Bab 2 Ta Intan Syafni
Bab 2 Ta Intan Syafni
2. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif mengacu pada risiko yang tidak dapat diamati dan
diukur secara fisik. Dalam risiko spekulatif ini biasanya diharapkan adanya
keuntungan namun tetap terdapat potensi kerugian. Potensi kerugian dari
risiko ini biasanya hanya terjadi pada individu tertentu.
Menurut Hanafi (2006) risiko dapat dikategorikan menjadi dua yang mana
masing-masing risiko akan menimbulkan risiko statis dan risiko dinamis. Gambar
skema risiko dapat dilihat pada Gambar 2.1.
b. Risiko Obyektif
Risiko obyektif merupakan risiko yang didasarkan pada observasi
parameter yang obyektif.
Risiko-risiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak, namun
tidak semua risiko-risiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk
memulai sesuatu proyek karena hal itu akan memakan waktu lama. Oleh karena
itu pihak-pihak didalam proyek konstruksi perlu untuk memberi prioritas pada
risiko-risiko yang penting yang akan memberikan pengaruh besar terhadap
keuntungan proyek.
Menurut Harold (1995), risiko memiliki 3 elemen utama, antara lain :
1. Kejadian (event), peristiwa atau situasi yang terjadi pada tempat tertentu
selama selang waktu tertentu.
2. Probabilitas atau kemungkinan (likelihood), merupakan deskripsi kualitatif
dan probabilitas atau frekuensi.
3. Dampak (consequences), yaitu hasil dari sebuah kejadian baik kumulatif,
maupun kuantitatif yang berupa kehilangan atau kerugian.
5. Identifikasi risiko menurut Agsarini, 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.5
g. Kegagalan koordinasi.
h. Terlambatnya proyek.
i. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
4. Risiko teknis
a. Perubahan teknologi (masalah yang berhubungan dengan kinerja
operasional dan pemeliharaan).
b. Teknologi proyek yang khusus.
c. Perubahan dan penyesuaian (perubahan kondisi proyek secara
global/makro dan masalah sehubungan dengan desain).
5. Risiko legal
a. Lisensi.
b. Hak paten.
c. Kegagalan kontrak.
d. Tuntutan hukum.
e. Force Majeure.
f. Kinerja subkontraktor.
Tabel 2.7 Rute Map Identifikasi Risiko Proyek dalam Bidang Internal Non
Teknis (meliputi Risiko Manajemen Konstruksi, Risiko
Keterlambatan Proyek, Risiko Biaya, Risiko Ketidakpastian Pekerja,
Risiko Ketidakpastian Material dan Peralatan)
NO VARIABEL SUMBER
A Risiko Manajemen Konstruksi
A1 Kurangnya kontrol dan koordinasi dalam tim Soeharto, 2001
A2 Ketidakmampuan perencanaan manajemen proyek Soeharto, 2001
A3 Tidak lengkapnya laporan harian Soeharto, 2001
Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan,
A4 Soeharto, 2001
biaya, jadwal dan mutu
A5 Lemahnya koordinasi pelaksanaan Soeharto, 2001
Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan
A6 Soeharto, 2001
kualitas)
A7 Tingkat disiplin manajemen yang rendah Soeharto, 2001
Perubahan prioritas proyek dalam program yang
A8 Soeharto, 2001
telah berjalan
A9 Tidak diterimanya pekerjaan oleh Owner Soemarno, 2007
A10 Ketidaktepatan struktur organisasi proyek Shen et al, 2001
A11 Ketidaklengkapan syarat kontrak Shen et al, 2001
18
Tabel 2.7 Rute Map Identifikasi Risiko Proyek dalam Bidang Internal Non
Teknis (meliputi Risiko Manajemen Konstruksi, Risiko
Keterlambatan Proyek, Risiko Biaya, Risiko Ketidakpastian Pekerja,
Risiko Ketidakpastian Material dan Peralatan)
NO VARIABEL SUMBER
Pemahaman terhadap scope pekerjaan dan estimasi Mulolland and
A12
pekerjaan Christine, 1999
Mulolland and
A13 Kompleksitas proyek
Christine, 1999
Mulolland and
A14 Kontrol terhadap perubahan
Christine, 1999
A15 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah Praboyo, 1998
Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang
A16 Praboyo, 1998
telah selesai
B Risiko Terlambatnya Proyek
B1 Kesalahan estimasi waktu Soeharto, 2001
