalagi berkaitan dengan penilaian
seperti pelaksanaan PTK itu saya lupa istilahnya apa, saya ingatnya ada
14 kompetensi. Respon saya ketika di PKG oleh kepala sekolah positif
pak ya, jadi kalau kita di evaluasi kita jadi tau apa kekurangan yang perlu
kita perbaiki, kalau kita mengajar tanpa dinilai atau diberikan masukan ya
sepertinya mengajar begitu saja kita tidak berusaha untuk memperbaiki,
contoh ini mungkin saya agak mandek untuk membuat PTK atau buku
mode untuk 2017-2018 ini itu mungkin yang perlu di motivasi.
(CTL/WW/KOM/18/10/2017)

Narasumber keenam mengatakan bahwa yang bersangkutan

pernah di PKG langsung oleh kepala sekolah. Ada kebijakan yang

terapkan oleh sekolah bagi guru yang sudah sertifikasi maka yang akan

melakukan Penilaian Kinerja Guru (PKG) adalah kepala sekolah langsung

sementara bagi guru yang belum sertifikasi dinilai oleh guru senior. PKG

dilaksanakan satu kali dalam satu tahun tergantung kebijakan dari

346
masing-masing sekolah. Kompetensi yang dinilai dalam pelaksanaan PKG

di antaranya standar siswi, etos kerja, pengelolaan kelas, hubungan social

guru dengan sesame guru dan dengan masyarakat kemudian

pelaksanaan PTK. Respon guru terhadap pelaksanaan PKG oleh kepala

sekolah positif karena bisa di evalusi dan diberikan saran oleh kepala

sekolah jadi guru tahu apa kekurangan yang perlu diperbaiki. Jika guru

tidak dinilai guru akan mengajar sekedarnya saja dan tidak berusaha

untuk memperbaiki diri. Sebagai contoh untuk tahun pelajaran 2017-2018

guru mandek dalam pembuatan PTK karena itu harus terus dimotivasi

oleh kepala sekolah. Bentuk tindaklanjut dari pelaksanaan PKG adalah

hasil PKG diperlihatkan kepada masing-masing guru dan asesor membuat

laporan PKG sebagai bentuk tanggungjawab pelaksanaan tugas.

Peneliti melanjutkan wawancara kepada kepala SMAN 1 Sangatta

Selatan sebagai berikut:

Saya melakukan PKG kepada guru setahun sekali. Biasanya yang


dinilai apa dalam PKG itu ada beberapa kompetensi, 14 kompetensi. Di
antaranya ada kompetensi social, apa lagi ya lupa saya 14 kompetensi.
Saya di bantu oleh asesor yang sudah bersertifkat. Respon guru terhadap
pelaksanaan PKG antusias sekali. Saya tidak pernah melihat guru
menggeruti ketika di PKG oleh guru senior, karena mereka paham PKG
juga untuk kepentingan mereka. Bentuk tindak lanjutnya misalnya jika
guru ini merasa kurang di poin tertentu misalnya mereka ingin mengikuti
pelatihan terkait dengan peningkatan kualitas guru saya akan
rekomendasikan untuk mengikuti pelatihan tersebut.
(CTL/WW/TIK/30/10/2017)

Menurut informasi narasumber ketujuh bahwa yang bersangkutan

melaksanakan PKG bagi guru-gurunya. Dalam prakteknya kegiatan PKG

dilaksanakan satu kali dalam satu tahun pembelajaran. Kepala sekolah di

347
bantu oleh beberapa asesor dari unsure guru senior dengan syarat guru

senior tersebut telah memiliki sertifikat sebagai asesor untuk PKG. bagi

guru yang sudah sertifikasi akan dinilai langsung oleh kepala sekolah dan

guru yang belum sertifikasi akan dinilai oleh asesor dari guru senior.

Unsur yang dinilai dalam kegiatan PKG ada 14 komponen dan

narasumber lupa apa saja komponen tersebut yang di ingat hanya

kompetensi social. Respon guru terhadap pelaksanaan PKG oleh kepala

sekolah responya antusias dan positif, tidak ada guru yang menggerutu

karena mereka paham PKG untuk kepentingan mereka dan bagi PNS nilai

PKG menjadi salah satu syarat untuk pengajuan kenaikan pangkat.

