Anda di halaman 1dari 20

5.

Anatomi fisiologi
Organ tubuh yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit adalah
sebagai berikut:
1) Ginjal
Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam mengatur
keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan
asam basa dalam darah. Produk sisa berupa urin akan meninggalkan ginjal menuju
saluran kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Ginjal terletak di belakang peritoneum
sehingga disebut organ retroperitoneal. Ginjal berwarna coklat kemerahan dan berada
di sisi kanan dan kiri kolumna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3.
Ginjal dexter terletak sedikit lebih rendah daripada sinistra karena adanya lobus
hepatis yang besar. Masing-masing ginjal memiliki fasies anterior, fasies inferior,
margo lateralis, margo medialis, ekstremitas superior dan ekstremitas inferior. Bagian
luar ginjal dilapisi oleh capsula fibrosa, capsula adiposa, fasia renalis dan corpus
adiposum pararenal. Masing masing ginjal memiliki bagian yang berwarna coklat
gelap di bagian luar yang disebut korteks dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna coklat lebih terang. Medulla renalis terdiri dari kira-kira 12 piramis renalis
yang masing- masing memiliki papilla renalis di bagian apeksnya. Di antara piramis
renalis terdapat kolumna renalis yang memisahkan setiap piramis renalis (Elisabet,
2022).
Masing-masing ginjal manusia terdiri dari sekitar satu juta nefron yang masing-
masing dari nefron tersebut memiliki tugas untuk membentuk urin. Setiap nefron
memiliki 2 komponen utama yaitu glomerulus dan tubulus. Glomerulus (kapiler
glomerulus) dilalui sejumlah cairan yang difiltrasi dari darah sedangkan tubulus
merupakan saluran panjang yang mengubah cairan yang telah difiltrasi menjadi urin
dan dialirkan menuju keluar ginjal. Kapiler-kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel
epitel dan seluruh glomerulus dilingkupi dengan kapsula Bowman. Cairan yang
difiltrasi dari kapiler glomerulus masuk ke dalam kapsula Bowman dan kemudian
masuk ke tubulus proksimal, yang terletak pada korteks ginjal. Dari tubulus
proksimal kemudian dilanjutkan dengan ansa Henle (Loop of Henle). Setelah itu dari
tubulus distal, urin menuju tubulus rektus dan tubulus koligentes modular hingga urin
mengalir melalui ujung papilla renalis dan kemudian bergabung membentuk struktur
pelvis renalis (Elisabet, 2022).
2) Kulit
Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan melindungi seluruh permukaan
tubuh bagian luar dan berhubungan langsung dengan lingkungan. Selain befungsi
menutupi permukaan tubuh, kulit juga berfungsi sebagai alat pengeluaran (ekskresi).
Zat sisa yang dikeluarkan melalui kulit adalah air dan garam-garam. Kulit manusia
tersusun oleh 3 lapisan utama, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat
(dermis), dan lapisan ikat bawah kulit. Kulit ari (epidermis) terdiri dari dua lapisan,
yaitu lapisan tanduk dan lapisan malpighi. Kulit jangat (dermis) merupakan lapisan
kulit yang terletak di bawah kulit ari, di dalam kulit jangat terdapat kelenjar keringat,
kelenjar minyak, pembuluh darah, ujung-ujung saraf, dan kantung rambut. Jaringan
ikat bawah kulit mengandung lemak (Shodiqin, 2022).
3) Paru-paru
Paru-paru termasuk organ pengeluaran karena udara pernapasan yang dikeluarkan
mengandung karbondioksida dan air yang dihasilkan dari kegiatan sel. Keluarnya air
bisa dilihat ketika bernapas dalam udara dingin berupa kabut. Setiap hari tubuh
melepaskan kurang lebih 350 ml air dalam bentuk uap air melalui sistem pernapasan.
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah berbentuk
kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan dan paru kiri.
Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua
lobus. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian, terdapat sekitar
sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru bagian
kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut mediastinum
(Shodiqin, 2022).
6. Gambar Organ
1) Ginjal

