Elly Yuliandari
kontribusi
kontribusi kepada
kepada komuni
komunitas
tasnya
nya.. Mengut
Mengutip
ip dari
dari jar
jargon
gon yang
yang diguna
digunakan
kan oleh
oleh WHO,
WHO,
“there is no health without mental health ” menandakan bahwa kesehatan mental perlu
dipandang sebagai sesuatu yang penting sama seperti kesehatan fisik. Mengenali bahwa
ke
kese
seha
hata
tan
n meru
merupa
paka
kan
n kondi
kondisi
si ya
yang
ng se
seim
imba
bang
ng antar
antaraa di
diri
ri se
send
ndir
iri,
i, or
oran
ang
g la
lain
in da
dan
n
lingku
lingkungan
ngan memban
membantu
tu masyar
masyarakat
akat dan indivi
individu
du memaham
memahamii bagaim
bagaimana
ana menjag
menjagaa dan
meningkatkannya (WHO, 2004).
binatang. Sampai pada tahun 1972, Phillipe Pinel ditugaskan untuk melakukan perbaikan
pada rumah sakit jiwa. Pinel melepas rantai dan menempatkan pasien di kamar yang
bersih dan cerah. Pasien diperlakukan dengan baik dan akhirnya banyak orang yang
sudah
sudah bertah
bertahun-
un-tah
tahun
un didala
didalamny
mnyaa mengal
mengalami
ami kesemb
kesembuhan
uhan dan diangg
dianggap
ap sudah
sudah bisa
bisa
meninggalkan rumah sakit tersebut.
Pada awal abad 20, bidang kedokteran dan psikologi memiliki kemajuan pesat
(Nolen
(Nolen,, 2009).
2009). Semaki
Semakin
n banyak
banyak rumah
rumah sakit
sakit jiwa
jiwa yang
yang dibangu
dibangun
n untuk
untuk menang
menangani
ani
permasalahan gangguan kesehatan mental. Para psikiater sudah mulai memberikan
ak
akti
tivi
vita
tass tera
terapi
pi se
seper
perti
ti te
tera
rapi
pi indi
indivi
vidu
du da
dan
n kelom
kelompo
pok,
k, te
tera
rapi
pi ke
kete
tera
ramp
mpil
ilan
an se
sert
rtaa
memberikan kursus pendidikan untuk membantu pasien yang sudah keluar dari rumah
sakit
sakit supaya
supaya dapat
dapat berfun
berfungsi
gsi secara
secara normal
normal dalam
dalam kehidu
kehidupan
pan sehari
sehari-ha
-hari.
ri. Walaupu
Walaupun
n
begitu, masyarakat masih belum memahami apa itu mental illness dan menilai bahwa
rumah sakit jiwa merupakan tempat yang menakutkan.
Saat ini, sudah banyak lembaga baik berupa rumah sakit, lembaga kepemerintahan
bahkan organisasi taraf internasional seperti WHO yang
yan g gencar meningkatkan kesadaran
masyarakat dan memberikan penanganan terhadap kesehatan mental. Telah ditetapkan
pula Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Banyak
tema
tema ke
kese
seha
hata
tan
n ment
mental
al ya
yang
ng te
teru
russ be
berg
rgan
anti
ti se
seti
tiap
ap ta
tahun
hunny
nyaa un
untu
tuk
k meni
meningk
ngkat
atkan
kan
kesadaran masyarakat atas pentingnya kesehatan mental. Pada tahun 2018, tema yang
diangkat oleh WHO adalah “ young people and mental health in a changing world ”. Tema
ini berfokus untuk membangun
membangun resiliens
resiliensii pada remaja dan membantu
membantu mereka
mereka mengatasi
mengatasi
tantangantantangan yang ada di dunia saat ini.
a. Positiv
Positive
e Mental Health
Health
Indi
Indivi
vidu
du ya
yang
ng se
seha
hatt me
ment
ntal
al at
atau
au me
memi
mili
liki
ki positive mental health mampu
menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan dan dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Individu menunjukkan kesejahteraan dan merasakan kebahagiaan. Salah satu ciri individu
yang
yang seh
sehat
at men
mental
tal adal
adalah
ah mem
memili
iliki
ki res
resil
ilien
iensi.
si. Resil
Resiliensi
iensi didefinisik
didefinisikan
an sebagai
sebagai proses
proses
dinamis dimana individu menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi kesulitan yang
signif
signifika
ikan
n (Lutha
(Lutharr et al.,
al., 2000
2000 dalam
dalam Schoon,
Schoon, 2006).
