Anda di halaman 1dari 5

Jurnal RISALAH, Vol. 27, No.

2, Desember 2016: 82-86

ANTARA MEDIA SOSIAL DALAM KOMUNIKASI POLITIK

Suardi

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,UIN Suska Riau
Jl. HR Soebrantas Km 15 Simpangbaru, Tampan, Pekanbaru 28293
Email: suardi.mikom@gmail.com

Abstrak

Seiring perkembangan zaman, kini kebutuhan pada Internet tak hanya milik orang-orang
kota atau kalangangan eksekutif saja. Namun sudah menjalar, hingga kepelosok-pelosok
pedesaan terutama dikalangan anak muda. Meski sebagian diantara anak muda desa ini
tak terlalu memanfaatkan berbagai aplikasi yang ada pada alat komunikasi mereka,
namun yang pasti rata-rata mereka mengaku aktif menggunakan Media sosial pada
gadget dan smartphone milik mereka. Fenomena baru dikalangan masyarakat, khususnya
para anak muda ini tentunya memberikan peluang-peluang tersendri. Salah satunya
dibidang komunikasi politik, baik bagi pemerintah, dan politikus. Apatah lagi menjelang
pemilihan kepala daerah serentak dibeberapa daerah, dan juga pemilihan legislatif
nantinya. Namun tentunya diperlukan pemahaman dan pendekatan yang baik dan tepat,
agar pemanfaatan media sosial sebagai komunikasi politik bisa tepat sasaran sesuai
yang diharapkan. Untuk itu diperlukan pemahaman dan kajian dari berbagai asfek,
terutama dari segi komunikasi antar budaya, psikologi komunikasi, dampak media dan
lain sebagainya. Karena tak tertutup kemungkinan, penggunaan media sosial yang
“serampangan” atau ceroboh malah akan menjadi “boomerang”, yang dapat merugikan
pengguna media sosial itu sendiri dari sisi komunikasi politik. Kerugian itu bisa dalam
bentuk hilangnya simpati masyarakat dan penurunan citra diri pengguna media sosial itu
sendiri.

Kata kunci: media sosial, komunikasi politik.

A. PENDAHULUAN depan mereka. Namun satu hal yang tampak tak


Mengisi hari libur beberapa waktu lalu, biasa, jika dibanding tiga atau empat tahun
penulis mencoba berkeliling kampung yang lalu. Meskipun mereka merupakan
menelusuri pedesaan-pedesaan di Kecamatan sekumpulan anak-anak muda yang tinggal di
Rumbio Jaya, Kabupaten Kampar, Propinsi pedesaan, namun kini hampir tiap mereka
Riau. Untuk sekedar melepas lelah, penulis pun memegang dan memiliki alat komunikasi
menyempatkan diri untuk singgah disebuah berupa “gadget” dan “smartphone” dengan
kedai kopi yang terletak di tepian sungai berbagai merk. Sambil bercerita, mereka pun
Kampar, tepatnya di desa Teratak Kecamatan tampak sibuk memperhatikan, sesekali
Rumbio Jaya. mengotak atik layar gadged dan smatrphone
Tak jauh dari tempat penulis duduk, ditangan masing-masing.
tampak sekumpulan anak muda desa tengah Ternyata seiring perkembangan zaman,
berbincang sambil meyeruput kopi yang ada di kebutuhan pada Internet tak hanya milik orang-

