PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pemeliharaan Boiler
Sifat sifat Termodinamika menguraikan tentang ke-terukuran karakteristik karakteristik dari suatu
zat Pengetahuan akan hal ini sangat esential untuk memahami ilmu Termodinamika.
Massa dari suatu benda adalah ukuran dari jumlah material yang membentuk benda tersebut .
Berat suatu benda merupakan gaya yang bekerja pada benda , sebagai akibat dari medan
gravitasi bumi
Massa dan berat dapat dinyatakan dalam hubungan persamaan :
m.g
W
gc
dimana : w = berat ( weight , l bf ) , kg
m = massa ( mass , l bm ), kg
g = percepatan gravitasi ( = 32.17 ft / sec2 )
gc = konstanta gravitasi ( = 32.17 lbm-ft/ lbf-sec2 )
( gc mempunyai besaran yang sama dengan besaran percepatan gravitasi pada ketinggian
permukaan air laut )
Berat suatu benda adalah gaya yang terjadi bila massa benda tersebut dikenai percepatan
gravitasi .
Massa dari suatu benda akan tetap konstan sekalipun kecepatan gravitasi yang
mempengaruhinya berubah besarannya .
F m. a
Dimana : a = percepatan
m = massa
Sistem British memakai pond-force ( lbf ) sebagai satuan berat. Percepatan mempunyai satuan
ft/sec2 dan dengan menggunakan Hukum Kedua Newton , kita dapat menentukan bahwa satuan
dari massa adalah lbf-sec2 / ft. Dan 1 lbf-sec2 / ft dinamai 1 slug.
1lbf sec2
1slug
ft
lbf ft
32 .17 gc
lbf sec2
Pemakaian satuan dan dimensi secara tepat akan menghemat waktu dan menghindari
kesalahan Dimensi adalah pengertian dasar ukuran seperti panjang , waktu , temperatur dan
massa. Satuan adalah sarana untuk menyatakan dimensi dengan angka , yaitu foot atau meter
untuk panjang , jam atau detik untuk waktu , derajat F atau derajat K untuk temperatur .
Hukum Kedua Newton menyatakan bahwa gaya sebanding dengan laju perubahan momentum
terhadap waktu .
Untuk massa tertentu Hukum Kedua Newton dapat dinyatakan :
m.a
F
gc
gc adalah konstanta yang harga angka dan satuannya tergantung pada satuan – satuan yang
dipilih untuk F , m dan a .
v
V
m
dimana : v = volume spesifik , volume jenis ( ft 3 / lbm , m3 / kg )
V = volume ( ft3 )
m = massa ( lbm )
m
V
dimana :
= density ( lbm/ ft3 )
m = massa ( lbm )
V = volume ( ft3 )
v = spesifik volume (ft3/ lbm )
1.5. Kelembaban
Kelembaban atau Humidity adalah jumlah kandungan uap air didalam udara . Kelembaban
dinyatakan sebagai kelembaban absolut ( absolute humidity ) dan kelembaban relatif (
relative humidity ) . Absolute humidity menyatakan besarnya kandungan uap air per satuan
volume udara .
Relative humidity adalah besar kandungan uap air per jumlah maksimum kandungan uap air
yang dapat berada didalam udara pada saat tersebut . Kelembaban relatif dinyatakan dalam
bentuk prosentase ( % )
Beberapa macam ukuran yang digunakan untuk mengukur tekanan maupun temperatur suatu
benda selama kita membahas masalah Termodinamika .
2.1 Temperatur
Temperatur merupakan besaran ukuran aktivitas molekul dari suatu benda, lebih cepat
gerakan molekulnya , makin tinggi temperatur nya . Secara relatif dapat dikatakan seberapa “
kalornya “ atau “ dinginnya” suatu benda itu . Tetapi harus diingat bahwa antara temperatur
dan panas ( heat ) tidak boleh dicampur –adukkan .
0
F = 32.0 + ( 9 / 5 ) 0 C
0
C = ( 0 F – 32.0 ) x ( 5 / 9 )
Perlu kiranya juga menentukan skala Temperatur Absolut yang hanya mempunyai nilai atau
harga positip ( tanpa adanya nilai negatip ) .
Temperatur absolut untuk derajat C dinamai derajat Kelvin ( K ) , dan temperatur absolut bagi
derajat F dinamai derajat Rankine ( R ).
Hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut :
0 0
R = F + 460
0 0
K = C + 273
Gambar 1: Thermometer
2.3 Tekanan
Tekanan atau pressure adalah gaya per satuan area (luasan ) permukaan nyata atau imajiner
yang dilakukan oleh suatu zat , dengan arah tegak lurus / vertikal .
Bila tekanan berada dibawah tekanan udara luar ( atmospheric pressure ) , kondisi tersebut
dinyatakan sebagai keadaan vakum . Keadaan vakum sempurna berkaitan dengan tekanan
nol absolut ( zero absolut pressure ) . Harga dari tekanan absolut adalah positip semuanya ,
harga negatip akan menyatakan kondisi peregangan ( tension ) yang dalam hal ini tak mungkin
terjadi bagi suatu zat atau fluida.
Absolute
pressure
Vacuum-negative
Gauge pressure
Absolute pressure
bsolute zero
3.1 Energi
Energi didefinisikan sebagai suatu kemampuan dari suatu sistem melakukan kerja atau
menghasilkan kalor.
m.g .z
PE
gc
m.v 2
KE ( ft lb f )
2g c
3.4. Internal energi spesifik
Energi Potensial dan Energi Kinetik merupakan bentuk makroskopis dari energi , dapat
divisualisasikan dari sudut pandang letak posisi dan kecepatan gerak obyek benda.
