Anda di halaman 1dari 15

Pandangan Al-Qaradawi Tentang Hukum Nikah Misyar … | 1

PANDANGAN AL- QARADAWI TENTANG HUKUM NIKAH MISYAR


(KAJIAN ANALISIS KRITIS PERSPEKTIF DHAWABITH AL-MASLAHAH
SYEKH RAMADHAN AL-BUTI)

Hasbi Ash Shiddiqi


Institut Agama Islam (IAI) Sunan Giri Bojonegoro
E-mail: Hasbiashshiddqi@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan memaparkan pandangan al-Qaradawi tentang hukum nikah
misyar Kajian Analisis Kritis Prepektif Dhawabith Al-Maslahah Syekh Ramadhan Al-
Buti. Rumusan masalah dalam penelitian ini, Pertama, Bagaimanakah al-Qaradawi
menghukumi (berfatwa) tentang nikah misyar? Kedua, Bagaimanakah hukum nikah
misyar menurut al-Qaradawi ditinjau dari perpektif dhawabith al-maslahah Ramadhan
al-buti?. Implementasi dari penelitian ini adalah: pertama, Untuk mengetahui hukum
nikah misyar menurut Yusuf al-Qaradawi, dan landasan fatwa hukum nikah misyar.
Kedua, Untuk mengetahui dhawabith al-maslahah dalam syariat Islam dan aplikasinya
terhadap problematika kontemporer, dalam hal ini problematika nikah misyar yang
masuk dalam kategori problematika kontemporer. Ketiga, Kritik ilmiah terhadap fatwa
al-qaradawi seputar hukum nikah misyar dengan menggunakan “dhawabith al-
maslahah” perspektif Ramadhan al-Buti sebagai pisau analisa. Hasil penelitian ini,
pertama, Hukum nikah misyar menurut al-qaradawi adalah boleh akan tetapi makruh
karena beberapa hal, salah satunya karena terpenuhinya syarat dan rukun dalam
pernikahan. Kedua, Pandangan al-qaradawi ditinjau dari “dhawabith al-maslahah”
dalam syariat Islam tidak bertentangan dengan hukum legal (fiqh) karena sempurnanya
syarat dan rukun. Apabila ditinjau dari tujuan-tujuan syariat (maqosid syari’ah) terdapat
pertentangan karena tidak adanya sakinah, mawaddah dan rahmat yang tidak bisa
digapai kecuali dengan pernikahan syar’i dan umum. Ditinjau dari dhawabith (kriteria)
ke lima dari dhawabith al-maslahah,yaitu “tidak adanya pertentantangan dengan
maslahat yang lebih besar atau sejajar”, pandangan al-Qaradawi masih menjadi ranah
perdebatan. Karena al-Qaradawi kurang memperhatikan masa depan anak-anak yang
lahir dari pernikahan misyar berupa pendidikan, pengasuhan, arahan dan nasehat-
nasehat bagi mereka.

Kata kunci: Nikah Misyar, Al-Qaradawi, Dhawabith al-Maslahah, Ramadhan al-Buti

Pendahuluan bangunan masyarakat. Atas dasar hal


Keluarga merupakan komponen tersebut, muncullah ide untuk mengkaji
terkecil dalam sebuah masyarakat. salah satu problematika masyarakat saat
Semua hal yang berkaitan langsung ini yang berkaitan dengan keluarga,
dengan problematika keluarga, maka yaitu penikahan misyar (Umar 2013,
juga berkaitan dengan problematika 10).
masyarakat secara universal. Islam
mengambil peranan penting dalam Pernikahan misyar yaitu seorang
problematika keluarga, karena ia lelaki menikahi perempuan dan
mensyaratkan untuk tidak
merupakan struktur pertama dalam
menafkahinya. Dia bisa datang kapan