2) Kulit

3) Paru-paru
7. Bagian-Bagian dari Sistem Organ dan Fungsinya
1) Ginjal
Mekanisme utama nefron adalah untuk membersihkan atau menjernihkan
plasma darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki tubuh melalui
penyaringan/difiltrasi di glomerulus dan zat-zat yang dikehendaki tubuh
direabsropsi di tubulus. Sedangkan mekanisme kedua nefron adalah dengan sekresi
(prostaglandin oleh sel dinding duktus koligentes dan prostasiklin oleh arteriol dan
glomerulus) (Savitri et al, 2020)
Beberapa fungsi ginjal kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit adalah sebagai berikut:
a Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urin yang
encer dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan
urin yang diekskresikan jumlahnya berkurang dan konsentrasinya lebih pekat
sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
b Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbangan ion
Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan pengeluaran yang
abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam yang berlebihan atau penyakit
perdarahan, diare, dan muntah-muntah, ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-
ion yang penting misalnya Na, K, Cl, Ca, dan fosfat.
c Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makan (mixed diet) akan
menghasilkan urin yang bersifat agak asam, pH kurang dari enam. Hal ini
disebabkan oleh hasil akhir metabolisme protein. Apabila banyak makan sayur-
sayuran, urin akan bersifat basa, pH urin bervariasi antara 4,8 sampai 8,2. Ginjal
mengekskresikan urin sesuai dengan perubahan pH darah.
2) Kulit
Bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir
melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat
dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan
panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan
dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari.
Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui
aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas
3) Paru-paru
Melalui ventilasi alveolar, diperkirakan 13.000 mEq ion hydrogen terbuang
(di ginjal hanya sekitar 40-80 mEq). Paru-paru di bawah kendali medulla akan
segera mengatasi asidosis/alkalosis metabolic. Saat asidosis metabolic ventilasi paru
akan meningkat (hiperventilasi) untuk mengeluarkan CO2 sehingga mengurangi
kelebihan asam. Sebaliknya saat alkalosis ventilasi paru akan menurun
(hipoventilasi) untuk meretensi CO2 Selain itu paru-paru juga membuang sekitar
300 ml uap air melalui ekspirasi (insensible waterloss).

8. Proses dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1) Distribusi dan komposisi cairan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan
tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seiring
dengan pertumbuhan seseorang, persentase jumlah cairan terhadap berat badan
menurun.
Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen,
yaitu intraselular dan ekstraselular.
a Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular. Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya
merupakan cairan intraselular.
b Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia,
yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.Cairan
ekstraselular terbagi menjadi cairan interstitial dan cairan intravaskular. Cairan
interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang
terkandung diantara rongga tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial,
pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Sementara,
cairan intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah,
dalam hal ini plasma darah

Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu elektrolit
dan non-elektrolit.

a Elektrolit
Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion positif
(kation) dan ion negatif (anion). Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah
sodium (Na+ ), sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah
potasium (K+ ). Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-)
dan bikarbonat (HCO3- ), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular
adalah ion fosfat (PO43- ). Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan
interstitial kurang lebih sama, sehingga nilai elektrolit plasma mencerminkan
komposisi dari cairan ekstraseluler
b Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa, urea, kreatinin,
dan bilirubin yang tidak terdisosiasi dalam cairan.
2) Mekanisme Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang
tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang
membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya
molekulmelalui membran semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh
kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290 mOsm/L4 .
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung
kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium kalium
merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui
membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam.

9. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1) Gangguan keseimbangan cairan tubuh

Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau kekurangan cairan
yang mengakibatkan perubahan volume.

a Overhidrasi
Kelebihan atau intoksikasi cairan dalam tubuh, sering terjadi akibat adanya
kekeliruan dalam tindakan terapi cairan. Penyebab overhidrasi meliputi, adanya
gangguan ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan
pada terapi cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat
transuretra, dan korban tenggelam. Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema,
peningkatan tekanan vena jugular, edema paru akut dan gagal jantung. Dari
pemeriksaan lab dijumpai hiponatremi dalam plasma.
b Dehidrasi
Merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang kurang
atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu:
isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis diuretik),
hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kompartemen intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan
air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium
tinggi, air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen intravaskular,
sehingga penurunan volume intravaskular minimal). Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan hipernatremia dan peningkatan hematocrit.