Disamping bentuk makroskopis energi tersebut, suatu zat mempunyai pula energi yang
berbentuk mikrokopis . Wujud mikroskopis energi itu termasuk yang terjadi akibat adanya gerakan
rotasi , getaran , translasi , dan gerak saling interaksi antara molekulnya . Wujud energi ini tak
dapat diukur dan dihitung secara langsung , akan tetapi telah dapat dikembangkan cara untuk
meng evaluasi perubahan yang terjadi pada jumlah total ujud mikroskospis energi ini . Wujud
mikrokopis energi ini secara kolektif dinamai Energi Dalam atau Internal Energy , dan di
berikan simbul U . Dalam penerapan teknis , satuan energi nternal ini adalah Btu ( British
Thermal Unit ) , yang juga merupakan satuan kalor ( heat ) .
Energi internal spesifik ( u ) dari suatu zat adalah energi internal per satuan massanya, dan
dinyatakan sebagai :
U
u
m
3.5 P – V energi
Disamping energi internal U , ada bentuk lain dari keberadaan energi yang cukup penting guna
memahami sistem tranfer energi , yaitu P – V energi yang timbul dari tekanan ( P ) dan ( V )
suatu zat atau fluida , yang secara numerik sama dengan P .V , hasil perkalian tekanan dengan
volume .
Karena energi sebagai kemampuan dari suatu sitem melakukan kerja , maka dalam suatu sistem
tekanan dan volume dimungkinkan melakukan ekspansi kerja / usaha ke sekelilingnya . Dengan
demikian suatu fluida dalam keadaan bertekanan mempunyai kesanggupan atau kapasitas untuk
melakukan kerja . Dalam penerapannya satuan energi P – V , disebut sebagai energi alir ( flow
energy ) , adalah merupakan satuan hasil kali tekanan dengan volume ( ft- lbf ) .
Energi P-V spesifik dari suatu zat / fluida merupakan energi P – V per satuan massa , yang
sama dengan total P-V dibagi oleh total massa m , atau hasil perkalian P dengan volume
spesifik v , dan dapat dinyatakan sebagai :
P.V
Pv
m
W = F. d
W = Kerja , Usaha ( ft- lbf )
F = Gaya ( lbf )
d = jarak peralihan (displacement, ft )
Q
q
m
q = kalor yang dipindahkan per satuan massa ( Btu / lbm )
Q = Jumlah total kaloryang dipindahkan ( h. transferred , Btu )
Cara terbaik untuk menyatakan jumlah kalor yang diberikan dan yang diterima dari sistem
adalah dengan terjadinya perubahan temperatur dari sistem tersebut. Sudah kita ketahui sebagai
sutu fenomena alam , bila suatu zat dipanasi, temperaturnya akan naik , dan bila di dinginkan
temperaturnya akan turun . Kalor diberikan atau diterima dari suatu zat akan mengakibatkan
perubahan temperaturnya , hal ini di nyatakan sebagai panas sensibel ( sensible heat ).
Bentuk lain dinamai kalor laten ( heat latent ) , adalah jumlah kalor yang diberikan atau
dikeluarkan dari zat yang mengakibatkan terjadinya perubahan fasa . Kalor yang diberikan atau
dikeluarkan untuk perubahan fase padat ke fase cair, disebut , kalor laten fusi ( latent heat of
fusion ). Kalor yang diberikan untuk perubahan fase cair ke fase uap disebut kalor laten
penguapan , dan juga kadang kadang dapat disebut panas laten kondensasi .
Suatu zat dengan zat lainnya mempunyai kelainan akibat yang ditimbulkan oleh besarnya
jumlah kalor yang diberikan kepadanya.. Bila sejumlah kalor tertentu diberikan ke pada zat
yang berlainan , pertambahan kenaikan temperaturnya juga akan tidak sama .
Ratio jumlah kalor yang diberikan atau diterima dari suatu zat akan menimbulkan perubahan
temperaturnya sebesar ( T ) , disebut sebagai kapasitas kalor ( Cp ) dari zat tersebut .
Kapasitas panas per satuan massa suatu zat dinamakan panas spesifik dari suatu zat ( c p )
Dan keadaan tersebut terjadi pada kondisi tekanan tetap atau konstan .
Q
Cp
T
Q q
Cp
m T T
3.9. Entropi
Sebagaimana tekanan , temperatur , volume , dan entalpi , Entropi ( S ) merupakan sifat zat .
Karena itu perubahan nya dapat ditentukan dengan cara mengetahui kondisi awal dan kondisi
akhir suatu zat . Entropi menujukkan jumlah energi dari suatu zat yang tak punya daya guna lagi
untuk melakukan kerja . Entropi juga dapat dinyatakan sebagai ukuran rendahnya mampuan
melakukan kerja dari besaran kalor yang ditransfer / dipindahkan.
Entropi dinyatakan dengan huruf S dan dapat dinyatakan sebagai S dalam persamaan :
Q
S
Tabc
q
s
Tabc
Pada sistim mks dan cgs , satuan mekanik dari energi adalah joule (j ) dan erg , untuk satuan
termal adalah kilo kalori ( kcal ) dan kalori ( cal ) , watt- detik / watt-second ( W- sec ) dan erg
untuk satuan listrik . Biarpun ber macam macam satuan energi yang digunakan , tetapi ekivalen
satu dengan yang lain .
Daya atau Power untuk meyatakan nilai hasil suatu kerja ., dan ekivalen dengan kadar
perpindahan energinya ; dengan satuan energi per satuan waktu. Sebagaimana energi , daya
dapat diukur dalam beberapa satuan satuan dasar .
Dalam satuan British , hp ( horse-power ) , ( ft-lbf / sec atau ft – lbf / hr ) . Btu / h r pada satuan
termal . Watts atu kilowatt ( kW ) bagi satuan listrik .
Adiabatik proses adalah proses yang berlangsung tanpa adanya pertukaran kalor kedalam
maupun keluar sistem .
Proses isentropik , terjadinya proses dimana nilai entropi dari zat dalam sistem tetap konstan.
Hal ini secara nyata dapat terjadi , bila proses terjadi secara adiabatik dan reversibel . Proses
isentropik juga dapat disebut proses entropi konstan .
