Anatomi fisiologi
Organ tubuh yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit adalah
sebagai berikut:
1) Ginjal
Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam mengatur
keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan
asam basa dalam darah. Produk sisa berupa urin akan meninggalkan ginjal menuju
saluran kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Ginjal terletak di belakang peritoneum
sehingga disebut organ retroperitoneal. Ginjal berwarna coklat kemerahan dan berada
di sisi kanan dan kiri kolumna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3.
Ginjal dexter terletak sedikit lebih rendah daripada sinistra karena adanya lobus
hepatis yang besar. Masing-masing ginjal memiliki fasies anterior, fasies inferior,
margo lateralis, margo medialis, ekstremitas superior dan ekstremitas inferior. Bagian
luar ginjal dilapisi oleh capsula fibrosa, capsula adiposa, fasia renalis dan corpus
adiposum pararenal. Masing masing ginjal memiliki bagian yang berwarna coklat
gelap di bagian luar yang disebut korteks dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna coklat lebih terang. Medulla renalis terdiri dari kira-kira 12 piramis renalis
yang masing- masing memiliki papilla renalis di bagian apeksnya. Di antara piramis
renalis terdapat kolumna renalis yang memisahkan setiap piramis renalis (Elisabet,
2022).
Masing-masing ginjal manusia terdiri dari sekitar satu juta nefron yang masing-
masing dari nefron tersebut memiliki tugas untuk membentuk urin. Setiap nefron
memiliki 2 komponen utama yaitu glomerulus dan tubulus. Glomerulus (kapiler
glomerulus) dilalui sejumlah cairan yang difiltrasi dari darah sedangkan tubulus
merupakan saluran panjang yang mengubah cairan yang telah difiltrasi menjadi urin
dan dialirkan menuju keluar ginjal. Kapiler-kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel
epitel dan seluruh glomerulus dilingkupi dengan kapsula Bowman. Cairan yang
difiltrasi dari kapiler glomerulus masuk ke dalam kapsula Bowman dan kemudian
masuk ke tubulus proksimal, yang terletak pada korteks ginjal. Dari tubulus
proksimal kemudian dilanjutkan dengan ansa Henle (Loop of Henle). Setelah itu dari
tubulus distal, urin menuju tubulus rektus dan tubulus koligentes modular hingga urin
mengalir melalui ujung papilla renalis dan kemudian bergabung membentuk struktur
pelvis renalis (Elisabet, 2022).
2) Kulit
Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan melindungi seluruh permukaan
tubuh bagian luar dan berhubungan langsung dengan lingkungan. Selain befungsi
menutupi permukaan tubuh, kulit juga berfungsi sebagai alat pengeluaran (ekskresi).
Zat sisa yang dikeluarkan melalui kulit adalah air dan garam-garam. Kulit manusia
tersusun oleh 3 lapisan utama, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat
(dermis), dan lapisan ikat bawah kulit. Kulit ari (epidermis) terdiri dari dua lapisan,
yaitu lapisan tanduk dan lapisan malpighi. Kulit jangat (dermis) merupakan lapisan
kulit yang terletak di bawah kulit ari, di dalam kulit jangat terdapat kelenjar keringat,
kelenjar minyak, pembuluh darah, ujung-ujung saraf, dan kantung rambut. Jaringan
ikat bawah kulit mengandung lemak (Shodiqin, 2022).
3) Paru-paru
Paru-paru termasuk organ pengeluaran karena udara pernapasan yang dikeluarkan
mengandung karbondioksida dan air yang dihasilkan dari kegiatan sel. Keluarnya air
bisa dilihat ketika bernapas dalam udara dingin berupa kabut. Setiap hari tubuh
melepaskan kurang lebih 350 ml air dalam bentuk uap air melalui sistem pernapasan.
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah berbentuk
kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan dan paru kiri.
Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua
lobus. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian, terdapat sekitar
sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru bagian
kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut mediastinum
(Shodiqin, 2022).