Selesai pelaksanaan PKG kepala sekolah melakukan evaluasi atau

tindaklanjut bentuknya bagi guru yang nilainya bagus akan diikutkan

dalam kegiatan tertentu dan bagi guru yang kurang nilainya diikutkan

pelatihan yang terkait dengan peningkatan kualitas guru.

Masih di hari yang sama peneliti kemudian melanjutkan wawancara

dengan salah satu guru SMAN 1 Sangatta Selatan sebagai berikut:

Saya sudah pernah di PKG satu kali dalam satu tahun oleh asesor
dari unsur guru senior. Biasanya yang dinilai dalam PKG perencanaan
pembelajarannya, RPP nya kemudian pelaksanaannya dan juga untuk
penilaiannya, ketika saya mengajar di kelas juga dinilai mulai dari
pembukaan sampai dengan penutup. Respon saya ketika di PKG oleh
teman sejawat gak apa-apa pak, Alhamdulillah karena beliau juga guru
senior saya jadi saya banyak dapat ilmu dari beliau, karena guru senior
jadi ada masukan-masukan yang sifatnya perbaikan dalam pengajaran.
Ada tindak lanjutnya dari pelaksanaan PKG berupa catatan dan kemudian
penyampaiannya secara lisan pak setelah di supervise di kelas kemudian
kita kembali ke kantor empat mata disampaikan.
(CTL/WW/ESTI/30/10/2017)

348
Hasil wawancara dengan narasumber kedelapan diperole informasi

bahwa yang bersangkutan sudah di PKG oleh asesor satu tahun satu kali

setiap bulan September untuk masa penilaian Januari sampai Desember.

Hal-hal yang dinilai dalam pelaksanaan Penilian Kinerja Guru seputar

perencanaan pembelajaran yang buat oleh guru seperti RPP dan

perangkat pembelajaran lainnya kemudian pelaksaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru di dalam kelas dan juga bagaimana cara guru

melakukan penilaian kepada siswa. Pada saat pembelajaran di dalam

kelas yang dinilai oleh asesor adalah mulai dari pembukaan sampai

dengan penutupan pembelajaran dan asesor ikut masuk dalam kelas

menunggu sampai proses pembelajaran selesai selama dua jam tatap

muka. Respon guru terhadap pelaksaan PKG oleh asesor persaan guru

tidak apa-apa dan Alhamdulillah banyak dapat ilmu, ada masukan yang

sifatnya perbaikan dalam pengajaran. Bentuk tindak lanjut setelah Penilian

Kinerja Guru (PKG) selesai dilaksanakan asesor memberikan catatan

kemudian menyampaikan secara lisan di kelas kemudian dilanjutkan di

kantor empat mata.

Pada hari selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan salah

satu guru yang ada di SMKN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Saya pernah di PKG sekali dalam satu tahun bapak. Hal-hal yang
dinilai dalam PKG gak tau pak karena asesor gak pernah memperlihatkan.
Yang saya tahu PKG sama dengan supervisi mulai dari pembukaan
sampai penutup. Respon saya terhadap pelaksanaan PKG biasa saja
bapak karena sudah terbiasa bapak. Tidak ada perasaan praduga, tidak
ada perasaan takut jadi biasa saja bapak karena ya itu tadi sudah terbiasa
dan pernah melewati di fase tersebut. (CTL/WW/ENI/14/12/2017)

349
Informasi dari narasumber kesembilan bahwa yang bersangkutan

pernah di PKG oleh asesor yang ada di SMKN 1 Sangatta Utara dan

dilaksanakan satu tahun satu kali. Jadwal pelaksanaan PKG ditentukan

oleh guru yang bersangkutan kapan siapnya dan asesor hanya

menentukan rentang waktu pelaksanaan dari tanggal sekian sampai

dengan tanggal sekian. Hal-hal yang dinilai dalam pelaksanaan PKG

narasumber tidak tahu persis apa yang dinilai karena asesor tidak

memperlihatkan komponen-komponen apa yang harus dinilai, tahunya

PKG itu sama seperti pelaksanaan supervisi dan tidak ada isian yang

harus di isi oleh guru yang di PKG. respon guru terhadap pelasanaan

PKG biasa saja karena sudah terbiasa, tidak ada perasaan praduga,

perasaan takut karena sudah pernah melewati fase-fase tersebut. Belum

ada tindak lanjut dari hasil pelaksaan PKG oleh asesor dan belum ada

informasi apa guru melaksanakan pembelajaran.