Bila gas mengalami proses reversibel , dimana terjadi pertukaran kalor (heat transfer) dan
proses yang dapat digambarkan ke diagram P-V merupakan suatu garis lurus serta
menggambarkan suatu persamaan PVn = konstan . Proses ini dinamai proses politropik. Bila
proses berjalan dari satu keadaan ( 1 ) ke keadaan lain ( 2 ) tanpa terjadinya perubahan entalpi
h1 = h2 ; tak ada kerja berlaku , W = 0 ; dan proses berjalan adiabatik , Q = 0 . Proses tersebut
disebut proses cekik ( throttling process ) .
5. Perubahan Fase
Perubahan fase dari suatu zat dalam suatu sistem merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam Termodinamika,dimana sistem dengan memanfaatkan perubahan fase dari padat ke cair
dan dari cair ke uap guna meningkatkan unjuk kerja dari sistem.
Temperature
Suatu keadaan dinamakan jenuh/ kenyang ( saturated ), bila campuran uap dengan cairan
terjadi pada temperatur yang sama .
Temperatur pada saat dimulainya pendidihan ( boiling ) pada tekanan tetap ( given pressure ) ,
dinamakan sebagai titik didih atau temperatur jenuh ( saturation temperature ). Pada tekanan
dimana terjadinya awal pendidihan pada temperatur tetap, dinamai tekanan jenuh ( saturation
pressure ) .
Critical Point
Pcrt
Saturated Liquid
P2
Solid `
T Gas
Liquid Saturated Gas
Liquid + Gas P1
Liquid
Solid
A B
Solid + Gas
Gambar 4: Diagram T – V
Bila suatu zat dengan kondisi sebagian berbentuk cair dan sebagian berbentuk uap, dalam
kondisi jenuh ( saturation ) , maka perbandingan massa uap dengan total massa uap dan
massa cairan ya tersebut dinyatakan sebagai kualitas atau quality (x). Misalnya massa uap 0.2
lbm dan cairan 0.8 lbm , maka nilai kualitasnya adalah 0.2 atau 20 % . Kualitas termasuk
sifat intensif , yang juga mempunyai arti bahwa zat dalam kondisi jenuh ( saturated state only )
pada tekanan dan temperatur jenuh .
mv
x
m(liquid )
5.5 Kandungan uap air ( Moisture Content )
Harga perbandingan antara massa cair dengan total massa cair dan uap di nyatakan sebagai
moisture content . Diberi notasi huruf ( M ) .
mliquid
M
(mliquid mvapor )
M 1 X X kualitas
5.6 Uap Jenuh dan uap panas lanjut ( saturated and superheated vapor )
Bila suatu zat seluruhnya berujud uap dan pada temperatur jenuh , dinamakan uap jenuh
( saturated vapor ). Kadang kadang disebut dry saturated guna menekankan bahwa nilai
kualitasnya 100 % .
Bila uap berada pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur jenuh ( saturation temperature )
dikatakan uap panas lanjut ( superheated vapor ). Bagi uap panas lanjut, tekanan dan
temperatur nya merupakan sifat Termodinamika yang independent .
Q
O
N Critical Point D
L H Q
J 1000 psia K Q Q
F 100 psia
G
B
Temperature
Q
B 14.7 psia
C
Q
P M I E A
Saturated- Vapor line
Q Q QQ Q
Volume
Garis tekanan tetap, yang melukiskan keadaan air yang dipanaskan dari kondisi awal pada
14.7 psa , 60 0 F . Titik A menunjukkan titik awal , titik B langkah awal dari garis cair
jenuh , 212 0 F. Garis A B menunjukkan proses dimana cairan dipanaskan dari temperatur
awal ke temperatur jenuh. Titik C menyatakan keadaan uap jenuh, garis B C adalah proses
dengan temperatur konstan, dimana terjadi perubahan fase cair ke fase uap . Garis CD
menunjukkan proses dimana uap dalam kondisi panas lanjut pada tekanan tetap. Titik kritis
titik temperatur dan tekanan berada diatas, dimana tak ada perbedaan antara fase cair dan
fase uap .
Sublimasi, adalah proses terjadinya perubahan fase, dari padat ke uap. Penguapan, perubahan
fase cair ke fase uap. Kondensasi, perubahan fase uap ke fase cair. Fusi atau melebur
adalah perubahan fase padat ke fase cair .
Titik simpang tiga ( triple point ) adalah titik dimana dengan adanya pertukaran kalor menjadikan
es berubah ke uap atau air, karena itu dapat terjadi keseimbangan tiga fase ( padat, cair dan
uap).
6.2 Diagram P- T
Diagram P – T adalah diagram yang paling lazim untuk memperlihatkan kedudukan fase suatu
zat.
Critical
point
Fusion Liquid
219 atm
curve phase
Vaporization
18
curve
Solid
Pressure
phase
Triple Vapo
point r
phase
Sublimation
curve 320
706
Temperature
Garis yang memisahkan fase padat dan uap adalah garis sublimasi. Garis yang memisahkan
fase padat dan cair adalah garis fusi. Garis yang memisahkan fase cair dan uap adalah
garis penguapan
Critica
l
Point
Liquid – region
( water ) Vapor – region
A (steam )
B C
Pressure
Gambar 8: Diagram P – V
Misal : pada titik A air dengan volume spesifik air ( vf ), titik. B menunjukkan volume spesifik
campuran, sedangkan titik C menunjukkan volume spesifik gas ( v g ). Garis putus putus adalah
garis dari temperatur konstan . Kualitas campuran pada titik dalam daerah cair - uap dapat
dicari karena volume spesifik air , uap dan campuran telah diketahui .
