Anda di halaman 1dari 6

Peningkatan Keterampilan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam Pada Madrasah Ibtidaiyah

Melalui Pelatihan Berbasis Kompetensi

1. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam di Indonesia memiliki peran sentral dalam membentuk
karakter dan moralitas peserta didik1. Madrasah Ibtidaiyah, sebagai lembaga pendidikan yang
menitikberatkan pada pengajaran agama Islam, memiliki tanggung jawab besar dalam
menyampaikan nilai-nilai keagamaan kepada siswa. Namun, terdapat tantangan dalam
peningkatan keterampilan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah.
Guru Pendidikan Agama Islam, sebagian besar, memiliki pemahaman yang baik terkait ajaran
agama. Namun, belum semua guru memiliki keterampilan mengajar yang optimal.
Keterampilan mengajar yang kurang dapat mempengaruhi efektivitas penyampaian
materi dan pemahaman siswa. Oleh karena itu, diperlukan upaya sistematis untuk
meningkatkan keterampilan mengajar guru Pendidikan Agama Islam.2 Pelatihan berbasis
kompetensi muncul sebagai solusi potensial untuk mengatasi tantangan ini. Dengan
mengidentifikasi kebutuhan keterampilan mengajar secara spesifik dan memberikan
pelatihan yang terfokus, diharapkan dapat terjadi peningkatan dalam metode pengajaran
dan interaksi guru-siswa.3
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendalami pemahaman terhadap keterampilan
mengajar guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah dan mengembangkan
program pelatihan berbasis kompetensi yang dapat meningkatkan kualitas pengajaran agama
Islam di tingkat tersebut.
2. Identifikasi dan Batasan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Pendidikan Agama Islam di Indonesia memiliki peran vital dalam membentuk karakter
dan moralitas generasi muda. Madrasah Ibtidaiyah, sebagai lembaga pendidikan formal
yang menekankan pengajaran agama Islam, memiliki tanggung jawab besar dalam
memastikan pengajaran yang efektif dan bermakna. Meskipun guru Pendidikan Agama
Islam di Madrasah Ibtidaiyah memiliki pemahaman mendalam tentang materi ajaran
agama, belum semua dari mereka mampu mentransfer pengetahuan ini secara optimal
kepada siswa. Keterampilan mengajar yang kurang optimal dapat menghambat
pemahaman siswa terhadap nilai-nilai keagamaan, serta mengurangi daya tarik dan
interaktifitas dalam proses pembelajaran
b. Batasan Masalah
Dalam konteks penelitian ini, terdapat batasan-batasan tertentu untuk menentukan
cakupan dan kedalaman analisis. Batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
a) Analisis tidak akan mencakup evaluasi terhadap materi ajaran agama itu sendiri,
tetapi akan difokuskan pada strategi pengajaran dan keterampilan interpersonal
guru.
b) Penelitian ini akan dibatasi pada Madrasah Ibtidaiyah di wilayah [lokasi tertentu]
agar hasil penelitian dapat lebih kontekstual dan dapat diterapkan secara lebih
spesifik.
1
Departemen Agama RI. (2014). Indikator Pendidikan Agama Islam di Madrasah. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Agama Islam dan Kelembagaan Kementerian Agama RI.
2
Khaerul Fajri and Taufiqurrahman Taufiqurrahman, “Pengembangan Buku Ajar Menggunakan Model 4D Dalam
Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 2, no. 1
(2017): 1–15.
3
Smith, J., & Brown, A. (2016). Teaching 21st Century Skills in a Web 2.0 World. Journal of Educational
Technology, 13(1), 3–17
c) Fokus utama penelitian ini adalah pada keterampilan mengajar guru Pendidikan
Agama Islam, dan tidak mempertimbangkan aspek-aspek administratif atau
struktural lainnya yang mungkin mempengaruhi proses pengajaran.
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Profil Keterampilan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah
Ibtidaiyah?
b. Bagaimana Efektivitas Pelatihan Berbasis Kompetensi dalam Meningkatkan Keterampilan
Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam?
4. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana Profil Keterampilan Mengajar Guru Pendidikan Agama
Islam di Madrasah Ibtidaiyah
b. Untuk mengetahui Bagaimana Efektivitas Pelatihan Berbasis Kompetensi dalam
Meningkatkan Keterampilan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam
5. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat praktis dan konseptual dalam
peningkatan keterampilan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah.
Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memperbaiki kualitas pengajaran agama
Islam melalui panduan konkret untuk meningkatkan keterampilan guru. Pengembangan
program pelatihan berbasis kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan guru diharapkan
dapat meningkatkan profesionalisme mereka, yang pada gilirannya dapat berdampak positif
pada prestasi siswa.4
Dari segi konseptual, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada literatur
pendidikan, khususnya dalam konteks peningkatan keterampilan mengajar guru Pendidikan
Agama Islam. Model pelatihan berbasis kompetensi yang dikembangkan dapat menjadi
referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang ini. Selain itu, hasil penelitian juga dapat
memberikan rekomendasi kebijakan untuk mendukung peningkatan kualitas pengajaran
agama Islam, serta meningkatkan daya saing lulusan Madrasah Ibtidaiyah di berbagai
bidang.5
6. Kerangka Teoritik
A. Teori belajar dan pengajaran
Dalam upaya meningkatkan keterampilan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di
Madrasah Ibtidaiyah, penting untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
konstruktivisme dan kolaboratif dalam pengajaran. Konstruktivisme, sebagai pendekatan
pembelajaran, menekankan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan mereka
sendiri melalui pembelajaran kontekstual dan interaktif. Dalam konteks agama Islam,
penerapan konstruktivisme dapat melibatkan motivasi siswa untuk merenungkan
pemahaman agama melalui refleksi pribadi dan diskusi kelompok, serta menerapkan
pendekatan pembelajaran berbasis masalah untuk merangsang pemikiran kritis.6
Selain itu, kolaborasi dalam pembelajaran agama Islam mencakup proses kerjasama
antara guru dan siswa, serta antar siswa sendiri. Prinsip-prinsip kolaborasi mendukung
pengembangan keterampilan sosial dan interpersonal, serta pemahaman bahwa

