Anda di halaman 1dari 12

TEAM BASED PROJECT

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


“Pengukuran Kinerja Entitas Nirlaba”

Oleh Kelompok 11:


1. Faustine Cathleen Saunoah (2207531026)
2. Putu Sri Jati Ani (2207531027)
3. Si Ayu Putu Santi Dewi (2207531028)
4. Ni Putu Intan Oktaviani (2207531029)
5. Kezia Josephine Anggara (2207531031)

Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Gayatri, M.Si., Ak., CA

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023

1
1. TINJAUAN LITERATUR
1.1 Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba adalah jenis organisasi yang lebih fokus pada jumlah uang
tunai yang mereka miliki dan saldo investasi, dibandingkan dengan mencari
keuntungan finansial. Mereka tidak memiliki kebutuhan untuk mencari laba seperti
organisasi bisnis pada umumnya. Sebaliknya, organisasi nirlaba berfokus pada
pelayanan kepada berbagai kelompok pemangku kepentingan (stakeholders) yang
meliputi dewan pengawas, manajer, karyawan, kreditur, pemasok, konsumen, dan
masyarakat sekitar. Definisi nirlaba ini menunjukkan bahwa organisasi ini tidak
mengutamakan pemerolehan keuntungan finansial, tetapi lebih berorientasi pada
pelayanan kepada masyarakat dan pemenuhan kebutuhan pemangku kepentingan
yang lebih luas daripada pemegang saham.
1.2 Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004), laporan keuangan adalah bagian
penting dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang komprehensif
umumnya terdiri dari beberapa komponen, termasuk:
1) Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan gambaran tentang
posisi keuangan suatu entitas pada tanggal tertentu yang mencakup
informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik organisasi
tersebut.
2) Laporan laba rugi, juga dikenal sebagai laporan laba rugi dan rugi bersih,
memberikan informasi tentang pendapatan, biaya, dan laba atau rugi yang
dihasilkan oleh entitas selama periode tertentu.
3) Laporan perubahan posisi keuangan menunjukkan perubahan dalam
posisi keuangan suatu entitas dari satu periode ke periode lainnya.
4) Selain neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan,
laporan keuangan juga dapat mencakup catatan tambahan dan laporan
lain yang memberikan informasi tambahan yang relevan tentang entitas
tersebut.
5) Materi penjelasan juga merupakan bagian integral dari laporan keuangan
yang mencakup penjelasan dan analisis yang diberikan oleh manajemen
atau auditor terkait dengan informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan.

2
1.3 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
Informasi keuangan dari organisasi nirlaba kepada pihak eksternal, sesuai dengan
PSAK No. 45, terdiri dari:
1) Laporan Posisi Keuangan yang memberikan informasi tentang aset,
kewajiban, dan ekuitas bersih suatu organisasi pada waktu tertentu.
2) Laporan Aktivitas yang memberikan informasi tentang pengaruh transaksi
dan peristiwa lain yang mempengaruhi jumlah dan sifat ekuitas bersih,
serta penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan program atau jasa
organisasi.
3) Laporan Arus Kas yang menyajikan informasi tentang penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Tujuannya adalah untuk
memberikan informasi mengenai arus kas organisasi.
4) Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan dan memberikan informasi tambahan tentang
perkiraan-perkiraan yang terdapat dalam laporan keuangan.
1.4 Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja yang efektif pada Organisasi Nirlaba dirancang untuk
menunjukkan pemimpin nirlaba bagaimana menggunakan pengukuran kinerja
organisasi untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk memenuhi misinya.
Untuk secara efektif mengatasi berbagai tantangan yang harus dihadapi eksekutif,
isi dan orientasi dari program ini dibangun di sekitar kesadaran bahwa berbagai jenis
masalah kinerja memerlukan pendekatan yang berbeda (Altman, 1968).
1.5 Rasio Keuangan
Analisis rasio digunakan untuk menguji apakah rasio-rasio tersebut relevan untuk
digunakan dalam konteks Indonesia dan organisasi nirlaba yang bergerak di luar
bidang pendidikan seperti: Rasio Kinerja Fiskal, Rasio Efesiensi Aktivitas Non
Program, Rasio Dukungan Publik, Rasio Kinerja Investasi, dan Rasio Efisiensi
Program.

2. METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sumber sekunder, yakni
informasi yang telah diproses dan dipresentasikan oleh pihak lain yang terkait dengan
fokus penelitian. Sumber data sekunder ini diperoleh dari laporan keuangan yang

3
dikeluarkan oleh kantor Yayasan Sion yang berlokasi di Jalan Letjend. Sukowati 74
Salatiga.

Metode analisis data yang diterapkan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif


melalui evaluasi rasio keuangan terhadap data sekunder yang telah dikumpulkan.
Penelitian ini menggunakan kerangka kerja Ritchie dan Kolodinsky (2003) untuk
mengukur kinerja keuangan Yayasan Sion dengan mempertimbangkan berbagai rasio
keuangan. Tabel 1 menampilkan jenis-jenis rasio keuangan yang dianalisis dalam
penelitian ini.

Tabel 1
Rasio Keuangan Yang Diikutsertakan Dalam
Analisis Kinerja Keuangan Yayasan Sion
No Rasio Keterangan
Rasio-Rasio Kinerja Fiskal
Pada beberapa organisasi,
1 Total pendapatan dibagi total aset istilah pendapatan diganti
penghasilan atau penerimaan
Pada beberapa organisasi,
2 Total pendapatan dibagi total biaya istilah biaya diganti menjadi
pengeluaran
Trussel (2003)
mengistilahkan rasio ini
(Total pendapatan minus total biaya) dibagi dengan
3 sebagai surplur margin,
total pendapatan
analog dengan profit margin
pada organisasi bisnis
(Total pendapatan minus total biaya) dibagi dengan Analog dengan ROA pada
4
total aset organisasi bisnis
5 Aset bersih dibagi dengan total aset
Rasio efisiensi aktivitas non program
Modifikasi dari rasio total
6 Total pendapatan dibagi dengan biaya non program pendapatan dibagi dengan
biaya pencairan dana
Rasio dukungan publik

4
7 Total kontribusi dibagi dengan total biaya
8 Total kontribusi dibagi dengan total aset
9 Total kontribusi dibagi dengan total pendapatan
Rasio kinerja investasi
10 Kas dan setara kas dibagi dengan total aset
Rasio efisiensi program
Mengacu Trussel (2003) dan
11 Biaya program dibagi dengan total biaya
Core et al (2006)
Sumber: Ritchie dan Kolodinsky (2003).
Tabel 1 berisi rasio keuangan yang akan dipergunakan sebagai alat penilaian
terhadap kinerja Yayasan Sion. Rasio keuangan ini merupakan adaptasi dari lima belas
rasio keuangan yang telah diteliti oleh Ritchie dan Kolodinsky (2003). Dari lima belas
rasio tersebut, sembilan telah dimodifikasi untuk digunakan dalam evaluasi kinerja
keuangan, disesuaikan dengan aktivitas yang relevan dengan organisasi nirlaba di
Indonesia. Selain itu, dua rasio tambahan telah dimasukkan dari sembilan rasio keuangan
yang digunakan. Rasio pertama adalah efisiensi aktivitas non-program (rasio nomor 6
dalam Tabel 1), merupakan modifikasi dari rasio total pendapatan terhadap biaya
pencarian dana, sedangkan rasio kedua adalah efisiensi program (rasio nomor 11 dalam
Tabel 1) yang mengacu pada studi yang dilakukan oleh Core et al. (2006).