Kualitas dapat dihitung dengan persamaan:
v = x vg + ( 1 - x ) vf
v vf v vf
x
vg v f Vf
vf = volume spesifik dari cairan ( ft3 / lbm )
vfg = volume spesifik dari penguapan ( ft3 / lbm ) = v g - vf
6.4 Diagram P - h
Gambar 9: Diagram P – h
Seperti pada diagram P – v , pada diagram P – h dua fase air dan uap pada daerah yang
sama .Pada titik A, air dengan tekanan ( pf ) mempunyai harga yang sama dengan titik B dan
titik. C . Kualitas dari campuran pada setiap titik pada daerah cair - uap dapat dicari
dengan persamaan sebagai berikut :
h hf
h = xhg + ( 1 - x ) hf x
h fg
hg = entalpi spesifik dari uap jenuh ( Btu / lbm ).
hf = entalpi spesifik air jenuh ( Btu / lbm ).
hfg = entalpi spesifik penguapan ( Btu / lbm ) = h g - hf
6.5 Diagram h - T
Superheated steam
B
Critical point
h Btu / lbm
Latent heat of
vaporization
Subcooled liquid
Saturated liquid A
T0F
Suatu diagram h – T dapat dibangun untuk setiap zat asli . Pada diagram ini juga terdapat
dua fase yang sama . Daerah antara garis saturated liquid dan garis saturated vapor
menyatakan adanya dua fase yang berada bersama pada saat yang sama . Jarak vertikal
antara dua garis jenuh menyatakan besaran kalor laten penguapan .
6.6 Diagram T - s
Diagram Temperatur - Entropi sangat sering digunakan untuk menganalisa siklus siklus
P
pertukaran energi sistem ( energy transfer sistem cycles ) . Hal ini karena kerja yng telah
dilakukan oleh atau pada sistem dan kalor yang
4 diberikan ke atau diterima dari sistem dapat
divisualisasikan pada T - s diagram .
P4
P3
Critical
Point
Liquid Region P2
( water )
Entropy
Liquid - Vapor Vapor Region
Region (steam ) P1
Temperature
( water-
B A C
steam )
Dalam daerah cair - uap , air dan uap berada pada daerah yang sama sama . Pada titik A,
air dengan nilai entropi ( s 1 ) titik B dengan nilai entropi (sfg), nilai entropi ( sg ) pada titik C.
Kualitas dari campuran ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :
s = x sg + ( 1 - x ) sf
s sf
X
S S fg
6.7 Diagram h- s
Diagram h - s juga dikenal sebagai diagram Mollier adalah suatu chart dengan
menggunakan h dan s sebagai koordinat yang menunjukkan garis garis pada tekanan konstan.
Data untuk volume biasanya tidak disertakan , tetapi dalam daerah dua fase ( cair - uap ),
garis garis kualitas konstan muncul Dalam daerah uap atau gas garis garis tempratur konstan
dan garis garis super kalor (super heated ) konstan ditampilkan . Mollier diagram digunakan
hanya bila kualitas lebih besar dari 50 % dan untuk super heated steam .
Tabel uap terdiri dari dua set tabel dari perpindahan energi sifat sifat air dan uap yaitu :
tabel tabel uap jenuh dan tabel tabel uap panas lanjut . Keduanya merupakan tabulasi dari
tekanan ( P ) , temperatur ( T ) , volume spesifik ( v ) , entalpi spesifik , dan entropi spesifik .
Beberapa notasi yang digunakan dalam Tabel uap :
T = temperatur ( 0 F , 0 C )
P = tekanan ( psi , kPa )
v = volume spesifik ( Ft3 / lbm , m3 / kg )
vf = volume spesifik dari cairan jenuh ( Ft 3 / lbm , m3 / kg )
vg = volume spesifik dari uap jenuh ( Ft3 / lbm , m3 / kg )
vfg = perubahan volume spesifik dari penguapan ( Ft3 / lbm , m3 / kg )
s sf
s = x sg + ( 1 – x ) sf x
s fg
Hukum pertama Termodinamika adalah kesetimbangan dari berbagai macam bentuk energi
dan kaitannya dengan sistem Termodinamika yang spesifik yang akan kita pelajari .
“ Energi tak dapat diciptakan maupun dimusnahkan , energi hanya dapat dirubah bentuknya”.
Bagi suatu sistem , peristiwa perpindahan energi berkaitan dengan energi dan massa yang
melewati batas sistem ( control boundary ) , kerja dari luar dan atau kalor yang melalui /
melewati batas sistem , dan perubahan dari energi yang tersimpan ( stored enrgy ) dari
volume kontrol . Aliran massa dari suatu zat atau fluida ber talian dengan kinetik , potensial ,
internal dan “ alir “ energi yang berpengaruh pada kesetimbangan energi menyeluruh dari
pada sistem . Pertukaran dari : kerja luar ( external Work ) dan atau kalor ini berakhir dengan
terjadinya kesetimbangan energi .
Bagi kebanyakan aplikasi pada instalasi industri yang banyak merupakan proses siklus , tak
ada perubahan dalam storage . ( misal pada heat exchanger tidak akan menggelembung
sewaktu beroperasi ) .
2
vin g Q
min (u in Pin vin Z in )
2g c gc W
System boundary
2
vout g
mout (uout Pout vout Zout )
2 gc gc
2 2
vin g vout g
W min (uin Pin vin Zin ) Q mout (uout Pout vout Zout )
2 gc gc 2 gc gc
Q = kalor / kalor yang masuk kedalam sistem ( Btu / hr )
m in = aliran massa masuk ke sistem ( lbm / hr )
uin = energi dalam spesifik yang masuk ke sistem Btu / lbm )
Pin in = pressure - specific volume energy yang masuk ke sistem ( ft- lbf / lbm )
2
vin
= energi kinetik yang masuk ke sistem ( ft- lbf / lbm ) , dimana
2 gc
V = kecepatan rata2 dari fluida ( ft / sec )
gc = konstanta gravitasi ( 32.17 ft-lbm /lbf-sec2 )
g
Z in = energi potensial dari fluida masuk ke system ( ft-lbf / lbm ) dimana
gc
Zin = jarak ketinggian diatas level ( ft )
g = percepatan akibat adanya gravitasi ( ft / sec 2 )
W = kerja keluar dari system ( ft-lb / hr )
Energi
changes work
W heat
Energi
changes
Energi ,Mass
changes
Q
Control volume ( open system)
Dengan adanya kerja dari luar W ( yang biasanya dikatakan sebagai kerja poros) dan
energi kalor Q , maka persamaan ke kekalan energi dapat dituliskan :
Bila sistem mengalami perubahan ( satu atau beberapa sifat sistem , temperatur , tekanan ,
volume ) , maka sistem tersebut dikatakan mengalami proses , yang digambarkan dalam
suatu grafik .