4
Yuni Kasmawati, “Peningkatan Prestasi Siswa Melalui Pengembangan Profesional Guru: Suatu Tinjauan
Literatur,” Jurnal Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, Dan Entrepreneurship 10, no. 1 (2020): 13–30.
5
Anjani Putri Belawati Pandiangan, Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Pembelajaran, Profesionalisme Guru Dan Kompetensi Belajar Siswa (Deepublish, 2019).
6
Mohamad Jaenudin, “Social Learning Analysis Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Sumber Digital
Dan Sistem Evaluasi,” Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 12, no. 02 (2023).
pengetahuan dapat dibangun melalui interaksi sosial.7 Penerapan kolaborasi dalam
pengajaran agama Islam dapat melibatkan organisasi kegiatan kelompok untuk
mempromosikan diskusi dan pertukaran ide, serta mendorong kerjasama antara siswa
dalam proyek-proyek pengajaran dan pembelajaran. Integrasi konstruktivisme dan
kolaborasi dalam mata pelajaran agama Islam dapat dicapai melalui desain pembelajaran
berbasis konstruktivisme dan kolaboratif. Ini mencakup pengembangan tugas-tugas yang
merangsang pemikiran kreatif dan kolaborasi, serta pemanfaatan teknologi dengan
integrasi platform pembelajaran online untuk mendukung diskusi dan kolaborasi.8
Sebagai bagian dari upaya penerapan konsep ini, penting untuk menganalisis
pelaksanaannya di Madrasah Ibtidaiyah, menilai sejauh mana konsep ini diterapkan,
mengidentifikasi tantangan dan keberhasilan yang muncul, dan memberikan
rekomendasi untuk peningkatan, termasuk strategi pengembangan guru. Dengan
demikian, melalui pemahaman dan penerapan konstruktivisme dan kolaborasi, guru
dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dan meningkatkan kualitas pengajaran di
Madrasah Ibtidaiyah.9
B. Model pengembangan profesional
Dalam rangka meningkatkan keterampilan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di
Madrasah Ibtidaiyah, diperlukan pemahaman dan penerapan model-model
pengembangan profesional tertentu. Dua model yang sangat relevan adalah
pembelajaran berbasis tindakan dan mentoring. Pembelajaran berbasis tindakan
mengharuskan guru untuk aktif terlibat dalam mengidentifikasi, merencanakan,
melaksanakan, dan merenungkan tindakan konkret untuk meningkatkan praktik
pengajaran mereka.10 Guru dapat menerapkan model ini dengan mengidentifikasi
tantangan dalam pengajaran agama Islam, merencanakan langkah-langkah perbaikan,
melaksanakan tindakan tersebut, dan merefleksikan hasilnya untuk pengembangan lebih
lanjut.
Sementara itu, mentoring melibatkan hubungan personal dan profesional antara
guru yang lebih berpengalaman (mentor) dan guru yang kurang berpengalaman
(mentee). Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, mentoring dapat terjadi melalui
penetapan mentor dan mentee, dengan mentor memberikan dukungan pribadi dan
berbagi pengalaman secara langsung.11 Mentor juga dapat memberikan panduan khusus
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran agama Islam yang efektif, serta
melakukan refleksi bersama dengan mentee untuk membahas prestasi, hambatan, dan
rencana perbaikan.12 Melalui penerapan model-model pengembangan profesional ini,
diharapkan guru dapat secara efektif meningkatkan keterampilan mengajar mereka dan
mencapai perkembangan berkelanjutan dalam konteks Madrasah Ibtidaiyah.