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara dengan guru yang

lainnya di SMKN 1 Sangatta Utara sebagai berikut:

Saya pernah di PKG oleh kepala sekolah satu kali dalam satu
tahun dan ada rentang jadwal yang disiapkan dari sekolah baru kita
menyampaikan jadwalnya. Yang di nilai dalam pelaksanaan PKG tersebut
proses pembelajaran, perangkatnya, sebetulnya pengamatan keseharian
juga mungkin dinilai karena ada indicator penilaian, kedisiplinan. Ada 14
indikator pak di antaranya tentang proses pembelajaran, karakteristik
peserta didik, kedisiplinan guru kemudian hubungan dengan masyarakat.
Respon saya terhadap pelaksanaan PKG bagus aja, senang dan setuju.
Saya tidak merasa ribet karena sudah terbiasa setiap tahun ada supervisi-
supervisi gak kayak dulu-dulu. (CTL/WW/KAM/14/12/2017)

Selanjutnya narasumber kesepuluh memberikan informasi bahwa

yang bersangkutan juga pernah di PKG langsung oleh kepala sekolah

350
karena pertimbangan bagi guru yang sudah sertifikasi maka yang akan

melakukan penilian adalah kepala sekolah langsung. Pelaksanaan

penilian kinerja guru (PKG) di laksanakan satu tahun satu kali. Ada jadwal

pelaksanaan PKG dari sekolah berupa rentang waktu pelaksanaan saja

dan yang menentukan kapan waktu pelaksaan adalah guru yang

menyampaikan kapan kesiapannya. Yang dinilai dalam PKG adalah

seputar pembelajaran, perangkat-perangkat yang dimiliki oleh guru

tersebut, kemudian pengamatan keseharian guru dan kedisiplinan guru

dalam berkerja. Sebenarnya ada 14 komponen atau indicator yang dinilai

dalam PKG tapi tidak ingat semua. Indicator tersebut di antaranya proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, mengenal karakteristik peserta

didik, kedisiplinan guru dan hubungan guru dengan masyarakat. Rentang

penilian PKG mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember setiap

tahunnya. Setelah PKG dilaksanakan tidak ada tindak lanjutnya, kepala

sekolah yang sekarang belum meyampaikan letak kelamahan guru dalam

mengajar dan untuk kepala sekolah terdahulu biasanya setelah PKG

selesai dilaksanakan guru di panggil ke kantor dan diberikan saran-saran

perbaikan untuk pengajaran selanjutnya.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Kepala SDN

007 Sangatta Utara sebagai berikut:

Saya pernah melaksanakan penilaian kinerja kepada guru satu


tahun satu kali. Di dalam PKG itu memang ada 14 komponen yang harus
dinilai, jujur pak tidak semuanya itu saya bisa menghafalnya. Tetapi hanya
saya bisa membagi kepada empat saja yaitu di situ ada kepribadian, ada
pedagogic, ada social kalau tidak salah dan yang keempat kompetensi
professional. Di antara itu yang lebih saya utamakan di kepribadian,

351
kenapa kalau kepribadiannya bagus imbasnya kepada aspek social,
imbasnya kepada pedagogic pak dan professional menurut saya pak jadi
saya lihat dulu kepribadiannya. Kepribadian memang antara rutinitas
dengan kualitas di situ saya lihat pak. Artinya begini pak ada rutinitas
mengajar, mengajar itu rutinitas. Kalau rutinitasnya bagus saya berfikir
kualitasnya juga mudah-mudahan bagus. Tapi kalau sudah runitiasnya
terganggu dengan berbagai macam alasan-alasan bagaimana mau
mengejar kualitas begitu, jadi di aspek kepribadian begitu pak. Jadi saya
ingin guru saya ini punya pendekatannya itu apalagi yang sekarang ini
penguatan pendidikan karakter berarti melakukan pendekatan
pembelajarnya dengan karakter tadi. Kepengin seperti itu dengan
kelembutan, halus dan kesabaran. Jadi itu yang menjadi prioritas saya
karena saya juga terobsesi dengan guru-guru Daarussalam misalnya
mereka lemah lembut. Ingin merubah di mana sekolah negeri itu bisa
bersaing dengan swasta yang penting dulu SDM kami dulu pak.
(CTL/WW/ED/18/12/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber kesebelas bahwa kepala