Banyak proses yang dapat dinyatakan dengan salah satu sifatnya dibuat konstan, proses
isotermal ( temperatur tetap ) , isobarik ( tekanan tetap ) , isometrik ( volume tetap ) . Iso
disini berarti konstan . Bila suatu fluida atau sistem mengalami proses , mengalami
beberapa perubahan keadaan dan kemudian kembali ke keadaan semula , sistem atau fluida
tersebut dikatakan mengalami suatu siklus .
Salah satu siklus adalah siklus Rankine yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai
berikut
Critical c
Temperature Superheat
Saturated
Liquid
R
0
Temperatur
d
b Saturated
Vapor
a
Rejected
Heat
Entropy, s
c
Temperatur 0 R
d
b
a
Rejected
Heat
Entropy ,s
a b : Cairan diberi tekanan dengan tanpa adanya perubahan intropi (idela pump )
b c : Pertukaran kalor atau kalor dengan tekanan tetap ( di dalam boiler ) kalor
diberikan ke cairan bertekanan , keadaan dua fase dan kalor lanjut .
c d : Ekspansi dengan entropi tetap , dihasilkan kerja ( ideal turbin )
d a : Pertukaran kalor dengan tekanan tetap , kalor yang tidak terpakai di tolak .
Kalor atau kalor disuplai ke ketel dimana air akan berubah menjadi uap . Uap kemudian
diekspansikan secara adiabatik di turbin untuk menghasilkan kerja . Kemudian uap
meninggalkan turbin menuju ke kondensor dimana kalor dilepaskan , uap terkondensasi
menjadi air . Proses kondensasi merupakan mekanisme pembebasan kalor atau kalor dalam
siklus . Air jenuh mengalir ke pompa kondensat dan kemudian di pompa lagi (tekanannya naik),
mencapai tekanan jenuh sesuai temperatur ketel , dengan demikian siklus berulang dengan
sendirinya .
Hukum kedua Termodinamika digunakan untuk menentukan efisiensi maksimum dari suatu
proses. Suatu perbandingan kemudian dapat dibuat diantara kemungkinan efisiensi yang
maksimum dan efisiensi yang diperoleh .
Pernyataan paling awal mengenai hukum kedua , dinyatakan oleh R . Clausius sebagai berikut
Sesuatu yang tidak mungkin untuk membuat peralatan yang beroperasi atau bekerja dalam
siklus yang tidak akan menimbulkan pengaruh atau efek selain dari melepas kalor dari suatu
reservoir pada suatu temperatur dan menyerap kalor dengan jumlah yang sama ekivalen dari
benda pada temperatur yang lebih tinggi .
Dengan kata lain, tidaklah mungkin bagi suatu sistem bekerja mengikuti suatu siklus yang
memindahkan kalor dari benda yang dingin ke benda yang lebih kalor tanpa adanya kerja yang
dilakukan pada sistem tersebut .
Sebagai contoh , suatu yang tidak mungkin dapat terjadi, merubah semua energi dari suatu
sumber kalor diubah menjadi energi listrik semuanya . Karena pasti ada kerugian selama
proses . Hukum kedua dapat digunakan untuk menyatakan ungkapan berapa kemungkinan
terbesar efisiensi dari perubahan energi dengan menghitung kerugiannya .
Pernyataan Kelvin – Planck , untuk hukum kedua Termodinamika :
Tidak mungkin membuat peralatan atau mesin, yang bekerja secara siklus , yang hanya
menghasilkan penyerapan kalor dari satu reserviar kalor dan menghasilkan sejumlah kerja
yang ekivalen dengan kalor yang diserap .
Hukum kedua diperlukan karena hukum pertama Termodinamika tidak mendefinisikan proses
perubahan energi secara lengkap . Hukum pertama digunakan untuk memperhubungkan dan
mengevaluasi beberapa energi yang terlibat dalam proses . Bagaimanapun tak ada petunjuk
mengenai arah dari proses yang diperoleh dalam pengunaan hukum pertama . Hukum pertama
menyatakan keseimbangan energi.
8.2 Entropi
Satu akibat dari hukum kedua adalah pengembangan dari satu sifat alamiah dari benda yang
dinamakan entropi , atau dapat diberikan dengan ungkapan lain , memperkenalkan definisi suatu
sifat baru yaitu entropi . Entropi dapat dinyatakan pula sebagai ukuran dari kalor yang tidak
diperoleh untuk menghasilkan kerja . Hal ini sesuai dengan hukum kedua , yang menyatakan
bahwa tak seluruhnya kalor yang diberikan ke siklus dapat diubah menjadi kerja semuanya , jadi
ada sejumlah kalor yang terbuang .
Perubahan entropi di nyatakan sebagai rasio dari pertukaran kalor dengan temperatur absolut
selama berlangsungnya proses reversibel.
.Q
S
Tabs
Entropi adalah suatu sifat dari sistem , merupakan sifat yang ekstensif , sebagaimana energi
dalam total atau entalpi total , dapat dihitung dari entropi spesifik berdasarkan satuan massa
dari sistem , S = m s .
Area dibawah kurva proses reversibel yang tergambar pada diagram T – s merupakan
gambaran jumlah kalor yang dipindahkan selama proses .
Persoalan Termodinamika , proses , dan siklus di teliti dengan proses reversibel sebagai
subsitusi proses nyata , yang kenyataannya berupa proses irreversibel untuk membantu dalam
membuat analisa terhadap hukum kedua . Cara subsitusi ini sangat membantu karena hanya
proses reversibel dapat digambarkan sebagai diagram ( T – s , h – s dll. ) yang digunakan
untuk menganalisa .