7
Muhammad Qudrat Wisnu Aji13, “Mengembangkan Kecakapan Abad 21 Mahasiswa Melalui Model
Pembelajaran Inkuiri” (2019).
8
Eka Yuliana Rahman, Megalia Riane Kaseger, and Ressy Mewengkang, Manajemen Pendidikan (Mafy Media
Literasi Indonesia, 2023).
9
Ria Anilawati, “Analisis Interaksi Sosial Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Era Digital,” GUAU:
Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam 3, no. 7 (2023): 216–228.
10
Indah Fajarini, “Berpikir Kritis Dan Kreatif Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia,” in Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia I Unimed-2018, vol. 1 (FBS Unimed Press, 2018), 129–135.
11
Mel Silberman, M Khozim, and M Rizal, Pembelajaran Eksperiensial Dalam Pelatihan Keragaman: Handbook
Experiential Learning (Nusamedia, 2021).
12
M M Hilal Mahmud, Administrasi Pendidikan (Menuju Sekolah Efektif) (Penerbit Aksara TIMUR, 2015).
C. Kompetensi Guru
Dalam menangani peran pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah, guru perlu
mengidentifikasi dan mengembangkan kompetensi khusus yang mampu memperkaya
pengajaran dan membentuk pengalaman belajar siswa. Proses identifikasi melibatkan
pemahaman mendalam tentang ajaran Islam, kemampuan komunikasi yang efektif,
keterampilan menyusun materi pembelajaran yang menarik, dan kemampuan
pemecahan masalah dalam konteks pengajaran agama Islam.13 Setelah identifikasi
dilakukan, pengembangan kompetensi khusus menjadi krusial. Ini dapat dicapai melalui
partisipasi dalam pelatihan berkelanjutan, kolaborasi dengan rekan sejawat, program
mentoring, dan aktif berpartisipasi dalam komunitas profesional. 14 Serta, guru juga perlu
melakukan evaluasi diri secara teratur dan mendapatkan umpan balik dari siswa dan
kolaborator untuk memahami dampak pengajaran mereka dan terus meningkatkan
kualitas pengajaran agama Islam. Dengan demikian, melalui upaya identifikasi dan
pengembangan kompetensi khusus ini, guru diharapkan mampu memberikan kontribusi
positif dalam membentuk karakter dan pemahaman agama Islam siswa di Madrasah
Ibtidaiyah.
D. Teknologi dalam Pengajaran Agama Islam
Dalam menghadapi era modern yang penuh dengan kemajuan teknologi, penerapan
teknologi dalam pengajaran agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah menjadi aspek yang
sangat penting. Integrasi teknologi tidak hanya memperkaya pengalaman belajar, tetapi
juga memberikan daya tarik lebih pada proses pembelajaran. Pemanfaatan media digital,
seperti presentasi multimedia, audio, dan video, dapat memberikan cara yang lebih
dinamis untuk menyampaikan materi agama Islam. 15 Selain itu, aplikasi dan perangkat
lunak pendidikan khusus membuka peluang untuk menyediakan modul interaktif, teks
digital, dan kuis online guna meningkatkan pemahaman siswa. Kemajuan teknologi juga
membuka pintu bagi pembelajaran jarak jauh, memungkinkan guru menyelenggarakan
kelas online dan berkomunikasi secara virtual dengan siswa.16
Sumber daya online seperti situs web, e-book, dan video pembelajaran dapat
diintegrasikan ke dalam kurikulum untuk memberikan akses yang lebih luas kepada siswa
terhadap informasi dan pemahaman agama Islam. Penggunaan simulasi dan realitas
virtual dapat memberikan pengalaman mendalam, seperti simulasi kunjungan ke tempat
bersejarah atau permainan interaktif untuk memahami nilai-nilai moral. 17 Forum diskusi
online membuka peluang bagi siswa untuk berpartisipasi dalam dialog dan pertukaran
pendapat terkait ajaran agama Islam, memperluas perspektif dan meningkatkan interaksi
sosial. Sementara itu, evaluasi daring dan umpan balik otomatis memberikan efisiensi
dan kecepatan dalam penilaian, memberikan guru kemampuan untuk memberikan

