Anda di halaman 1dari 32

5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Proyek Konstruksi


Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana
ada titik awal, titik akhir, dan hasil tertentu yang biasanya bersifat lintas fungsi
organisasi sehingga dibutuhkan berbagai macam keahlian dari berbagai profesi
dan organisasi. Setiap proyek mempunyai sifat unik sehingga tidak ada dua
proyek yang persis sama. Dipohusodo (1995) menyatakan bahwa suatu proyek
merupakan upaya yang mengerahkan sumber daya yang tersedia, yang
diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu serta
harus diselesaikan dalam jangka waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan.
Soeharto (1999) mendefinisikan kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara
yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya
tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah
ditetapkan dengan jelas.
Dalam suatu proyek konstruksi terdapat 3 hal penting yang harus
diperhatikan yaitu waktu, biaya, dan mutu (Kerzner, 2006). Pada saat
menganalisis risiko pada proyek perlu memperhatikan beberapa aspek pekerjaan
yang akan menimbulkan potensi risiko dikarenakan kompleksnya pekerjaan yang
akan dikerjakan. Soeharto (2001:4) menyatakan bahwa kompleksitas proyek
tergantung dari hal-hal berikut :
a. Jumlah jenis kegiatan dalam proyek.
b. Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok (organisasi) dalam proyek.
c. Macam dan jumlah hubungan antar kegiatan dalam proyek dengan pihak luar.
Terdapat empat ciri pokok proyek, antara lain:
a. Memiliki tujuan tertentu, produk akhir atau hasil kerja akhir.
b. Sudah ditentukan mengenai jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu
dalam proses mencapai tujuan.
c. Sifatnya sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik
awal dan titik ukur ditentukan dengan jelas.
6

d. Tidak rutin, tidak berlangsung berulang-ulang, jenis dan intensitas


kejadiannya berubah selama proyek berlangsung.

2.2 Risiko Proyek Konstruksi


Risiko adalah suatu kejadian atau kondisi yang tidak pasti, yang apabila
terjadi dapat berdampak pada tujuan proyek yang mencakup ruang lingkup,
jadwal, biaya, dan kualitas (PMBOK, 2008). Terdapat empat hal utama dalam
mengkategorikan adanya sebuah risiko, yaitu adanya:
1. Ketidakpastian (uncertainty), ketiadaan informasi yang diperlukan yang
membuat sebuah risiko tidak dapat diprediksi.
2. Peristiwa (event).
3. Masa depan (future).
4. Keuntungan dan tujuan (interest dan adjective).
Menurut Tampubolon (2005), risiko sebagai suatu rentan yang dapat
bergerak kearah ancaman dengan dampak negatif, yaitu tidak tercapainya tujuan.
Risiko juga dapat bergerak kearah ancaman dengan dampak positif yaitu
tercapainya tujuan yang ditetapkan disertai dengan berbagai tingkat kemungkinan
terjadinya risiko.
Dari beberapa pengertian risiko diatas dapat diambil secara garis besar
pengertian risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian atas
terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan.

2.3 Jenis-Jenis Risiko


Berdasarkan pada karakteristik dasar, risiko dibagi menjadi risiko murni
dan risiko spekulatif (Alijoyo, 2006).
1. Risiko Murni (Pure Risk)
Risiko murni mengacu pada risiko yang dapat diamati dan diukur
secara fisik, dan umumnya disebabkan oleh penyebab alami, seperti bencana
alam, kebakaran, banjir, dan sejenisnya.
7

2. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif mengacu pada risiko yang tidak dapat diamati dan
diukur secara fisik. Dalam risiko spekulatif ini biasanya diharapkan adanya
keuntungan namun tetap terdapat potensi kerugian. Potensi kerugian dari
risiko ini biasanya hanya terjadi pada individu tertentu.
Menurut Hanafi (2006) risiko dapat dikategorikan menjadi dua yang mana
masing-masing risiko akan menimbulkan risiko statis dan risiko dinamis. Gambar
skema risiko dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kategori Risiko (Hanafi, 2006)


1. Risiko Statis
Risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Sebagai
contoh, risiko tersambar petir yang merupakan risiko yang muncul dari
kondisi alam. Karakteristik risiko ini tidak berubah dari waktu ke waktu.
2. Risiko Dinamis
Risiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Misalnya,
perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi, dan memunculkan jenis-
jenis risiko baru.
Masing-masing dari risiko statis dan dinamis, dijelaskan risiko yang
bersifat subyektif dan obyektif.
a. Risiko Subyektif
Risiko subyektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap risiko,
dengan kata lain kondisi mental seseorang akan menentukan tinggi rendahnya
tingkat risiko tertentu.
8

b. Risiko Obyektif
Risiko obyektif merupakan risiko yang didasarkan pada observasi
parameter yang obyektif.
Risiko-risiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak, namun
tidak semua risiko-risiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk
memulai sesuatu proyek karena hal itu akan memakan waktu lama. Oleh karena
itu pihak-pihak didalam proyek konstruksi perlu untuk memberi prioritas pada
risiko-risiko yang penting yang akan memberikan pengaruh besar terhadap
keuntungan proyek.
Menurut Harold (1995), risiko memiliki 3 elemen utama, antara lain :
1. Kejadian (event), peristiwa atau situasi yang terjadi pada tempat tertentu
selama selang waktu tertentu.
2. Probabilitas atau kemungkinan (likelihood), merupakan deskripsi kualitatif
dan probabilitas atau frekuensi.
3. Dampak (consequences), yaitu hasil dari sebuah kejadian baik kumulatif,
maupun kuantitatif yang berupa kehilangan atau kerugian.

2.4 Manajemen Risiko


Manajemen risiko proyek adalah serangkaian proses penyusunan
perencanaan manajemen risiko, identifikasi risiko, analisis risiko, respon risiko,
pengawasan risiko, dan pengendalian risiko proyek. Tujuan dari manajemen risiko
adalah untuk memperbesar kemungkinan dan dampak dari peristiwa positif
(peluang) dan memperkecil kemungkinan dan dampak dari peristiwa negatif
dalam sebuah proyek (PMBOK, 2004). Risiko proyek terjadi karena adanya
ketidakpastian yang terabaikan. Ketidakpastian yang ada pada proyek harus
dikelola/dimanajemen dengan baik agar di masa depan risiko tidak berakibat
buruk terhadap kegiatan proyek konstruksi.
Manajemen risiko proyek mencakup proses melakukan perencanaan
manajemen risiko, identifikasi, analisa, perencanaan respon, pemantauan, dan
pengendalian proyek. Tujuan manajemen risiko proyek adalah untuk
meningkatkan kemungkinan dan dampak dari suatu yang merugikan dalam proyek
9

tersebut (PMBOK, 2008). Dengan demikian, melalui manajemen risiko dapat


diketahui risiko apa saja yang akan terjadi dan metode yang tepat untuk
menghindari atau meminimalisir besarnya kerugian yang akan terjadi pada suatu
proyek. Manajemen risiko yang baik dapat menghindari semaksimal mungkin dari
biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan akibat terjadinya suatu peristiwa
yang merugikan dan menunjang peningkatan keuntungan usaha (Soemarno,
2007).
Manajemen risiko memiliki 3 faktor, sebagai berikut (Asiyanto, 2009) :
1. Risk event status, merupakan kriteria nilai risiko atau sering disebut peringkat
risiko, misal : high, significant, medium, dan low.
2. Risk probability, merupakan tingkat kemungkinan terjadinya suatu risiko,
biasanya dinyatakan dalam prosentase (%).
3. Risk consequences, merupakan nilai pengaruh bila risiko tersebut benar-benar
terjadi. Ukuran ini tergantung risikonya, bisa berupa rupiah, persen, waktu,
dan banyaknya kejadian, dst.
Menurut Asiyanto (2009), manajemen risiko terdiri dari 4 tahapan proses, sebagai
berikut :
1. Identifikasi risiko
2. Analisis risiko
3. Respon risiko
4. Monitoring dan controlling