3. BAHASA ANALISIS
3.1 Sejarah Yayasan Sion
Sekitaran tahun 1965, Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) khususnya
jemaat GKJTU Salatiga memberitakan injil di daerah Kabupaten Semarang (Jawa
Tengah). Jemaat GKJTU termasuk golongan kelompok masyarakat berpenghasilan
sangat rendah atau dapat dikatakan sebagai masyarakat terbelakang, yang mana
sebagian besar warga masyarakat masih buta huruf. Karena hal inilah yang menjadi
alasan rendahnya pengetahuan mereka mengenai pentingnya kesehatan dan
lingkungan bagi diri sendiri.
Pada tahun 1973/1974, sinode GKJTU melakukan kerja sama dengan Lembaga
Pelayanan Kristen Indonesia (LEPKI) yang beralamat di Jalan Bromo No.2 Malang,
Jawa Timur, melaksanakan proyek pengembangan masyarakat yang pelaksanaannya
bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat Kecamatan Getasan Kabupaten

5
Semarang yang diketuai oleh ibu pendeta Mirahingsih, STh. Program yang
dilaksanakan meliputi beberapa hal yaitu Pemberantasan Buta Huruf, Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pos Pelayanan Terpadu bagi bayi di bawah lima
tahun (BALITA) dengan taman gizi, Kesehatan dengan proyek-proyek percontohan,
rumah sehat, pelebaran/pengerasan jalan, juga berpartisipasi di dalam pengadaan
dana bagi pembangunan gedung sekolah dan pengadaan modal kerja. Maka pada
tanggal 10 November 1977 berdirilah Yayasan Sion yang dikukuhkan dalam akte
notaris Y.L. Matu Salatiga dengan nomor: 14/1977.
Setelah Yayasan Sion berdiri dalam operasional pelayanannya sampai saat ini
telah melaksanakan beberapa program pengembangan masyarakat seperti pendidikan
formal, PPEWG, Adopsi, Panti Asuhan, Pendidikan Non Formal.
3.2 Perhitungan Rasio Kinerja Keuangan
Penelitian ini rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk perhitungan
mengukur kinerja keuangan yang mengacu pada Ritchie dan Kolodinsky (2003).
Adapun Macam rasio-rasio keuangan tersebut beserta hasil perhitungannya.
Tabel 2

Laporan Keuangan Yayasan Sion Periode 2007-2009

Laporan Keuangan Tahun 2007 (Rp) Tahun 2008 (Rp) Tahun 2009 (Rp)
Kas dan setara kas 12.323.645 19.335.225 1.703.542
Biaya non program 978.431.897 1.621.295.692 1.569.475.315
Biaya Program 439.382889 694.028.666 633.518.305
Total Pendapatan 1.417.286.734 1.547.763.268 1.507.592.510
Total Aset 1.207.098.296 1.138.626.422 1.231.004.242
Total Biaya 1.417.814.786 2.315.324.358 2.202.993.620
Aset bersih 906.363.359 1.303.917.507 1.266.661.975
Total kontribusi 1.055.747.026 1.547.763.268 1.507.592.510
Sumber; data sekunder 2011

3.2.1 Rasio Kinerja Fiskal


Rasio ini terdapat 5 (lima) macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan pada
tabel berikut.

6
Tabel 3
Rasio Kinerja Fiskal Yayasan Sion periode 2007-2009
Rasio Kinerja Fiskal Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Total pendapatan dibagi total aset 1,17 1,36 1,22
Total pendapatan dibagi total biaya 0,99 0,67 0,68
(Total pendapatan minus total biaya)
-0,0004 -0,495 -0,46
dibagi dengan total pendapatan
(Total pendapatan minus total biaya)
-0,0004 -0,6741 -0,56
Dibagi dengan total aset
Aset bersih dibagi dengan total aset 0,75 1,51 1,03
Sumber; data olahan 2011
Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa dalam 3 tahun (2007-2009), rasio kinerja
fiskal Yayasan Sion mengalami peningkatan yang signifikan. Namun, secara
keseluruhan, rasio kinerja fiskal Yayasan Sion menurun dari tahun ke
tahun. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan total aset yang lebih besar
dibandingkan dengan peningkatan total pendapatan.
Dalam konteks ini, terdapat hal yang menarik, yaitu total aset memiliki
pengaruh besar terhadap pembentukan aset. Oleh karena itu, sangat mungkin bagi
Yayasan Sion untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya, meskipun
jumlahnya kecil. Meskipun kewajiban yang dimiliki oleh Yayasan Sion sangat kecil,
pendapatannya cukup besar. Hal ini mengakibatkan perolehan yang cukup besar,
sehingga pajak yang harus ditanggung oleh Yayasan Sion juga cukup besar atas
perolehan penghasilan tersebut.
3.2.2 Rasio Efesiensi Aktivitas Non Program
Rasio ini terdapat 1 (satu) macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan pada
tabel berikut.
Tabel 4
Rasio Efisiensi Aktivitas Non Program Yayasan Sion periode 2007-2009
Rasio Efisiensi Aktivitas Non Program Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Total pendapatan dibagi dengan biaya non
1,45 0,95 0,96
program
Sumber; data olahan 2011