2006). Resiliensi merupakan kapasitas
untuk mengatasi kesulitan dan menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup.
hidup . Resiliensi
eratt kaitan
era kaitannya
nya dengan
dengan kemamp
kemampuan
uan dalam
dalam menyes
menyesuai
uaikan diri. Ketika individu mampu
kan diri.
menyesuaikan diri, mampu mengatasi kesulitan dan bangkit dari kesulitannya,
kesulitannya, mereka
dianggap memiliki resiliensi.
Contoh :
1. Ce
Cerd
rdas
as Secar
Secaraa Emosi
Emosiona
onal.
l. ...
...
2. Percay
Percayaa Dir
Diri.
i. ..
....
3. Mamp
Ma mpu u Bers
Bersik
ikap
ap Teg
Tegas as.. ...
...
4. Memili
Mem iliki
ki Ras
Rasaa Opti
Optimis
misme.
me. ...
5. Memi
Me mili
liki
ki Dis
Disip
ipli
lin.
n. ...
...
6. Sena
Senant
ntia
iasa
sa Be
Bersrsikikap
ap Positif. ...
7. Memili
Mem iliki
ki Rasa
Rasa Tanggun
Tanggung g Jawab
Jawab Tinggi
Tinggi.. ...
8. Mampu
Mam pu Bers
Bersika
ikap p Sabar
Sabar dan Ikh Ikhlas
las..
b. Mental H
Health
ealth Problem
Problem
berbagai aspek, seperti emosi, perilaku, atensi, serta regulasi diri. Mengalami kekerasan
di masa kecil, merasa terasing dari lingkungan, kehilangan orang yang dicintai, stress
yang
yang ber
berkep
kepanj
anjanga
angan,
n, keh
kehila
ilangan
ngan peke
pekerj
rjaan,
aan, peny
penyala
alahgun
hgunaan
aan obat
obat-oba
-obatan
tan ada
adalah
lah
beberapa contoh faktor yang dapat memicu seseorang memiliki mental health problem.
problem.
perawatan
Teknik perawatan diri dan peruba
perubahan
han gaya hidup umumnya dapat memba
membantu
ntu mengelola
gejala
gejala mental health problem dan memiliki kemungkinan mencegah beberapa masalah
berkembang menjadi lebih buruk. Mencari dukungan dari teman, menjaga kesehatan
fisik,
fisik, dan mel
melakuk
akukan
an ber
berbag
bagai
ai akt
aktivi
ivitas
tas yang bai
baik
k unt
untuk
uk kes
kesehat
ehatan
an men
mental
tal ada
adalah
lah
beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mental health problem.
problem.
c. Mental iillness
llness
pemikiran, atau perilaku (atau kombinasi dari ini). Mental illness dikai
dikaitkan
tkan dengan
kesuli
kesulitan
tan dan/
dan/ata
atau
u mas
masala
alah
h yang men
menggan
gganggu
ggu keb
keberf
erfungs
ungsian
ian dal
dalam
am keg
kegiat
iatan
an sos
sosial
ial,,
pekerjaan, atau aktivitas keluarga. Artinya, orang yang memiliki mental illness secara
signifikan
signifikan memengaruhi
memengaruhi cara merek
merekaa meras
merasa,
a, berpi
berpikir,
kir, berperilaku,
berperilaku, dan berin
berinterak
teraksi
si
dengan
dengan ora
orang
ng lai
lain
n. Mental illness bukanla
bukanlah
h hal yang memalukan
memalukan melain
melainkan
kan sebuah
sebuah
kondisi medis, sama seperti penyakit jantung atau diabetes.