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 3, No. 1


2 | Hasbi Ash Shiddiqi

saja sesukanya. Atau dalam sebuah memenuhi kebutuhannya sebagai lelaki,


kasus seorang lelaki yang menikah di tanpa harus mengeluarkan banyak
suatu negeri, kemudia menceraikan modal untuk nafkah, maka lelaki tadi
istrinya disaat ia keluar dari negeri beranggapan bahwa ia telah
tersebut. kalimat misyar bisa bermakna menemukan solusi utama baginya
murur (berjalan menuju istri). (Abdusattar n.d., 194)
Pernikahan ini tidak seperti pernikahan
Pernikahan jenis ini sudah ada
pada umumnya, dimana suami
berinteraksi dengan istrinya secara sejak dulu, sebagian fuqoha’
kontinyu dan bermalam dengan istrinya. menyebutnya dengan istilah zawaj
lailiyyat, nahariyyat, karena beberapa
Istri dalam misyar merelakan sebagian
hak-haknya hilang, dan tidak menuntut kasus seorang perempuan yang bekerja
nafkah serta tempat tinggal, bahkan diluar rumah malam hari, dan
berkumpul dengan suaminya di siang
hilangnya hak-hak isteri ini atas dasar
kehendak pribadi dan keridhoan hari (Abdusattar n.d., 194)
(Abdusattar n.d., 194). Belum lama ini, terjadi
perkembangan pesat pernikahan jenis
Adapun faktor dominan
terjadinya pernikahan ini adalah ini. Untuk pertama kalinya di daerah
banyaknya jumlah perempuan dalam Qusayyam sebuah kawasan di Saudi
Arabia, kemudian berkembang lagi ke
Islam yang sudah mencapai usia nikah
akan tetapi tidak kunjung menikah, atau wilayah timur tengah yang lain.
sudah menikah tetapi terjadi talak cerai Pencetus ide pernikahan ini bernama
Fahd Ghonim yang berprofesi
atau wafat. Sedangkan perempuan sama
dengan laki-laki dalam hal fithrah dan menikahkan perempuan-perempuan usia
ghorizah (naluri seksual), dan nikah, dan janda-janda. Meskipun
pernikahan menunaikan panggilan sebenarnya model pernikahan ini sudah
naluri, dengan pernikahan perempuan ada puluhan tahun sebelumnya
(Abdullah 2017)
bisa regenerasi dan menunaikan naluri
keibuannya. atas dasar itulah maka si Ibnu Qudamah mengemukakan
perempuan rela hilang hak-haknya dalam al-Mughni, seorang lelaki
sebagai isteri, yang terpenting dia bisa menikahi perempuan dan mensyaratkan
memiliki keturunan (Abdusattar n.d., atas perempuan tadi untuk hanya
194). dikumpuli pada setiap hari jumat
malam. Model lain seperti menikahi
Sebagian lelaki butuh untuk
beristri lebih dari satu, baik karena dengan syarat hanya menafkahi setiah
hasrat seksualnya yang tinggi dan tidak lima atau 10 dirham atau menikahi
dengan syarat menggauli di hari-hari
cukup baginya satu orang istri. Atau
karena istri satu-satunya sakit, dan tertentu dalam sebulan (Qudamah n.d.,
tidak memiliki modal untuk menikah 450-451)
lagi. Dan disatu sisi dia si suami
menjumpai perempuan yang mampu

Al Maqashidi | Januari – Juni 2020


Pandangan Al-Qaradawi Tentang Hukum Nikah Misyar … | 3

Ulama kontemporer berbeda ranah perdebatan didalamnya, karena


pendapat dalam hal kebolehan sudah disepakati bahwa maslahat yang
pernikahan ini. Ada yang menghukumi menjadi acuan syara’ harus tidak
mubah tapi makruh karena tidak bertentangan dengan kitabullah( al-
mengandung realisasi tujuan-tujuan qur’an), sunnah nabi, ijma’ atau qiyas
syariat (maqosid syariah) dalam shohih, dan tidak bertentangan dengan
pernikahan berupa ketenangan jiwa, kemaslahatan yang lebih besar atau
melayani dan mengasuh keluarga secara sepadan.
optimal dan bijak. inilah pendapat al-
Qaradawi dan wahbah zuhaili dan Metodologi Penelitian
beberapa ulama Saudi (Abdusattar n.d., Lazim diketahui bahwa
196). penelitian ilmiah terbagi menjadi dua
Al-Qaradawi berkata: “ini yaitu kajian empiris dan normative
(pustaka), penelitian ini merupakan
merupakan pernikahan wajar dan bisa-
bisa saja karena merupakan pernikahan penelian pustaka, yaitu meneliti hukum-
yang sudah terpenuhi syarat dan hukum fiqh, dengan memaparkan
hukum-hukum dan bagaimanaa proses
rukunnya, bagaimana bisa seorang
faqih meluaskan pembahasan bahwa penggalian hukum tersebut (istidlal).
pernikahan ini haram, pernikahan Mengkaji dan mentarjih setiap pendapat
dan dalil-dalil.
misyar merupakan pernikahan syar’i
terpenuhi syarat dan rukun yang sudah Kajian ini merupakan kajian
makruf dikalangan ulama, hanya saja kualitatif dengan cara mengumpulkan
terdapat kerelaaan istri akan hilangnya kitab-kitab yang berkaitan dengan tema
sebagian hak-haknya seperti tidak yang diangkat. Paparan data dari ide-
menuntut nafkah dan tempat tinggal. ide dan pemikiran tokoh yang diangkat
Suami bisa datang kapan saja tanpa dan menganalisanya agar menghasilkan
batasan waktu, yang mana demikian produk hukum baru .
tersebut atas dasar keridhoan dan tanpa
disebutkan dalam akad (Mutlak n.d., 76- Metodologi Pengumpulan Data
77).
Metodologi pengumpulan data
Tidak sedikit kajian tentang pada penelitian ini berdasarkan dua
hukum syariat ( Islamic law) peneliti unsur pokok. Pertama, studi pandangan
menggunakan “maslahat” sebagai dan data-data yang berkenaan dengan
pisau analisa, termasuk pembahasan tema, dengan cara mengumpulkan
tentang misyar. Dhawabith maslahah tema-tema fiqh dari ulama madzhab 4,
(kriteria-kriteria maslahat) dalam syariat dan kitab-kitab al-Qaradawi seputar
Islam merupakan kriteria yang sudah pernikahan misyar serta karya-karya al-
disepakati, yang ditulis oleh Said Buti yang membahas tentang maslahat.
Romadhan al- Buti sebagai syarat untuk Kedua, mengkaji terlebih dahulu data
menggondol gelar doktoralnya di sebelum menuliskannya di pembahasan
universitas al- azhar. Tidak ada lagi ini.

