Anda di halaman 1dari 13

ASSESSMENT METHOD OF POWER APPARATUS

PMT KUBIKEL
(PEMELIHARAAN DAN OPERASI PERALATAN LISTRIK)

OLEH:
Muhammad Bagas Alfaridzi (232220030)
Bernardinus G. A. Mangkung (23222008)

SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
ASSESSMENT METHOD OF POWER APPARATUS – KUBIKEL

1. Pendahuluan
Pada pembahasan sebelumnya, telah dilakukan analisis berkaitan dengan penyebab
kegagalan operasi PMT kubikel. Faktor-faktor tersebut, baik secara masing-masing,
maupun secara bersamaan, memberi dampak yang sangat besar terhadap operasi PMT
kubikel. Selanjutnya, untuk menjaga kondisi kubikel, perlu dilakukan asesmen, dengan
tujuan agar faktor-faktor tersebut tidak merusak sistem secara lebih lanjut.

Gambar 1. Root Cause Analysis pada PMT Kubikel

Metode asesmen merupakan metode penilaian terhadap peralatan listrik. Asesmen ini
bertujuan untuk menjaga kondisi peralatan listrik, mengevaluasi kondisi peralatan setelah
kegagalan operasi, dan sebagainya. Berikut ditampilkan metode asesmen yang dilakukan
terhadap kubikel.

2. Metode Asesmen pada Kubikel


2.1. In Service Inspection
In service inspection adalah kegiatan yang dilakukan pada saat kubikel dalam kondisi
operasi/bertegangan. Tujuan dilakukannya in service inspection adalah untuk mendeteksi
secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi di dalam kubikel tanpa melakukan
pemadaman.
Dalam In Service Inspection, dilakukan beberapa pemeriksaan dengan metode sebagai
berikut.
a. Pengecekan dengan panca indera (visual, penciuman, pendengaran),
b. Pengecekan dengan alat ukur sederhana (thermogun, thermometer, dan lain-lain).

Untuk In Service Inspection pada pemeliharaan kubikel dilakukan dengan periode


harian, bulanan, 3 bulanan, dan 2 tahunan. Selain itu, ada beberapa pemeliharaan yang
pelaksanaannya bergantung pada kondisi peralatan kubikel tersebut (kondisional).
2.1.1. Periode Harian
a. Pemeriksaan indicator pegas mekanik pada PMT sistem pegas.
b. Monitor tekanan gas SF6 low (jenis PMT dengan media gas yang dilengkapi
dengan indicator tekanan).
2.1.2. Periode Bulanan
a. Pemeriksaan visual terhadap benda asing, bunyi-bunyian, dan bau-bauan.
b. Pemeriksaan visual alat ukur (meter) dan rele.
c. Pemeriksaan lemari control, pemanas ruang (heater), lampu penerangan.
d. Pemeriksaan kebersihan kubikel dan ruang wiring control.
2.1.3. Periode 3 Bulanan
a. Pemeriksaan indicator posisi PMT Close/Open.
b. Pemeriksaan counter kerja PMT.
2.1.4. Periode 2 Tahunan
Pemeriksaan struktur mekanik kubikel.
2.1.5. Kondisional
Pemeriksaan visual terhadap bunyi-bunyian dan bau-bauan dapat dilakukan
bersamaan ketika melakukan pekerjaan lain, seperti ketika sedang mencatat data
pengusahaan kubikel.

2.2. In Service Measurement


In Service Measurement merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu
dalam keadaan peralatan bertegangan. Pengukuran dan/atau pemantauan yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui/memonitor kondisi peralatan dengan menggunakan alat
ukur yang advanced (seperti Thermal Image Thermovision).
Untuk In Service Measurement pada pemeliharaan kubikel dilakukan dengan periode
bulanan dan kondisional.
2.2.1. Periode Bulanan
a. Pengukuran suplai tegangan AC dan DC kubikel.
b. Pengukuran suhu kubikel.
c. Pengukuran suhu terminal dan sambungan pada rel, CT, PT, kabel, dan peralatan
lain yang dialiri arus dalam kubikel. Pelaksanaan thermovisi dilakukan melalui
lubang intai pada kubikel.
2.2.2. Kondisional
Pengukuran suhu kubikel, terminal, dan sambungan pada rel, CT, PT, kabel, serta
peralatan lain yang dialiri arus dalam kubikel. In Service Measurement kondisional
juga dilakukan dengan memperhatikan kondisi pembebanan kubikel tersebut.
semakin tinggi beban yang disalurkannya, periode pengukuran suhu dengan
thermovisi perlu dilakukan semakin cepat.