7
Dalam tabel 4, terlihat bahwa dalam 3 tahun (2007-2009), Rasio Efisiensi
Aktivitas Non Program Yayasan Sion mengalami peningkatan yang signifikan.
Namun, rasio efisiensi aktivitas non program tahun 2007 lebih besar dibandingkan
dengan tahun 2008 dan 2009. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa rasio efisiensi
aktivitas non program Yayasan Sion semakin tidak efisien dari tahun ke tahun karena
pengeluaran dalam usaha pencarian dana lebih besar dibandingkan dengan pendapatan
yang diperoleh.
3.2.3 Rasio Dukungan Publik
Dalam rasio ini terdapat 3 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan
dalam tabel berikut
Tabel 5
Rasio Dukungan Publik Yayasan Sion periode 20007-2009

Rasio Dukungan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009


Publik
Total kontribusi 0,74 0,67 0,68
dibagi dengan total
biaya
Total kontribusi 0,87 1,36 1,22
dibagi dengan total
aset
Total kontribusi 0,74 1 1
dibagi dengan total
pendapatan

Berdasarkan evaluasi kinerja keuangan dalam Tabel 5, terlihat bahwa rasio


dukungan publik Yayasan Sion mengalami fluktuasi selama 3 tahun, yakni pada tahun
2007, 2008, dan 2009. Meskipun demikian, peningkatan signifikan hanya terjadi pada
tahun 2008, sementara pada tahun 2009 mengalami penurunan atau menjaga tingkat
stabilitas. Meski demikian, kenaikan tersebut tergolong tidak begitu signifikan. Dari
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dukungan publik untuk
Yayasan Sion berasal dari kontribusi, menunjukkan ketergantungan organisasi pada
sumbangan donatur untuk mendanai operasionalnya. Oleh karena itu, organisasi
rentan terhadap fluktuasi dalam dana sumbangan. Yayasan Sion juga terbatas dalam

8
memanfaatkan sumbangan untuk menciptakan pendapatan tambahan di luar
kontribusi donatur.

3.2.4 Rasio Kinerja Investasi


Rasio ini 1 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukan pada tabel berikut
Tabel 6

Rasio Kinerja Investasi Yayasan Sion periode 20007-2009

Rasio Kinerja Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009


Investasi
Kas dan setara kas 0,01 0,02 0,001
dibagi dengan total
aset

Berdasarkan analisis kinerja keuangan dalam Tabel 6, terlihat bahwa selama


tiga tahun, yaitu pada tahun 2007, 2008, dan 2009, rasio kinerja investasi Yayasan
Sion mengalami fluktuasi. Namun, kenaikan yang signifikan terjadi pada tahun 2008,
diikuti oleh penurunan atau pemeliharaan stabilitas pada tahun 2009. Dari penilaian
tersebut dapat disimpulkan bahwa Yayasan Sion sebagian besar mengalokasikan
aktivitas investasinya dalam bentuk simpanan di bank, terutama dalam bentuk
tabungan. Oleh karena itu, rasio kinerja investasi ini dianggap efektif karena
memungkinkan yayasan dengan mudah menyediakan dana jika diperlukan untuk
mendanai kegiatan-kegiatan tertentu. Namun, tingginya kepemilikan kas juga
membuat yayasan rentan terhadap pemborosan dan potensi penyalahgunaan kas
(agency problems of free cash flows).