2.4.1 Rute Map Identifikasi Risiko Internal Non Teknis


Berikut beberapa identifikasi risiko dari berbagai studi literatur, yaitu :
1. Identifikasi risiko menurut Soeharto, 2001 dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Identifikasi Risiko Menurut Soeharto, 2001


NO VARIABEL SUMBER
1 Kesalahan estimasi biaya Soeharto, 2001
2 Kesalahan estimasi waktu Soeharto, 2001
3 Kurangnya kontrol dan koordinasi dalam tim Soeharto, 2001
4 Staff yang kurang berpengalaman Soeharto, 2001
5 Ketidakmampuan perencanaan manajemen proyek Soeharto, 2001
10

Tabel 2.1 Identifikasi Risiko Menurut Soeharto, 2001


NO VARIABEL SUMBER
6 Tidak lengkapnya laporan harian Soeharto, 2001
Kurangnya tanggung jawab kontraktor utama atas
7 Soeharto, 2001
mutu pekerjaan sub-kontraktor
8 Pengajuan klaim Soeharto, 2001
Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan,
9 Soeharto, 2001
biaya, jadwal dan mutu
10 Kekaburan kebijakan dan prosedur Soeharto, 2001
11 Lemahnya koordinasi pelaksanaan Soeharto, 2001
12 Ketepatan penentuan struktur organisasi Soeharto, 2001
13 Ketelitian pemilihan personil Soeharto, 2001
Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan
14 Soeharto, 2001
kualitas)
15 Tingkat disiplin manajemen yang rendah Soeharto, 2001
Perubahan prioritas proyek dalam program yang
16 Soeharto, 2001
telah berjalan
Sumber : Soeharto, 2001
2. Identifikasi risiko menurut Soemarno, 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Identifikasi Risiko Menurut Soemarno, 2007


NO VARIABEL SUMBER
1 Kurangnya Kontrol dan koordinasi dalam tim Soemarno, 2007
2 Adanya staff yang kurang berpengalaman Soemarno, 2007
3 Rumitnya masalah perijinan Soemarno, 2007
4 Perubahan lingkup pekerjaan Soemarno, 2007
5 Perubahan konstruksi yang telah terjadi Soemarno, 2007
6 Tidak diterimanya pekerjaan oleh Owner Soemarno, 2007
7 Pemogokan tenaga kerja Soemarno, 2007
8 Kepindahan pekerja senior yang potensial Soemarno, 2007
9 Produktivitas pekerja yang rendah Soemarno, 2007
Sumber : Soemarno, 2007
3. Identifikasi risiko menurut Shen et al, 2001 dapat dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Identifikasi Risiko Menurut Shen et al, 2001


NO VARIABEL SUMBER
1 Kesalahan perencanaan dan pembiayaan proyek Shen et al, 2001
2 Kesalahan pemilihan lokasi proyek Shen et al, 2001
3 Kesalahan pemilihan tipe proyek Shen et al, 2001
4 Ketidaktepatan pemilihan rekan proyek Shen et al, 2001
5 Ketidaktepatan struktur organisasi proyek Shen et al, 2001
6 Ketidakmampuan tim manajemen proyek Shen et al, 2001
7 Ketidaklengkapan syarat kontrak Shen et al, 2001
11

Tabel 2.3 Identifikasi Risiko Menurut Shen et al, 2001


NO VARIABEL SUMBER
Hubungan yang kurang baik serta perselisihan
8 Shen et al, 2001
antar pekerja
Peningkatan pengeluaran tambahan dalam
9 Shen et al, 2001
manajemen proyek
10 Keterlambatan proyek Shen et al, 2001
Hubungan yang kurang baik serta perselisihan
11 Shen et al, 2001
dengan pemerintah
12 Permasalahan perbedaan budaya di lokasi proyek Shen et al, 2001
Sumber : Shen et al, 2001
4. Identifikasi risiko menurut Mulloland dan Christine, 1999 dapat dilihat pada
Tabel 2.4

Tabel 2.4 Identifikasi Risiko Menurut Mulloland dan Christine, 1999


NO VARIABEL SUMBER
1 Peninjauan pihak ketiga Mulolland dan Christine, 1999
2 Perencanaan awal proyek Mulolland dan Christine, 1999
3 Perencanaan alat berat proyek Mulolland dan Christine, 1999
4 Pengalaman dalam manajemen proyek Mulolland dan Christine, 1999
5 Pengelolaan biaya proyek Mulolland dan Christine, 1999
Bentuk struktur organisasi proyek dan
6 Mulolland dan Christine, 1999
penerapannya
7 Proses kontrol proyek Mulolland dan Christine, 1999
Pemahaman dari para ahli dan
8 Mulolland dan Christine, 1999
penanggung jawab
Pemahaman terhadap scope pekerjaan
9 Mulolland dan Christine, 1999
dan estimasi pekerjaan
10 Finansial Mulolland dan Christine, 1999
11 Tindakan dari luar Mulolland dan Christine, 1999
12 Pengelolaan sumber daya Mulolland dan Christine, 1999
13 Kualitas asuransi dari Owner Mulolland dan Christine, 1999
14 Kompleksitas proyek Mulolland dan Christine, 1999
15 Durasi/waktu penyelesaian proyek Mulolland dan Christine, 1999
16 Jadwal proyek Mulolland dan Christine, 1999
17 Ketepatan jadwal proyek Mulolland dan Christine, 1999
18 Pengelolaan arsip-arsip Mulolland dan Christine, 1999
19 Kontrol terhadap perubahan Mulolland dan Christine, 1999
Sumber : Mulolland dan Christine, 1999
12

5. Identifikasi risiko menurut Agsarini, 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 Identifikasi Risiko Menurut Agsarini, 2015