Mental illness dapat disembuhkan dan para ahli di bidangnya terus memperluas
pemahaman serta mengembangkan perawatan untuk membantu orang dengan kondisi
kesehatan mental supaya dapat kembali berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Mental
illness dapat berbentuk ringan yang hanya mengganggu keberfungsian hidup sehari-hari,
namu
namun
n ada
ada pul
pula kond
kondis
isii mental illness
illness yang sangat
sangat parah
parah sehing
sehingga
ga memerl
memerlukan
ukan
perawatan di rumah sakit. Beberapa bentuk mental illness adalah skizofrenia, gangguan
kecemasan, gangguan mood, dan gangguan kepribadian.
Gangguan kesehatan mental dibagi menjadi beberapa klasifikasi oleh para dokter
dan ahli supaya menjadi sarana yang dapat dimengerti dalam mengambarkan kondisi
gangguan
ganggua n tertentu.
tertentu. Adanya sistem
sistem klasifikas
klasifikasii gangguan ini dapat dijadikan pegangan
diagnostik untuk para ahli supaya terdapat pemahaman yang sama mengenai pengertian,
gejala dan dapat dipilih tindakan mana yang kiranya dapat efektif untuk menanganinya.
Klasif
Klasifika
ikasi
si yang
yang paling
paling populer
populer digunak
digunakan
an adalah
adalah klasif
klasifika
ikasi
si ganggua
gangguan
n yang
dikemukakan oleh American Psychiatric Association (APA) yang disebut Diagnostic and
Statistica
Statisticall Manual of Mental Disorder
Disorder (DSM). DSM telah mengalami revisi sejak tahun
1979 dan saat ini telah mencapai DSM-V. Selain itu, WHO juga membuat klasifikasi
gangguan
gangguan kejiwaan yang disebut International Classification of Diseases of the World
Health Organization (ICD
(ICD)) yang
yang sa
saat
at ini
ini te
tela
lah
h menc
mencapa
apaii ICD-
ICD-10
10.. Kedu
Keduaa si
sist
stem
em
klasifikasi ini dioperasionalkan dengan munculnya kriteria dalam bentuk gejala-gejala
tetap.
tetap. Di Indones
Indonesia,
ia, sistem
sistem klasif
klasifika
ikasi
si gangguan
gangguan yang digunak
digunakan
an oleh
oleh para
para ahli
ahli dan
tentunya dibuat sesuai dengan gangguan khas yang ada di Indonesia disebut Pedoman
Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ) dan saat ini telah mencapai PPDGJ-
III.
Mental illness memili
memiliki
ki kriter
kriteria
ia standar
standar yang perlu
perlu dipenuh
dipenuhii apabil
apabilaa ingin
ingin
menegakkan
menegakkan diagnosis. Dalam mendiagnosis,
mendiagnosis, apa saja gejala yang dialami,
dialami, berapa lama
gejala tersebut dialami dan dampak apa yang muncul pada individu akibat dari gejala
tersebut
tersebut menjadi
menjadi pertimbanga
pertimbangannya.
nnya. Perlu diketahui bahwa diagnosis
diagnosis untuk gangguan
kesehatan mental tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang melainkan hanya dapat
dilakukan oleh profesional seperti psikiater dan psikolog.
faktor-faktor apa saja yang dapat membahayakan kesehatan mental ( risk factor) dan
faktorfaktor apa saja yang dapat melindungi kesehatan mental ( protective factor) anak.