13
Ahmad Ridwan, Abdurrohim Abdurrohim, and Taufik Mustofa, “Penerapan Metode Diskusi Dalam
Meningkatkan Semangat Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SDN Plawad 04,” ANSIRU PAI:
Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam 7, no. 2 (2023): 276–283.
14
Bachtiar Bachtiar, “Pengintegrasian Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Pedagogi
Guru: Kajian Pustaka,” EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling 2, no. 2 (2020): 132–146.
15
Musyafak Musyafak and Muhamad Rifa’i Subhi, “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Revolusi Industri 5.0,” Asian Journal of Islamic Studies and Da’wah 1, no. 2
(2023): 373–398.
16
Khoirul Rahmawati, “Strategi Guru Dalam Membentuk Karakter Mandiri Dan Tanggung Jawab Siswa Melalui
Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Covid-19 Kelas 5 SDN 1 Sawoo Ponorogo” (IAIN Ponorogo, 2021).
17
Musyarrafah Sulaiman Kurdi, “Realitas Virtual Dan Penelitian Pendidikan Dasar: Tren Saat Ini Dan Arah Masa
Depan,” CENDEKIA: Jurnal Ilmu Sosial, Bahasa dan Pendidikan 1, no. 4 (2021): 60–85.
umpan balik dengan cepat kepada siswa. 18 Dengan memanfaatkan teknologi secara
holistik, diharapkan Madrasah Ibtidaiyah dapat menciptakan lingkungan pembelajaran
yang lebih adaptif dan inovatif, memadukan nilai-nilai agama dengan perkembangan
teknologi.
E. Keterlibatan Stakeholder
Dalam konteks pengajaran agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah, keterlibatan stakeholder
menjadi faktor kunci dalam memastikan keberhasilan program pendidikan. 19 Stakeholder,
termasuk orang tua, komite madrasah, guru, siswa, dan masyarakat, memiliki peran yang
sangat penting dalam membentuk lingkungan pembelajaran yang positif. Orang tua,
sebagai mitra pembelajaran, berperan dalam komunikasi aktif dengan guru, mendukung
penerapan nilai-nilai agama Islam di rumah, dan berpartisipasi dalam kegiatan madrasah.
Komite madrasah, sebagai pendukung program, memberikan dukungan finansial,
sumber daya, dan terlibat dalam pengambilan keputusan strategis. 20 Guru, sebagai
fasilitator pembelajaran, perlu berkomunikasi secara terbuka dengan orang tua dan
melibatkan mereka dalam proses pengajaran. Siswa, sebagai subyek pembelajaran,
dapat ditingkatkan tanggung jawabnya melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan
dan kegiatan ekstrakurikuler agama Islam. Masyarakat setempat juga memiliki peran
dalam memberikan dukungan moral, partisipasi dalam kegiatan madrasah, dan
pemahaman terhadap pentingnya pendidikan agama Islam. Komunikasi yang efektif
antara stakeholder, termasuk pertemuan rutin dan saluran digital, serta evaluasi
partisipasi dan dampak, menjadi faktor penentu keberhasilan keterlibatan mereka.
Bersama-sama, keterlibatan stakeholder membentuk suatu kerangka kerja kolaboratif
yang mendukung dan memotivasi siswa dalam memahami serta mengamalkan ajaran
agama Islam.21
F. Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan memegang peran sentral dalam membentuk fondasi
peningkatan sistem pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah. Suksesnya upaya
pengajaran agama Islam di lembaga ini sangat tergantung pada pemahaman dan
penerapan kebijakan pendidikan yang mendukung.22 Kebijakan terkait kurikulum menjadi
kunci, dengan perluasan dan pembaruan konten ajar yang relevan dengan
perkembangan zaman.
Peningkatan kualitas guru melalui kebijakan pelatihan, sertifikasi, dan
pengembangan profesional juga menjadi aspek penting agar guru dapat memberikan
pengajaran yang lebih efektif. Selain itu, kebijakan terkait pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran agama Islam perlu diterapkan, dengan memastikan adanya dukungan

