Anda di halaman 1dari 9

DAMPAK NEGATIF STUNTING TERHADAP KEMAMPUAN

KOGNITIF DAN HASIL BELAJAR ANAK


Alikta Zahra Sausana Mekarayu

ABSTRAK

Permasalahan kesehatan yang menjadi fokus global saat ini adalah stunting. Stunting
merupakan suatu kondisi anak yang mengalami gagal tumbuh karena karena kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, yang dapat dikategorikan dengan z-score kurang
dari -2 SD. Stunting dapat menyebabkan gangguan kognitif, motorik, dan sosial-emosional
karena pertumbuhan dan perkembangan otaknya yang tidak optimal yang kemudian dapat
berdampak pada hasil belajar yang buruk. Studi literatur menampilkan ulang materi yang
telah diterbitkan sebelumnya, menyajikan analisis dan fakta terbaru menggunakan
pengumpulan data pustaka, mealui pencarian informasi dari berbagai kepustakaan yang
bersumber dari berbagai jurnal nasional, internasional, maupun buku dengan menggunakan
google’s scholar data based dan researchgate dengan artikel penelitian yang relevandengan
topik yang akan diangkat. Berdasarkan telaah artkel diperoleh bahwa stunting berdampak
negatif pada perkembangan kognitif anak karena anak mengalami gangguan dalam proses
pematangan sel otak sehingga anak kesulitan berhitung, menalar, kosakata, serta keadaan
kebugaran tubuhnya yang dapat berdampak pada produktivitas anak yang rendah yang
kemudian akan berdampak pada penurunan hasil belajarnya. Sehingga anak dengan kondisi
stunting cenderung memiliki kemampuan kognitif dan hasil belajar yang lebih rendah
dibandingkan anak yang tidak stunting.

Kata kunci : stunting, kognitif, dan hasil belajar

ABSTRAK

A health problem that is currently a global focus is stunting. Stunting is a condition in which
children experience failure to thrive due to lack of nutrition for a long time, which can be
classified with a z-score of less than -2 SD. Stunting can cause cognitive, motor, and social-
emotional disorders due to suboptimal brain growth and development which can then have an
impact on poor learning outcomes. The literature study reproduces previously published
material, presents the latest analysis and facts using library data collection, through searching
for information from various literature sourced from various national and international
journals, as well as books using Google scholar data and research gates with relevant research
articles. topic to be raised. Based on the review of the article, it was found that stunting has a
negative impact on children's cognitive development because children experience
disturbances in the process of brain cell maturation so that children have difficulty counting,
reasoning, vocabulary, and their body fitness which can have an impact on low child
productivity which will then have an impact on decreasing study results. So that children with
stunted conditions tend to have lower cognitive abilities and learning outcomes than children
who are not stunted.

Keywords: stunting, cognitive, and learning achievement


PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi fokus global saat ini ialah stunting.
Stunting adalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam
waktu yang cukup lama akibat dari pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
gizi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, seorang balita dikategorikan stunting jika
niai ambang batas (z-score) nya -3SD sampai dengan kurang dari -2SD dan dikategorikan
sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD dari indeks panjang badan atau tinggi
badan menurut umurnya. Stunting merupakan suatu bentuk kegagalan pertumbuhan akibat
akumulasi ketidaktercapaian nutrisi yang berlangsung lama sejak masa kehamilan sampai
anak berusia 24 bulan. Keadaan tersebut diperparah dengan kejar tumbuh yang tidak
terimbangi secara baik.

Berdasarkan data WHO, pada tahun 2020 angka kejadian stunting di dunia mencapai
22% atau sebanyak 149,2 juta. Dirilis oleh web World Bank, Burundi menjadi negara dengan
pstunting tertinggi di dunia dengan prevalansi 50,9% di tahun 2020 disusul oleh Eritrea
49,1%, dan Timor Leste 48,8%. Di Indonesia, prevalansi stunting mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status
Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, menunjukkan prevalansi data
stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022. Meskipun
begitu, angka stunting di Indonesia masih termasuk tinggi karena menurut WHO bila
prevalansi stunting lebih dari 20 persen maka masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap
kronis.

