DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika dan
Hukum Kesehatan dengan dosen pengampuh yaitu Lade Albar Kalza,
SKM, M.P.H. Selain itu, tujuan dari makalah ini ialah untuk menambah
wawasan penulis dan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Permenkes No. 147 tahun 2010 disebutkan bahwa Rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan rawat darurat. Pengertian rumah sakit diatur oleh
Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
dalam Bab 1 pasal 1, yang berbunyi : “Rumah sakit adalah suatu sarana dalam
mata rantai suatu sistem kesehatan nasional yang mengembangkan tugas
pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat”. Rumah sakit adalah suatu
sarana yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang
menjalankan rawat inap, rawat jalan, dan rehabilitasi, berikut dengan segala
penunjangnya. Dengan demikian, rumah sakit adalah tempat untuk
menyelenggarakan salah satu upaya kesehatan, yaitu upaya pelayanan
kesehatan (Suharto, Muttaqin, and Ambarwati 2020).
Adapun yang menjadi asas dan tujuan dari suatu rumah sakit diatur dalam
Pasal 2 dan Pasal 3 bahwa:“rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila
dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalisme, manfaat
keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial”. Di banyak tempat di
Indonesia, mutu pelayanan kesehatan rumah-sakit masih rendah. Keadaan
demikian tidaklah dapat dibiarkan berlarut-larut, tetapi haruslah dicarikan
jalan keluar untuk meningkatkannya, kalau perlu dengan mengadakan
standarisasi. Pelayanan kesehatan rumah sakit di Indonesia dewasa ini,
terutama di kota-kota besar menunjukkan perbedaan sosial yang cukup tajam.
Bagi mereka yang mampu tersedia rumah-rumah sakit atau ruang-ruang
khusus yang memberikan pelayanan khusus dengan tarif yang tidak terjangkau
oleh sebagian besar masyarakat. Mutu pelayanan yang eksklusif dan terbaik
menjadi hak bagi mereka (Ismail Koto 2021).
Dalam upaya meningkatkan kualitas masyarakat dibidang kesehatan maka
perlu ada penerapan upaya perlindungan hukum terhadap pasien dalam
pelayanan medis di Rumah Sakit. Perlindungan hukum adalah upaya untuk
menaungi hak asasi manusia yang telah dirugikan serta memberikan rasa aman
kepada saksi dan/atau korban. Melalui pemberian restitusi, kompensasi,
pelayanan medis dan bantuan hukum yang merupakan perlindungan hukum
korban kejahatan yang terjadi dalam lingkup masyarakat. Dalam UU Nomor
44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 29 huruf b menyebutkan ”bahwa
Rumah Sakit wajib memberikan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit”. Dalam Pasal 40 ayat 1 disebutkan
bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi berkala minimal tiga tahun sekali. Pelayanan medis
merupakan obyek persetujuan pengobatan dan perawatan. Maka, upaya
peningkatan taraf hidup masyarakat dalam bidang kesehatan, merupakan suatu
keharusan yang menyeluruh diantaranya meningkatkan kesehatan masyarakat
secara fisik maupun nonfisik. Adapun dalam hal ini pasien merupakan
seseorang yang menerima penanganan tindakan medis. Hak pasien sebagai
penerima pelayanan medis adalah mendapatkan informasi pelayanan medis
untuk mengetahui hasil pemeriksaan/diagnosa yang telah dilakukan oleh tim
medis dan berhak mengetahui tindakan apa yang harus diterima oleh pasien
(Simamora et al. 2020).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana konsep hukum di rumah sakit?
2. Bagaimana peraturan hukum yang mengatur tentang rumah sakit?
3. Apa saja aspek hukum rumah sakit dalam menyelenggarakan pelayanan
Kesehatan?
4. Bagaimana implementasi hukum dirumah sakit?
5. Apa saja jenis hukum yang berlaku dirumah sakit?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep hukum rumah sakit
2. Untuk mengetahui peraturan hukum yang mengatur di rumah sakit
3. Untuk mengetahui aspek hukum rumah sakit dalam menyelenggarakan
pelayanan Kesehatan
4. Untuk mengetahui jenis sanksi hukum dirumah sakit
5. Untuk mengetahui jenis sanksi yang berlaku dirumah sakit
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.1 Konsep Hukum Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan secara umum
memiliki peran yang sangat penting dalam upaya menaikkan derajat kesehatan
masyarakat indonesia (Dina, Alif 2021).
1. Pengertian Rumah Sakit
Berdasarkan UU Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
menyebutkan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna (meliputi promotif, preventive, kuratif dan rehabilitative).
Menurut Permenkes No.1045/Memkes/Per/XI/2006 Rumah sakit adalah
suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat
inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek
dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnostik, trapeutik, dan
rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cedera, dan
melahirkan serta sebagai sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk tenaga
kesehatan dan penelitian.
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien (Azrul Azwar, 1996).