18
Yusrin Ahmad Tosepu, Media Baru Dalam Komunikasi Politik (Komunikasi Politik I Dunia Virtual) (Jakad Media
Publishing, 2018).
19
Adiyono Adiyono, Julaiha Julaiha, and Siti Jumrah, “Perubahan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam Di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendikia Paser,” IQRO: Journal of Islamic Education 6, no. 1 (2023): 33–
60.
20
Kamsia Nurafni, Fatimah Saguni, and Sitti Hasnah, “Pengaruh Kinerja Komite Sekolah Dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Integrasi
Manajemen Pendidikan 1, no. 1 (2022): 44–68.
21
Nurdin Rivaldy, Ilzamudin Ma’mur, and Rijal Firdaos, “Membangun Reputasi Pendidikan Dasar Islam Melalui
Public Relation Di Era Revolusi Industri 4.0 (Studi Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Di Kabupaten Bekasi),” Al-
fahim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 5, no. 2 (2023): 16–34.
22
H Masduki Duryat, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Penguatan Pendidikan Agama Islam Di Institusi Yang
Bermutu Dan Berdaya Saing (Penerbit Alfabeta, 2021).
infrastruktur dan pelatihan guru yang memadai.23 Empowerment komite madrasah
melalui kebijakan yang memberikan wewenang dan dukungan dalam mengelola sumber
daya menjadi krusial untuk kesinambungan program pendidikan.24
Aspek inklusi dan keadilan pendidikan perlu didukung oleh kebijakan yang
mendorong akses yang setara dan berkualitas bagi semua siswa, termasuk mereka yang
memiliki kebutuhan khusus. Evaluasi sistem pendidikan agama Islam melalui kebijakan
evaluasi yang holistik dan berkelanjutan juga menjadi langkah penting untuk memastikan
pencapaian tujuan pendidikan.25 Kemitraan yang aktif antara madrasah dengan
masyarakat setempat, dukungan keberagaman dalam pengajaran agama Islam, dan
kebijakan-kebijakan lainnya yang mendukung prinsip-prinsip inklusifitas dan holistik
menjadi fondasi bagi Madrasah Ibtidaiyah dalam menciptakan lingkungan pendidikan
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.26

23
Syaifudin Noer, “Kebijakan Pemerintah Dalam Peningkatan Kualitas Mutu Guru Pendidikan Agama Islam;
Analisis Sistematik Literatur Review,” Tarbawi Ngabar: Jurnal of Education 4, no. 2 (2023): 165–195.
24
Qolby Khairi and Bustomi Bustomi, “Empowering Melalui Madrasah Melalui Kemitraan Strategis” (Elmarkazi,
2020).
25
M Yusuf, “Inklusi Pendidikan Islam: Mewujudkan Pendidikan Semua Anak Dalam Konteks Multikultural,”
Diksi: Jurnal Pendidikan dan Literasi 2, no. 1 (2023): 23–44.
26
Hanif Yulia Putri, “Manajemen Pendidikan Inklusif Dalam Pengembangan Bakat Siswa Tunanetra Di SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo” (IAIN Ponorogo, 2022).

Anda mungkin juga menyukai