Dengan mejalankan proses reversibel , Sadi Carnot pada tahun 1824 menelaah hukum kedua
dengan menjabarkan suatu prinsip yang berisi beberapa dalil :
1. Tak ada mesin yang lebih efisien dari pada mesin reversibel yang bekerja diantara dua
reservoir pada temperatur yang sama tinggi maupun sama rendahnya. Reservoir disini
dimaksud sebagai sumber kalor maupun penyerap kalor .
2. Besar efisiensi semua mesin reversibel yang bekerja diantara reservoir yang temperatur
tetap nya sama adalah sama .
3. Efisiensi daripada mesin reversibel hanya tergantung pada temperatur sumber kalor ( heat
source ) dan peneri ma kalor ( heat receiver ).
Prinsip prinsip tersebut diatas dpat diperlihatkan dengan siklus sederhana dan contoh siklus
energi kalor.
TH
TH 2 3 QH
T
W
W
TC QC
1 4
TC
S
3 - 4 : ekspansi adiabatik , fluida melakukan kerja selama proses ekspansi dan temperatur
turun dari TH ke TC .
4 - 1 : kompresi isotermal , fluida menyusut ketika kalor diserap keluar pada temperatur TC
Efisiensi dari siklus adalah merupakan ratio dari jumlah bentuk kerja siklus dengan kalor /
kalor masuk ke siklus .
(QH QC ) (TH TC )
QH TH
T
1 C
TH
Suatu proses Termodinamika ideal dapat digambarkan sebagai lintasan pada diagram sifat,
seperti diagram T-s dan atau diagram h – s . Suatu proses nyata ( real process) yang
mendekati proses ideal dapat juga dinyatakan atau digambarkan dengan diagram yang sama
( biasanya digambarkan dengan lintasan titik-titik ).
Proses ideal dimana ekspansi -reversibel atau kompresi reversibel terlibat , entropinya akan
tetap atau konstan .
Proses isentropik ini dilukiskan sebagai garis tegak lurus pada diagram T – s maupun diagram
h – s , karena entropi sebagai axis horizontal dan nilai besarannya tidak berubah .
Proses ekspansi – nyata atau kompresi – nyata , berjalan pada tekanan yang sama
sebagaimana proses ideal , tetapi proses nyata yang digambarkan sebagai garis titik 2 agak
miring kekanan , karena entropi akan bertambah dari awal sampai berakhirnya proses
Untuk membuat analisa siklus suatu PLTU yang lengkap , pertama perlu menganalisa
elemen-elemen yang melakukan siklus. Meskipun secara spesifik berbeda namun ada tiga
elemen dasar di dalam siklus tenaga :
Pertama kita hitung efisiensi sistem dengan mengetahui temperatur dari sumber kalor dan
penyerap kalor ( heat sink ) . Dimungkinkan juga untuk menghitung efisiensi dari setiap
komponen .
Efisiensi tiap jenis komponen dapat dihitung dengan membandingkan kerja aktual yang
dihasilkan dengan kerja ideal yang bekerja secara isentropik antara inlet dan outlet .
Suatu turbin uap di rencanakan menyerap energi dari fluida kerja ( dalam hal ini uap ) dan
memanfaatkannya untuk memutar poros turbin . Fluida kerja melakukan kerja dengan
melakukan ekspansi di turbin . Kerja poros yang dihasilkan diubah menjadi energi listrik oleh
generator .
Hukum pertama diaplikasikan dalam persamaan umum energi pada turbin sederhana dalam
kondisi aliran tunak ( steady flow ) , bahwa penurunan harga entalpi H in - H out sama dengan
harga kerja yang dilakukan fluida kerja pada turbin ( W t ) .
H in - H out = Wt
m ( h in - h out ) = W t
Hubungan persamaan ini digunakan bila perubahan energi kinetik, potensial dan kalor yang
hilang dari fluida kerja di turbin diabaikan. Aplikasi ini dianggap yang paling praktis untuk
digunakan . Bagaimanapun , untuk menggunakan persamaan ini , satu hal perlu diberikan .
Unjuk kerja dari aliran ajek dari turbin dianggap reversibel dan berekspansi pada entropi
constan . Hal ini dianggap sebagai turbin ideal.
Pada turbin yang ideal , entropi dari fluida kerja yang masuk ke turbin ( S in ) sama
harganya dengan entropi dari fluida kerja keluar meninggalkan turbin .
S in = S out , s in = s out
Tetapi kenyataannya turbin dalam proses kerjanya terjadi kehilangan kerja akibat rugi – gesek
di sudu-sudu . kebocoran -kebocoran setelah sudu , penyusutan dan gesekan mekanik
Efisiensi turbin dan dinamakan juga sebagai efisiensi turbin isentropik , karena turbin ideal
dianggap sebagai turbin yang bekerja pada isentropi constan , dinyatakan sebagai ratio dari
kerja aktual turbin W t, actual dengan kerja turbin seakan sebagai turbin ideal W t, ideal .
Wt (actual)
t
Wt (ideal)
(hin hout )actual
t
hin hout )ideal
Dalam beberapa kondisi , efisiensi turbin dapat dihitung tersendiri . Hal ini memungkinkan
kerja aktual di hitung langsung dengan mengalikan efisiensi turbin dengan kerja yang
dihasilkan turbin ideal pada kondisi yang sama .
Unjuk kerja - aktual dan unjuk kerja ideal dari turbin dapat di perbandingkan secara jelas
dengan suatu diagram T - s .
Pompa direncanakan untuk mengalirkan fluida kerja , dengan melakukan kerja padanya. .
Penambahan harga entalpi dari fluida kerja ( H in - H out ) sama dengan kerja yang
dihasilkan pompa W p .
H out - H in = Wp
m ( hin - hout ) = w p
. w p : daya , tenaga pompa ( Btu / hr )
Persamaan ini dipakai bila perubahan energi kinetik dan potensial serta rugi panas dari
fluida kerja pompa diabaikan. Juga fluida kerja diasumsikan sebagai fluida incompresibel .