sekolah melaksanakan PKG kepada guru yang di SDN 007 Sangatta

Utara satu kali dalam satu tahun. Ada 14 komponen yang dinilai dalam

pelaksanaan PKG tersebut tetapi kepala sekolah tidak hafal semua

komponen itu dan membaginya kepada empat bagian yaitu kompetensi

kepribadian, kompetensi pedagogic, kompetensi social dan kompetensi

professional. Di antara keempat kompetensi tersebut yang lebih utamakan

di kepribadian, kenapa kalau kepribadiannya bagus imbasnya kepada

aspek social, imbasnya kepada pedagogic pak dan professional menurut

narasumber, jadi dilihat dulu kepribadiannya. Masih menurut narasumber

kepribadian memang antara rutinitas dengan kualitas, artinya ada rutinitas

mengajar, mengajar itu rutinitas. Kalau rutinitasnya bagus maka

kualitasnya juga mudah-mudahan bagus. Tapi kalau sudah runitiasnya

terganggu dengan berbagai macam alasan-alasan bagaimana mau

mengejar kualitas. Narasumber ingin guru punya pendekatan dalam

352
mengajar apalagi yang sekarang ini penguatan pendidikan karakter berarti

melakukan pendekatan pembelajarnya dengan karakter tadi.

Masih di hari yang sama peneliti melakukan wawancara dengan

salah satu wakil kepala sekolah SDN 007 Sangatta Utara sebagai berikut:

Saya sudah di PKG oleh kepala sekolah sekali setahun rentang


penilian Januari sampai Desember pak kemarin. Hal yang dinilai dalam
pelaksaan PKG hampir sama dengan pelaksaan supervisi hanya bedanya
pada PKG ada 14 komponen yang dinilai dan saya lupa komponennya.
Respon saya di PKG oleh kepala sekolah antara senang dan takut pak.
Setelah PKG selesai dilaksanakan ada tindak lanjutnya oleh kepala
sekolah. Kita diberikan catatan-catatan tentang kelebihan dan kekurangan
yang di miliki oleh guru. (CTL/WW/LIS/18/12/2017)

Hasil wawancara dengan narasumber kedua belas diperoleh

informasi bahwa yang bersangkutan pernah di PKG oleh kepala sekolah

satu kali dalam satu tahun dengan rentang waktu penilaian bulan Januari

sampai dengan bulan Desember. Ada 14 komponen yang dinilai dalam

PKG dan narasumber lupa apa komponen-komponen tersebut karena

pertanyaannya panjang-panjang. Adapun respon guru pada saat di PKG

adalah antara senang dan takut. Senang karena dengan PKG paling tidak

guru tahu letak kekurangannya dalam mengajar, takut karena ada yang

mengawasi di dalam kelas. Bentuk tindak lanjut dari kegiatan PKG adalah

di wancarai dan kepala sekolah memberikan catatan-catatan kekurangan

yang di miliki guru tersebut.

Selanjutnya peneliti bergeser ke salah satu guru untuk melakukan

wawancara sebagai berikut:

Saya pernah di PKG sama kepala sekolah setahun sekali pak. Ada
jadwalnya yang di sepakati, pertama diadakan rapat sih pak nanti dari
bulan ini sampai bulan ini kita adakan PKG, terus kepala sekolah

353
membuat jadwal sesuai dengan jam kita mengajar. Yang dinilai dalam
PKG tersebut banyak pak dari segi administrasi iya kayak supervisi itu.
Kalau komonen yang lain saya kurang tau saya kalau itu pak, gak hapal
pak namanya. Respon saya terhadap pelaksanaan PKG antara takut dan
senang juga sih pak. Takutnya ini pak namanya di kelas ada yang masuk
selain kita kan ya perasaan grogi. Senangnya dengan diadakannya PKG
kan kita jadi tau apa kekurangan kita dari kemarin jadi bisa dikoreksi untuk
lebih baik lagi. (CTL/WW/WIN/18/12/2017)