2.3. Shutdown Measurement


Shutdown measurement merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode 2
tahunan dalam kondisi peralatan tidak bertegangan. Pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi peralatan secara lebih rinci. Pengukuran/pengujian shutdown
measurement adalah sebagai berikut.
a) Pengukuran/pengujian pada PMT
• Pengukuran tahanan isolasi
• Pengukuran tahanan kontak
• Pengukuran kecepatan waktu buka/tutup
• Pengukuran media isolasi (untuk PMT vacuum atau minyak)
• Pengukuran tekanan dan kebocoran gas SF6 (jika terpasang manometer)
• Pengukuran tegangan kerja minimum coil
b) Pengukuran/pengujian CT
c) Pengukuran/pengujian PT
d) Pengukuran/pengujian LA (jika terpasang LA)
e) Pengujian rele-rele OCR/GFR/DGR
f) Pengujian rele-rele tegangan/UFR (jika terpasang)
g) Pengujian pada sistem mekanik penggerak
• Sistem pegas/spring
• Pengujian fungsi start & stop motor penggerak
• Pengukuran arus beban motor penggerak
• Tahanan isolasi belitan motor penggerak
h) Pengukuran tegangan AC dan DC
i) Pemeriksaan pemanas (heater)
j) Pemeriksaan lampu penerangan lemari kubikel.
k) Pemeriksaan kebersihan kubikel
l) Pengukuran tahanan pentanahan kubikel
m) Pengujian tahanan isolasi rel
2.3.1. Pengukuran Tahanan Isolasi PMT
Pengukuran tahanan isolasi PMT adalah proses pengukuran dengan alat
insulation tester untuk memperoleh nilai tahanan isolasi PMT, yaitu antara bagian
yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (casing) yang ditanahkan, maupun antara
terminal masukan (I/P terminal) dengan terminal keluaran (O/P terminal) pada fasa
yang sama. Langkah-langkah pengukuran tahanan isolasi PMT adalah sebagai
berikut.
1) Pemasangan pentanahan lokal (local grounding) di sisi I/P dan O/P terminal
dengan tujuan membuang muatan induksi (residual current) yang masih tersisa.
2) Pembersihan permukaan porselin bushing memakai material cleaner + lap kain
yang halus dan tidak merusak permukaan isolator. Tujuannya agar pengukuran
memperoleh hasil yang akurat.
3) Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi terbuka (open), sebagai
berikut.
• Terminal atas (Ra, Sa, Ta) terhadap badan/tanah.
• Terminal bawah (Rb, Sb, Tb) terhadap badan/tanah.
• Terminal fasa atas – bawah (Ra-Rb, Sa-Sb, Ta-Tb).
4) Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi tertutup (closed), yaitu
sebagai berikut.
• Terminal fasa R/Merah (Ra + Rb) terhadap tanah.
• Terminal fasa S/Kuning (Sa + Sb) terhadap tanah.
• Terminal fasa T/Biru (Ta + Tb) terhadap tanah.
5) Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi beserta suhu sekitar.
6) Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan sebagai bahan
evaluasi pembanding dengan hasil pengukuran sebelumnya.
7) Memasang Kembali terminasi atas dan bawah seperti semula.
8) Melepas pentanahan local bersamaan dengan melakukan pemeriksaan akhir
untuk persiapan pekerjaan selanjutnya.

Gambar 2. Pengukuran Tahanan Isolasi pada PMT

2.3.2. Pengukuran Tahanan Kontak PMT


Rangkaian tenaga listrik Sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan.
Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor yang
bertemu secara fisik, sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan
yang berarti. Pertemuan kontak PMT juga merupakan suatu sambungan yang
mempunyai nilai tahanan tertentu terhadap arus yang melaluinya, sehingga akan
terjadi panas dan menjadi kerugian teknis. Rugi ini sangat signifikan jika nilai
kontaknya tinggi.
Prinsip dasar pengukuran tahanan kontak PMT adalah sama dengan alat ukur
tahanan murni (Rdc), tetapi pada tahanan kontak arus yang dialirkan lebih besar (I =
100 A).
Alat ukur tahanan kontak terdiri dari sumber arus dan alat ukur tegangan (drop
tegangan pada obyek yang diukur). Dengan sistem elektronik, maka pembacaan
dapat diketahui dengan baik, dengan ketelitian yang cukup baik. Alasan penggunaan
arus sebesar 100 A adalah karena pembagi dengan 100 akan memudahkan dalam
menentukan nilai kontak.
Harus diperhatikan, skala yang digunakan jangan sampai arus yang dibangkitkan
sama dengan batasan skala, sehingga kemungkinan akan terjadi overload dan hasil
pengukuran tidak sesuai dengan kenyataanya. Langkah-langkah pengukuran tahanan
kontak PMT dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 3. Pengukuran Tahanan Kontak pada PMT

1) Hubungkan obyek yang akan diukur ke tanah.