6. Gambar Organ
1) Ginjal
2) Kulit
3) Paru-paru
7. Bagian-Bagian dari Sistem Organ dan Fungsinya
1) Ginjal
Mekanisme utama nefron adalah untuk membersihkan atau menjernihkan
plasma darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki tubuh melalui
penyaringan/difiltrasi di glomerulus dan zat-zat yang dikehendaki tubuh
direabsropsi di tubulus. Sedangkan mekanisme kedua nefron adalah dengan sekresi
(prostaglandin oleh sel dinding duktus koligentes dan prostasiklin oleh arteriol dan
glomerulus) (Savitri et al, 2020)
Beberapa fungsi ginjal kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit adalah sebagai berikut:
a Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urin yang
encer dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan
urin yang diekskresikan jumlahnya berkurang dan konsentrasinya lebih pekat
sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
b Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbangan ion
Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan pengeluaran yang
abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam yang berlebihan atau penyakit
perdarahan, diare, dan muntah-muntah, ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-
ion yang penting misalnya Na, K, Cl, Ca, dan fosfat.
c Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makan (mixed diet) akan
menghasilkan urin yang bersifat agak asam, pH kurang dari enam. Hal ini
disebabkan oleh hasil akhir metabolisme protein. Apabila banyak makan sayur-
sayuran, urin akan bersifat basa, pH urin bervariasi antara 4,8 sampai 8,2. Ginjal
mengekskresikan urin sesuai dengan perubahan pH darah.
2) Kulit
Bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir
melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat
dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan
panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan
dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari.
Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui
aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas
3) Paru-paru
Melalui ventilasi alveolar, diperkirakan 13.000 mEq ion hydrogen terbuang
(di ginjal hanya sekitar 40-80 mEq). Paru-paru di bawah kendali medulla akan
segera mengatasi asidosis/alkalosis metabolic. Saat asidosis metabolic ventilasi paru
akan meningkat (hiperventilasi) untuk mengeluarkan CO2 sehingga mengurangi
kelebihan asam. Sebaliknya saat alkalosis ventilasi paru akan menurun
(hipoventilasi) untuk meretensi CO2 Selain itu paru-paru juga membuang sekitar
300 ml uap air melalui ekspirasi (insensible waterloss).
Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu elektrolit
dan non-elektrolit.
a Elektrolit
Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion positif
(kation) dan ion negatif (anion). Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah
sodium (Na+ ), sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah
potasium (K+ ). Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-)
dan bikarbonat (HCO3- ), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular
adalah ion fosfat (PO43- ). Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan
interstitial kurang lebih sama, sehingga nilai elektrolit plasma mencerminkan
komposisi dari cairan ekstraseluler
b Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa, urea, kreatinin,
dan bilirubin yang tidak terdisosiasi dalam cairan.
2) Mekanisme Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang
tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang
membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya
molekulmelalui membran semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh
kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290 mOsm/L4 .
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung
kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium kalium
merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui
membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam.
Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau kekurangan cairan
yang mengakibatkan perubahan volume.
a Overhidrasi
Kelebihan atau intoksikasi cairan dalam tubuh, sering terjadi akibat adanya
kekeliruan dalam tindakan terapi cairan. Penyebab overhidrasi meliputi, adanya
gangguan ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan
pada terapi cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat
transuretra, dan korban tenggelam. Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema,
peningkatan tekanan vena jugular, edema paru akut dan gagal jantung. Dari
pemeriksaan lab dijumpai hiponatremi dalam plasma.
b Dehidrasi
Merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang kurang
atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu:
isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis diuretik),
hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kompartemen intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan
air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium
tinggi, air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen intravaskular,
sehingga penurunan volume intravaskular minimal). Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan hipernatremia dan peningkatan hematocrit.