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang dihadapi oleh negara berkembang.
Indonesia memiliki target penurunan 14% pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan
mengikuti target yang ditetapkan oleh WHO yaitu sebesar 40% pada tahun 2024. (Siswati,
2022) Stunting adalah bentuk paling umum dari anakanak gizi buruk di dunia, dan dialami
oleh 161 juta anak berusia 0– 5 tahun. Stunting telah terbukti berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas anak, penurunan fungsi kognitif, dan peningkatan
risiko penyakit kronis di masa dewasa. WHO sebagai organisasi badan kesehatan dunia juga
telah mengidentifikasinya sebagai prioritas utama bagi kesehatan global. (Ruvani, 2022)

WHO mendeskripsikan stunting disebabkan oleh kondisi kesehatan yang tidak


optimal atau gizi yang kurang yang berakibat pada kegagalan dalam pencapaian pertumbuhan
linier. Stunting dapat disebabkan oleh tidak terpenuhinya konsumsi makanan bergizi yang
mengandung protein, kalori, dan vitamin, terutama vitamin D. Menurut WHO, dalam jangka
pendek, stunting dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, suboptimal kognitif atau
kecerdasan, perkembangan motorik dan verbal, serta naiknya biaya kesehatan. Konsekuensi
jangka panjang dari stunting antara lain postur tubuh yang buruk di masa dewasa,
peningkatan risiko obesitas dan penyakit degeneratif lainnya, gangguan kesehatan reproduksi,
pembelajaran dan prestasi yang buruk di sekolah, serta rendahnya produktivitas dan
kemampuan kerja.

Menurut Boggin periode ketika seorang anak berusia kurang dari lima tahun (Anak)
merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan kritis dalam siklus kehidupan manusia saat
anak mengalami pertumbuhan fisik yang paling pesat, dan masa ini juga disebut sebagai masa
emas perkembangan otak. Status gizi balita berdampak langsung terhadap tumbuh kembang
kognitif dan psikomotorik anak. Menurut Komite Koordinasi/Subkomite Gizi, ada hubungan
antara berat badan rendah, perkembangan motorik dan mental yang buruk, serta kinerja
kognitif dan akademik yang buruk pada masa kanak-kanak akhir. Malnutrisi pada masa
kanak-kanak dapat merusak fungsi sistem saraf pusat (SSP) dan perkembangan struktural
sistem saraf pusat, serta perkembangan neurotransmiter.

Salah satu ciri perkembangan otak adalah kecerdasan intelektual, berguna dalam
dunia pendidikan untuk mengetahui prestasi belajar yang dapat dicapai individu. Pada sampel
30 siswa SD yang stunting dan Normal/Non-Stunting usia 9-12 tahun, ditemukan bahwa
stunting dapat menyebabkan gangguan kognitif melalui keterlambatan daripada pertumbuhan
dan perkembangan otak yang optimal. Dampak negatif dari adanya permasalahan kesehatan
berupa stunting salah satunya adalah kurang optimalnya kemampuan kognitif anak yang
dapat berpengaruh ke kehidupannya di masa depan (Daracantika, Ainin, & Besral, 2021).
Stunting harus ditangani karena stunting dapat mengakibatkan keterbatasan fisik dan kognitif
secara permanen dan bahkan dapat mempengaruhi generasi berikutnya (UNICEF et al.,
2020).

Selain itu stunting dapat menyebabkan dampak jangka pendek dan dampak jangka
panjang. Dalam jangka pendek stunting berdampak kegagalan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak yang mengakibatkan perkembangan kognitif dan motorik anak
mengalami hambatan (Rahmidini, 2020). Sedangkan dalam jangka panjang stunting
berdampak menurunnya kapasitas intelektual, gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel
otak yang bersifat permanen dan dapat menyebabkan penurunan kemampuan pembelajaran di
sekolah dan dilingkungannya yang akan berpengaruh pada produktivitas anak (Rahmidini,
2020). Sehingga stunting masih menjadi permasalahan yang serius dan harus segera ditangani
agar angka stunting dapat mengalami penurunan angka dan sesuai dengan anjuran WHO
(Kemen PPPA, 2020). Tujuan penelitian mengetahui dampak negatif stunting terhadap
perkembangan kognitif dan hasil belajar anak