2) Hubungkan alat ukur yang akan digunakan ke tanah.
3) Sambungkan terminal (+) dan (-) ke kedua sisi terminal yang akan diukur.
4) Hubungkan kabel ukur mVolt sedekat mungkin dengan obyek yang akan diukur.
5) Setelah siap, nyalakan saklar.
6) Pilih saklar pada skala 200 Ampere.
7) Atur pembangkit arus, sehingga display menunjukkan angka 100 Ampere.
8) Tekan saklar pengubah dari Ampere ke Ohm.
9) Catat penunjukkan dan dikalibrasikan terhadap skala pembatas.

2.3.3. Pengukuran Kecepatan Waktu buka/tutup PMT


Pengukuran kecepatan waktu buka/tutup PMT adalah untuk mengetahui waktu
kerja PMT secara individu pada saat menutup ataupun membuka. Pengukuran
kecepatan waktu buka/tutup PMT adalah sebagai berikut.
1) Masukkan PMT yang akan diuji.
2) Pasang pentanahan (grounding) pada sisi atas kontak. Hal ini berfungsi untuk
mengurangi arus induksi yang mengalir melalui alat uji.
3) Pasang pentanahan (grounding) alat uji.
4) Buat rangkaian seperti gambar berikut.
Gambar 4. Rangkaian Uji untuk PMT

Selanjutnya, dilakukan pengujian pada rangkaian tersebut. Langkah-langkah


pengujian waktu buka/tutup PMT adalah sebagai berikut.
1) Closing Time (Kondisi PMT Off/Open)
• Posisikan switch sequence pada C (close)
• Nyalakan switch power
• Tekan tombol ready hingga lampu LED ready menyala.
• Putar switch start.
• Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak hasilnya.
2) Opening Time (Kondisi PMT On/Close)
• Posisikan switch sequence pada O (Open)
• Nyalakan switch power
• Tekan tombol ready hingga lampu LED ready menyala.
• Putar switch start.
• Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak hasilnya.
3) Close – Open Time (Kondisi PMT Off/Open)
• Posisikan switch sequence pada CO (Close - Open)
• Nyalakan switch power
• Tekan tombol ready hingga lampu LED ready menyala.
• Putar switch start.
• Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak hasilnya.
4) Open – Close Time (Kondisi PMT (On/Close)
• Posisikan switch sequence pada O-C (Open - Close)
• Nyalakan switch power
• Tekan tombol ready hingga lampu LED ready menyala.
• Putar switch start.
• Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak hasilnya.
5) Open – Close – Open Time (Kondisi PMT On/Close)
• Posisikan switch sequence pada O – C - O (Open – Close - Open)
• Nyalakan switch power
• Tekan tombol ready hingga lampu LED ready menyala.
• Putar switch start.
• Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak hasilnya.

2.3.4. Pengukuran Tahanan Pentanahan Kubikel


Peralatan ataupun titik netral sistem tenaga listrik dihubungakn ke tanah dengan
suatu pentanahan yang ada di Gardu Induk. Sistem pentanahan tersebut dibuat ke
dalam tanah dengan struktur bentuk mesh. Nilai tahanan pentahanan di Gardu Induk
bervariasi. Semakin kecil nilai pentanahannya, maka akan semakin baik.

2.3.5. Pengukuran/Pengujian Media Isolasi


a) Pengukuran Tekanan dan Kebocoran Gas SF6
Kebocoran gas SF6 dapat terjadi pada PMT. Adanya kebocoran gas SF6
tersebut dapat mengakitbatkan menurunnya tekanan dan selanjutnya
mempengaruhi unjuk kerja PMT. Untuk mengetahui lokasi terjadinya kebocoran
gas SF6 pada PMT, dilakukan cara tradisional (melalui pendengaran atau dengan
busa sabun) atau dengan alat deteksi kebocoran (leakage detector). Pada jenis
PMT dengan media isolasi SF6, pengukuran tekanan dan kebocoran gas SF6
dapat dilakukan dengan alat ukur tekanan gas SF6 (Pressure Gauge).