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 3, No. 1


4 | Hasbi Ash Shiddiqi

Metodologi Analisis Data Kelima, at-tarjih, yaitu


mengunggulkan salah satu pendapat
Setelah proses pengumpulan dari berbagai pendapat setelah
data, penulis menganalisis data-data memastikan kekuatan dalil yang
tersebut dengan metodologi ilmiah dijadikan landasan. Dengan selalu
melalui beberapa langkah sebagai mempertimbangkan dhawabith
berikut: maslahah sebagai pisau analisa.
Pertama, at-tahrir, yaitu fase
Misyar dan Dhabith Pertama
kajian data yang telah dikumpulkan dan (Sejalan dengan Maqosid Syari’ah)
diverifikasi. Peneliti pada tahapan ini
berusaha mengumpulkan data dari Beberapa hal yang perlu
sumber berupa buku-buku yang berisi dipaparkan berkenaan dengan tinjauan
pandangan Yusuf al-Qaradawi yang hukum nikah misyar dianalisis dengan
banyak tersebar di beberapa situs dengan kacamata poin pertama dalam
internet, terutama di situs resmi dhawabith al-maslahah:
miliknya al-qaradawi.net. Peneliti
menemukan fatwa-fatwa tentang misyar Pertama, dasar hukum utama
yang menjadi alasan kelompok
dari al-qaradawi dengan model tanya –
jawab dari pengunjung situs tersebut. membolehkan nikah misyar adalah
terpenuhimya segala syarat sahnya
Kedua, at-tahlil, yaitu perincian pernikahan. Karena itulah pernikahan
informasi untuk mengetahui korelasinya menjadi sah menurut agama.
dengan hukum-hukum nikah misyar. Pernikahan yang didalamnya terdapat
Pada tahapan ini peneliti menampilkan ijab dan qobul, saling meridhoi antara
paparan data umum yang berkaitan kedua mempelai, wali, saksi, kedua
dengan misyar. Dari segi definisi, mempelai sepadan, ada mahar yang
sebab-sebab kemunculan, dan disepakati, maka akad nikah tersebut
komparasinya dengan jenis-jenis resmi, dan keduanya menjadi suami
pernikahan lainnya yang akan isteri. Pendapat ini apabila dihubungkan
ditampilkan di kajian teori. dengan konsep maqosid syari’ah maka
tampak relevan dengan maqosid
Ketiga, at-tahqiq, verifikasi syari’ah pada ranah hifdh ad-din tingkat
ulang data-data yang telah didapat dhoruriyyat serta pada ranah hifdh nasb
untuk memastikan validitasnya. tingkat doruriyyat. Karena dalam ranah
Keempat, takhrij hadits-hadits ini mengindentifikasikan bahwa dengan
yang berhubungan dengan nikah misyar adanya pernikahan maka ajaran agama
dengan memaparkan tingkat dan eksistensi keluarga Islam dapat
validitasnya, dan juga menggunakan terjaga (Tobari Turki, 13).
pendekatan aqli dalam memahami Kedua, pernikahan misyar
hadits, serta pengambilan kesimpulan biasanya terjadi dalam kondisi darurat.
hukum (instinbath al-hukm). Suami istri ingin menjaga kehormatan,

Al Maqashidi | Januari – Juni 2020


Pandangan Al-Qaradawi Tentang Hukum Nikah Misyar … | 5

sedangkan pernikahan yang umum tidak pernikahan. Ini sesuai dengan konsep
mungkin mereka tempuh. Sehingga maqosid syariah pada ranah hifd al-
mereka terdesak untuk melakukan nikah nafs pada tingkat hajiyyat (Tobari
misyar, pandangan ini menemukan Turki, 13).
relevansinya pada ranah hifdh ad-din
tingkat hajiyyat. Dalam keadaan Kelima, istri yang kaya bisa
tertentu ketentuan pernikahan dalam membantu ekonomi suami yang
mungkin lemah, ini sejalan dengan hifd
Islam dapat diperingan, diantaranya
diperbolehkannya istri merelakan al- nafs pada tingkat tahsinat. Selain itu
sebagian haknya dari suami (Tobari dengan pernikahan misyar, istri
beruntuing karena memiliki seorang
Turki, 13).
yang bisa melindungi diri dan hartanya
Ketiga, mereka yang dari kerusakan dan gangguan pihak lain.
membolehkan nikah misyar Ini sejalan dengan konsep hifdh al-mal
berpendapat bahwa jika ditinjau dari pada tingkatan dhoruriyyat (Tobari
perwujudan tujuan-tujuan besar sebuah Turki, 13).
pernikahan, memang benar bahwa nikah
misyar bukan bentuk pernikahan yang
ideal, akan tetapi bukan berarti kosong
dari pembentukan tujuan-tujuan
utamanya secara keseluruhan. Bahkan
tidak sedikit tujuan-tujuan tersebut bisa
ditemukan di dalamnya. Hanya saja,
keduanya saling meridhoi dan sepakat
bahwa tidak ada hak nafkah dari suami
untuk istrinya. Juga tidak ada berbagi
giliran. Karena adanya hak-hak
pernikahan tersebut, maka pendapat ini
apabila dihubungkan dengan maqosid
syariah maka akan tampak relevan
dengan hifd al-nafs pada tingkat
dhoruriyyat. Yakni terpeliharanya
keberlangsungan reproduksi keturunan,
serta terpeliharanya kehormatan,
terutama kehormatan kaum wanita yang
tidak diperolehnya kecuali dengan
pernikahan. Selain itu sang istri yang
dinikahi secara misyar juga ikut
merasakan kebahagiaan dan kepuasan
batin karena dalam pernikahan tersebut
ia mendapatkan sesuatu yang tidak ia
dapatkan kecuali dengan melakukan