NO VARIABEL SUMBER
1 Inflasi dan suku bunga tinggi
Manajemen perencanaan keuangan yang tidak  Apolot,
2
baik Alinaitwe &
3 Estimasi biaya yang tidak tepat Tindiwensi
Kondisi modal kerja penyedia jasa yang kurang (2012)
4
baik  Choundhry et al.
Sering terjadinya kesalahan dan perubahan (2012)
5
desain  Dolage &
Manajer dan tenaga ahli proyek yang kurang Rathnamali
6
berpengalaman dan tidak kompeten (2013)
Komunikasi dan koordinasi unsur proyek yang  Fahirah (2005)
7
tidak berjalan baik  Jha & Iyer
8 Manajemen dan pengawasan proyek yang buruk (2006)
Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi yang  Mahamid (2013)
9
buruk  Nguyen &
10 Kenaikan harga material Chileshe (2013)
11
Keterlambatan/kekurangan material pada saat  Sahusilawane et
pelaksanaan al. (2011)
12 Kontrol kualitas material yang buruk  Santoso (1999)
13 Kekurangan tenaga kerja  Astina,
14 Upah tenaga kerja yang tinggi Widhiawati &
15 Kualitas tenaga kerja yang buruk Joni (2012)
16 Kurangnya efisiensi penggunaan peralatan  Memon (2014)
17 Harga/sewa peralatan yang tinggi
Sumber : Agsarini, 2015
6. Identifikasi risiko menurut Dita, 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.6

Tabel 2.6 Identifikasi Risiko Menurut Dita, 2017


NO VARIABEL SUMBER
A Risiko Manajemen Konstruksi
A1 Dokumen lelang tidak lengkap dan kurang jelas Praboyo, 1998
A2 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah Praboyo, 1998
Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah
A3 Praboyo, 1998
selesai
Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu
A4 Praboyo, 1998
pelaksanaan
A5 Kurangnya kontrol dan koordinasi dalam tim Soeharto, 2001
A6 Ketidakmampuan perencanaan manajemen proyek Soeharto, 2001
13

Tabel 2.6 Identifikasi Risiko Menurut Dita, 2017


NO VARIABEL SUMBER
Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan, biaya,
A7 Soeharto, 2001
jadwal dan mutu
A8 Lemahnya koordinasi pelaksanaan Soeharto, 2001
A9 Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas) Soeharto, 2001
Perubahan prioritas proyek dalam program yang telah
A10 Soeharto, 2001
berjalan
Mulloland and
A11 Kompleksitas proyek
Christine, 1999
Mulloland and
A12 Lemahnya kontrol terhadap perubahan
Christine, 1999
Lemahnya pemahaman terhadap scope pekerjaan dan Mulloland and
A13
estimasi pekerjaan Christine, 1999
A14 Perubahan lingkup pekerjaan Soemarno, 2007
A15 Tidak diterimanya pekerjaan oleh Owner Soemarno, 2007
A16 Ketidaklengkapan syarat kontrak Soemarno, 2007
A17 Kesalahan perencanaan dan estimasi pembiayaan proyek Shen et al, 2001
A18 Metode konstruksi tidak tepat Asiyanto, 2009
B Risiko Terlambatnya Proyek
Kualitas penyusunan WBS yang kurang baik karena
Flanagan dan
B1 tidak dilakukan klarifikasi semua spesifikasi pekerjaan
Norman, 1985
yang tidak jelas sebelum memulai pekerjaan
Tidak membuat database mengenai WBS dari proyek Flanagan dan
B2
sejenis Norman, 1985
Kurang tersedianya perencanaan waktu/schedule PMBOK, 2004 dan
B3
aktifitas dan sumber daya lengkap Chan K, 2004
Rencana urutan kerja yang tidak sama dan sering
B4 Setyanto, 1998
berubah-ubah
Kurangnya sosialisasi terhadap usaha pencapaian target- Budiman Praboyo,
B5
target melalui bantuan penjadwalan (diagram, chart, dll) 1999
Kontrak tidak menyebutkan tanggal mulai pelaksanaan
B6 Yasin, 2006
secara jelas
Waktu penyelesaian pelaksanaan rancu karena tidak
B7 Yasin, 2006
sesuai dalam hari kalender
Tidak ada perpanjangan waktu karena pengguna jasa dan
B8 Feydy, 2002
faktor cuaca ditolak
B9 Sumber daya belum tersedia di awal pekerjaan Asiyanto, 2009
B10 Pengadaan tenaga kerja tidak sesuai schedule Asiyanto, 2009
B11 Pengadaan alat kerja dan material tidak sesuai schedule Asiyanto, 2009
B12 Produktivitas tidak sesuai schedule pekerjaan Asiyanto, 2009
B13 Dana kerja proyek tidak sesuai dengan kebutuhan Asiyanto, 2009
Keterlambatan pada pekerjaan di jalur kritis (critical
B14 Asiyanto, 2009
path)
14

Tabel 2.6 Identifikasi Risiko Menurut Dita, 2017


NO VARIABEL SUMBER
C Risiko Biaya
C1 Kesalahan estimasi harga dasar Murcdoch
Budiman Praboyo,
C2 Sistem pendanaan yang tidak terencana baik
1999
C3 Pembengkakan harga material dan peralatan Andi, 2003
C4 Pembayaran berlangsung dalam waktu lama Murcdoch
C5 Kenaikan harga yang tidak di cover dalam kontrak Asiyanto, 2009
C6 Terjadi waste yang melebihi perkiraan Asiyanto, 2009
C7 Sistem pengendalian biaya yang lemah Asiyanto, 2009
C8 Tidak memperhitungkan biaya tak terduga Indriani, 1998
C9 Pembayaran oleh owner terlambat Andi, 2003
D Risiko Ketidakpastian Pekerja
D1 Kurangnya kedisiplinan tenaga kerja Andi, 2003
Alwi, Sugiharto
D2 Kurangnya jumlah tenaga kerja dan Hampson
Keith
Touran, Paul J. B.
D3 Kecelakaan tenaga kerja dan Scott W. T.,
1994
D4 Kurangnya keterampilan dan keahlian tenaga kerja Sarjono Puro, 2006
D5 Pemogokan tenaga kerja Soemarno, 2007
D6 Kepindahan pekerja senior yang potensial Soemarno, 2007
D7 Produktivitas pekerja yang rendah Soemarno, 2007
E Risiko Ketidakpastian Material dan Peralatan
E1 Ketersediaan material dan peralatan Andi, 2003
E2 Kualitas bahan yang tidak sesuai Andi, 2003
E3 Material ditolak/direject Sarjono Puro, 2006
E4 Kehilangan material/kurangnya pengamanan Sarjono Puro, 2006
Kesalahan mutu material dan kesalahan proses
E5 Sarjono Puro, 2006
pemindahan
E6 Keterlambatan pengiriman material dan alat Sarjono Puro, 2006
E7 Keterlambatan pembayaran material dan alat Sarjono Puro, 2006
E8 Perubahan spesifikasi material pada pertengahan proyek Sadi A. Assaf
Abdul Hamid
E9 Peningkatan jumlah material
Kadir
E10 Pemilihan jenis alat yang kurang tepat Asiyanto, 2009
E11 Sistem pengelolaan alat yang lemah Asiyanto, 2009
E12 Kondisi alat yang sudah out of date Asiyanto, 2009
E13 Kerusakan peralatan Abdul Majid, 1997
Trauner,
E14 Perencanaan peralatan yang buruk
Lakbirsing
Trauner,
E15 Pemasok bahan tidak dapat diandalkan
Lakbirsing
15

Tabel 2.6 Identifikasi Risiko Menurut Dita, 2017


NO VARIABEL SUMBER
Rudi Iskandar,
E16 Kurangnya jumlah peratalan
2002
Rudi Iskandar,
E17 Kurangnya ukuran, kapasitas dan pendukung alat
2002
Sumber : Dita, 2017