82
Jurnal RISALAH, Vol. 27, No. 2, Desember 2016: 82-86

orang kota atau kalangangan eksekutif saja. Calon Kepala Derah atau eksekutif, maupun
Namun sudah menjalar, hingga kepelosok- para bakal calon legislatif.
pelosok pedesaan terutama dikalangan anak
muda. Meski diantara anak muda desa ini B. PEMBAHASAN
mengaku, tak terlalu memanfaatkan berbagai 1. Media Sosial
aplikasi yang ada pada alat komunikasi mereka, Menurut Chris Brogan (2010:11) dalam
namun yang pasti rata-rata mereka mengaku bukunya yang berjudul Social Media 101 Tactic
aktif menggunakan sosial media pada gadget and Tips to Develop Your Busines Online
dan smartphone milik mereka. mendefenisikan Media sosil sebagai berikut:
Fenomena baru dikalangan masyarakat, “social media is a new set of
khususnya para anak muda ini tentunya communication and collaboration
memberikan peluang-peluang tersendri. Salah tools that enable many types of
satunya dibidang komunikasi politik, baik bagi interactions that were previously not
pemerintah, dan politikus. Apatah lagi available to the common person”.
menjelang pemilihan kepala daerah serentak (sosial media adalah satu set baru
dibeberapa daerah di Riau, dan juga pemilihan komunikasi dan alat kolaborasi yang
legislatif nantinya. memungkinkan banyak jenis interaksi
Namun tentunya diperlukan pemahaman yang sebelumnya tidak tersedia untuk
dan pendekatan yang baik dan tepat, agar orang biasa).
pemanfaatan media sosial sebagai komunikasi
politik bisa tepat sasaran sesuai yang Sedangkan menurut Dailey (2009:3)
diharapkan. Untuk itu diperlukan pemahaman Social media adalah konten yang dibuat
dari berbagai asfek, terutma dari segi menggunakan teknologi penerbitan mudah di
komunikasi antar budaya, psikologi akses dan terukur. Hal yang paling utama dari
komunikasi, dampak media, dan lain teknologi ini adalah terjadinya pergeseran cara
sebagainya. mengetahui orang, memperoleh bacaan dan
Karena tak tertutup kemungkinan, berita, serta mencari konten dan informasi. Ada
penggunaan media sosial yang “serampangan” ratusan saluran media sosial yang beroperasi
atau ceroboh malah akan menjadi “boomerang”, diseluruh dunia saat ini, dimana yang termasuk
yang dapat merugikan pengguna media sosial dalam tiga besar sepertihalnya facebook,
itu sendiri dari sisi komunikasi politik. Seperti Linkedln, dan twitter. (Badri, 2011:132)
halnya, hilangnya simpati masyarakat dan
penurunan citra diri pengguna media sosial itu 2. Karakteristik Media Sosial
sendiri. Media sosial memiliki beberapa
Artinya, meskipun penggunaan media karakteristik khusus. Menurut Hadi Purnama
sosial dapat menggalang dukungan dari (2011:110) diantara karakteristik khusus media
khalayak, mereka sekaligus juga secara terbuka sosial adalah:
bisa mendapatkan serangan dari khalayak lain 1) Jangkauan yang bisa meliputi skala
yang tidak menyukai mereka. Di Indonesia khalayak kecil dan khalayak global.
sendiri belum banyak penelitian komunikasi 2) Lebih mudak diakses publik dengan biaya
politik yang melibatkan penggunaan media yang lebih terjangkau.
sosial (Deddy Mulyana, 2013: 23). Namun 3) Media sosial relatif lebih mudah digunakan
demikian secara kasat mata kita dapat melihat, karena tidak memelukan ketrampilan dan
penggunaan media sosial khususnya oleh para pelatihan khusus.
politikus baik nasional maupun daerah kini 4) Media Sosial dapat memancing respon
tampak semakin marak. Baik oleh para Bakal khalayak lebih cepat.