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 3, No. 1


6 | Hasbi Ash Shiddiqi

Tabel 1
Pembahasan Misyar dan Relevansinya dengan Maqosid Syari’ah

Maqosid Shariah Pendapat dan Relevansi Pendapat yang Kuat


No Klasifikasi Tingkat Membolehkan Misyar Mengharamkan Misyar Berdasarkan Tarjih Maqosid
kepentingan
1 Hifd al-din Dhoruriyyat Dengan dilaksanakannya pernikahan Pendapat yang membolehkan lebih
misyar maka eksistensi ajaran Islam dan kuat dalam tingkat dharuriyyat dan
keluarga Islam akan terjaga hajiyyat, tetapi pendapat yang
Hajiyyat Karena ketidakmampuan suami, maka melarang lebih kuat dalam tingkat
istri merelakan tidak terpenuhinya tahsiniyyat.
beberapa haknya dari suami
Tahsinat Tidak menggauli istri dan keluarga
secara adil dan ma’ruf
2 Hifd al- Dhoruriyyat Dengan adanya nikah misyar, maka Pendapat yang membolehkannya
nafs terpelihara keberlangsungan reproduksi yang lebih kuat dalam tingkat
keturunan dharuriyyat dan tahsinat . tetapi
Hajiyyat Tercukupinya nafkah lahir dan batin Tidak tercukupinya nafkah lahir dan sama-sama kuat dalam tingkat
meski tidak sempurna batin keluarga secara keseluruhan hajiyyat.

Tahsinat Dengan nikah misyar istri yang kaya bisa


membantu ekonomi suami yang mungkin
lemah
3 Hifd al- Dhoruriyyat Pernikahan telah memenuhi syarat dan Adanya unsur penghinaan terhadap Pendapat yang membolehkan dan
nasab rukunnya, serta terjaganya kehormatan kaum wanita dan terkadang yang melarang sama-sama kuat
wanita-wanita atau perawan tua yang mengandung muatan untuk dalam tingkat dharuriyyat dan
belum menikah, lebih-lebih yang mengabaikan syarat dan rukun hajiyyat, tetapi pendapat yang
berstatus janda pernikahan, serta niatan untuk melarang lebih kuat dalam tingkat

Al Maqashidi | Januari – Juni 2020


Pandangan Al-Qaradawi Tentang Hukum Nikah Misyar … | 7

menggugurkan hak istri atas pemenuhan tahsinat.


kebutuhan biologis, nafkah, dan lain-
lain
Hajiyyat Adanya pencatatan pernikahan Tidak adanya pencatatan pernikahan
Tahsinat Tidak adanya sosialisasi pernikahan

4 Hifd al- Dhoruriyyat Pemeliharaan keluarga dari pengaruh Pendapat yang melarang lebih kuat
Aql buruk zaman tidak terlaksana
Hajiyyat Sedikitnya waktu suami untuk keluarga,
pendidikan dan akhlak anak jadi tidak
terurus
Tahsinat Sedikitnya waktu untuk keluarga
membuat peran suami tidak berfungsi
5 Hifd al- Dhoruriyyat Istri memiliki seseorang yang bisa Pendapat yang membolehkan yang
mal melindungi diri dan hartanya dari lebih kuat dalam tingkat dharuriyyat,
kerusakan dan gangguan pihak lain tetapi pendapat yang melarang lebih
Hajiyyat Tidak ada nafkah untuk istri (dan anak- kuat dalam tingkat hajiyyat dan
anaknya) tahsinat.
Tahsinat Karena hakekatnya kekayaan adalah
milik istri, maka penggunaan harta lebih
bergantuing kehendak istri