2.4.2 Tahapan Manajemen Risiko


Manajemen risiko memiliki beberapa tahapan yaitu perencanaan,
penilaian, analisis, penanganan, dan pemantauan. Penjelasan dari manajemen
risiko di atas antara lain:
1. Perencanaan (Planning)
Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang
terorganisasi, komprehensif, dan interaktif untuk keperluan identifikasi dan
penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian
risiko secara berkelanjutan untuk menentukan perubahan risiko, serta
mengalokasikan sumber daya yang memenuhi.
2. Penilaian (Assessment)
Terdiri atas proses identifikasi dan analisis teknis yang memiliki risiko
untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya,
kinerja/performance, dan waktu penyelesaian kegiatan.
a. Identifikasi (Identifying)
Agar risiko dapat dikelola secara efektif maka langkah pertama adalah
mengidentifikasi jenis risiko. Menurut Soeharto (1995), identifikasi risiko
adalah suatu proses pengkajian risiko dan ketidakpastian yang dilakukan
secara sistematis dan terus-menerus. Sumber risiko dapat diartikan sebagai
faktor yang dapat menimbulkan kejadian yang bersifat positif atau negatif.
Pada dasarnya identifikasi risiko diawali dengan menyusun daftar
kejadian-kejadian tidak diharapkan di proyek yang mungkin menyebabkan
kegagalan dalam mencapai sasaran proyek. Berikut adalah identifikasi
berdasarkan pendekatan sumber menurut Project Management Body of
16

Knowledge, PMBOK (Project Management Institute, PMI) dan Rute Map


identifikasi risiko selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.7.
1. Risiko eksternal tidak dapat diprediksi
a. Perubahan peraturan perundang-undangan dan campur tangan
pemerintah.
b. Bahaya dari alam (acts of God).
c. Validalisme (perusakan) dan sabotase.
d. Pengaruh lingkungan dan sosial, sebagai akibat dari proyek.
e. Kegagalan penyelesaian pekerjaan.
f. Krisis moneter.
g. Kebakaran.
h. Teroris.
i. Kekurangan sumber daya.
2. Risiko eksternal dapat diprediksi secara tidak pasti
a. Risiko pasar dan perubahan-perubahan besar.
b. Operasional.
c. Dampak lingkungan.
d. Dampak sosial.
e. Perubahan nilai tukar mata uang (inflasi dan perpajakan).
f. Demonstrasi/klaim.
g. Perubahan suku bunga pinjaman dan ketidakpastian keuangan.
h. Gagal pembayaran.
i. Ketersediaan material mentah.
j. Tertundanya perizinan.
3. Risiko internal non teknis
a. Manajemen.
b. Penjadwalan.
c. Biaya.
d. Cash flow.
e. Ketidakpastian pekerja (ketersediaan, skill).
f. Ketidakpastian ketersediaan material dan peralatan.
17

g. Kegagalan koordinasi.
h. Terlambatnya proyek.
i. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
4. Risiko teknis
a. Perubahan teknologi (masalah yang berhubungan dengan kinerja
operasional dan pemeliharaan).
b. Teknologi proyek yang khusus.
c. Perubahan dan penyesuaian (perubahan kondisi proyek secara
global/makro dan masalah sehubungan dengan desain).
5. Risiko legal
a. Lisensi.
b. Hak paten.
c. Kegagalan kontrak.
d. Tuntutan hukum.
e. Force Majeure.
f. Kinerja subkontraktor.

Tabel 2.7 Rute Map Identifikasi Risiko Proyek dalam Bidang Internal Non
Teknis (meliputi Risiko Manajemen Konstruksi, Risiko
Keterlambatan Proyek, Risiko Biaya, Risiko Ketidakpastian Pekerja,
Risiko Ketidakpastian Material dan Peralatan)

NO VARIABEL SUMBER
A Risiko Manajemen Konstruksi
A1 Kurangnya kontrol dan koordinasi dalam tim Soeharto, 2001
A2 Ketidakmampuan perencanaan manajemen proyek Soeharto, 2001
A3 Tidak lengkapnya laporan harian Soeharto, 2001
Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan,
A4 Soeharto, 2001
biaya, jadwal dan mutu
A5 Lemahnya koordinasi pelaksanaan Soeharto, 2001
Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan
A6 Soeharto, 2001
kualitas)
A7 Tingkat disiplin manajemen yang rendah Soeharto, 2001
Perubahan prioritas proyek dalam program yang
A8 Soeharto, 2001
telah berjalan
A9 Tidak diterimanya pekerjaan oleh Owner Soemarno, 2007
A10 Ketidaktepatan struktur organisasi proyek Shen et al, 2001
A11 Ketidaklengkapan syarat kontrak Shen et al, 2001
18

Tabel 2.7 Rute Map Identifikasi Risiko Proyek dalam Bidang Internal Non
Teknis (meliputi Risiko Manajemen Konstruksi, Risiko
Keterlambatan Proyek, Risiko Biaya, Risiko Ketidakpastian Pekerja,
Risiko Ketidakpastian Material dan Peralatan)

NO VARIABEL SUMBER
Pemahaman terhadap scope pekerjaan dan estimasi Mulolland and
A12
pekerjaan Christine, 1999
Mulolland and
A13 Kompleksitas proyek
Christine, 1999
Mulolland and
A14 Kontrol terhadap perubahan
Christine, 1999
A15 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah Praboyo, 1998
Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang
A16 Praboyo, 1998
telah selesai
B Risiko Terlambatnya Proyek
B1 Kesalahan estimasi waktu Soeharto, 2001
Mulolland and
B2 Durasi/waktu penyelesaian proyek
Christine, 1999
Mulolland and
B3 Ketepatan jadwal proyek
Christine, 1999
Rencana urutan kerja yang tidak sama dan sering
B4 Setyanto, 1998
berubah-ubah
Kualitas penyusunan WBS yang kurang baik karena
tidak dilakukan klarifikasi semua spesifikasi Flanagan dan
B5
pekerjaan yang tidak jelas sebelum memulai Norman, 1985
pekerjaan
Kurangnya sosialisasi terhadap usaha pencapaian
Budiman Praboyo,
B6 target-target melalui bantuan penjadwalan (diagram,
1999
chart, dll)
Waktu penyelesaian pelaksanaan rancu karena tidak
B7 Yasin, 2006
sesuai dalam hari kalender
B8 Sumber daya belum tersedia di awal pekerjaan Asiyanto, 2009
B9 Pengadaan tenaga kerja tidak sesuai schedule Asiyanto, 2009
Pengadaan alat kerja dan material tidak sesuai
B10 Asiyanto, 2009
schedule
B11 Produktivitas tidak sesuai schedule pekerjaan Asiyanto, 2009
B12 Dana kerja proyek tidak sesuai dengan kebutuhan Asiyanto, 2009
Keterlambatan pada pekerjaan di jalur kritis
B13 Asiyanto, 2009
(critical path)
C Risiko Biaya
C1 Kesalahan estimasi biaya Soeharto, 2001
Mulolland and
C2 Pengelolaan biaya proyek yang kurang tepat
Christine, 1999
C3 Kenaikan harga yang tidak di cover dalam kontrak Asiyanto, 2009
C4 Terjadi waste yang melebihi perkiraan Asiyanto, 2009
19