2) Gangguan keseimbangan elektrolit


a Hiponatremia
Kondisi hiponatremia apabila kadar natrium plasma di bawah 130mEq/L. Jika kadar
< 118 mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat
disebabkan oleh euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi
tubuli ginjal, diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis,
nefrosis). Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan secara
perlahan-lahan, sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif.
b Hipernatremia
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan mental,
letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
(yang disebabkan oleh diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat
berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan.
c Hipokalemia
Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Disebut hipokalemia apabila
kadar kalium <3,5mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium dari
cairan ekstraseluler ke intraseluler atau dari pengurangan kronis kadar total kalium
tubuh. Tanda dan gejala hypokalemia dapat berupa perasaan lemah, otot-otot lemas,
gangguan irama jantung.
d Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L. Hiperkalemia sering terjadi
karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs,
ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan
susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular
(disritmik, perubahan EKG).
e Hipokalsemia
90% kalsium terikat dalam albumin, sehingga kondisi hipokalsemia biasanya terjadi
pada pasien dengan hipoalbuminemia. Hipokalsemia disebabkan karena
hipoparatiroidism, kongenital, idiopatik, defisiensi vit D, defisiensi 125(OH)2D3
pada gagal ginjal kronik, dan hiperfosfatemia. Gejala-gejala hipokalsemia meliputi
tetani dengan spasme karpopedal, adanya tanda Chovsteks, kulit kering, gelisah,
gangguan girama jantung. Hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat darurat
karena menyebabkan kejang umum dan henti jantung.

10. Pemeriksaan Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1) Laju Endap Darah: meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia, anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
2) Ureum dan kreatinin: meninggi, perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih
20:1. Perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka
bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini akan
berkurang: ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes klirens
kreatinin yang menurun.
3) Hiponatremi: Natrium normal; 135- 145 mEq/lt.
4) Hiperkalemia: Dilihat dari hasil tes, kadar potassium > 5 mEq/L. Kalium normal
dalam tubuh; 3,5-5,3 mEq/lt.
5) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia: Kalsium normal dalam tubuh 4-5 mEq/lt, fosfat
normal dalam tubuh 2,5-4,5 mEq/L dalam serum darah. Phosphate alkaline: meninggi
akibat gangguang metabolism tulang, terutama isoenzim fosfate lindi tulang.
6) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia; umumnya disebkan gangguan metabolism
dan diet rendah protein.
7) Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang menurun, pH
arteri kurang dari 7,35. BE yang menurun,normalnya -2 sampai +2. HCO3 - yang
menurun normalnya 22-26 mEq/L. PCO2 yang menurun,normalnya 35-45 mmHg.
8) Anion Gap; (Na + K – (Cl +HCO3) : normal 11 – 17 mEq/l
9) Hematocrit : laki-laki (40 – 54%), Wanita (37 – 47%), Anak-anak (34 – 47%)
10) Analisis Gas darah arteri
11) Pemeriksaan urine : Osmolalitas urine: laki-laki 390 - 1090 mOsm/kg air, Wanita 300
- 1090 mOsm/kg air, Bayi 213 mOsm/kg air, pH normal = 6 (4.6 – 8)

11. Penatalaksanaan Keperawatan


1) Menghitung kebutuhan cairan per hari
Kebutuhan cairan setiap harinya dapat ditentukan dengan rumus Holiday Segar

Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh dapat dilakukan dengan mengurangi


total cairan masuk dan cairan keluar. Balans cairan sebaiknya tidak melebihi dari
200-400 ml per harinya. Insensibel water loss yang termasuk ke dalam cairan keluar,
dihitung dengan perkiraan 15 ml/kgBB/hari. Kehilangan akibat peningkatan suhu
tubuh 1°C menambahkan 10%-12% dari kebutuhan cairan per hari.
2) Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien- pasien tertentu,
misalnya pasien dengan dehidrasi ringan
b Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.
3) Pemberian therapy intravena
a Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi
cairan extrasel secara langsung.
b Tujuan terapy intravena :
 Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi
cairan peroral secara adekuat.
 Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan
elektrolit.
c Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
 Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya
dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosain water (DSW),
amigen, dan aminovel.
 Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik,
maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu normal saline (isotonik) :
NaCL 0,9%
 Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat.
 Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh
darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan tekanan osmotik darah.
4) Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus
a Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan infus dan
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien.
b Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya dalam pemenuhan
personal hygiene, dan membantu mobilitas.
c Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya :
 Infiltrat: masukkannya cairan ke sub kutan.
Gejala: bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat.
 Phlebitis: trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia.
Gejala: nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan.
 Kelebihan inteke cairan: akibat tetesan infus yang terlalu cepat.
d Mengatur tetesan infus
Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam.Tetesan terlalu cepat menyebabkan
masalah pada paru-paru dan jantung. Tetesan yang lambat dapat menyebabkan
intake cairan dan elektrolit yang tidak adekuat.
Faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan:
 Posisi pemasangan
 Posisi dan patency tube/selang
 Tinggi botol infus
 Kemungkinan adanya infiltrat
e Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan.
Prosedurnya:
 Siapkan botol yang baru.
 Klem selang.
 Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru.
 Gantungkan botol.
 Buka klem dan hitung kembali tetesan.
 Pasang label.
 Catat tindakan yang dilakukan.
f Mengganti selang infus
Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya:
 Siapkan infus set yang baru, termasuk botol.
 Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol sertatutup klem.
 Pegang poros jarum dan tangan lain melepas selang.
 Tusukan tube yang baru ke poros jarum.
 Lanhkah berikutnya seperti memasang infus.
g Menghentikan infus
Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti tusukan yang
baru. Langkah-langkahnya:
 Tutup klem infus.
 Buka tape pada daerah tusukan sambil memegang jarum.
 Tarik jarum sepenuhnya dan beri penekanan pada daerah bebas tusukan dengan
kapas beralkohol selama 2-3 menit untuk mencegah perdarahan.
 Tutup daerah bebas dengan kassa steril.
 Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan yang tersisa
dalam botol.
12. Prosedur Pemeriksaan Fisik dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Peralatan yang dipersiapkan:
1) Tensimeter
2) Stetoskop
3) Handscoon
4) Penlight
5) Thermometer
6) Spatel lidah
7) Air minum segelas