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 3, No. 1


8 | Hasbi Ash Shiddiqi

Hak-hak yang Gugur dari Istri dalam ًُ‫عهَ ۡي ًِ ِز ۡشقُ ۥ‬


َ ‫سعَتِ ِٖۖۦً ََ َمه قُد َِز‬ َ ‫سعَ ٖت ِ ّمه‬ َ َُ‫ِنيُى ِف ۡق ذ‬
Pernikahan Misyar ٓ ‫سا ِإ ََّل َما‬ ً ‫ٱّللُ و َۡف‬
َّ ‫ف‬ َّ ًُ‫فَ ۡهيُى ِف ۡق ِم َّما ٓ َءات َ َٰى‬
ُ ّ‫ٱّللُ ََل يُ َك ِه‬
Hak-hak yang gugur dalam ‫ع ۡس ٖس ي ُۡس ٗسا‬ َّ ‫سيَ ۡجعَ ُم‬
ُ َ‫ٱّللُ يَعۡ د‬ َ ‫َءات ََٰى ٍَا‬
pernikahan misyar, yaitu nafkah, adalah
Hendaklah orang yang mampu memberi
(keadilan) dalam pembagian nafkah nafkah menurut kemampuannya. Dan
maupun mabit (bermalam), dan kafa’ah orang yang disempitkan rezekinya
(sepadan). hendaklah memberi nafkah dari harta
yang diberikan Allah kepadanya. Allah
Dalil-dalil Kewajiban Menafkahi Istri tidak memikulkan beban kepada
dalam al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan seseorang melainkan sekedar apa yang
Qiyas. Allah berikan kepadanya. Allah kelak
akan memberikan kelapangan sesudah
Menafkahi istri menjadi kesempitan ( al-Talak : 7)
kewajiban suami dalam syariat, dengan
Dan firman Allah swt:
dalil firman allah swt:

‫سكَىتُم ِ ّمه َُ ۡج ِد ُك ۡم ََ ََل‬ ُ ‫أ َ ۡس ِكىُُ ٌُ َّه ِم ۡه َد ۡي‬ ‫ََ ِك ۡس َُت ُ ٍُ َّه‬ ‫ِز ۡشقُ ٍُ َّه‬ ًُ‫نَ ۥ‬ ‫عهَّ ۡٱن َم ُۡنُُ ِد‬ َ ََ
َ ‫ث‬
ِ َ‫عهَ ۡي ٍِ َّه ََإِن ُك َّه أ ُ َْ َٰن‬
‫َف‬ ِ ‫ِي ۡٱن َمعۡ ُس‬
‫ت‬ َ ْ‫ض ِيّقُُا‬ َ ُ ‫ضا ٓ ُّزَ ٌُ َّه ِنت‬
َ ُ‫ت‬
‫ض ۡعهَ َد ۡمهَ ٍُ َّه فَإِ ۡن‬ َ ْ‫َدمۡ ٖم فَأَو ِفقُُا‬
َ َ‫عهَ ۡي ٍِ َّه َدت َّ َّٰ ي‬ Dan kewajiban ayah memberi makan
‫ُز ٌُ َّه ََ ۡأت َِم ُسَاْ يَ ۡيىَ ُكم‬ َ ‫ضعۡ هَ نَ ُك ۡم فَاتُُ ٌُ َّه أ ُ ُج‬ َ ‫أ َ ۡز‬ dan pakaian kepada para ibu dengan
َِٰ ‫ض ُع نَ ٓۥًُ أ ُ ۡخ َس‬
cara ma´ruf.(al-Baqarah:233)
ِ ‫ست ُ ۡس‬
َ َ‫س ۡست ُ ۡم ف‬
َ ‫َف ََإِن تَعَا‬ ٖٖۖ ‫يِ َمعۡ ُس‬
Ayat –ayat tersebut mewajibkan
Tempatkanlah mereka (para isteri) di pemberian nafkah bagi istri yang dicerai
mana kamu bertempat tinggal menurut
pada masa iddah, jika istri yang sudah
skemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk dicerai saja tetap wajib diberi nafkah,
menyempitkan (hati) mereka. Dan jika maka istri yang belum dicerai lebih
mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) utama kewajibannya dalam hal ini
itu sedang hamil, maka berikanlah (Albarri, Hukum-hukum Dasar
kepada mereka nafkahnya hingga Keluarga Islam n.d., 133).
mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu Dan firman allah swt:
maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di َّ َ‫سا ٓ ِء ِي َما ف‬
‫ض َم‬ َ ّ‫عهَّ ٱن ِى‬ َ َ‫ٱنس َجا ُل قَ َٰ َُّ ُمُن‬ ِّ
antara kamu (segala sesuatu) dengan
baik; dan jika kamu menemui kesulitan ‫ض ََ ِي َما ٓ أَوفَقُُاْ ِم ۡه‬ ٖ ۡ‫عهَ َّٰ يَع‬
َ ‫ض ٍُ ۡم‬َ ۡ‫ٱّللُ يَع‬ َّ
maka perempuan lain boleh ‫أَمۡ َٰ َُ ِن ٍِ ۡم‬
menyusukan (anak itu) untuknya( al-
Talaq: 6). Kaum laki-laki itu adalah pemimpin
Dan firman allah swt, perihal bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka
wanita yang dicerai: (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. ( al-nisa’: 34).