Mulolland and
B2 Durasi/waktu penyelesaian proyek
Christine, 1999
Mulolland and
B3 Ketepatan jadwal proyek
Christine, 1999
Rencana urutan kerja yang tidak sama dan sering
B4 Setyanto, 1998
berubah-ubah
Kualitas penyusunan WBS yang kurang baik karena
tidak dilakukan klarifikasi semua spesifikasi Flanagan dan
B5
pekerjaan yang tidak jelas sebelum memulai Norman, 1985
pekerjaan
Kurangnya sosialisasi terhadap usaha pencapaian
Budiman Praboyo,
B6 target-target melalui bantuan penjadwalan (diagram,
1999
chart, dll)
Waktu penyelesaian pelaksanaan rancu karena tidak
B7 Yasin, 2006
sesuai dalam hari kalender
B8 Sumber daya belum tersedia di awal pekerjaan Asiyanto, 2009
B9 Pengadaan tenaga kerja tidak sesuai schedule Asiyanto, 2009
Pengadaan alat kerja dan material tidak sesuai
B10 Asiyanto, 2009
schedule
B11 Produktivitas tidak sesuai schedule pekerjaan Asiyanto, 2009
B12 Dana kerja proyek tidak sesuai dengan kebutuhan Asiyanto, 2009
Keterlambatan pada pekerjaan di jalur kritis
B13 Asiyanto, 2009
(critical path)
C Risiko Biaya
C1 Kesalahan estimasi biaya Soeharto, 2001
Mulolland and
C2 Pengelolaan biaya proyek yang kurang tepat
Christine, 1999
C3 Kenaikan harga yang tidak di cover dalam kontrak Asiyanto, 2009
C4 Terjadi waste yang melebihi perkiraan Asiyanto, 2009
19
Tabel 2.7 Rute Map Identifikasi Risiko Proyek dalam Bidang Internal Non
Teknis (meliputi Risiko Manajemen Konstruksi, Risiko
Keterlambatan Proyek, Risiko Biaya, Risiko Ketidakpastian Pekerja,
Risiko Ketidakpastian Material dan Peralatan)
NO VARIABEL SUMBER
C5 Sistem pengendalian biaya yang lemah Asiyanto, 2009
C6 Tidak memperhitungkan biaya tak terduga Indriani, 1998
C7 Pembayaran oleh owner terlambat Andi, 2003
C8 Manajemen perencanaan keuangan yang tidak baik Agsarini, 2015
C9 Inflasi dan suku bunga tinggi Agsarini, 2015
D Risiko Ketidakpastian Pekerja
D1 Pemogokan tenaga kerja Soemarno, 2007
D2 Kepindahan pekerja senior yang potensial Soemarno, 2007
D3 Produktivitas pekerja yang rendah Soemarno, 2007
D4 Kurangnya kedisiplinan tenaga kerja Andi, 2003
D5 Kekurangan tenaga kerja Agsarini, 2015
D6 Kualitas tenaga kerja yang buruk Agsarini, 2015
Touran, Paul J. B. dan
D7 Kecelakaan tenaga kerja
Scott W. T., 1994
E Risiko Ketidakpastian Material dan Peralatan
E1 Pemilihan jenis alat yang kurang tepat Asiyanto, 2009
E2 Kondisi alat yang sudah out of date Asiyanto, 2009
E3 Sistem pengelolaan alat yang lemah Asiyanto, 2009
E4 Kontrol kualitas material yang buruk Agsarini, 2015
E5 Kurangnya efisiensi penggunaan peralatan Agsarini, 2015
E6 Ketersediaan material dan peralatan Andi, 2003
E7 Kualitas bahan yang tidak sesuai Andi, 2003
E8 Keterlambatan pembayaran material dan alat Sarjono Puro, 2006
E9 Keterlambatan pengiriman material dan alat Sarjono Puro, 2006
E10 Material ditolak/direject Sarjono Puro, 2006
E11 Kehilangan material/kurangnya pengamanan Sarjono Puro, 2006
Kesalahan mutu material dan kesalahan proses
E12 Sarjono Puro, 2006
pemindahan
E13 Perencanaan peralatan yang buruk Trauner, Lakbirsing
E14 Pemasok bahan tidak dapat diandalkan Trauner, Lakbirsing
E15 Kurangnya jumlah peralatan Rudi Iskandar, 2002
E16 Kurangnya ukuran, kapasitas dan pendukung alat Rudi Iskandar, 2002
E17 Kerusakan peralatan Abdul Majid, 1997
E18 Peningkatan jumlah material Abdul Hamid Kadir
Sumber : Hasil Analisis, 2020
20
c. Pelestarian lingkungan
d. Situasi pasar (persediaan dan penawaran material dan peralatan)
e. Ketidakstabilan moneter/devaluasi
f. Aliran kas
Menurut Asiyanto (2009), identifikasi melalui pendekatan dampak terhadap
triple constraint dan keselamatan kerja, antara lain :
1. Dampak terhadap Biaya
Dampak ini berupa pembengkakan biaya pelaksanaan terhadap
anggarannya. Proyek harus diselesaikan berdasarkan biaya yang tidak
melebihi anggarannya.