Risk factor menimbulkan kemungkinan kerentanan dalam diri anak, sedangkan protective
factor menimbulkan kemungkinan kekuatan dalam diri anak. Semakin banyak risk factor,
maka semakin besar tekanan pada anak. Di sisi lain, semakin banyak protective factor,
maka
maka be
besa
sarr ke
kemu
mung
ngki
kina
nan
n an
anak
ak untuk
untuk dapat
dapat te
terh
rhin
indar
dar da
dari
ri ga
gang
nggua
guan.
n. Risk factor
merupak
merupakan
an faktor
faktor yang dapat
dapat memunc
memunculk
ulkan
an kerent
kerentana
anan
n ter
terhad
hadap
ap dis
distre
tress.
ss. Artiny
Artinya,
a,
ketidakmamp
ketidakmampuan
uan menyesuaikan
menyesuaikan diri dapat dikarenakan
dikarenakan adanya kondisi-kond
kondisi-kondisi
isi yang
menekan, seperti anak yang tumbuh pada keluarga yang memiliki status ekonomi rendah,
tumbuh di lingkungan penuh kekerasan dan adanya pengalaman trauma (Schoon, 2006).
Kesehat
Kesehatan
an mental
mental yang baik bukan
bukan hanya
hanya diliha
dilihatt dari
dari tidak
tidak adanya
adanya masala
masalah
h
ke
kese
seha
hata
tan
n ment
mental
al ya
yang
ng didi
didiag
agno
nosi
sis,
s, mela
melain
inka
kan
n be
berh
rhub
ubun
unga
gan
n de
deng
ngan
an well-being
seseorang. Well-being adalah sebuah konsep yang lebih luas dibanding kesehatan mental.
Walaupun begitu, keduanya memiliki keterkaitan. Gangguan yang terjadi pada kesehatan
mentall anak dapat memberikan
menta memberikan dampak pada keseluruhan
keseluruhan well-being anak, sebaliknya
well-being yang buruk dalam bentuk apapun dapat menjadi resiko terhadap kesehatan
mental.
Masa anak dan remaja yang masih erat kaitannya dengan masa perkembangan
membuat
membuat adanya
adanya kesuli
kesulitan
tan dalam
dalam melaku
melakukan
kan diagnos
diagnosis
is dan member
memberikan
ikan perlak
perlakuan
uan
(Remschmidt, et al., 2007). Kesulitan ini muncul karena tidak ada garis yang jelas dalam
membedakan perkembangan yang normal dan abnormal. Kesehatan mental melibatkan
lebih dari masalah medis. Banyak faktor yang memengaruhi, seperti adanya faktor sosial
ekonomi. Masalah kesehatan mental dapat muncul di berbagai area mulai dari ranah
individu
individu seperti
seperti penyalahgunaa
penyalahgunaan
n zat, kejahatan,
kejahatan, kekerasan,
kekerasan, kehilangan
kehilangan produktivit
produktivitas
as
hingga bunuh diri.
Kesehatan mental pada anak dan remaja juga melibatkan kapasitasnya untuk dapat
berkembang dalam berbagai area seperti biologis, kognitif dan sosial-emosional
(Remsc
(Remschmi
hmidt,
dt, et al.,
al., 2007).
2007). Oleh
Oleh karena
karenanya,
nya, pentin
penting
g bagi
bagi kita
kita memaham
memahamii tahapa
tahapan
n
perkembangan sebagai upaya untuk melihat adanya indikasi permasalahan pada
perkembangan anak dan remaja. Anak yang memiliki kesehatan mental memiliki ciri-ciri
de
deng
ngan
an pe
perk
rkem
emba
bang
ngan
an otak
otak.. Anak
Anak ya
yang
ng se
seha
hatt ment
mental
al da
dan
n memi
memili
liki
ki
perkembangan kognitif yang memadai memunculkan kemauan untuk
mempelajari
mempelajari hal baru di sekitarnya,
sekitarnya, memiliki
memiliki kreativita
kreativitas,
s, dan kemampuan
kemampuan
bahasanya pun berkembang. Proses ini lalu berkembang sampai pada
kemampuan anak untuk mampu membedakan hal-hal yang dianggap benar
da
dan
n sa
sala
lah,
h, mengh
menghaf
afal
al,, meme
memecah
cahka
kan
n masa
masala
lah
h se
sede
derh
rhan
ana,
a, memi
memili
lih
h da
dan
n
mengambil keputusan, serta mengendalikan dirinya.
c. Pr
Pros
oses
es Sos
Sosia
ial-
l-Em
Emos
osio
ional
nal
Proses sosial-emosional melibatkan perubahan emosi, kepribadian, hubungan
de
deng
ngan
an oran
orang
g la
lain
in da
dan
n ling
lingku
kung
ngan
an sosi
sosial
al (S
(San
antr
troc
ock,
k, 20
2014
14).