Tabel 2.7 Rute Map Identifikasi Risiko Proyek dalam Bidang Internal Non
Teknis (meliputi Risiko Manajemen Konstruksi, Risiko
Keterlambatan Proyek, Risiko Biaya, Risiko Ketidakpastian Pekerja,
Risiko Ketidakpastian Material dan Peralatan)

NO VARIABEL SUMBER
C5 Sistem pengendalian biaya yang lemah Asiyanto, 2009
C6 Tidak memperhitungkan biaya tak terduga Indriani, 1998
C7 Pembayaran oleh owner terlambat Andi, 2003
C8 Manajemen perencanaan keuangan yang tidak baik Agsarini, 2015
C9 Inflasi dan suku bunga tinggi Agsarini, 2015
D Risiko Ketidakpastian Pekerja
D1 Pemogokan tenaga kerja Soemarno, 2007
D2 Kepindahan pekerja senior yang potensial Soemarno, 2007
D3 Produktivitas pekerja yang rendah Soemarno, 2007
D4 Kurangnya kedisiplinan tenaga kerja Andi, 2003
D5 Kekurangan tenaga kerja Agsarini, 2015
D6 Kualitas tenaga kerja yang buruk Agsarini, 2015
Touran, Paul J. B. dan
D7 Kecelakaan tenaga kerja
Scott W. T., 1994
E Risiko Ketidakpastian Material dan Peralatan
E1 Pemilihan jenis alat yang kurang tepat Asiyanto, 2009
E2 Kondisi alat yang sudah out of date Asiyanto, 2009
E3 Sistem pengelolaan alat yang lemah Asiyanto, 2009
E4 Kontrol kualitas material yang buruk Agsarini, 2015
E5 Kurangnya efisiensi penggunaan peralatan Agsarini, 2015
E6 Ketersediaan material dan peralatan Andi, 2003
E7 Kualitas bahan yang tidak sesuai Andi, 2003
E8 Keterlambatan pembayaran material dan alat Sarjono Puro, 2006
E9 Keterlambatan pengiriman material dan alat Sarjono Puro, 2006
E10 Material ditolak/direject Sarjono Puro, 2006
E11 Kehilangan material/kurangnya pengamanan Sarjono Puro, 2006
Kesalahan mutu material dan kesalahan proses
E12 Sarjono Puro, 2006
pemindahan
E13 Perencanaan peralatan yang buruk Trauner, Lakbirsing
E14 Pemasok bahan tidak dapat diandalkan Trauner, Lakbirsing
E15 Kurangnya jumlah peralatan Rudi Iskandar, 2002
E16 Kurangnya ukuran, kapasitas dan pendukung alat Rudi Iskandar, 2002
E17 Kerusakan peralatan Abdul Majid, 1997
E18 Peningkatan jumlah material Abdul Hamid Kadir
Sumber : Hasil Analisis, 2020
20

Pengelompokkan risiko berdasarkan potensi sumber risikonya adalah


(Soeharto, 2001) :
1. Risiko yang berkaitan dengan bidang manajemen
a. Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan, biaya, jadwal dan
mutu
b. Ketepatan penentuan struktur organisasi
c. Ketelitian pemilihan personil
d. Kekaburan kebijakan dan prosedur
e. Koordinasi pelaksanaan
2. Risiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi
a. Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering
b. Ketepatan pengadaan material dan peralatan (volume, jadwal, harga,
dan kualitas)
c. Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas)
d. Tersedianya tenaga ahli dan penyedia
e. Tersedianya tenaga kerja lapangan
f. Variasi dalam produktivitas kerja
g. Kondisi dalam produktivitas kerja
h. Kondisi lokasi dan site
i. Ditemukannya teknologi baru (peralatan dan metode) dalam proses
konstruksi dan produksi
3. Risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan hukum
a. Pasal-pasal yang kurang lengkap, kurang jelas, dan menimbulkan
perbedaan interpretasi
b. Pengaturan pembayaran, change order dan klaim
c. Masalah jaminan, guarantee, dan warranty
d. Lisensi dan hak paten
e. Force majeure
4. Risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial dan politik
a. Peraturan perpajakan dan pungutan
b. Perizinan
21

c. Pelestarian lingkungan
d. Situasi pasar (persediaan dan penawaran material dan peralatan)
e. Ketidakstabilan moneter/devaluasi
f. Aliran kas
Menurut Asiyanto (2009), identifikasi melalui pendekatan dampak terhadap
triple constraint dan keselamatan kerja, antara lain :
1. Dampak terhadap Biaya
Dampak ini berupa pembengkakan biaya pelaksanaan terhadap
anggarannya. Proyek harus diselesaikan berdasarkan biaya yang tidak
melebihi anggarannya.
2. Dampak terhadap Mutu
Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya
memenuhi kebutuhan pelanggan. Produk dalam hal ini adalah hasil
kegiatan proyek yang harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang
dipersyaratkan. Dampak ini juga berupa penyimpangan mutu pekerjaan
terhadap persyaratan yang ada (risiko telah diatur dalam sistem mutu ISO
9001:2000)
3. Dampak terhadap Waktu
Dampak ini berupa keterlambatan penyelesaian pekerjaan, baik parsial
maupun secara keseluruhan (project delay). Proyek harus dikerjakan
dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang disepakati diawal kontrak.
4. Dampak terhadap Kecelakaan Kerja
Dampak ini telah diatur dalam OHSAS 18001
Sumber daya identifikasi risiko adalah sebagai berikut:
1) Sumber yang objektif
Kejadian yang pernah dialami oleh proyek-proyek sebelumnya
yang tercatat dalam arsip proyek. Dapat juga dilakukan melalui
analisis terhadap kontrak-kontrak kegiatan pembangunan yang pernah
dibuat.
22

2) Sumber yang subjektif (Expert system)


Pengalaman para pakar terkait yang dapat diperoleh melalui
wawancara. Ketepatan identifikasi didukung oleh keterampilan pihak
yang melakukan identifikasi dalam menentukannya atau memberikan
jugjement. Cara ini dapat ditempuh melalui panel group atau
pendataan pengalaman pribadi.
Penyusunan identifikasi risiko dapat berasal dari opini para
pakar (expert opinion) atau dari estimasi berdasarkan perasaan
(feeling) para pakar berdasarkan pengalamannya. Untuk membantu
proses ini dan meyakinkan bahwa sudah seluruh aspek tercakup dalam
daftar tersebut maka dapat digunakan daftar pertanyaan/kuesioner
validasi pakar. Cara ini dapat ditempuh melalui:
a. Panel group
Sejumlah praktisi dan sepesialis dalam proyek dikumpulkan
dalam diskusi panel untuk mengadakan brainstorming. Setiap
panelis mendaftar risiko-risiko yang secara teoritis dapat
muncul. Seluruh anggota panel group memutuskan risiko-
risiko yang termasuk dalam risiko yang diidentifikasi.
b. Pengalaman pribadi
Individu yang bersangkutan diminta untuk mendaftar seluruh
risiko yang relevan dalam lingkup keahlian mereka.
c. Inspeksi langsung di tempat terjadinya aktivitas pembangunan
3. Analisis (Analyzing)
Merupakan proses menggali informasi/deskripsi lebih dalam terhadap
risiko yang telah teridentifikasi, yang terdiri atas:
a. Kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek
biaya, waktu, dan teknis proyek
b. Penyebab risiko
c. Keterkaitan antar risiko
d. Saat terjadinya risiko
e. Sensitivitas terhadap waktu
23