Al Maqashidi | Januari – Juni 2020


Pandangan Al-Qaradawi Tentang Hukum Nikah Misyar … | 9

Dan masih banyak lagi dalil- wanita dengan arahan dan pengayoman,
dalil yang mewajibkan pemberian sebagaimana pemerintah terhadap
nafkah bagi istri (al-Jaziri 2015, jilid 4, rakyatnya, karena lelaki diberi
523). keistimewaan kekuatan fisik dan akal
dan diwajibkan kepadanya kewajiban
Pandangan al-Qaradawi tentang al- maliyah (mencari materi). Allah
Nisa’ 34 dan Bantahannya. berfirman :
Al-Qaradawi berkata: “sebagian
yang kontra terhadap misyar
َّ ‫ض َم‬
ُ‫ٱّلل‬ َّ َ‫سا ٓ ِء يِ َما ف‬ َ ّ‫عهَّ ٱن ِى‬ َ َ‫ٱنس َجا ُل قَ َٰ َُّ ُمُن‬
ِّ
beranggapan bahwa misyar telah ۚ‫ض ََ ِي َما ٓ أَوفَقُُاْ ِم ۡه أ َ ۡم َٰ َُ ِن ٍِ ۡم‬ٖ ۡ‫عهَ َّٰ يَع‬َ ‫ض ٍُ ۡم‬
َ ۡ‫يَع‬
menciderai ketetapan allah swt bahwa Al-Baidhowi berkata dalam
laki-laki adalah pemimpin bagi wanita, menafsirkan ayat ini: laki-laki
bertanggung jawab terhadap keluarga, bertanggung jawab kepada istri mereka
dan disini laki-laki tidak menafkahi dan sebagaimana tanggung jawab pemimpin
tidak menyediakan tempat tinggal bagi terhadap rakyatnya. Yang demikian
istrinya”. Al-Qaradawi berkata lagi: “ karena lelaki memiliki dua hal: wahbiy
sesungguhnya allah menjadikan al- (kemampuan bawaan) dan kasbiy
qowamah (kepatutan memimpin) bagi (kemampuan usaha), kemudian berkata:
laki-laki dengan dua hal: pertama,
(‫ض‬ ٖ ۡ‫عهَ َّٰ يَع‬
َ ‫ض ٍُ ۡم‬
َ ۡ‫ٱّللُ يَع‬ َّ َ‫ ) ِي َما ف‬karena
َّ ‫ض َم‬
karena keutamaan yang diberikan Allah
keutamaan yang Allah berikan kepada
kepadanya dan tidak untuk yang
laki-laki atas perempuan berupa
lainnya. Kedua, dengan apa yang telah
sempurnanya akal, cerdas dalam
dikeluarkan untuk nafkah dari hartanya
berstrategi, kekuatan yang lebih, dan
sendiri. Adapun maksud dari yang
kemampuan untuk menikahi prempuan
pertama adalah apa yang telah Allah
dengan membayar mahar dan nafkah,
berikan khusus untuk laki-laki berupa
maka wajib bagi bagi istri mentaati
kemampuan menanggung beban dan
suami kecuali dalam perkara maksiat
sabar akan letihnya memimpin dan
(at-Thobari n.d.).
tanggung jawabnya lebih besar
dibanding perempuan. Dan maksud dari Jadi, mayoritas ahli tafsir
hal yang kedua adalah bahwa cukup berpendapat wajibnya nafkah bagi istri
bagi lelaki hanya dengan membayar dengan dalil-dalil yang sudah
mahar dari apa yang dia punya dari disebutkan diatas.
hartanya, maka ia berhak menyandang
predikat qowamah dengan sebatas duhul Adapun dalil sunnahnya,
(senggama) sebelum si suami memulai sebagaimana sabda Rasulullah saw
kewajiban nafkah sehari-sehari (Al- dalam khotbahnya pada haji wada’.
Qaradawi n.d., 15-16). Nabi bersabda: "Takutlah akan Allah
pada wanita, maka kamu telah
Mungkin bisa dibantah membawa mereka dengan amanah dari
pandangan tersebut, bahwa Allah Allah, dan kalian telah menghalalkan
menjadikan lelaki pemimpin bagi kemaluannya dengan kalimat Allah dan