Langkah prosedur tindakan


No. Kegiatan
Persiapan Perawat
1 Perkenalan dan jelaskan tujuan tindakan
2 Pertahankan universal precaution
3 Jaga privasi klien
Persiapan Pasien
1 Menjelaskan mengenai pemeriksaan fisik yang akan dilakukan, tujuan dan
manfaatnya secara ringkas dan sederhana
2 Memberikan jaminan pada pasien dan keluarganya tentang kerahasiaan semua
informasi yang didapatkan pada pemeriksaan fisik tersebut.
3 Meminta persetujuan pasien atau keluarga untuk pemeriksaan fisik
4 Mempersilahkan pasien berbaring dalam posisi mendatar, kepala disanggah 1 bantal.
5 Perawat berdiri di sebelah kanan pasien
Pelaksanaan Tindakan
Anamnesa
1 Mengidentifikasi dan mengklarifikasi identitas pasien: nama, tanggal lahir, NIK
2 Menanyakan keluhan utama yang dirasakan
3 Mengkaji riwayat kesehatan klien
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan tanda-tanda renjatan (denyut nadi cepat dan lemah,
hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah,
penurunan kesadaran)
4 Mengkaji riwayat kesehatan keluarga
Pemeriksaan Fisik Kekurangan Cairan
Sirkulasi
 Nadi cepat tapi lemah
 Kolaps vena
 Hipotensi
 Pengisian kapiler menurun
Pernapasan
 Frekuensi nafas cepat dan dangkal
Neurosensori
 Letargi
 Kesemutan ekstremitas
Sistem Gastrotestinal
 Abdomen cekung
 Muntah
 Hiperperistaltik disertai diare
Sistem ginjal
 Oliguria
 Berat jenis urin.
Kulit
 Kulit dan membrane mukosa kering
 Turgor kulit tidak elastis, kulit dingin dan lembab
 Suhu tubuh menurun
 Kulit kemerahan
Eliminasi
 Konstipasi / diare, kram abdomen
Pemeriksaan Fisik Kelebihan Cairan
Sirkulasi
 Vena leher distensi
 Edema
 Denyut nadi kuat
 Hipertensi
 Peningkatan tekanan vena
Pernafasan
 Suara krekels diparu-paru
 Dipsnea
Ginjal
 Diaresis
Eliminasi
 Penurunan haluaran urin
Neurosensori
 Perubahan tingkat kesadaran (bingung)
Pemeriksaan Fisik Elektrolit
Hiponatremia
 Aktifitas: malaise, kelemahan, pingsan
 Neurosensori : sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, kedutan otot
 Sirkulasi : Hipotensi, penurunan nadi perifer
 Eliminasi : Kram abdomen, diare
 Pernafasan : Takipnea
Hipernatremia
 Aktifitas kelemahan
 Sirkulasi : Hipotensi postural, takikardi
 Eliminasi : Haluaran urin menurun
 Neurosensori : Peka rangsangan, letargi
 Kulit : kering dan kemerahan
Hipokalemia
 Aktifitas : kelemahan umum, kelelahan
 Sirkulasi : Hipotensi, nadi lemah dan tidak teratur, disritmia
 Eliminasi : Nokturia.
 Pernafasan : Pernafasan dangkal, apnea, sianosis
 Neurosensori : Parestesia, mengantuk
Hiperkelemia
 Aktifitas : Kelemahan otot
 Sirkulasi : Nadi tidak teratur dan lambat, hipotensi
 Eliminasi : kram abdomen,diare
 Neurosensori : Parestesia
Hipokalsemia
 Sirkulasi : Hipotensi, nadi lemah dan tidak teratur
 Eliminasi : Diare, nyeri abdomen
 Neurosensori : Parestesia, baal dan kesemutan, Ansietas.
 Pernafasan : dangkal
Hiperkalsemia
 Aktifitas : Malaise, kelelahan dan kelemahan
 Sirkulasi : Hipertensi, disritmia
 Eliminasi : konstipasi / diare, nokturia, poliuria
 Neurosensori : Sakit kepala, penurunan kesadaran.
Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen
a Kemerahan, kulit kering : dapat menandakan kekurangan volume cairan.
b Perubahan turgor kulit : dapat menunjukkan perubahan pada volume cairan
interstisial. Turgor dikaji dengan mencubit kulit di lengan bawah, sternum, atau
dorsum tangan. Pada hidrasi adekuat, cubitan kulit kembali dengan cepat pada posisi
aslnya bila dilepaskan. Pada kekurangan cairan, cubitan tetap tinggi untuk bebrapa
detik. Ini kurang dapat dipercaya sebagai indikator pada lansia karena penurunan
elastisitas kulit.
c Edema : menandakan pertambahan volume interstisial. Edema dapat lokal (biasanya
akibat dari inflamasi) atau umum (karena perubahan hemodinamik kapiler dan
retensi kelebihan natrium dan air) dan biasanya paling terbukti pada area tergantung.
Adanya edema periorbital menunjukkan retensi cairan bermakna. Edema pitting
harus dikaji di atas permukaan tulang seperti tibia atau sakrum dan diperingatkan
sesuai keparahan (mis., 1+ untuk edema sedikit terdeteksi sampai 4+ untuk pitting
dalam dan menetap).
d Peningkatan galur-galur lidah : menunjukkan kekurangan volume cairan.
e Penurunan kelembapan diantara pipi dan gusi pada rongga mulut : menandakan
kekurangan volume cairan.
Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
a Pengkajian distensi vena jugularis : berikan perkiraan tekanan vena sentral. Dengan
kepala tempat tidur pada 30 sampai 45 derajat, ukur jarak antara tinggi sudut sternal
( Sudut Louis) dan titik dimana vena jugularis sentral dan eksternal kolaps.
Optimalnya jarak ini harus 3 cm atau kurang. Nilai lebih besar dari 3 cm
menunjukkan kelebihan volume cairan atau penurunan fungsi jantung.
b Pengkajian vena tangan : dapat digunakan untuk mengkaji status volume cairan.
Normalnya, meninggikan tangan akan membuat kolaps vena tangan dalam 3-5 detik
dan pada penurunan tangan akan terisi kembali pada 3-5 detik dan pada penurunan
tangan akan terisi kembali pada 3-5 detik. Pada kekurangan volume cairan vena
tangan yang diturunkan memerlukan waktu lebih dari 3-5 deti, untuk pengisian. Pada
kelebihan volume cairan, vena dari tangan yang ditinggikan memerlukan lebih dari
3-5 detik untuk pengosongan.
c Disritmia : dapat terjadi pada abnormalitas kalium, kalsium, dan magnesium
Pemeriksaan Fisik Sistem Neurologi
a Perubahan pada tingkat kesadaran : terjadi pada perubahan osmolalitas serum atau
perubahan pada natrium serum. Beratnya gejala akan tergantung pada kecepatan
dan derajat perubahan. Perubahn pada tingkat kesadaran juga dapat terjadi pada
ketidakseimbangan asam-basa akut.
b Gelisah dan kekacauan mental : dapat terjadi pada kekurangan volume cairan atau
ketidakseimbanga asam-basa.
c Refleks-refleks normal : terjadi pada perubahan kalsium dan magnesium.
Kekurangan kalsium dan magnesium meningkatkan eksitabilitas neuromuskular
(mis., refleks hiperaktif), sedangkan kelebihan kalsium dan megnesium menekan
fungsi neuromuskular (mis., penurunan refleks).
d Tanda Trosseau’s dan Chvostek’s positif : dapat terjadi pada hipokalemia dan
hipomagnesemia. Tanda Trosseasu’s positif : iskemia yang menyebabkan spasme
kerpal. Ditimbulkan oleh pemberian manset TD pada lengan atas dan
mengembangkannya melewati TD sistolik selama 2 menit. Tanda Chvostek’s
positif : kontraksi unilateral dari otot fasial dan kelopak mata. Ini ditimbulkan bila
mengiritasi saraf fasial dengan memperkusi wajah di depan telinga.
e Perubahan neuromuskular yang diakibatkan oleh perubahan polarisasi membran
dari jaringan yang dapat dirangsang: disebabkan karena abnormalitas kalsium atau
kalium.
Pemeriksaan Fisik Sistem Gastrointestinal
a Anoreksia, mual, muntah : dapat terjadi pada kekurangan volume cairan akut atau
kelebihan volume cairan.
b Haus : simtomatik dari peningkatan osmolalitas atau kekurangan volume cairan.
Evaluasi: respon pasien setelah pemeriksaan, dan periksa hasil laboratorium untuk
diberikan terapi sesuai hasil yang didapat
Akhiri pemeriksaan, jelaskan hasil yang didapatkan pada pasien
Cuci tangan
Dokumentasi
13. Prosedur Untuk Pemenuhan Cairan dan Elektrolit