4. Penanganan (Handling)
Merupakan proses identifikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi
penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program,
yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko,
mengontrol risiko dan mengalihkan risiko. Menurut Flanagan (1993) Risk
Response dikelompokkan menjadi empat bentuk seperti Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Risk Response (Flanagan, 1993)


Masing-masing kelompok dari Risk Response adalah:
a. Risk Retention, penanganan untuk jenis risiko yang dapat disimpan atau
ditahan, yaitu yang mengakibatkan kerugian kecil yang berulang-ulang.
b. Risk Reduction, yaitu mengurangi risiko dengan cara membagi risiko tersebut
kepada pihak lain.
c. Risk Transfer, yaitu melimpahkan risiko (mengalokasikan risiko) tersebut
kepada pihak lain.
d. Risk Advoidance, yaitu sejenis penolakan untuk menanggung risiko tersebut.
5. Pemantauan (Monitoring)
Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil
kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.
Menurut Soeharto (2001) proses pengelolaan risiko dikelompokkan menjadi
empat tahapan seperti pada Gambar 2.3 berikut :
24

Gambar 2.3 Proses Pengelolaan Risiko Proyek (Risk Analysis)


(Soeharto, 2001)
Umumnya kontraktor akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut
untuk mengantisipasi dan mengakomodasi risiko dalam proposal tender
(Kurniawan, 2006):
a. Identifikasi barricade risk
b. Identifikasi risiko yang dapat diasuransikan
c. Identifikasi risiko yang dapat dialihkan ke pihak lain
d. Identifikasi risiko yang dapat ditanggung kontraktor

2.5 Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi pusat penelitian seorang
peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan (Margono, 2004).
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi
dalam penelitian (Burhanuddin, 2013). Cara pengambilan data dilakukan dengan
metode purposive sampling yaitu dengan memilih responden yang memiliki
klasifikasi kemampuan dibidangnya dan representatif. Purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Berikut
populasi yang dianggap representatif, antara lain:
25

1. Project Director
Project director memimpin manajer proyek yang mengawasi tim
pengembang, perancang, arsitek, dan tenaga profesional lainnya. Project
director bertugas untuk mengawasi project manager saat pembuatan
laporan dan bertemu dengan para pemangku kepentingan. Dipilihnya
project director sebagai salah satu responden di penelitian ini karena
dianggap memiliki kualifikasi dalam menjawab risiko-risiko internal non
teknis yang terjadi di proyek konstruksi.
2. Project Manager
Project manager merupakan pimpinan pada suatu proyek
konstruksi yang bertanggung jawab secara keseluruhan kegiatan proyek.
Project manager mengatur segala kegiatan pelaksanaan di lapangan
dengan beberapa staff. Dipilihnya project manager sebagai salah satu
responden di penelitian ini karena project manager mengatur tentang
manajemen kegiatan proyek secara garis besar, sehingga diharapkan
project manager memiliki kualifikasi dalam menjawab risiko-risiko
internal non teknis proyek konstruksi karena project manager memiliki
peran yang besar dalam mengontrol kegiatan proyek konstruksi yang
dipimpinnya.
3. Site Manager
Site manager merencanakan time schedule pelaksanaan proyek
sesuai dengan tugas dari perusahaan terhadap pemilik proyek, serta
merencanakan pemakaian alat, bahan, dan pekerjaan instalasi untuk
proyek yang ditangani sesuai dengan volume dan waktu penggunaannya.
Dipilihnya site manager sebagai salah satu responden di penelitian ini
karena dianggap memiliki kualifikasi dalam menjawab risiko-risiko
internal non teknis yang terjadi di proyek konstruksi.
4. Site Administration
Site administration bertugas untuk melakukan proses entry, sesi
dokumentasi proyek, dan mengecek biaya operasional proyek. Dipilihnya
site administration sebagai salah satu responden di penelitian ini karena
26

dianggap memiliki kualifikasi dalam menjawab risiko-risiko internal non


teknis yang berhubungan dengan biaya yang menjadi salah satu variabel
risiko dalam penelitian ini dan memiliki kualifikasi dalam menilai risiko-
risiko yang dapat berdampak pada biaya.

2.6 Uji Validitas dan Reliabilitas


Menurut Zulganef (2006) uji validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan bahwa yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak
diteliti. Valid adalah menunjukkan ketepatan antara data yang sesungguhnya
terjadi pada proyek dengan data dapat dikumpulkan oleh peneliti (Sugiyono,
2010). Berdasarkan definisi diatas, maka validasi dapat diartikan sebagai suatu
karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat ukuran sebuah alat tes (kuesioner)
dengan mengukur secara benar sehingga menghasilkan kecocokan antara data
yang sesungguhnya dan data yang dikumpulkan.
Secara internal reliabilitas dapat diuji dengan menganalisis konsistensi
butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2013). Uji
reliabilitas merupakan salah satu ukuran korelasi yang digunakan untuk mengukur
kekuatan dan kelinieran antara dua variabel. Dua variabel dapat dikatakan
berkorelasi jika perubahan salah satu variabel disertai dengan perubahan variabel
lainnya, baik dalam arah yang sama maupun arah yang sebaliknya.
Rumus yang digunakan pada uji ini adalah rumus Pearson yang dapat
mengukur kekuatan hubungan linier dari kedua variabel. Untuk uji validitas dan
koefisien korelasi digunakan Rumus 2.1.

.......................................... 2.1

Keterangan :
n = Banyaknya pasangan data X dan Y
∑x = Jumlah variabel X
∑y = Jumlah variabel Y
∑x2 = Kuadrat dari jumlah variabel X
∑y2 = Kuadrat dari jumlah variabel Y
27

∑xy = Hasil perkalian dari jumlah variabel X dan variabel Y


Suatu variabel dapat dikatakan valid apabila hubungan antara variabel
validitas dan reliabilitas memenuhi syarat yaitu variabel valid, terkorelasi, dan
memiliki nilai reliabilitas di atas 0,6. Untuk nilai korelasi dari hubungan antara
validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Kategori Koefisien Korelasi Risiko
Nilai Koefisien Korelasi Kategori
≤0 Tidak Valid
0 < x ≤ 0,2 Sangat Rendah
0,2 < x ≤ 0,4 Rendah
0,4 < x ≤ 0,6 Sedang
0,6 < x ≤ 0,8 Tinggi
≥ 0,8 Sangat Tinggi
Sumber: Zulganef, 2006

2.7 Skala Likert


Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009). Dalam
skala ini menggunakan item yang secara pasti baik dan secara pasti buruk. Skala
ini menggunakan ukuran ordinal sehingga dapat membuat rangking walaupun
tidak diketahui berapa kali responden lebih baik atau lebih buruk dari responden
lainnya.
Prosedur dalam skala likert adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan item-item yang cukup banyak dan relevan dengan masalah yang
sedang diteliti, berupa item yang cukup terang disukai dan yang cukup terang
tidak disukai.
2. Item-item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang dianggap
representatif dari populasi yang ingin diteliti.
3. Pengumpulan respon dari responden kemudian diberi skor, untuk jawaban
yang memberikan indikasi yang menyenangi diberi skor tertinggi.
4. Total skor dari masing-masing responden adalah penjumlahan dari skor
masing-masing item dari responden tersebut.
28

5. Responsi dianalisa untuk mengetahui item-item mana yang sudah nyata,


batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total.