). Pr
Pros
oses
es
so
sosi
sial
alem
emos
osio
iona
nall yang
yang berke
berkemb
mban
ang
g denga
dengan
n baik
baik memb
membua
uatt an
anak
ak mamp
mampu
u
menyad
menyadari
ari,, membed
membedakan
akan,, mengel
mengelola
ola serta
serta mengek
mengekspr
spresi
esikan
kan emosi
emosi secara
secara
tepat. Seiring perkembangannya, anak perlu untuk menjadi sadar akan adanya
orang lain dan berusaha menumbuhkan empatinya terhadap orang lain. Di
adanya
adanya berbaga
berbagaii perila
perilaku
ku dan kondisi
kondisi yang
yang memenga
memengaruh
ruhii kesehat
kesehatan
an dan juga
juga dapat
dapat
menyebabkan gangguan pada masa dewasa. Adanya masa pubertas merupakan salah satu
tantangan bagi remaja. Pubertas mengacu pada masa transisi perkembangan yang ditandai
dengan perubahan biologis yang mengakibatkan kematangan dari segi fisik dan seksual
(Santrock, 2014). Kadar hormon selama masa pubertas dapat mempengaruhi respons
stress
stress dalam tubuh dan otak. Faktor lain yang juga penting adalah pengaruh peer (teman
seba
sebaya
ya)) ya
yang
ng da
dapa
patt memb
membua
uatt an
anak
ak pe
perl
rlu
u meng
mengem
emba
bang
ngka
kan
n ke
kema
mamp
mpua
uan
n te
terk
rkai
aitt
penyesuaian diri dan regulasi diri. Ketika remaja merasa diterima di lingkungan
pertemanannya dan tidak membandingkan diri secara berlebihan, hal ini mampu membuat
merekaa merasa aman di lingkungan.
merek lingkungan. Mental illness seperti gangguan kepribadian serta
emosi banyak dimulai di masa ini. Perilaku-perilaku tidak sehat seperti merokok, minum
minuman
minuman keras dan penggunaan
penggunaan obat-obatan
obat-obatan terlarang
terlarang sering
sering dimulai
dimulai pada masa remaja
remaja
dan berhubungan erat dengan peningkatan masalah hingga kematian yang merupakan
tantangan utama dalam kesehatan.
Kesadar
Kesadaran
an atas
atas penting
pentingnya
nya keseha
kesehatan
tan mental
mental saat
saat ini selalu
selalu dit
ditanam
anamkan
kan oleh
oleh
WHO.
WHO. WHO Child and Adolescent Mental Health Atlas merupakan salah satu upaya
sistematis pertama untuk mengumpulkan data dan mendokumentasikan secara objektif
layanan global dan pelatihan yang tersedia di seluruh dunia untuk kesehatan mental anak
dan remaja (WHO, 2001c). Inisiatif ini berfokus pada tiga bidang utama, yaitu kesadaran
(awareness
awareness),
), pencegahan (prevention
prevention)) dan perlakuan (treatment
(treatment).
kecerdasan dan juga kesulitan belajar. Atensi adalah fokus dari sumber daya
mentall (Santrock,
menta (Santrock, 2011). Atensi
Atensi meningkatka
meningkatkan
n proses
proses kognitif
kognitif untuk banyak
tugas, mulai dari meraih mainan, memukul bola, hingga menari. Anak-anak
memiliki rentang atensi yang terbatas, artinya hanya sejumlah informasi yang
mampu mereka perhatikan.
perhatikan. Atensi akan berkembang seiring dengan usia dan
aktivitas anak. Kesulitan anak memusatkan perhatian pada tugas, anak yang
gelisa
gelisah,
h, tidak
tidak bisa
bisa diam,
diam, mudah
mudah ter
terali
alihkan
hkan perhat
perhatian
iannya
nya menjad
menjadii indika
indikasi
si
masalah kesehatan mental.