TEORI

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang dapat dikaitkan dengan gangguan


pada organ tubuh, dimana otak merupakan salah satu organ yang paling cepat rusak pada
gangguan gizi. Otak merupakan pusat saraf yang sangat mempengaruhi respon anak terhadap
penglihatan, pendengaran, berpikir, dan untuk melakukan sesuatu, gerakan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Almatsier bahwa malnutrisi dapat menyebabkan disfungsi otak permanen.
Tingginya tingkat angka stunting di Indonesia menjadi masalah yang cukup serius karena
akan menghambat berbagai aspek perkembangan yang dilalui oleh balita (Lima et al., 2021).
Stunting menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-
scorenya kurang dari -2SD (stunted) dan kurang dari -3SD (severaly stunted) (Kepmenkes
1995/MENKES/SK/XII/2010). Masa balita adalah masa kritis dalam hal perkembangan dan
pertumbuhan dalam kehidupan manusia, dimana balita akan mengalami pertumbuhan fisik
yang paling pesat, masa ini juga disebut masa emas perkembangan otak. Karena itu status
gizi balita yang buruk akan berdampak langsung pada pertumbuhan dan perkembangan
kognitif anak (Yadika et al., 2019).

Stunting dapat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif, motorik, dan verbal


anak menjadi tidak optimal. Di masa yang akan datang, anak-anak stunting memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk mengalami obesitas dan penyakit lainnya. Selain itu, kapasitas belajar
dan performa anak serta produktivitas dan kapasitas kerja juga menjadi tidak optimal.
Dampak buruk stunting juga berimbas pada kesehatan reproduksi (Pusdatin, 2018). Menurut
Papalia, perkembangan kognitif adalah pola perubahan dalam kemampuan mental yang
meliputi kemampuan belajar, pemusatan perhatian, berfikir, kreatifitas, dan bahasa. Menurut
Hanushek dan Woessmann, perbaikan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)
yaitu sejak janin dalam kandungan hingga usia 2 tahun merupakan kunci untuk menurunkan
kejadian stunting, meningkatkan kemampuan kognitif dan memperbaiki capaian pendidikan
yang pada akhirnya dapat memicu pertumbuhan ekonomi.

Stunting yang dialami pada saat balita menyebabkan adanya gangguan serta
kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan akan menjadi stunting pada saat anak di
usia sekolah dasar (6-12 tahun) (Ginting dan Pandiangan, 2019). Stunting yang terjadi pada
usia sekolah menimbulkan efek merugikan terhadap kecerdasan, keterampilan motorik halus,
perkembangan psikomotorik, integrasi pada neurosensorik serta anak menjadi rentan terhadap
penyakit yang menyebabkan terjadinya penurunan pada tingkat produktivitas di masa depan
serta kurang maksimalnya tingkat kecerdasan intelektual (Arfines dan Puspitasari, 2017).
Stunting mempunyai hubungan dengan rendahnya kemampuan kognitif anak. Kekurangan
kebutuhan nutrisi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan perkembangan otak dan
jaringan tidak optimal. Hal ini dapat menunda pematangan fungsi otak. Karena pematangan
fungsi otak yang tertunda dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan rendahnya
kemampuan kognitif. Hal ini terkait dengan gizi buruk dan dapat mempengaruhi prestasi
belajar anak. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar namun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa stunting sangat erat kaitannya dengan prestasi belajar anak. Usia
sekolah dasar merupakan usia emas kedua bagi pertumbuhan anak baik secara fisik maupun
mental yang dapat berpengaruh untuk masa depan. Jika seseorang mengalami stunting pada
saat itu maka perkembangan otaknya juga akan terganggu. Stunting yang dialami anak usia
sekolah akan mempengaruhi kemampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah
sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar. Sel saraf di dalam otak berhubungan dengan
respon seseorang seperti melihat, mendengar dan berpikir selama proses belajar (Dimiati &
Hajar, 2020).

Prestasi belajar menurut KBBI adalah penguasaan pengetahuan maupun keterampilan


yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang dapat terlihat dari nilai tes atau angka nilai
yang diberikan guru. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, anak yang
menderita stunting memiliki risiko perkembangan kognitif, motorik, dan verbal yang kurang
optimal dan dapat berdampak pada menurunnya kapasitas belajar dan prestasi belajar di
sekolah. Menurunnya kapasitas belajar dan performa anak pada masa sekolah dapat
mengakibatkan produktivitas dan kinerja saat anak dewasa juga menjadi tidak optimal. Hal
ini merupakan dasar penanggulangan stunting harus menjadi prioritas untuk kemajuan
sumber daya manusia Indonesia. Anak yang menderita stunting terdeteksi memiliki
kepercayaan diri yang rendah dan berisiko memunculkan masalah keluarga terutama ketika
menginjak usia remaja (Yadika dkk., 2019). Status gizi merupakan salah satu faktor yang
dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar disamping faktor lain, seperti faktor keluarga,
lingkungan, motivasi, serta sarana dan prasarana yang didapatkan disekolah. Anak usia
sekolah tidak termasuk kedalam kelompok yang memiliki resiko kematian tinggi. Meskipun
demikian, masalah gizi berupa gizi kurang dan gizi lebih perlu mendapatkan perhatian demi
tercapainya tujuan pembangunan millenium development goals (MDGs), yaitu pada masalah
penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, serta pendidikan dasar untuk semua (Tazkya , et
al, 2015).

Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi
pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan,
jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan.
Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup: (a)
Komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan; (b) Keterlibatan pemerintah dan lintas
sektor; dan (c) Kapasitas untuk melaksanakan (Bappenas, 2018). Penanganan yang dapat
dilakukan pada anak stunting yaitu dengan melakukan perbaikan gizi, peran perawat dalam
permasalahan stunting adalah sebagai educator dan pemberi informasi, memberikan edukasi
kesehatan kepada ibu di Posyandu dalam pencegahan faktor resiko terjadinya stunting pada
anak. Stunting dapat dicegah dengan memberikan kucukupan gizi di 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) pada ibu maupun anak. Anak stunting dapat dilakukan skrining untuk
mendeteksi adanya keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan dengan memberikan
stimulasi pada anak stunting (Hanum, R. and Safitri, M. E., 2018).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah menggunakan studi literatur yaitu penelitian dengan
menggunakan pengumpulan data pustaka, mealui pencarian informasi dari berbagai
kepustakaan yang bersumber dari berbagai jurnal nasional, internasional, maupun buku
dengan menggunakan google’s scholar data based dan researchgate dengan kata kunci
stunting, kognitif/cognitive, dan hasil belajar/learning achievement. Metode ini berusaha
untuk merangkum kondisi tentang suatu topik terkini yang akan dibahas. Jumlah artikel yang
di review sebanyak 5 artikel. Dalam studi literatur menampilkan ulang materi yang telah
diterbitkan sebelumnya, menyajikan analisis dan fakta terbaru. Sumber data yang digunan
dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data didapat bukan dari pengamatan atau
survey secara langsung namun didapatkan dari hasil peneliti-peneliti terdahulu melalui
berbagai sumber yang ada.
PEMBAHASAN

Untuk mengetahui dampak negatif stunting terhadap kemampuan kognitif dan hasil belajar
anak, telah dilakukan telaah terhadap artikel yang dipublikasi secara nasional maupun
internasional. Adapun hasil telaah artikel disajikan dalam tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Hasil Literatur Artikel Mengenai Dampak Stunting Terhadap Kemampuan Kognitif
Dan Hasil Belajar Anak

Judul Artikel Penulis Tujuan Metode Hasil


HUBUNGAN Adrianus Tujuan Penelitian ini Hasil penelitian prestasi belajar
ANTARA Maku, Ni penelitian ini merupakan menunjukkan sebagian besar
STATUS GIZI Ketut adalah untuk penelitian anak sekolah dasar di SDN
DENGAN Mendri, mengetahui deskriptif Ngringin, Depok, Sleman,
PRESTASI Aan hubungan antara kuantitatif Yogyakarta memiliki prestasi
BELAJAR Devianto status gizi dengan belajar dalam kategori baik,
ANAK (2018) dengan prestasi pendekatan namun juga masih ada beberapa
SEKOLAH belajar anak cross siswa yang memiliki prestasi
DASAR DI SDN sekolah dasar di sectional. belajar kurang yaitu sebanyak 9
NGRINGIN SDN Ngringin, siswa atau sebesar 15,0%. Hasil
DEPOK Depok, Sleman. pengujian statistik dengan uji
SLEMAN Chi Square diperoleh nilai
YOGYAKARTA signifikan sebesar 0,000 yang
lebih kecil dari 0,05, yang
artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara status gizi
dengan prestasi belajar pada
anak sekolah dasar di SDN
Ngringin, Depok, Sleman,
Yogyakarta. Diketahui besarnya
hubungan antara status gizi
dengan prestasi belajar pada
anak sekolah dasar di SDN
Ngringin, Depok, Sleman,
Yogyakarta adalah sebesar
0,756 maka hubungan antara
status gizi dengan prestasi
belajar pada anak Sekolah Dasar
di SDN Ngringin, Depok,
Sleman, Yogyakarta dinyatakan
erat. Status gizi merupakan
faktor yang memberikan
pengaruh cukup besar terhadap
prestasi belajar seorang anak.
Impact of early- Md Untuk Studi kohort Anak-anak yang mengalami
onset persistent Ashraful mengetahui stunting pada usia dini memiliki
stunting on Alam, hubungan antara skor kognitif lebih rendah
cognitive Stephanie stunting pada dibandingkan mereka yang
development at 5 A. Richard, anak-anak dan tidak mengalami hambatan
years of age: Shah perkembangan pertumbuhan.
result from a Mohammad kognitif pada Dalam penelitian ini
multi-country Fahin, et al usia 5 tahun, menunjukkan bahwa stunting
cohort study (2020) dan untuk yang terjadi sejak dini pada
mengidentifikasi anak-anak berhubungan negatif
faktor-faktor dengan perkembangan kognitif
yang terkait pada usia lima tahun bila
dengan stunting. dibandingkan dengan mereka
yang tidak pernah stunting.
Hubungan ini tetap signifikan
setelah disesuaikan dengan
potensi faktor.