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 3, No. 1


10 | Hasbi Ash Shiddiqi

bagi mereka istri-istrimu kalian istri berdasarkan dalil kitab, Sunnah,


berkewajiban memenuhi kebutuhan dan ijma’ dan qiyas. Tidak wajibnya
pakaiannya dengan baik. Sabda memberikan nafkah dalam misyar
Rasulullah saw: berilah mereka (Istri- bertentangan dengan yang tersebut
istrimu) makan, sebagaimana kalian diatas. Konsep al-Qaradawi tentang
makan, dan berilah mereka pakaian qowamah lelaki dengan hanya
sebagaimana kalian berpakaian, jangan membayar mahar saja, tidak dibenarkan
pukul dan jangan cela mereka (Albarri, secara nash dan akal.
Hukum-hukum Dasar Keluarga Islam
n.d., 133). Keadilan dalam Pembagian antara
Diriwayatkan bahwa istri Abu Istri-istri dalam Perspektif Dhawabith
Sufyan mengeluh kepada Rasulullah Maslahah
saw. tentang pelitnya suaminya, dan dia Hukum keadilan dalam
berkata: "Wahai Rasulullah, Abu pembagian antara istri adalah wajib.
Sufyan adalah orang miskin yang tidak Selagi masih terdapat 3 hal pada istri
memberi saya nafkah yang tersebut, yaitu berakal, sehat dan tidak
mencukupiku dan cukup buat anakku nusyuz. Suami harus membagi antara
dan aku telah mengambil hartanya tanpa istri-istrinya secara adil dalam mabit
sepengetahuannya”. Nabi saw bersabda: (bermalam). Dalilnya adalah: “Jika
“ambillah dari uangnya dengan baik kamu khawatir tidak bisa berbuat adil
dan cukup untukmu dan anakmu” maka cukup satu istri saja” (Qs. an-
(Albarri, Hukum-hukum Dasar Nisa: 3). Allah telah memerintahkan
Keluarga Islam n.d., 133). kita untuk membatasi diri kepada satu
Fuqoha telah sepakat bahwa istri karena takut akan ketidakadilan. Ini
istri diberi nafkah oleh suaminya. Ini menunjukkan bahwa berlaku adil itu
berdasakan landasan akal dan keadilan, wajib (al-Jaziri 2015, jilid 4, 229).
karena sang istri penuh waktu untuk Adil tidak berarti harus sama.
suami dalam kehidupan rumah tangga, Sebagaimana tidak wajib menyamakan
dan barangsiapa menyibukkan untuk dalam nafkah, juga tidak wajib dalam
urusan orang lain, maka ia berhak hal senggama, dan kecenderungan lebih
mendapatkan nafkah (wajib suami cinta pada salah satu istri, karena yang
memberikan nafkahnya). Yang demikian sudah diluar usaha manusia,
dimaksudkan disini adalah makanan tetapi sudah menjadi hal yang wajar.
istri, pakaian dan tempat tinggalnya Terkadang suami lebih besar hasrat nya
(Albarri, Hukum-hukum Dasar ke salah satu istri dan terkadang hatinya
Keluarga Islam n.d., 133). lebih cinta pada satu istri dari pada yang
Penulis menyimpulkan lain. Ini bukan kemampuannya untuk
pembahasan tentang nafkah istri dan membendungnya. Dan inilah makna
hubungannya dengan perkawinan dari firman Allah swt:
misyar menurut Syaikh al-Qaradawi,
dan analisisnya berdasarkan kriteria
maslahat, yaitu suami wajib menafkahi

Al Maqashidi | Januari – Juni 2020


Pandangan Al-Qaradawi Tentang Hukum Nikah Misyar … | 11

ُۡ َ‫سا ٓ ِء ََن‬ َ ّ‫ََنَه ت َۡست َِطيعُ ُٓاْ أَن ت َعۡ ِدنُُاْ يَ ۡيهَ ٱن ِى‬ dibawah lindungan Rosul SAW.
‫َد َسصۡ ت ُ ٖۡۖم فَ ََل ت َِميهُُاْ ُك َّم ۡٱن َم ۡي ِم فَتَرَ ُزٌََا ك َۡٱن ُمعَهَّقَ ِت‬ Sebagaimana difirmankan allah SWT:
‫ُزا‬ ٗ ُ‫غف‬ َ َ‫ٱّللَ َكان‬ َّ ‫ََإِن تُصۡ ِه ُذُاْ ََتَتَّقُُاْ فَإِ َّن‬ ‫ُشا أ َ َۡ ِإ ۡع َساضٗ ا‬ ُ ُ‫ََ ِإ ِن ٱمۡ َسأَة خَافَ ۡت ِم ۢه يَعۡ ِه ٍَا و‬
ً ‫ش‬
‫َّز ِد ٗيما‬ ‫ص ۡه ٗذا‬
ُ ‫عهَ ۡي ٍِ َما ٓ أَن يُصۡ ِه َذا يَ ۡيىَ ٍُ َما‬
َ ‫فَ ََل ُجىَا َح‬
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat ‫س‬ٞۗ ‫ص ۡه ُخ خ َۡي‬
ُّ ‫ََٱن‬
berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), Dan jika seorang wanita khawatir akan
walaupun kamu sangat ingin berbuat nusyuz atau sikap tidak acuh dari
demikian, karena itu janganlah kamu suaminya, maka tidak mengapa bagi
terlalu cenderung (kepada yang kamu keduanya mengadakan perdamaian
cintai), sehingga kamu biarkan yang yang sebenar-benarnya, dan
lain terkatung-katung. Dan jika kamu perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)
mengadakan perbaikan dan memelihara (Al-Nisa’ : 128).
diri (dari kecurangan), maka Hadis ini tidak bisa dijadikan
sesungguhnya Allah Maha Pengampun landasan, karena hak bermalam adalah
lagi Maha Penyayang. (al-Nisa’ :129). milik Saudah RA. Rasul telah membagi
Yang dimaksud disini adalah hak untuk Saudah dan tidak
tidak adanya kemampuan yang bukan mensyaratkan gugurnya hak tersebut
merupakan usaha manusia berupa sebelum pernikahan atau saat
kecintaan hati, dan yang berimplikasi berlangsungnya akad, selagi hak
terhadap hasrat bersenang-senang (al- tersebut sudah menjadi milik Saudah,
Jaziri 2015, jilid 4, 229). maka ia boleh memberikannya atau
melepaskannya, seperti mahar yang
Bantahan Terhadap al-Qaradawi boleh diberikan kepada suami meskipun
tentang Bolehnya Perempuan sebagian oleh si istri sebagaimana
Merelakan Hak-haknya Berupa firman allah swt:
ُ ‫عه ش َۡي ٖء ِ ّم ۡىً ُ و َۡف ٗسا فَ ُكهُُي‬
Nafkah dan Tempat Tinggal.
Al-Qaradawi berdalil tentang َ ‫فَإِن ِط ۡبهَ نَ ُك ۡم‬
kebolehan perempuan yang merelakan ‫ٌَىِ ٗيٓا َّم ِس ٗ ٓيا‬
sebagian haknya dengan hadis tentang Kemudian jika mereka menyerahkan
kisah Saudah binti Zam’ah istri kepada kamu sebagian dari maskawin
rosululllah SAW, setelah Khadijah RA. itu dengan senang hati, maka makanlah
(ambillah) pemberian itu (sebagai
Disaat saudah tua dan merasa perilaku
makanan) yang sedap lagi baik
Rosul berubah dan tidak seperti akibatnya( Al-Nisa’:4).
sebelumnya, kemudian khawatir dicerai
oleh rosulullah SAW dan tidak lagi Penjelasan Singkat tentang Kafa’ah
menyandang gelar ummul mukminin dan Sudah lumrah diketahui dalam
tidak menjadi istri Rosul kelak di surga, pernikahan misyar terdapat satu unsur
maka dengan segera ia memberikan yang hilang yaitu kafa’ah. Status istri
informasi kepada Rosul SAW yang dalam misyar lebih tinggi dari suami.
berisi tentang kerelaan jatah hari Ulama yang pro terhadap aplikasi dari
untuknya untuk Aisyah RA. Kemudia konsep kafa’ah memberikan hak
Rosul memujinya, dan saudah tetap menolak lamaran lelaki yang tidak
sekufu’ bagi si perempuan atau walinya.