Rumah sakit adalah sebagai salah satu sarana kesehatan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran
yang sangat penting dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Hal ini menuntut penyedia jasa pelayanan kesehatan yakni
rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik, tidak
hanya pelayanan yang bersifat penyembuhan penyakit tetapi juga
mencakup pelayanan yang bersifat pencegahan. Oleh karena itu, rumah
sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Menurut buku pedoman penyelenggaraan pelayanan rumah sakit,
Rumah Sakit adalah semua sarana kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik, yang
dilaksanakan selama 24 jam melalui upaya kesehatan perorangan. World
Health Organization (WHO), memberikan batasan tentang pengertian
rumah sakit adalah : Bagian menyeluruh atau integral dari organisasi sosial
dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap pada
masyarakat, baik kuratif, maupun rehabilitatif, dimana pelayanan
keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan, dan rumah sakit juga
merupakan pusat latihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian bio-sosial.
Rumah sakit sebagai organ yang semula didirikan berdasarkan
tujuan sosial, kemanusiaan atau keagamaan itu dalam sejarah
pertumbuhannya telah mengalami perkembangan, sehingga rumah sakit
berfungsi untuk mempertemukan 2 (dua) tugas yang prinsipal yang
membedakan dengan organ lain yang memproduksi jasa. Rumah sakit
merupakan organ yang mempertemukan tugas yang didasari oleh dalil-
dalil etik medik karena merupakan tempat bekerjanya para profesional
penyandang lapal sumpah medik yang diikat oleh dalil-dalil hippocrates
dalam melakukan tugasnya. Disamping itu dari segi hukum sebagai dasar
bagi wadah Rumah Sakit sebagai organ yang bergerak dalam hubungan-
hubungan hukum dalam masyarakat yang diikat oleh norma hukum dan
norma etik masyarakat yang kedua norma tersebut berbeda, baik dalam
pembentukanny, maupun dalam pelaksanaan akibatnya bila dilanggar.
2. Dasar hukum rumah sakit
Konsep negara hukum berakar dari paham kedaulatan hukum yang
pada hakikatnya berprinsip bahwa kekuasaan tertinggi di dalam suatu
negara adalah berdasarkan atas hukum. Negara hukum merupakan
substansi dasar dari kontrak sosial setiap negara hukum. Dalam kontrak
tersebut tercantum kewajiban-kewajiban terhadap hukum (negara) untuk
memelihara, mematuhi dan mengembangkannya dalam konteks
pembangunan hukum.
Menurut Krabe, negara sebagai pencipta dan penegak hukum di
dalam segala kegiatannya harus tunduk pada hukum yang berlaku. Dalam
arti ini hukum membawahi negara. Berdasarkan pengertian hukum itu
bersumber dari kesadaran hukum rakyat, maka hukum mempunyai
wibawa yang tidak berkaitan dengan seseorang.
Konsep negara hukum menurut Aristoteles adalah negara yang
berdiri diatas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.
Keadilan menurutnya merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan
hidup untuk warga bagi suatu negara. Bagi Aristoteles, yang memerintah
dalam negara bukanlah manusia sebenarnya, melainkan pikiran yang adil,
sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum dan
keseimbangan saja. Untuk menghindari penyimpangan dan
penyalahgunaan wewenang maka tetap diperlukan prinsip-prinsip dasar
dalam pelaksanaan negara hukum modern, adapun unsur-unsur terpenting
dalam negara hukum kesejahteraan antara lain :
a. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia;
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan;
c. Legalitas Pemerintahan;
d. Peradilan Administrasi yang bebas dan tidak memihak;dan
e. Terwujudnya kesejahteraan umum warga negara.
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa : “ setiap
orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan”, kemudian dalam Pasal
34 ayat (3) dinyatakan : “ negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.”
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa : Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu
alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran menyatakan bahwa : “ Sarana pelayanan kesehatan
adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi.”
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan
dalam mendukung upaya penyelenggaraan kesehatan.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit menyatakan bahwa : “Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Kenter, Farlen. 2020. “Sanksi Bagi Tenaga Kesehatan Yang Melakukan Tindak
Pidana Dalam Praktik Pelayanan Kesehatan Menurut Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2014.” Lex Privatum 4(6): 146179.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/12765.
Simamora, Tri Putri, Sonya Airini Batubara, Indra Efrianto Napitupulu, and
Robinson Tamaro Sitorus. 2020. “Perlindungan Hukum Terhadap Pasien
Dalam Pelayanan Medis Di Rumah Sakit Umum.” Al-Adl : Jurnal Hukum
12(2): 270.
Sitohang, Erikkson. 2020. “Prinsip Hukum Dalam Tata Kelola Rumah Sakit.”
Yuridika 29(1): 83–99.
Suharto, Bekti, Labib Muttaqin, and Niken Ambarwati. 2020. “Kelengkapan
Informed Consent Pada Pasien Operasi Hernia Ditinjau Dari Aspek Hukum
Di RSUD Wonogiri Completion Of Informed Consent In Operating Patients
Hernia Reviewed From The Legal Aspect In Wonogiri Hospital.” IJMS-
Indonesian Journal On Medical Science 7(2): 125–31.