Masalah-masalah seperti yang telah dijelaskan di atas dapat menjadi indikasi awal
yang mengarah pada gangguan
gangguan kesehatan
kesehatan mental
mental apabila
apabila hal ini konsisten
konsisten dinampakkan
dinampakkan
an
anak
ak.. Oleh
Oleh ka
kare
rena
nany
nya,
a, menj
menjad
adii tuga
tugass ba
bagi
gi or
oran
ang
g tu
tuaa at
atau
au caregiver unt
untuk
uk dapat
dapat
mendeteksi sedari dini permasalahan ini supaya tidak berkembang menjadi gangguan.
tidur yang cukup dapat mendukung kesehatan mental (Herrman, et al., 2005).
Prev
Preven
enssi kese
keseha
hata
tan
n ment
ental ber
berfokus
okus pada
pada men
engu
gura
rang
ngii ri
risk
sk fa
fact
ctor
or dan
mening
meningkat
katkan
kan protective factor yang terkait dengan kesehatan mental (WHO, 2004).
Deteks
Deteksii dini
dini dan mengen
mengenalk
alkan
an bagaim
bagaimana
ana penanga
penanganan
nan perila
perilaku
ku malada
maladapti
ptiff dalam
dalam
keluarga dan komunitas menjadi fokus yang sering dilakukan dalam tindakan prevensi.
Prevensi dan promosi seringkali hadir dalam program dan strategi yang sama. Walaupun
begitu, hasil yang didapat berbeda namun saling melengkapi. Untuk itu, promosi dan
prevensi harus dipahami sebagai pendekatan konseptual yang berbeda tetapi saling
terkait.
Intervensi umum digunakan dalam menjelaskan berbagai macam tindakan yang
dimaks
dimaksudka
udkan
n untuk
untuk member
memberika
ikan
n kesemb
kesembuha
uhan
n atau
atau mening
meningkat
katkan
kan penyes
penyesuai
uaian
an diri.
diri.
Intervensi pun dapat dilakukan pada setiap pihak seperti intervensi individual, intervensi
berbasis keluarga (family-based intervention)
intervention), int
nter
erve
vens
nsii se
seko
kola
lah
h (school-based
intervention),
intervention), se
serrta int
inter
erve
vens
nsii pada
pada komu
komuni
nittas (commun
community-b
ity-based
ased interventi
interventions
ons).
).
Interv
Intervens
ensii indivi
individual
dual biasan
biasanya
ya berupa
berupa konseli
konseling
ng atau
atau psikot
psikotera
erapi.
pi. Psi
Psikot
kotera
erapi
pi pun
memili
memiliki
ki banyak
banyak jenis
jenis tergant
tergantung
ung pendeka
pendekatan
tan yang
yang akan diguna
digunakan,
kan, sepert
sepertii ter
terapi
api
perilaku, terapi kognitif,
kogn itif, terapi humanistik serta terapi psikodinamik. Dalam memilih dan
merancang intervensi yang tepat, kita perlu memiliki beberapa pertimbangan seperti apa
saja gejala yang muncul dan seberapa parah gejalanya dan seberapa banyak gejala ini
meny
menyeb
ebabk
abkan
an distress dan memeng
memengaru
aruhi
hi kehidupa
kehidupan
n sehari
sehari-ha
-hari.
ri. Pemaha
Pemahaman
man ter
terkai
kaitt
resiko dan manfaat dari intervensi tersebut untuk individu dan faktor kepribadian serta
kebutuhan individu lainnya pun perlu dijadikan pertimbangan.