Gangguan Diyah Untuk Penelitian ini Berdasarkan temuan hasil


Perkembangan Arini, Ayu mengetahui adalah penelitian dan hasil pengujian
Motorik dan Citra hubungan antara penelitian pada pembahasan yang
kognitif pada Mayasar, derajat stunting dengan dilaksanakan, anak toddler
anak Toodler Muh Zul dengan metode diwilayah pesisir Kota Surabaya
yang Mengalami Azhri gangguan analitik sebagian besar mengalami
Stunting di Rustam perkembangan korelasi derajat severe stunting. Derajat
Wilayah Pesisir (2019) kognitif anak dengan stunting memiliki hubungan
Surabaya toddler di pendekatan yang signifikan dengan
wilayah pesisir cross- perkembangan kognitif dan
Surabaya. sectional. motorik anak toddler di wilayah
pesisir Kota Surabaya. Sebagian
kecil anak toddler usia 1-3
tahun yang mempunyai
perkembangan kognitif normal
sebanyak 14 anak (9,7%),
hampir seluruhnya mempunyai
perkembangan kognitif suspect
sebanyak 128 anak (88,3%), dan
sebagian kecil mempunyai
perkembangan kognitif retardasi
mental sebanyak 3 anak (2,1%).
Berdasarkan hasil uji Spearman
rho menunjukkan nilai p=0,044
dengan nilai R=0,168 dengan
arah postif maka ada hubungan
antara derajat stunting dengan
perkembangan kognitif anak
toddler di wilayah pesisir
Surabaya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin
anak mengalami derajat stunting
paling buruk atau paling rendah,
maka anak dapat menghasilkan
perkembangan kognitif suspect
atau mengalami gangguan
keterlambatan kognitif.
The Correlation Herlina Untuk Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan
Between Dimiati, mengetahui menggunakan bahwa anak-anak yang terkena
Stunting And Muazzim, hubungan metodologi stunting akan cenderung
Learning Sitti Hajar stunting dengan observasional berpotensi mendapatkan prestasi
Achievement In (2019) prestasi belajar. analitik belajar yang “cukup”. Anak-
9-12 Years Old Dalam dengan anak yang tidak terkena stunting
Children At Idi penelitian ini, desain cross- cenderung berpotensi
Rayeuk, East peneliti sectional, memperoleh nilai “baik” dan
Aceh Regency, melakukan non- “baik”. Setiap subjek
Indonesia penilaian probability menunjukkan bahwa terdapat
terhadap anak sampling korelasi yang signifikan dengan
usia 9-12 tahun dengan tipe korelasi positif dan korelasi
di sekolah dasar total yang cukup antara stunting dan
di Idi Rayeuk sampling. prestasi belajar siswa usia 9-12
Aceh Timur, tahun di sekolah dasar di Idi
Indonesia. Rayeuk Aceh Timur.

Nutritional Muluken Untuk Cross Malnutrisi akut dan kronis pada


status, cognitive Ayalew, mengetahui sectional masa kanak-kanak tengah
achievement, and Alemayehu hubungan antara study berdampak negatif dengan nilai
educational Bayray, status gizi dan matematika, nilai membaca, dan
attainment of Abate tiga ukuran pencapaian pendidikan. Studi
children aged 8- Bekele, pencapaian memberikan bukti baru bahwa
11 in rural South dan kognitif pencapaian kognitif selama
India Simegnew (membaca, masa kanak-kanak menengah
Handebo matematika, dan bisa menjadi mekanisme
(2020) tingkat kelas), penting yang mendasari
menyesuaikan hubungan antara malnutrisi
potensi perancu, awal kehidupan dan
menggunakan kesejahteraan jangka panjang.
kerangka Serta dalam analisis
regresi. multivariable stunting dapat
berhubungan dengan penurunan
prestasi akademik anak.