Dalam keadaan ideal , kerja yang dilakukan pompa W p sama dengan harga perubahan
entalpi pompa ideal .
Dari asumsi pompa ideal ini , dihasilkan dasar untuk menganalisa unjuk kerja dari pompa
aktual . Suatu pompa memerlukan kerja yang lebih besar karena adanya rugi rugi akibat
gesekan dan turbulensi .
Efisiensi pompa , p , dinyatakan sebagai ratio dari kerja yang diperlukan oleh pompa ( ideal )
dengan pompa ( aktual ) .
Wp (ideal)
p
Wp (actual)
Efisiensi pompa , p , terkait dengan besaran kerja yang diperlukan oleh pompa ideal dan
pompa actual , berkaitan dengan hubungan jumlah minimum kerja teoritis yang mungkin
terjadi , dengan kerja aktual yang diperlukan oleh pompa . Kerja yang diperlukan oleh pompa
merupakan bentuk energi – perantara . Suatu penggerak (motor atau turbin) diperlukan
untuk menggerakkan pompa . Kerugian yang ada di penggerak tidak termasuk dalam
perhitungan efisiensi pompa , sedangkan efisiensi motor M sebagai faktor efisiensi
tambahan , dinyatakan sebagai ratio dari kerja actual yang diperlukan pompa dengan energi
listrik dari motor pompa ( dengan satuan satuan yang sama ) .
Wp aktual
M
Wm .in C
Seperti halnya efisiensi pompa, efisiensi motor selalu kurang dari 1.0 atau 100 %.
Wp aktual
M . p
Wm .in C
Penukar kalor ( heat exchanger ), melakukan pertukaran kalor antara dua fluida kerja . Ada
beberapa macam penukar kalor yang digunakan pada siklus PLTU
Persamaan di penukar kalo, sesuai hukum pertama dapat dinyatakan sebagai berikut :
Karena efisiensi dari siklus Carnot hanya tergantung pada temperatur dari sumber kalor
( heat source ) dan temperatur dari penyerap kalor / pendingin ( heat sink ), kemudian
untuk meningkatkan efisiensi siklus yang harus dilakukan adalah meningkatkan temperatur
sumber kalor dan menurunkan temperatur penyerap kalor. Kenyataannya hal ini dibatasi
oleh :
1. Untuk siklus riil penyerap kalor dibatasi oleh kenyataan “ bumi “ merupakan penyerap
kalor paling akhir, yang tetap pada temperatur 60 0 F ( 5200 R ) .
2. Sumber kalor dibatasi oleh temperatur pembakaran bahan bakar. Untuk bahan bakar fosil
paling tinggi 3040 0 F ( 3500 0 R ) dan hal ini tidak mungkin tercapai karena batasan sifat
logam dari bahan ketel uap , dibatasi sampai sekitar 1500 0 F (1960 0 R ).
Dengan ketentuan tersebut , maka batas maksimum efisiensi yang dapat dicapai oleh
siklus Carnot ideal :
Untuk memahami mengapa harga efisiensi 73 % tak dapat tercapai , perlu suatu analisa
terhadap siklus Carnot , dan kemudian membandingkannya dengan menggunakan komponen
riil dan ideal .
Energi yang diberikan ke fluida kerja selama siklus Carnot melakukan ekspansi isotermal q s
Dan tidak semua energi dapat digunakan oleh mesin kalor jika sebagian q r ditolak atau
dilepaskan ke sekeliling.
q r = T0 . s ( Btu / lbm )
3500 0R
Tak berdayaguna karena
keterbatasan sifat material
522
Energi tak
berdayaguna
1962
s
A.E, sepadan dengan luasan yang diberi tanda “ available energi “ terletak diantara
temperatur 1962 0 R dan 520 0 R . Pada gambar diatas terlihat bahwa setiap siklus yang
bekerja pada temperatur kurang dari 1962 0 R , akan berkurang efisiensinya . Dengan
meningkatkan kemampuan dari material bertahan sampai 1962 0 R , dapat diperoleh
tambahan energi berdaya guna yang cukup besar .
Dari persamaan 1 – 37 , dapat diperlihatkan mengapa perubahan entropi dapat dinyatakan
sebagai besaran energi yang mampu melakukan kerja .
Bila temperatur penyerapan kalor diketahui , maka perubahan entropy yang terjadi sama
dengan besarnya kalor yang dilepaskan atau yang tidak diperoleh mesin .
Gambar diatas melukiskan komponen utama dari siklus PLTU secara sederhana. Gambaran
sederhana ini jelas tidak secara detail seperti PLTU pada umumnya .
Keterangan :
1 – 2: Uap jenuh dari boiler ( steam generator ) melakukan ekspansi didalam turbin
bertekanan tinggi dan menghasilkan kerja poros pada entropi tetap / konstan.
2–3: Uap air yang lembab ( moisture ) keluar dari HP turbin dikeringkan dan diberikan
kalor lanjut di MSR ( moisture separator heater ).
3–4 : Uap kalor lanjut ( superheated steam ) diekspansikan di turbin tekanan rendah
( L P turbine ) , mengasilkan kerja poros dengan entropi tetap.
4–5 : Uap keluar dari turbin tekanan rendah dikondensasikan dalam kondenser dan disini
terjadi pertukaran kalor ke air pendingin (cooling water ) pada tekana vakum
tetap .
5–6 : Air yang keluar dari kondenser ditekan oleh pompa dan dipanaskani awal di
pemanas air pengisi .
6-1 : Kalor diberikan ke fluida kerja ( air ) di boiler pada tekanan tetap .Siklus ini juga
dapat digambarkan dalam suatu diagram T - s , dalam siklus Carnot ideal dan
siklus Rankine. Dalam hal ini haruslah diingat bahwa suatu siklus ideal itu tidak
akan dapat benar-benar terjadi atau ditemui dalam kenyataan proses di PLTU .
