Manifestasi mulut yang paling sering dijelaskan yang dikaitkan dengan GERD adalah erosi
gigi, yang telah diselidiki secara luas dan dilaporkan dalam literatur kedokteran gigi. Hal ini
terutama merupakan kasus kontrol penelitian melaporkan bahwa GERD dikaitkan dengan
setidaknya 20-30% pasien dengan erosi gigi.
Erosi gigi adalah hilangnya permukaan gigi yang disebabkan oleh proses kimia atau
elektrolit yang berasal dari non-bakteri yang biasanya melibatkan asam. Asam tersebut
berasal dari endogen (intrinsik) dari cairan lambung yang dikeluarkan dan eksogen
(ekstrinsik) yang biasanya bersumber dari makanan, obat-obatan, pekerjaan, dan rekreasi.
Potensi erosi gigi akibat isi lambung dipengaruhi oleh banyak faktor. Asam lambung memiliki
pH sekitar 1,2, namun yang keluar mungkin juga mengandung sejumlah bahan makanan
dan pepsin yang telah dicerna sebagian, serta asam empedu dan enzim tripsin pankreas
dalam jumlah yang bervariasi ketika terjadi regurgitasi duodenum. Obat yang digunakan
adalah obat antasida yang dapat mengurangi keasaman isi lambung dan pengobatan proton
pump inhibitor (PPI) dapat menurunkan keluaran asam.
Gambar 1
Ranjitkar, S., Kaidonis, J.A., Smales, R.J. Gastroesophageal Reflux Disease and Tooth
Erosion. International Journal of Dentistry. Januari 2012. 1 -10.
(a) Lesi erosi awal mempunyai penampilan yang bersih dan mengkilap, dengan
hilangnya morfologi permukaan (yaitu alur dan lubang) sebagai akibat dari pelarutan
asam.
(b) Gigi yang tidak terkikis menunjukkan adanya fisura oklusal yang menonjol di
bagian tengah gigi.
Gambar 2
(a) Erosi dangkal yang luas dengan penipisan email mengakibatkan peningkatan
transparansi pada daerah insisal gigi seri sentral rahang atas anterior, yang
berhubungan dengan peningkatan warna abu-abu
(b) Enamel yang lebih tipis di daerah serviks (sekitar leher) gigi telah terkikis dalam
berbagai tingkat, sehingga menonjolkan tampilan kuning pada dentin di bawahnya.
(c) Erosi mengakibatkan hilangnya email palatal dan insisal gigi seri rahang atas.
(d) Erosi yang berkepanjangan telah menyebabkan hilangnya email oklusal dan
dentin gigi molar bawah secara parah, yang mengakibatkan gigi tersebut bekam.
Misalnya terdapat bekam yang parah pada permukaan oklusal gigi molar satu
mandibula yang berdekatan dengan restorasi resin komposit (panah hitam).
1.periodontitis
2. Gingivitis
Palatal Lesi pada daerah palatal rongga mulut umumnya terjadi pada penderita
AIDS. Diagnosis banding terhadap kandidiasis eritematosa dapat berupa mukosistis,
stomatitis karena gigi tiruan, eritema migran, eritroplakia, luka bakar termal, dan
anemia.
4. Ulserasi
Ulserasi adalah keadaan jaringan lunak mulut yang kehilangan lapisan epitel yang
terjadi akibat trauma mekanis atau khemis seperti obat-obatan atau bahan allergen.
Glossopyrosis adalah sensasi rasa terbakar pada bagian ujung dan samping lidah,
bibir, langit-langit mulut, atau di dalam seluruh rongga mulut.
6. Halitosis
Halitosis atau bau mulut adalah kondisi bau atau odor yang tidak disukai sewaktu
terhembus udara, tanpa melihat apakah substansi odor berasal dari oral ataupun
berasal dari non-oral.
7. Xerostomia
Xerostomia (mulut kering) adalah komplain subjektif dari mulut kering yang bisa
disebabkan oleh penurunan produksi saliva.
Air liur juga melumasi permukaan ini untuk memungkinkan pengunyahan, menelan,
dan berbicara secara efisien. Sebagai respons terhadap berbagai rangsangan,
peningkatan cepat sekresi serosa kelenjar parotis yang mengandung ion bikarbonat
konsentrasi tinggi khususnya mengencerkan, menetralkan dan membersihkan
bahan mulut yang berbahaya dan isi esofagus yang bersifat asam dengan meludah,
atau menelan untuk menginduksi gerak peristaltik esofagus.
Tingkat hiposalivasi yang berbeda-beda dapat menyebabkan keluhan xerostomia
dan sensasi terbakar pada mulut, serta gejala dan tanda umum lainnya seperti
gangguan pengunyahan, menelan dan berbicara, nyeri pada mulut dan tenggorokan,
gigi sensitif, kesulitan dalam memakai gigi palsu, bibir pecah-pecah. dan angle
cheilitis, serta seringnya perlu minum air dan mengunyah permen karet atau
permen. Lebih jauh lagi, hiposalivasi mengurangi potensi air liur untuk menyangga
(menetralkan) asam esofagus akibat GERD, sehingga mengakibatkan kerusakan
mukosa esofagus (refluks esofagitis).
Asam lambung yang bersifat asam dapat membebani fungsi pelindung air liur,
mengakibatkan hilangnya plak gigi dan pelikel yang didapat dari permukaan gigi, gigi
kemudian sangat rentan terhadap demineralisasi dan abrasi. Air liur mudah
digantikan oleh asam dengan produk pelarut kristal hidroksiapatit yang hilang secara
permanen dari permukaan gigi yang terbuka.