Dari beberapa jurnal didapatkan hasil bahwa stunting memiliki dampak negatif bagi
perkembangan kognitif anak yaitu pada anak yang mengalami stunting memiliki kinerja yang
kurang baik pada tes kognitif dibandingkan anak-anak yang tidak mengalami kekurangan gizi
dini, dan hampir sama hasilnya dengan anak-anak yang tetap terhambat. Stunting memiliki
efek jangka panjang pada perkembangan kognitif, prestasi sekolah, dan produktivitas
ekonomi di masa dewasa. Anak yang mengalami stunting akan mengalami hambatan pada
proses berpikir dan memorinya, gangguan pada sistem kekebalan tubuh, perkembangan otak,
dan kapasitas intelektual dan apabila tidak ditangani dengan dapat meningkatkan penurunan
kecerdasan, kesakitan dan kematian anak. Terjadinya penurunan kecerdasan anak dapat
berdampak pada rendahnya prestasi belajar pada anak. Hasil penelitian diatas menjadi bukti
bahwa stunting merupakan faktor penentu kualitas sumber daya manusia di suatu Negara,
karena memiliki dampak yang jangka panjang yaitu produktifikas ekonomi di masa remaja
serta akan menentukan hasil reproduksi ibu selanjutnya.
KESIMPULAN

Stunting adalah keadaan kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama akibat dari pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Berdasarkan hasil telaah jurnal menunjukkan bahwa stunting berdampak
negatif terhadap kemampuan kognitif karena anak mengalami gangguan dalam proses
pematangan sel otak sehingga anak kesulitan berhitung, menalar, kosakata, serta keadaan
kebugaran tubuhnya yang dapat berdampak pada produktivitas anak yang rendah yang
kemudian akan berdampak pada penurunan hasil belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Acharya, Y., Luke, N., Haro, M. F., Rose, W., Russell, P. S. S., Oommen, A. M., & Minz, S.
(2019). Nutritional status, cognitive achievement, and educational attainment of children
aged 8-11 in rural South India. PLoS ONE, 14(10).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0223001
Arini, D., Mayasari, A. C., & Rustam, M. Z. A. (2019). Motor and Cognitive Development
Disorders in Toodler Children with Stunting in the Coastal Area of Surabaya. Journal of
Health Science and Prevention, 3(2), 122–128. http://repository.stikeshangtuahsby-
library.ac.id/340/1/Artikel_Gangguan Perkembangan Motorik dan Kognitif pada Anak
Toodler.pdf
Dimiati, H., & Hajar, S. (2020). The correlation between stunting and learning achievement
in 9-12 years old children at Idi Rayeuk, East Aceh Regency, Indonesia. Journal of
Medical Practice and Review, 5, 539–544.
http://jmpr.info/index.php/jmpr/article/view/25
Jati, N. K. (2019). Hubungan Stunting Dengan Perkembangan Kognitif. Seminar Nasional
Kesehatan, 2(1), 60. http://www.ejurnal.stikesrespati-
tsm.ac.id/index.php/semnas/article/download/272/192
Maku, A., Mendri, N. K., & Devianto, A. (2018). Hubungan Antara Status Gizi Dengan
Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Di Sdn Ngringin Depok Sleman Yogyakarta.
Caring : Jurnal Keperawatan, 7(1), 1–8. https://doi.org/10.29238/caring.v7i1.297
Mulyana, H., Hidayat, F. M., & Hidayanti, R. (2021). Dampak Stunting Terhadap
Kecerdasan Intelektual. Jurnal Kesehatan Indra Husada, 9(1), 102–110.
Pratiwi, R., Sari, R. S., & Ratnasari, F. (2021). Dampak Status Gizi Pendek (Stunting)
terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan, 12(2), 10–23. https://stikes-
nhm.e-journal.id/NU/article/view/317/284
Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). Pengaruh stunting terhadap
perkembangan kognitif dan prestasi belajar. Jurnal Majority, 8(2), 273–282.
Yanti, N., & Kustiningsih. (2021). Hubungan Kejadin Stunting Dengan Perkembangn
Kognitif Pada Balita. Literatur Riview.

Anda mungkin juga menyukai