Gambar 20: Diagram T - s dari siklus yang melukiskan yang lebih mendekati kenyataan
seperti dibawah ini .
Telah dibicarakan perihal siklus dan komponen efisiensi sebelumnya , akan tetapi penyebab
yang menimbulkan rendahnya efisiensi belum dikemukakan .
8.9.1. Komponen-komponen
8.9.2 Siklus
Dalam siklus nyata , sumber kedua rendahnya efisiensi adalah dari faktor harga dan faktor
perencanaan serta operasi dari siklus . Sebagai contoh dari macam 2 kerugian atau rugi2 ini
adalah: Dalam Pembangkit Teenaga Listrik , kondensor didesain untuk melakukan pendinginan
awal terhadap air 8 - 10 0 F . Dengan pendinginan ini pompa kondensat dapat memompa
air tanpa terjadinya cavitasi . Tetapi setiap derajat pendinginan adalah merupakan energi
yang harus di ambil kembali dengan melakukan memanaskan ulang, dan energi ini
merupakan energi yang tanpa guna sehingga menambah rendahnya efisiensi dari siklus.
Contoh lain dari rugi yang dikarenakan oleh sistim desain adalah rugi kalor lepas ke
sekeliling ( environment ), bahan insulasi yang buruk .
Terjadinya gesekan merupakan juga kerugian , karena hilangnya energi dari sistem, yaitu
terjadinya resistensi dari aliran fluida serta gesekan mekanik dari mesin .
9. Proses Kompresi
Proses Kompresi dan proses pengaturan tekanan ( pressurization ) sangat umum dijumpai di
berbagai satuan intalasi industri .
( P1 ) ( V1 ) = ( P2 ) ( V2 ) = ( P3 ) ( V3 ) = constant
V1 T1 P1 T1
atau
V2 T2 P2 T2
Pv
cons tan t
T
Konstanta diatas dinyatakan sebagai konstanta gas ideal dan di beri notasi R ,
Pv = RT
Dimana tekanan dan temperatur pada nilai absolut . Harga-harga konstanta dari beberapa
ideal gas ( R ) diberikan seperti pada tabel berikut :
Konstanta gas individual ( R ) diperoleh dengan membagi harga konstanta gas universal ( R 0 )
dengan berat molekul dari gas tersebut ( MW ),
RO
R
MW
Satuan R harus selalu konstan dengan satuan tekanan, temperatur, dan volume dalam
penggunaannya pada tetapan gas. Tak ada gas riil yang mengikuti hukum atau persamaan
gas ideal secara menyeluruh. Pada temperatur/temperatur mendekati titik didih gas, kenaikan
tekanan menyebabkan kondensasi dan penurunan volume secara drastis . Pada tekanan
yang tinggi gaya intermolekuler dari gas menjadi sangat penting . Bagaimanapun , hampir
semua gas secara kesepakatan berada pada tekanan dan temperatur diatas titik didihnya .
Dalam bekerja dengan gas hukum gas ideal digunakan oleh para teknisi , karena secara
mudah dan berperilaku mendekati gas ideal . Hampir semua gas yang digunakan , kondisi
phisiknya memenuhi diskripsi diatas dan dalam menelaah nya dianggap berperilaku sebagai
gas ideal . Seperti pada proses kompresi dengan temperatur konstan ( p V = constant ),
volume tetap , atau adiabatik ( tanpa adnya pertukaran kalor ).
9.3. Fluida
Fluida adalah zat yang bentuknya mengikuti bentuk dari tempatnya . Boleh jadi itu berupa
cairan atau gas .
Fluida biasanya ditentukan sebagai suatu zat yang tidak dapt dimampatkan, jika kecepatan
alir dari fluida tersebut lebih besar dari sepertiga kecepatan rambat bunyi dalam flluida
tersebut , atau fluida tersebut berujud cairan .
Pemberlakuan dari fluida yang tak dapat dimampatkan ( incompressible ) lebih mudah, karena
density dianggap tetap atau konstan, dan karena itu memberikan hubungan yang mudah
terhadap kondisi zat tersebut . Berubahnya harga density fluida yang diikuti perubahan dari
tekanan merupakan faktor utama untuk menetapkan apakah fluida tak dapat dimampatkan
( incompressible ) .
Persamaan yang lebih kompleks digunakan bagi fluida yang dapat dimampatkan (compressible ),
karena terjadinya perubahan2 density , serta mempunyai hubungan korelasi sifat yang berubah
lebih cepat daripada fluida yang tak dapat dimampatkan .
Untuk menentukan kerja yang dilakukan pada proses dengan tekanan tetap digunakan
persamaan :
W 1-2 = P ( V)
Kerja yang dilakukan pada proses dengan volume tetap merupakan perkalian dari volume
dengan perubahan tekanan :
W 1-2 = V ( P)
Persamaan ini juga digunakan bagi cairan. Daya ( power ) yang diperlukan bagi pompa untuk
mengalirkan fluida incompressible ( misalnya air ) dapat ditentukan dari persamaan ( 1- 44 ).
Dengan mengganti volume ( V ) dengan perkalian volume spesifik dan massa :
W 1-2 = m v ( P)
Efek yang lebih dominan dari terjadinya pertambahan tekanan pada fluida yang dapat
dimampatkan, misalnya pada gas , adalah kenaikan dari densitynya. Pertambahan tekanan
pada fluida yang tak dapat dimampatkan tidak mempunyai efek yang berarti terhadap
kerapatannya Suatu contoh, pertambahan tekanan dari 15 psia ke 15.000 psia pada air
dengan temperatur 100 0 F hanya menaikan sebesar kurang lebih 6% . Karena dalam
perhitungan teknis, hal tersebut tidak berarti dan dianggap kerapatannya dalam kondisi tetap
atau konstan .
Jika fluida berupa cairan yang tak dapat dimampatkan, berada didalam suatu kontainer tertutup,
suatu kenaikan temperatur akan mempunyai pengaruh sangat besar dan potensi yang sangat
fatal.