83
Jurnal RISALAH, Vol. 27, No. 2, Desember 2016: 82-86

5) Media sosial dapat menggantikan twitter dan Facebook, baik dalam usaha
komentar secara instan atau mudah menarik pengikut sebanyak-banyaknya,
melakukan proses pengeditan. membangun citra atau menyampaikan
komunikasi-komunikasi politik.
3. Dorongan dan Peluang Media Sosial Diketahui para pejabat, politisi atau
kedepan dalam Komunikasi Politik tokoh nasional yang aktif menggunakan media
Seperti diungkapkan pakar komunikasi, social di Twitter per April 2013 beserta jumlah
Deddy Mulyana, (2013; 22) dalam bukunya pengikutnya berturut-turut adalah: Presiden
komunikasi Politik, pada masa mendatang Joko Widodo dengan 482.288 orang pengikut,
komunikasi politik di Indonesia akan semakin Dahlan Iskan 348.140, Anies Baswedan
menarik. Media massa baik televisi, surat kabar 209,923, Prabowo Subianto 150.124, Hatta
dan juga internet, menjadi media utama Rajasa 139.807, Yusril Ihza Mahendra 136.986,
kampanye politik menjelang pemilihan kepala Mahfud MD 122.188, Aburizal Bakrie 99.070
daerah, seperti gubernur, bupati dan walikota. Jusuf Kalla 72.795, Puan Maharani 25 25.094,
Jika biaya iklan pemilu tahun 2004 Wranto 2.621 (Rakyat Merdeka, 19 April
mencapai sekitar 400 milyar, dan biaya iklan 2013). Namun ada juga media yang
pemilu tahun 2009 bernilai 2,154 trilyun mengatakan akun sebagian pengikut dari tokoh
(Susanto, 2011) logikanya tentu saja pada masa tersebut diduga palsu dan sebagian akun lagi
mendatang akan lebih besar lagi. Disnilah kelak tidak aktif (Pikiran Rakyat, 8 juli 2013).
akan semakin banyak politisi, apalagi sebagai Terlepas dari itu semua, meskipun para
calon pejabat eksekutif, baik sebagai calon politisi ini dapat menggalang dukungan lewat
presiden, calon wakil presiden, ataupun calon media sosial, namun tak jarang juga mereka
kepala daerah, yang akan memiliki blog dan sekaligus mendapatkan serangan dari khlayak
situs mereka masing-masing. Mereka mau tak lain yang tak menyukai mereka di media sosial
mau akan menjadi anggota dan pengguna tersebut. Tentu saja ini merupakan penomena
jejaring sosial-jejaring sosial terkemuka, seperti sosial yang harus jadi pertimbangan para
Facebook dan Twitter dalam menarik pengikut politkus yang aktif menggunakan media sosial
sebanyak-banyaknya, dalam meraih dukungan tersebut.
khalayak guna menduduki jabatan yang mereka Di masyarkat Riau sendiri jika kita
inginkan, cermati, banyak masyrakat pengguna-pengguna
Disisi lain semakin luasnya penggunaan media sosial mengkritisi bahkan menghujat
media sosial yang mulai merata disemua langsung para politikus yang dianggap gagal
kalangan masyarakat, membuka peluang dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang
tersendiri dalam penggunaan Media Sosial terjadi dimasyarakat. Seperti halnya mengatasi
sebagai sarana Komunikasi Politik. masalah asap, pemadaman listrik, masalah
pengelolaan sampah dan kebijakan-kebijakan
4. Media Sosial ditengah Masyarakat pemerintah lainnya yang dianggap gagal dan
yang Semakin Kritis merugikan masyarakat.
Jika kita cermati, apa yang diungkapkan Paling tidak ini juga menandakan
pakar komunikasi Deddy Mulayana, beberapa masyarakat sudah semakin kritis, yang
tahun yang lalu penomena ini sebenarnya sudah menuntut komunikator-komunikator politik
mulai tampak. Para politisi baik calon kepala harus lebih professional, cerdas dan bijak dalam
daerah dan bakal calon kepala daerah anggota menyampaikan pesan-pesan politiknya. Alih-
legislatif, kepala daerah, bahkan presiden alih mendapatkan keuntungan, yang didapat
tampak bersileweran dengan akun-akun media malah bisa saja sebaliknya. Khalayak menjadi
sosialnya. Mereka juga terlihat aktif sebagai kurang simpati, dan meruntuhkan citra diri sang
anggota jejaring sosial terkemuka, khususnya politikus.