2.8 Pengukuran Potensi Risiko


Risiko pada suatu kegiatan pemanfaatan sumber daya ditandai dengan
beberapa faktor antara lain :
1. Peristiwa risiko (menunjukkan dampak negatif pada proyek).
2. Probabilitas terjadinya risiko.
3. Tingkat keparahan dari dampak/impact/konsekuensi negatif pada aktivitas
lain, jika peristiwa tidak diinginkan terjadi.
Williams (1993) menyatakan bahwa sebuah pendekatan yang
dikembangkan menggunakan 2 (dua) kriteria yang penting untuk mengukur risiko,
antara lain :
1. Kemungkinan (probability), adalah kemungkinan (probability) dari suatu
kejadian yang tidak diinginkan.
2. Dampak (impact), adalah tingkat pengaruh atau ukuran dampak (impact) pada
aktivitas lain, jika peristiwa tidak diinginkan terjadi.
Secara sistematis tingkat risiko dapat dinyatakan pada Persamaan 2.2 berikut :
(Williams, 1993)
R = P x I ................................................................................... 2.2
Keterangan :
R = Tingkat Risiko
P = Kemungkinan (probability) risiko yang terjadi
I = Tingkat dampak (impact) risiko yang terjadi

Proses pengukuran risiko dilakukan dengan cara memperkirakan frekuensi


terjadinya suatu risiko dan dampak dari risiko tersebut. Skala yang digunakan
dalam mengukur potensi risiko terhadap probabilitas dan dampak risiko yaitu
menggunakan rentang nilai 1 sampai dengan 5 seperti Tabel 2.9 dan Tabel 2.10
berikut.
29

Tabel 2.9 Skala Pengukuran Probabilitas Risiko


Skala Probabilitas Parameter
1 Sangat Jarang < 3 kali kejadian
2 Jarang 3-5 kali kejadian
3 Cukup 6-7 kali kejadian
4 Sering 8-9 kali kejadian
5 Sangat Sering >10 kali kejadian
Sumber : Relawati (2018)
Tabel 2.10 Skala Pengukuran Dampak Risiko
Skala Dampak Parameter
1 Sangat Kecil Tidak berdampak pada biaya
2 Kecil Terjadi pembengkakan biaya <5% dari RAB
3 Sedang Terjadi pembengkakan biaya 5%-10% dari RAB
4 Besar Terjadi pembengkakan biaya 10%-15% dari RAB
5 Sangat Besar Terjadi pembengkakan biaya >15% dari RAB
Sumber : PMBOK (2008)

Gambar 2.4 Matriks Probabilitas dan Dampak (Hanafi, 2006)

Setelah mengetahui tingkat probability dan impact dari suatu risiko,


kemudian diplotkan pada matriks frekuensi dan dampak yntuk mengetahui strategi
dalam menghadapi risiko seperti pada Gambar 2.4. Pemilihan respon risiko yang
akan digunakan untuk menangani risiko-risiko yang telah terjadi dapat digunakan
Risk Map (Hanafi, 2006). Risk Map berdasarkan frekuensi dan dampak dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
30

Gambar 2.5 Matriks berdasarkan Frekuensi dan Dampak


(Hanafi, 2006)
Pada Gambar 2.5 Quadran I adalah tempat risiko-risiko harus
mendapatkan perhatian serius agar dapat meminimalkan kemungkinan dan
dampak terjadinya risiko. Quadran II menunjukkan bahwa risiko-risiko
membutuhkan adanya rencana yang telah teruji untuk menjawab situasi risiko
yang terjadi. Quadran III menunjukkan bahwa risiko memerlukan pengawasan
dan pegendalian internal secara teratur untuk menjaga tingkat kemungkinan
terjadi dan dampaknya. Quadran IV menunjukkan bahwa risiko membutuhkan
informasi teratur (low control). Risiko yang terplotkan pada Quadran I dan
Quadran II merupakan risiko yang harus mendapatkan prioritas respon risiko
karena merupakan risiko yang kemungkinan dan dampaknya besar pada proyek.

2.9 Fuzzy Logic


Komponen utama yang sangat berpengaruh pada teori fuzzy adalah fungsi
keanggotaan/himpunan. Teori himpunan fuzzy merupakan kerangka matematis
yang digunakan untuk mempresentasikan ketidakpastian, ketidakjelasan,
ketidaktepatan, kekurangan informasi, dan kebenaran parsial (Jennyvera, 2012).
Fuzzy logic merupakan suatu metode pemetaan atau hubungan input dan
output dari suatu sistem berdasarkan data input-output. Menurut Zadeh (1985)
dalam hampir setiap kasus, kemungkinan membangun sistem yang mampu
menggantikan hubungan blackbox tanpa menggunakan fuzzy logic. Namun apabila
menggunakan metode fuzzy logic maka rancang bangunan sistem dapat dilakukan
31

dengan lebih cepat dan efisien. Terdapat dua tipe FIS (Fuzzy Inference System)
dalam fuzzy logic yang memiliki kelebihan masing-masing yaitu FIS tipe
Mamdani dan FIS tipe Sugeno. FIS tipe Mamdani biasanya cocok untuk masalah
intuitif yang kurang pasti, sedangkan FIS tipe Sugeno untuk permasalahan yang
menangani kontrol. Perancangan model fuzzy logic terdiri atas lima tahap, antara
lain:
1. Fuzzyfication Input
Fuzzyfication Input adalah masukan-masukan guna menunjukkan derajat
keanggotaan/himpunan dalam semua fuzzy set menggunakan fungsi
keanggotaan/himpunan masing-masing fuzzy set. Nilai linguistik variabel input
dibagikan dalam kategori masing-masing himpunan input dan nilai linguistik
variabel output dibagi berdasarkan himpunan output.
2. Operasi Fuzzy Logic
Input operator fuzzy adalah dua atau lebih derajat keanggotaan/himpunan
dari variabel-variabel output. Operasi fuzzy untuk melakukan operasi AND dan
OR bisa dibuat sendiri. Biasanya operasi fuzzy menggunakan fungsi MIN dan
MAX sudah mencukupi untuk berbagai keperluan.
3. Implication
Implikasi adalah proses mendapatkan konsekuen/keluaran sebuah IF-
THEN rule berdasarkan derajat kebenaran antecedent. Umunya bobot rule di set 1
sehingga tidak mempunyai pengaruh sama sekali pada proses implikasi. Semakin
besar bobot rule berarti semakin besar pula efek rule tersebut pada keluarannya.
Setelah setiap rule diberi bobot, proses implikasi baru saja dilakukan.
4. Defuzzyfication
Defuzzyfikasi adalah masukan sebuah fuzzy set dan keluarannya dalam
sebuah bilangan tunggal untuk diisikan ke sebuah variabel keluaran FIS. Ada
beberapa versi jenis bilangan tunggal yaitu center of area atau centroid di bawah
kurva dari fuzzy set hasil agregasi.
32