Sementara itu narasumber ketiga belas menyampaikan bahwa

yang bersangkutan juga pernah di PKG oleh kepala sekolah satu kali

dalam satu tahun. Ada jadwal pelaksanaan PKG yang disepakati dalam

rapat dan ditentukan pelaksaannya dari bulan ini sampai dengan bulan ini

kemudian kepala sekolah membuat jadwal sesuai dengan jam mengajar

masing-masing guru. Jika kepala sekolah tidak bisa hadir sesuai dengan

kesepakatan jadwal yang telah dibuat maka jadwal PKG akan di tukar

atau dig anti pada waktu yang lain tentunya dengan mempertimbangkan

jadwa mengajar guru. Masih menurut narasumber hal yang dinilai banyak

sekali di antaranya administrasi supervisi dan sisanya tidak hafal karena

banyak komponennya. Respon guru terhadap pelaksanaan PKG oleh

kepala sekolah antara takut dan senang, takutnya karena di dalam kelas

ada yang masuk selain guru dan guru jadi grogi. Senangnya kerena

dengan pelaksaan PKG oleh kepala sekolah guru tahu kekurangannya

dari kemarin dan bisa dikoreksi untuk lebih baik lagi. Tindak lanjut

kegiatan PKG setelah selesai dilaksanakan sama seperti pelaksaan

supervisi yakni diadakan wawancara, di sampaikan kekurangannya dan

dibuatkan catatan perbaikan ke depan.

354
Dari paparan hasil wawancara di atas dapat simpulkan tentang

pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PKG) pada Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur sebagai berikut: Pertama, pelaksaan PKG oleh

kepala sekolah dan asser sudah berjalan dengan baik, hal ini tergambar

dari hasil pengamatan dan wawancara dilapangan semua narasumber

yang ditanya menjawab bahwa mereka pernah di PKG oleh kepala

sekolah dan asesor dari unsur guru senior. Pada prinsipnya guru senang

di PKG karena PKG sebagai salah satu bagian dari program pembinaan

mutu guru. Dari pelaksaan PKG tersebut guru mengetahui letak kelebihan

dan kekurangan dalam melaksanakan tugas dalam kurun waktu satu

tahun pelajaran.

Kedua, berdasarkan data dilapangan masih banyak guru yang tidak

mengetahui komponen-komponen apa saja yang dinilai dalam

pelaksanaan PKG oleh kepala sekolah. Guru beranggapan bahwa PKG

sama dengan pelaksaan supervisi yakni yang dinilai perangkat dan proses

pembelajaran. Supervisi adalah bagian dari PKG karena memang dalam

pelaksanaan PKG juga menuntut adanya kunjungan kelas oleh kepala

sekolah untuk mengetahui bagaimana cara guru mengajar. Untuk

memberikan pemahaman yang menyeruluh kepada guru tentang

pelaksanaan PKG dan komponen apa saja yang dinilai maka kepala

sekolah perlu melakukan sosialisasi kepada guru tentang komponen-

komponen apa saja yang dinilai dalam pelakasaan PKG. Sosialisasi ini

355
peru dilakukan agar guru punya persepsi yang sama tentang

pelakksanaan PKG oleh kepala sekolah.

Ketiga, kepala sekolah perlu melakukan evaluasi dari pelaksanan

PKG yang sudah pernah dilaksanakan. Evaluasi ini bertujuan untuk

mengetahui sejauhmana keberhasilan pelaksanaan PKG dan kontribusi

PKG terhadap peningkatan mutu guru di Kutai Timur. Hal yang perlu

dievaluasi di antaranya perencanaan PKG, pengorganisasian PKG,

pelaksanaan PKG. Kepala sekolah perlu melibatkan dan mengajak diskusi

komponen-komponen yang terlibat dalam pelaksaan PKG.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat digambarkan bahwa

program pembinaan mutu guru yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Kutai Timur berupa pelaksanaan penyetaraan pendidikan,

program pelatihan, program supervisi, program Kelompok Kerja Guru

(KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), program studi

banding, program sertifikasi dan program penilaian kinerja guru (PKG).

Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur juga melaksanakan pembinaan

mutu guru melalui program bercirikan kedaerahan seperti program guru

magang, program sekolah rujukan dan road saw pendidikan yang

dilakukan di setiap kecamatan yang ada di Kutai Timur. Program-program

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

356
Kualifikasi Pendidikan

Program Pelatihan

Program Supervisi

Program KKG/MGMP

Program Studi Banding

Program Sertifikasi

Program PKG

PROGRAM PEMBINAAN
MUTU GURU
DINAS PENDIDIKAN
KAB. KUTAI TIMUR Guru Magang

Sekolah Rujukan

Road Sow
Pendidikan

357

Anda mungkin juga menyukai