2. Dampak terhadap Mutu
Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya
memenuhi kebutuhan pelanggan. Produk dalam hal ini adalah hasil
kegiatan proyek yang harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang
dipersyaratkan. Dampak ini juga berupa penyimpangan mutu pekerjaan
terhadap persyaratan yang ada (risiko telah diatur dalam sistem mutu ISO
9001:2000)
3. Dampak terhadap Waktu
Dampak ini berupa keterlambatan penyelesaian pekerjaan, baik parsial
maupun secara keseluruhan (project delay). Proyek harus dikerjakan
dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang disepakati diawal kontrak.
4. Dampak terhadap Kecelakaan Kerja
Dampak ini telah diatur dalam OHSAS 18001
Sumber daya identifikasi risiko adalah sebagai berikut:
1) Sumber yang objektif
Kejadian yang pernah dialami oleh proyek-proyek sebelumnya
yang tercatat dalam arsip proyek. Dapat juga dilakukan melalui
analisis terhadap kontrak-kontrak kegiatan pembangunan yang pernah
dibuat.
22
4. Penanganan (Handling)
Merupakan proses identifikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi
penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program,
yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko,
mengontrol risiko dan mengalihkan risiko. Menurut Flanagan (1993) Risk
Response dikelompokkan menjadi empat bentuk seperti Gambar 2.2.
1. Project Director
Project director memimpin manajer proyek yang mengawasi tim
pengembang, perancang, arsitek, dan tenaga profesional lainnya. Project
director bertugas untuk mengawasi project manager saat pembuatan
laporan dan bertemu dengan para pemangku kepentingan. Dipilihnya
project director sebagai salah satu responden di penelitian ini karena
dianggap memiliki kualifikasi dalam menjawab risiko-risiko internal non
teknis yang terjadi di proyek konstruksi.
2. Project Manager
Project manager merupakan pimpinan pada suatu proyek
konstruksi yang bertanggung jawab secara keseluruhan kegiatan proyek.
Project manager mengatur segala kegiatan pelaksanaan di lapangan
dengan beberapa staff. Dipilihnya project manager sebagai salah satu
responden di penelitian ini karena project manager mengatur tentang
manajemen kegiatan proyek secara garis besar, sehingga diharapkan
project manager memiliki kualifikasi dalam menjawab risiko-risiko
internal non teknis proyek konstruksi karena project manager memiliki
peran yang besar dalam mengontrol kegiatan proyek konstruksi yang
dipimpinnya.
3. Site Manager
Site manager merencanakan time schedule pelaksanaan proyek
sesuai dengan tugas dari perusahaan terhadap pemilik proyek, serta
merencanakan pemakaian alat, bahan, dan pekerjaan instalasi untuk
proyek yang ditangani sesuai dengan volume dan waktu penggunaannya.
Dipilihnya site manager sebagai salah satu responden di penelitian ini
karena dianggap memiliki kualifikasi dalam menjawab risiko-risiko
internal non teknis yang terjadi di proyek konstruksi.