3.2.5 Rasio Efisiensi Program


Rasio ini terdapat 1 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel
berikut.
Tabel 7
Rasio Efisiensi Program Yayasan Sion periode 2007-2009
Rasio Efisiensi Program Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Biaya program dibagi
0,31 0,30 0,29
dengan total biaya

9
Sumber; data olahan 2011

Rasio efisiensi program yang berupa biaya program dibagi dengan


total biaya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan
Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 mengalami penurunan dengan nilai -
0.03 %, tahun dan tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 menurun sebesar 0.03
%. Penurunan tersebut dapat dikatakan konstan atau tetap,atau tidak mengalami
perubahan sama sekali, karena nilai penurunan tersebut dinilai kecil.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penurunan tersebut
dikarenakan penurunan biaya program lebih kecil jika dibandingkan dengan total
biaya. Sehingga hal tersebut dapat diartikan bahwa aktivitas yayasan dalam
menjalankan program-programnya semakin kurang efisien.

4. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1) Rasio kinerja fiskal Yayasan Sion menurun dari tahun ke tahun karena
peningkatan total aset lebih signifikan dibandingkan dengan peningkatan total
pendapatan.
2) Efisiensi aktivitas non-program Yayasan Sion semakin buruk dari tahun ke
tahun karena pengeluaran dalam upaya pencarian dana lebih besar daripada
pendapatan yang diperoleh.
3) Rasio dukungan publik Yayasan Sion rendah karena organisasi sangat
tergantung pada sumbangan donatur untuk mendanai kegiatan
operasionalnya, sehingga rentan terhadap fluktuasi dalam sumbangan dana.
4) Rasio kinerja investasi dapat dianggap efektif, karena yayasan dapat dengan
mudah menyediakan dana saat dibutuhkan untuk mendanai kegiatan-
kegiatan.
5) Efisiensi program Yayasan Sion rendah karena penurunan biaya program
lebih kecil dibandingkan dengan total biaya.
4.2 Saran
Di Indonesia, Yayasan Sion mengalami fluktuasi kinerja dari tahun 2007 hingga
2009, dengan sebagian besar tahun mengalami penurunan. Oleh karena itu,
diharapkan Yayasan Sion dapat meningkatkan kinerjanya dengan cara: meningkatkan
sumber daya untuk mengelola keuangan, mengoptimalkan pengeluaran baik untuk

10
program maupun non-program, serta meningkatkan upaya penggalangan
dana kepada donatur.
4.4 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada masalah data, di mana hanya
data dari tiga tahun, yaitu 2007, 2008, dan 2009, yang digunakan. Hal ini disebabkan
oleh fakta bahwa data untuk tahun 2010 belum teraudit saat pengumpulan data
dilakukan. Selain itu, penulis juga tidak dapat melakukan pertemuan langsung
dengan pihak Yayasan Sion. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti lain
dapat menambahkan data untuk tahun 2010.
Yayasan Sion telah melaksanakan beberapa program pengembangan
masyarakat sejak berdirinya, termasuk pendidikan formal, adopsi, dan panti asuhan.
Sebagian besar pendanaan Yayasan Sion berasal dari kontribusi donatur, dan karena
itu organisasi ini sangat bergantung pada sumbangan donatur untuk mendanai
kegiatan operasionalnya. Hal ini membuat organisasi ini rentan terhadap fluktuasi
dalam dana sumbangan yang diterima.

11
DAFTAR PUSTAKA

Helfret, 1999. Analisis Laporan keuangan (terjemahan Herman Wibowo), Edisi 7.


Erlangga. Jakarta

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi
Ketiga, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2004. Standar Akuntansi Keuangan: Pelaporan


Keuangan Organisasi Nirlaba (PSAK No. 45). Jakarta: Salemba
Empat

Mulyadi, 2007. Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced


Scorecard, Yogyakarta : UPP STIM YKPN

Prabowo,Ronny.2004. Problems with Performance- based Budgeting. Jurnal Ekonomi


dan Bisnis. X(2):231-238

12

Anda mungkin juga menyukai