Dalam
Dalam meranc
merancang
ang rencana
rencana keseha
kesehatan
tan mental
mental anak dan remaja
remaja,, penting
penting untuk
untuk
memperhati
memperhatikan
kan tahapan
tahapan perkembangan
perkembangan anak serta
serta mempertimba
mempertimbangkan
ngkan faktor
faktor perbedaan
perbedaan
budaya yang dapat memengaruhi perkembangan tahapan tersebut. Misalnya ketika ingin
mera
meranc
ncang
ang inte
interv
rvens
ensii te
terk
rkai
aitt keseha
kesehata
tan
n ment
mental
al pa
pada
da re
rema
maja
ja.. Apabi
Apabila
la masy
masyar
araka
akatt
memandang bahwa remaja masih dalam periode ketergantungan yang berkelanjutan pada
oran
orang
g tua,
tua, maka
maka kita
kita pe
perl
rlu
u memp
memper
erti
timb
mban
angk
gkan
an pe
pera
ran
n pe
pent
ntin
ing
g or
oran
ang
g tu
tuaa da
dala
lam
m
mengidentifikasi, mengevaluasi serta menyetujui intervensi yang diberikan.
Orang tua dapat memulai dengan memberikan nutrisi yang cukup pada anak,
kesempatan pada anak untuk belajar baik sendiri maupun bersama teman, serta waktu
untuk bermain
bermain yang akan meningkatkan
meningkatkan kualitas
kualitas hidup anak sedari dini. Pemberian pola
pengasuhan yang memberikan rasa aman, adanya kedekatan terhadap seluruh anggota
keluarga dan komunikasi yang terjalin dengan baik membuat keluarga menjadi sebuah
sistem yang memiliki fungsi optimal pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pemerintah dapat memberikan kebijakan terkait perlindungan serta peningkatan
ku
kual
alit
itas
as hidu
hidup,
p, se
sepe
pert
rtii meni
mening
ngkat
katka
kan
n pe
pemb
mber
eria
ian
n da
dan
n penye
penyeba
bara
ran
n maka
makana
nan
n ya
yang
ng
bernutrisi, hunian rumah yang nyaman serta akses untuk mendapat pendidikan yang
memadai. Hal tersebut tentu berkaitan pula dengan kondisi perekonomian serta jaringan
komunitas yang ada.
Daftar Pustaka
Cooper, M., Hooper, C., & Thompson, M. (2005). Child and Adolescent Mental Health: Theory
and Practice.
Practice. United Kingdom: Edward Arnold Ltd.
Dunn
nn,, K. (2016).
6). Und
Unders
erstan
tandin
ding
g mental
mental health
health proble
problems:
ms: Mind
Mind progra
programme
mme (Natio
(National
nal
Association for Mental Health).
Health). London: Mind
Herrman, H., et al. (2005). Promoting Mental Health: Concepts, Emerging Evidence, Practice.
Practice . A
Report of the WHO. Geneva: World Health Organization.
Nolen, Hoeksema, Fredikson, B. L., Loftus, G.R., and Wagenaar, W.A. (2009). Atkinson &
Hilgard’s Introduction to Psychology, 15 th edition
edition.. Unite
United
d Kingdom:
Kingdom: Cengage
Cengage Learning
Learning
EMEA.
Remsch
Remschmid
midt,
t, H., et al. (2007).
(2007). The Mental Health of Children and Adolescents: An Area of
Global Neglect. England: John Wiley & Sons, Ltd.
O’Reil
O’Reilly,
ly, M & Lester
Lester,, J.N.
J.N. (2015)
(2015).. The Palgrave Handbook of Child Mental Health.
Health . UK:
Pagrave Macmillan.
Santrock, J.W. (2011). Child Development 13th Edition
Edition.. New York: McGraw Hill.
Scho
Schoon
on,, Ingr
Ingrid
id.. (200
(2006)
6).. Risk and Resilience: Adaptations in Changing Times. London:
Cambridge University Press.
WHO. (2001). Basic documents, 43rd Edition
Edition.. Geneva: World Health Organization.