Pemasangan Infus
1) Persiapan Alat
 Sarung Tangan (Handscoon) 1 pasang
 Selang Infus (infusset)
 Cairan Parenteral sesuai kebutuhan
 Abocath (sesuai ukuran)
 Kapas Alcohol
 Torniquet
 Perlak dan Pengalas
 Bengkok 1 buah
 Plester / Hypafix
 Kasa Steril
 Bethadine
 Gunting
2) Prosedur Pelaksanaan
a Tahap Pra Interaksi (Persiapan perawat)
 Verifikasi data sebelumnya (bila ada)
 Mencuci Tangan
 Tempatkan alat dekat pasien
b Tahap Interaksi (Persiapan Pasien)
 Lakukan 3 S (salam, senyum dan sapa)
 Jelaskan tujuan dan prosedur
 Meminta persetujuan pasien atau keluarga
 Tanyakan kesiapan pasien
c Tahap Kerja
 Lakukan desinfeksi tutup botol cairan
 Tutup saluran pada selang infus
 Tusuk saluran infus
 Gantungkan botol cairan pada standar infus
 Isi tabung reservoir infus
 Alirkan cairan hingga tidak ada udara dalam selang
 Atur posisi pasien
 Pasang perlak dengan pengalasnya
 Pilih vena yang akan diinsersi
 Pasang Torniquet 5 cm dari area yang akan di insersi
 Pakai Handscoon
 Bersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari dalam keluar atau
menggosok searah)
 Pegang abocath dan tusuk vena
 Pastikan abocath masuk ke intravena (tarik mandrin kira - kira 0,5 cm)
 Sambungkan dengan selang infus
 Lepaskan Torniquet
 Alirkan cairan infus
 Lakukan fiksasi
 Desinfeksi area tusukan dan tutup dengan kasa steril yang telah ditetes
bethadine
 Atur tetesan cairan infus sesuai program
d Tahap Terminasi
 Lakukan evaluasi tindakan: hitung tetesan dengan benar, amati adanya reaksi
alergi
 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
 Pamitan pada pasien
 Bereskan alat
 Cuci tangan
 Catat/dokumentasikan hasil kegiatan
Prosedur Aff Infus