4. Site Administration
Site administration bertugas untuk melakukan proses entry, sesi
dokumentasi proyek, dan mengecek biaya operasional proyek. Dipilihnya
site administration sebagai salah satu responden di penelitian ini karena
26
.......................................... 2.1
Keterangan :
n = Banyaknya pasangan data X dan Y
∑x = Jumlah variabel X
∑y = Jumlah variabel Y
∑x2 = Kuadrat dari jumlah variabel X
∑y2 = Kuadrat dari jumlah variabel Y
27
dengan lebih cepat dan efisien. Terdapat dua tipe FIS (Fuzzy Inference System)
dalam fuzzy logic yang memiliki kelebihan masing-masing yaitu FIS tipe
Mamdani dan FIS tipe Sugeno. FIS tipe Mamdani biasanya cocok untuk masalah
intuitif yang kurang pasti, sedangkan FIS tipe Sugeno untuk permasalahan yang
menangani kontrol. Perancangan model fuzzy logic terdiri atas lima tahap, antara
lain:
1. Fuzzyfication Input
Fuzzyfication Input adalah masukan-masukan guna menunjukkan derajat
keanggotaan/himpunan dalam semua fuzzy set menggunakan fungsi
keanggotaan/himpunan masing-masing fuzzy set. Nilai linguistik variabel input
dibagikan dalam kategori masing-masing himpunan input dan nilai linguistik
variabel output dibagi berdasarkan himpunan output.
2. Operasi Fuzzy Logic
Input operator fuzzy adalah dua atau lebih derajat keanggotaan/himpunan
dari variabel-variabel output. Operasi fuzzy untuk melakukan operasi AND dan
OR bisa dibuat sendiri. Biasanya operasi fuzzy menggunakan fungsi MIN dan
MAX sudah mencukupi untuk berbagai keperluan.
3. Implication
Implikasi adalah proses mendapatkan konsekuen/keluaran sebuah IF-
THEN rule berdasarkan derajat kebenaran antecedent. Umunya bobot rule di set 1
sehingga tidak mempunyai pengaruh sama sekali pada proses implikasi. Semakin
besar bobot rule berarti semakin besar pula efek rule tersebut pada keluarannya.
Setelah setiap rule diberi bobot, proses implikasi baru saja dilakukan.
4. Defuzzyfication
Defuzzyfikasi adalah masukan sebuah fuzzy set dan keluarannya dalam
sebuah bilangan tunggal untuk diisikan ke sebuah variabel keluaran FIS. Ada
beberapa versi jenis bilangan tunggal yaitu center of area atau centroid di bawah
kurva dari fuzzy set hasil agregasi.
32
....................................................... 2.3
Keterangan :
Nm = Nilai model
No = Nilai observasi
Nilai observasi (No) didapat dengan melakukan proses perhitungan tingkat
risiko secara manual menggunakan konsep fuzzy logic. Perhitungan observasi
dapat diperoleh melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Membuat Himpunan Fuzzy dan Input Fuzzy
Membuat himpunan keanggotaan berbentuk segitiga (trimf). Fungsi
keanggotaan berbentuk segitiga memiliki fungsi yang berbeda-beda dan untuk
mencari nilai derajat keanggotaan.
2. Menerapkan Operator Fuzzy
Membuat aturan fuzzy logic dengan beberapa aturan yang dapat
mempresentasikan nilai tingkat risiko yang akan dihasilkan. Aturan logika
mengindikasikan pemakaian fungsi MIN dalam perhitungan karena
menggunakan metode FIS Mamdani.
3. Menerapkan Fungsi Implikasi
Mengkombinasikan nilai-nilai yang diperoleh dari fungsi keanggotaan input
ke aturan fungsi keanggotaan output sesuai dengan aturan IF-THEN yang
telah ditetapkan. Kemudian menetapkan luasan output yang didapat dari
daerah implikasi.
34
4. Defuzzyfikasi
Mencari nilai akhir dari output fuzzy dengan mencari pusat (centroid) hasil
komposisi output yang diperoleh.
Mean Square Error (MSE) bertujuan untuk mempresentasikan rata-rata
kuadrat simpangan atau selisih antara nilai keluaran model terhadap nilai
pengukuran atau target. Menentukan batas interval keyakinan untuk tingkat risiko
yang dihitung secara manual dan permodelan fuzzy berdasarkan Tabel 2.11
sebagai berikut.
Tabel 2.11 Mean Square Error (MSE)
Tingkat Keyakinan (%) Probabilitas Batas Atas Terlampaui (%)
80 10
85 7.5
90 5
95 2.5
99 0.5
Sumber: Triatmodjo, 1999