Gambar 5. Alat Ukur Tekanan Gas SF6 (Pressure Gauge)


b) Minyak (Oil)
Pemutus tenaga (PMT) dengan media pemutusnya minyak adalah salah satu
jenis PMT yang masih digunakan dalam operasional penyaluran tenaga listrik.
Untuk mengetahui apakah minyak PMT masih layak operasi sesuai dengan
standar pengusahaan, maka perlu adanya acuan yang sesuai. Karakteristik dan
fungsi media minyak media PMT adalah berbeda dengan karakteristik minyak
isolasi transformator. Selain berfungsi sebagai isolasi terhadap tegangan tinggi
(menengah), media minyak pada PMT jenis ini juga berfungsi sebagai pemadam
busur api listrik pada saat PMT bekerja, khususnya pada saat pemutusan arus
beban, atau bila terjadi arus gangguan. Kelayakan operasi PMT media minyak
tergantung pada banyak faktor, terutama menyangkut kualitas minyak itu sendiri.
Faktor yang sering dijadikan acuan, antara lain kandungan gas terlarut dalam
minyak (terutama gas hydrogen dan acethylene), jumlah kandungan partikel, dan
tegangan tembus minyak.
Khusus PMT jensi sedikit minyak, perlu dilakukan analisis komersial tentang
untuk dan ruginya ketika akan melakukan penggantian/pengujian minyak. Biaya
penggantian minyak baru dibandingkan dengan biaya untuk uji kandungan gas
terlarut dalam minyak perlu menjadi bahan pertimbangan, sehingga untuk
operasional PMT low oil contents jarang dilakukan karakteristik minyak dan
cenderung diganti dengan minyak jenis baru.

2.3.6. Pengukuran Tegangan Minimum Coil


Pengukuran tegangan minimum coil bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya
tegangan minimal sumber DC yang dapat mengerjakan coil PMT. Dari hasil
pengukuran tersebut dapat diambil kesimpulan apakah coil tersebut masih berfungsi
dengan baik atau tidak. Selain itu, pengukuran tegangan minimum coil juga berfungsi
untuk mengukur nilai resistansi dari coil tersebut.
Dalam setiap PMT, jumlah tripping coil biasanya lebih banyak daripada jumlah
closing coil. Hal ini dimaksud sebagai faktor keamanan pola operasi dan PMT
tersebut. Pemeliharaan dan pengujian tegangan minimum coil adalah sebagai berikut.
1) Pastikan coil sudah terbebas dari sumber tegangan DC.
2) Periksa kemungkinan adanya karat pada rumah atau batang coil yang dapat
mengganggu fungsi kerja rod dari coil.
3) Ukur nilai resistansi coil dengan menggunakan mikro Ohmeter dan bandingkan
dengan nilai yang tertera pada name plater-nya.

Gambar 6. Pengukuran nilai tahanan minimum coil

2.3.7. Pengukuran Tahanan Isolasi CT


Pengujian tahanan isolasi menggunakan alat ukur tahanan isolasi 5 kV untuk sisi
primer dan 500 V untuk sisi sekunder. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui
kualitas tahanan isolasi pada trafo tegangan tersebut. pencatatan hasil pengukuran
dilakukan pada saat 60 detik.

Gambar 7. Pengukuran tahanan isolasi CT

2.3.8. Pengukuran Tahanan PT


Pengujian tahanan isolasi menggunakan alat ukur tahanan isolasi 5 kV untuk sisi
primer dan 500 V untuk sisi sekunder. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui
kualitas tahanan isolasi pada trafo tegangan tersebut. pencatatan hasil pengukuran
dilakukan pada saat 60 detik.
Gambar 8. Pengujian Tahanan Isolasi PT

2.3.9. Pengukuran Tahanan Isolasi LA


Pengukuran tahanan isolasi Lightning Arrester (LA) adalah proses pengukuran
menggunakan Insulation Tester, untuk memperoleh nilai tahanan isolasi LA
terhadap grounding.

Gambar 9. Pengujian tahanan isolasi pada Lightning Arrester (LA)

2.4. Shutdown Fuction Check


2.4.1. Pemeriksaan Fungsi Kontrol
• Pengujian fungsi close dan open (local/remote dan scada)
• Pengujian emergency trip.
• Pengujian fungsi alarm
• Pengujian fungsi interlock mekanik dan elektrik

2.4.2. Pengujian Fungsi Trip dari Rele Proteksi


SUMBER

1. Manuel, Ricardo, dkk. 2018. Current Transfomer Failure Caused by Electric Field
Assocciated to Circuit Breaker and Pollution in 500 kV Substations. Elsevier. Diakses
melalui https://elsevier.com.
2. Manuel, Ricardo, dkk. 2020. Root Cause Analysis Methodology for Circuit Breaker
Associated to GIS. Elsevier. Diakses melalui https://elsevier.com.
3. Thompson, C. C, dkk. 2019. Relationship Between Historical Trends, Equipment Age,
Maintenance, and Circuit Breaker Failure Rates. IEEE Transactions on Industry
Applications.
4. Anonim. Buku Pedoman Kubikel. Diakses melalui: https://kupdf.net/downloadFile.

Anda mungkin juga menyukai