Pemasangan Infus
1) Persiapan Alat
Sarung Tangan (Handscoon) 1 pasang
Selang Infus (infusset)
Cairan Parenteral sesuai kebutuhan
Abocath (sesuai ukuran)
Kapas Alcohol
Torniquet
Perlak dan Pengalas
Bengkok 1 buah
Plester / Hypafix
Kasa Steril
Bethadine
Gunting
2) Prosedur Pelaksanaan
a Tahap Pra Interaksi (Persiapan perawat)
Verifikasi data sebelumnya (bila ada)
Mencuci Tangan
Tempatkan alat dekat pasien
b Tahap Interaksi (Persiapan Pasien)
Lakukan 3 S (salam, senyum dan sapa)
Jelaskan tujuan dan prosedur
Meminta persetujuan pasien atau keluarga
Tanyakan kesiapan pasien
c Tahap Kerja
Lakukan desinfeksi tutup botol cairan
Tutup saluran pada selang infus
Tusuk saluran infus
Gantungkan botol cairan pada standar infus
Isi tabung reservoir infus
Alirkan cairan hingga tidak ada udara dalam selang
Atur posisi pasien
Pasang perlak dengan pengalasnya
Pilih vena yang akan diinsersi
Pasang Torniquet 5 cm dari area yang akan di insersi
Pakai Handscoon
Bersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari dalam keluar atau
menggosok searah)
Pegang abocath dan tusuk vena
Pastikan abocath masuk ke intravena (tarik mandrin kira - kira 0,5 cm)
Sambungkan dengan selang infus
Lepaskan Torniquet
Alirkan cairan infus
Lakukan fiksasi
Desinfeksi area tusukan dan tutup dengan kasa steril yang telah ditetes
bethadine
Atur tetesan cairan infus sesuai program
d Tahap Terminasi
Lakukan evaluasi tindakan: hitung tetesan dengan benar, amati adanya reaksi
alergi
Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Pamitan pada pasien
Bereskan alat
Cuci tangan
Catat/dokumentasikan hasil kegiatan
Prosedur Aff Infus
1) Persiapan Alat
Sarung Tangan (Handscoon) 1 pasang
Perlak pengalas
Kapas alcohol larutan antiseptic (klorheksidin glukonat 2%, alcohol 60-90% atau
PVI 10%)
Plester bedah atau band aid steril, kassa 2x2 cm
Gunting plester
Bengkok
2) Prosedur Pelaksanaan
a Tahap Pra Interaksi (Persiapan perawat)
Verifikasi data sebelumnya (bila ada)
Mencuci Tangan
Tempatkan alat dekat pasien
b Tahap Interaksi (Persiapan Pasien)
Lakukan 3 S (salam, senyum dan sapa)
Jelaskan tujuan dan prosedur
Meminta persetujuan pasien atau keluarga
Tanyakan kesiapan pasien
c Tahap Kerja
Memasang perlak pengalas
Memakai sarung tangan
Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas alcohol
Melepas plester dan kassa dari kulit
Menekan tempat tusukan dengan kapas alcohol dan mencabut nfus pelan-pelan
Menekan kapas alcohol dengan plester
Melepas sarung tangan
d Tahap Terminasi
Lakukan evaluasi tindakan: amati adanya pembengkakan, perdarahan, dan
reaksi pasien
Pamitan pada pasien
Bereskan alat
Cuci tangan
Catat/dokumentasikan hasil kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Elisabet, A. (2022). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Pre-
Hemodialisis Dan Post-Hemodialisis Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Desember. Digital Repository Unila.
Khrisna, I. N. E. A., & Hartawan, I. U. (2018). Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Kurniyanta, P., & Kurniyanta, P. (2018). Terapi Cairan. Usdi Universitas Udayana.
Kusnanto. (2016). Buku Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit. Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
Prabandari, E. E. (2018). Perbedaan Nilai Peak Expiratory Flow Antara Penderita Asma Dan
Tidak Asma Pada Mahasiswa Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang. Diss.
University Of Muhammadiyah Malang.
Savitri Devi Ulandari, Ni Gusti Ayu, I. D. S., & Jirna, I. N. (2020). Gambaran Kadar Kreatinin
Serum Pada Sopir Bus. Diss. Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
Shodiqin, A. S. (2022). Sistem Ekskresi Manusia Dan Upaya Menjaga Kesehatan. Diss. Uin
Raden Intan Lampung.