84
Jurnal RISALAH, Vol. 27, No. 2, Desember 2016: 82-86

5. Saatnya Tinggalkan pola-pola lama dikalahkan lawannya Bill Clinton dalam


Dalam pengamatan penulis beberapa pemilihan tersebut.
waktu terakhir, masih banyak akun-akun media Dalam perkembangannya, para
sosial para politikus dan calon kepala daerah komunikator politik Amerika pun beralih pada
yang menyampaikan pesan komunikasi politik pola the obstinate audience theory atau juga
dengan pola-pola lama. Mereka seakan masih dikenal dengan teori khalayak kepala batu.
terfokus dan jadi penganut teori komunikasi Dimana para komunikator komunikasi politik
politik “jarum hipordemik atau hypordemic tidak lagi percaya khalayak fasif dan dungu
needle theory”. Dimana, pesan yang serta tak mampu melawan keperkasaan media.
disampaikan dimedia begitu perkasa, pesan Khalayak justru sangat berdaya dan sama sekali
politik apapun yang disampaikan kepada tidak pasif.
khalayak, apalagi melalui media massa Dalam komunikasi politik, khalayak
termasuk media sosial, pasti akan berdampak memiliki daya tangkal dan daya serap terhadap
positif berupa citra yang baik, penerimaan atau terpaan semua pesan kepada mereka.
dukungan. Komunikasi merupakan transaksi pesan, pesan
Tak peduli apakah pesan-pesan politik yang masuk akan diseleksi, kemudian akan
tersebut kadang harus menapikkan fakta-fakta, disaring diterima atau ditolak melalui filter
nilai-nilai, bahkan logika. Tak jarang, pesan- konseptual. Adapun pola penyampaian
pesan politik yang disampaikan terkesan pesannya, fokus pada pengamatan terutama
nyeleneh dan dipaksakan. Bahkan ada yang pada komunikan. Melalui pendekatan
malah terkesan lebay. Untuk khalayak yang psikologis dan sosiologis.
fasif dan awam, boleh saja cara-cara ini masih Di Indonesia sendiri, diantara para
ampuh. Lalu bagaimana dengan kondisi komunikator politik kita sebenarnya sudah jauh
masyarakat yang kian kritis, kian dewasa dan melangkah kearah pola Teori empati dan
mulai cerdas? Yang mulai bisa membedakan homofili. Dimana asumsinya, Komunikasi
antara hanya live servis, pencitraan dan politik akan sukses, bila mampu
kebenaran?. memproyeksikan diri kedalam sudut pandang
Dinegara-negara barat dan Negara-negara orang lain. Komunikasi ini didasarkan oleh
maju lainnya teori jarum hipordemik dengan kesamaan (homofili) akan lebih lancar
pola-pola lamanya, sebenarnya sudah lama ketimbang oleh ketidak samaan. Tokoh-
ditinggalkan. Disamping dianggap sudah klasik, tokohnya; Berlo (1960) Baniel Lierner (1978).
dengan tokoh-tokohnya LA.Richard (1936) Teori ini pun erat kaitannya dengan citra diri
Raymon Bauer (1964) Schramm & Robert sang komunikator untuk menyesuaikan
(1977), pola-polanya juga dianggap sudah tak pikirannya dengan alam pikir khalayak.
sesuai lagi dengan kondisi masyarakat yang Dalam pengamatan penulis, diantara
kian cerdas. tokoh politik kita yang telah menerapkan pola
Sebagai gambaran, Bob Dole adalah ini diantaranya walikota Bandung, Ridwan
calon presiden pertama di dunia yang Kamil dan Walikota Bogor, Bima Arya. Hal ini
menggunakan situs internet dalam kampanye terlihat dari cara pendekatan Ridwan Kamil
politik. Ia terutama ingin mendapatkan pada kebijakan dalam merelokasi PKL didaerah
dukungan dari pemilih muda lewat pesan-pesan Dayang Sumbi dengan damai dan tanpa
politiknya. Situsnya pun dikunjungi oleh lebih kekerasan. Sedangkan Walikota Bogor terlihat
dari dua juta orang. Disisi lain, isi pesan-pesan dari kebijakannya yang secara persuasive dalam
yang disampaikan masih terkesan mengatasi kemacetan di kota Bogor (Tempo.co,
serampangan, dengan pola-pola jarum 2014).
hiperdemik. Hasilnya, bukannya seperti yang
diharapkan, dalam pemilu tahun 1996 itu Dole

85
Jurnal RISALAH, Vol. 27, No. 2, Desember 2016: 82-86

C. PENUTUP Rakyat Merdeka, Edisi, 19 April 2013


Pada masa mendatang komunikasi politik Pikiran Rakyat, Edisi 8 juli 2013.
di Indonesia akan semakin menarik. Seiring
jumlah massa mengambang terutama
dikalangan generasi muda kian bertambah. Ini
berarti bahwa politisi perlu meningkatkan
kepiawaian mereka untuk mempengaruhi
rakyat. Rakyat semakin cerdas, pemimpin yang
hanya sekedar menggunakan pencitraan akan
ditinggalkan. Pemimpin otentik dan dekat
dengan rakyat akan semakin digandrungi.
Pemimpin yang berintegritas, akan
berhasil memipin negeri kita. Pemimpin yang
mau berkorban dan mengabdi dalam artian yang
sebenarnya. Pemimpin seperti inilah yang
disebut Alex Sobur (2013) sebagai “pemimpin
Masa Depan”.

DAFTAR RUJUKAN
Chris Brogan, (2010), Social Media 101 Tactic
and Tips to Develop Your Busines Online
(Willey Publisher)
Deddy Mulyana. (2013). Komunikasi Politik
Politik Komunikasi, membedah Visi dan
Gaya Komunikasi Praktisi Politik
Bandung, Remaja Rosda Karya.
Dailey, (2009), Peculiarietes of Social Media
Integration Into marketing
communications, Dubuque, IA Brown &
Bencmark.
Sobur Alex ,(2013) Filsafat Komunikasi:
Tradisi dan metode Fenomenologi,
Bandung, Remaja Rosda Karya.
Badri Muhmmad, (2012) Social Media reltaion
di Era Web, Jurnal Risalah vol. XXI,
Edisi April.
Castells,Manuel (2009). Communication
Power. Oxpord: Oxpord University Press
Subaktio Henry dan Ida Rachmah (2014).
Komunikasi Politik, Media dan
Demokrasi, Edisi kedua. Jakarta.
Kharisma Putra Utama
Susanto, Eko Harry (2008) Iklan Politik dalam
Surat Kabar Sore. Suara Pembaruan,
Jakarta 7 Oktober 2008
Tempo.co Edisi 23 Oktober, 2014

86

Anda mungkin juga menyukai