1) Persiapan Alat
 Sarung Tangan (Handscoon) 1 pasang
 Perlak pengalas
 Kapas alcohol larutan antiseptic (klorheksidin glukonat 2%, alcohol 60-90% atau
PVI 10%)
 Plester bedah atau band aid steril, kassa 2x2 cm
 Gunting plester
 Bengkok
2) Prosedur Pelaksanaan
a Tahap Pra Interaksi (Persiapan perawat)
 Verifikasi data sebelumnya (bila ada)
 Mencuci Tangan
 Tempatkan alat dekat pasien
b Tahap Interaksi (Persiapan Pasien)
 Lakukan 3 S (salam, senyum dan sapa)
 Jelaskan tujuan dan prosedur
 Meminta persetujuan pasien atau keluarga
 Tanyakan kesiapan pasien
c Tahap Kerja
 Memasang perlak pengalas
 Memakai sarung tangan
 Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas alcohol
 Melepas plester dan kassa dari kulit
 Menekan tempat tusukan dengan kapas alcohol dan mencabut nfus pelan-pelan
 Menekan kapas alcohol dengan plester
 Melepas sarung tangan
d Tahap Terminasi
 Lakukan evaluasi tindakan: amati adanya pembengkakan, perdarahan, dan
reaksi pasien
 Pamitan pada pasien
 Bereskan alat
 Cuci tangan
 Catat/dokumentasikan hasil kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

Elisabet, A. (2022). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Pre-
Hemodialisis Dan Post-Hemodialisis Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Desember. Digital Repository Unila.

Khrisna, I. N. E. A., & Hartawan, I. U. (2018). Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.

Kurniyanta, P., & Kurniyanta, P. (2018). Terapi Cairan. Usdi Universitas Udayana.

Kusnanto. (2016). Buku Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit. Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.

Prabandari, E. E. (2018). Perbedaan Nilai Peak Expiratory Flow Antara Penderita Asma Dan
Tidak Asma Pada Mahasiswa Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang. Diss.
University Of Muhammadiyah Malang.

Savitri Devi Ulandari, Ni Gusti Ayu, I. D. S., & Jirna, I. N. (2020). Gambaran Kadar Kreatinin
Serum Pada Sopir Bus. Diss. Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.

Shodiqin, A. S. (2022). Sistem Ekskresi Manusia Dan Upaya Menjaga Kesehatan. Diss. Uin
Raden Intan Lampung.

Anda mungkin juga menyukai