2.10 Konsep Fuzzy Logic


Motivasi utama teori fuzzy logic adalah memetakan sebuah ruang input ke
dalam ruang output dengan menggunakan IF-THEN rules (Naba, 2009). Pemetaan
dilakukan dengan suatu Fuzzy Inference System (FIS) yang mengevaluasi semua
rule secara untuk menghasilkan kesimpulan. Oleh karena itu semua rule harus
didefinisikan terlebih dahulu sebelum membangun sebuah FIS yang akan
digunakan untuk menginterpretasikan semua rule tersebut. Konsep umum
pengembangan FIS dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Konsep Umum Pengembangan FIS (Naba, 2009)

FIS adalah sebuah metode yang mengiterpretasikan harga-harga dalam


faktor input, memeriksa kesimpulan berdasarkan sekumpulan IF-THEN rules
yang diberikan kemudian menghasilkan vector output (Jennyvera, 2012). Terdapat
beberapa konsep fuzzy logic, antara lain :
1. Fuzzy logic umumnya diterapkan pada masalah-masalah yang mengandung
unsur ketidakpastian dan ketidaktepatan.
2. Fuzzy logic menjembatani bahasa mesin yang presisi dengan bahasa manusia
yang menekankan pada makna atau arti.
3. Fuzzy logic dikembangkan berdasarkan cara berpikir manusia.
33

2.11 Validasi Model Fuzzy Logic


Parameter yang digunakan sebagai acuan dalam proses validasi adalah
nilai probabilitas risiko, dampak risiko, dan tingkat risiko pada proyek. Semakin
kecil simpangan error, maka semakin baik kualitas permodelan yang telah
dilakukan.
Menurut Rhosani (2018) kriteria validasi model adalah salah satu cara
mengkaji model untuk mengetahui parameter-parameter yang dipakai model dapat
diterapkan pada kondisi lapangan atau kondisi rencana. Mean Square Error
(MSE) menggunakan Rumus 2.3 sebagai berikut.

....................................................... 2.3

Keterangan :
Nm = Nilai model
No = Nilai observasi
Nilai observasi (No) didapat dengan melakukan proses perhitungan tingkat
risiko secara manual menggunakan konsep fuzzy logic. Perhitungan observasi
dapat diperoleh melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Membuat Himpunan Fuzzy dan Input Fuzzy
Membuat himpunan keanggotaan berbentuk segitiga (trimf). Fungsi
keanggotaan berbentuk segitiga memiliki fungsi yang berbeda-beda dan untuk
mencari nilai derajat keanggotaan.
2. Menerapkan Operator Fuzzy
Membuat aturan fuzzy logic dengan beberapa aturan yang dapat
mempresentasikan nilai tingkat risiko yang akan dihasilkan. Aturan logika
mengindikasikan pemakaian fungsi MIN dalam perhitungan karena
menggunakan metode FIS Mamdani.
3. Menerapkan Fungsi Implikasi
Mengkombinasikan nilai-nilai yang diperoleh dari fungsi keanggotaan input
ke aturan fungsi keanggotaan output sesuai dengan aturan IF-THEN yang
telah ditetapkan. Kemudian menetapkan luasan output yang didapat dari
daerah implikasi.
34

4. Defuzzyfikasi
Mencari nilai akhir dari output fuzzy dengan mencari pusat (centroid) hasil
komposisi output yang diperoleh.
Mean Square Error (MSE) bertujuan untuk mempresentasikan rata-rata
kuadrat simpangan atau selisih antara nilai keluaran model terhadap nilai
pengukuran atau target. Menentukan batas interval keyakinan untuk tingkat risiko
yang dihitung secara manual dan permodelan fuzzy berdasarkan Tabel 2.11
sebagai berikut.
Tabel 2.11 Mean Square Error (MSE)
Tingkat Keyakinan (%) Probabilitas Batas Atas Terlampaui (%)
80 10
85 7.5
90 5
95 2.5
99 0.5
Sumber: Triatmodjo, 1999

2.12 Kajian Peneliti Terdahulu


Kajian penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.12.
35

Tabel 2.12 Rute Map Penelitian


No Penulis Judul Tujuan Metode
1. Dita, Perencanaan Biaya 1. Mengidentifikasi risiko yang terjadi Analisis data dilakukan dengan metode
Andriani Berdasarkan Faktor Risiko 2. Menganalisa risiko yang paling dominan severity index dan pengumpulan data
Okta F. yang Terjadi pada 3. Menangani respon risiko yang paling dilakukan dengan wawancara dan
(2017) Konstruksi (Studi Kasus dominan penyebaran kuesioner kepada reponden
Proyek Apartement 4. Mengetahui besar estimasi biaya yang yang sudah dipilih.
Gunawangsa Tidar dikeluarkan dari faktor risiko yang paling
Surabaya) dominan
2. Rhosani, Analisis Risiko Teknis 1. Mengetahui faktor risiko teknis Analisis data dilakukan dengan metode
Dwi P. Proyek Konstruksi dengan pelaksanaan fuzzy logic dan pengumpulan data
(2018) Metode Fuzzy Logic (Studi 2. Mengetahui respon risiko untuk risiko dilakukan dengan wawancara dan
kasus : pada Proyek Grand yang paling dominan yang terjadi selama penyebaran kuesioner kepada reponden
Sungkono Lagoon, pelaksanaan Proyek Grand Sungkono yang sudah dipilih.
Surabaya) Lagoon Surabaya dengan metode fuzzy
logic.
3. Relawati, Assessment Manajemen 1. Mengetahui risiko teknis yang paling Analisis data dilakukan dengan metode
Wahyu Risiko Teknis Konstruksi dominan FTA (Fault Tree Analysis). Pengumpulan
(2018) pada Proyek High Rise 2. Menilai risiko data dilakukan dengan penyebaran
Buiding dengan Metode 3. Merencanakan strategi mitigasi yang kuisioner kepada responden.
FTA (Fault Tree Analysis) tepat untuk mengatasi risiko dominan
pada pembangunan proyek Caspian
Tower dilakukan dengan metode FTA
(Fault Tree Analysis).
36

No Penulis Tujuan Metode


4. Aziz, Noer Assessment Risiko 1. Mengidentifikasi risiko internal non Analisis data dilakukan dengan metode
Intan Syafni Dominan Internal Non teknis fuzzy logic dan pengumpulan data
W. (2019) Teknis Proyek Hotel Bali 2. Menilai dan mengevaluasi risiko internal dilakukan dengan wawancara dan
Tropic dengan Metode non teknis yang paling dominan penyebaran kuesioner kepada reponden
Fuzzy Logic 3. Menganalisis respon risiko dominan yang sudah dipilih.
dengan metode Fuzzy Logic

Anda mungkin juga menyukai