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 3, No. 1


12 | Hasbi Ash Shiddiqi

Bagi mereka, ini tidak bertentangan konsep hifd al-nasl pada tingkatan
dengan prinsip Islam dalam musawah dharuriyyat (Yusuf 1423, 154).
(kesetaraan) antar manusia baik kaya Kedua, membentengi
maupun miskin. Mulia atau biasa-biasa diri (al-ihson) di sini tidak terbatas
saja, karena bagi mereka musawah hanya kepada pihak perempuan saja,
hanya dalam hal hak-hak dan kewajiban tetapi juga bagi lelaki. seorang lelaki
dan aplikasi hukuman (uqubah), adapun apabila istrinya sakit atau tidak mampu
konsep musawah dalam perkara memenuhi hasrat biologisnya dan suami
duniawi pangkat dan kedudukan membutuhkan perempuan lain yang
bukanlah tujuan agama Islam. mampu memenuhi hasratnya dan
mampu membentengi dari jatuh
Kaedah Maslahat Tidak Boleh kedalam jurang kehinaan, akan tetapi
Bertentangan dengan Maslahat yang khawatir akan hancurnya rumah tangga,
Lebih Besar atau Sejajar dan atau seorang laki-laki yang tidak
Aplikasinya dalam Pernikahan mampu mencukupi modal untuk
Misyar. menikah sebagaimana wajarnya Maka
Sebelum kita fokus pada Ia cenderung melaksanakan pernikahan
pembahasan akhir ini dari dhawabith ini untuk melindungi dirinya, lebih lebih
maslahah dalam syari’ah Islam, ketika dia selalu dalam keadaan
seyogjanya kita mengetahui beberapa perjalanan (Safar) dan jauh dari
kemaslahatan dari nikah misyar. Dalam keluarga dan rumahnya. ini selaras
hal ini penulis menyebutkan maslahah: dengan hifd al-nafs pada tingkatan
Pertama, pernikahan ini dharuriyah (Yusuf 1423, 154).
mampu mengentaskan permasalahan
perawan-perawan tua, janda-janda, dan Ketiga, pernikahan model ini
perempuan dengan keadaan khusus. mampu membantu para janda yang
ditinggal mati suaminya atau karena
Mereka semua memiliki keterbatasan
gerak, atau bisa jadi mereka cerai, dan memiliki beberapa anak
bertanggung jawab mengasuh orang tua, dengan harapan agar bisa dididik anak-
anak mereka dan mendapatkan
dan anak-anak yatim. Mereka
mendambakan seorang lelaki perhatian. Perlu diperhatikan bahwa
sebagaimana perempuan lainnya adanya laki-laki dan perempuan atau
suami istri dalam satu rumah meskipun
membutuhkan lelaki sebagai tempat
bersandar dan memenuhi hasrat hanya beberapa saat saja telah mampu
nalurinya. Tetapi kondisi tidak membantu istri dalam mendidik anak-
anaknya dan mampu membantu
memungkinkan untuk itu semua, dan
para lelaki tidak sanggup menikahinya. problematika kemasyarakatan di
Maka perempuan atau walinya sekitarnya. bahkan anak-anak tadi
terpaut hatinya dengan siapa yang telah
mengajukan agar sebagian hak-haknya
sebagai istri gugur demi menjaga diri memotivasi mereka dan mereka terhibur
dari perbuatan nista dan mengharapkan dengan keyatimannya. Hal ini selaras
keturunan. Hal ini selaras dengan

Al Maqashidi | Januari – Juni 2020


Pandangan Al-Qaradawi Tentang Hukum Nikah Misyar … | 13

dengan konsep hifd al-aql pada belaka. Berpindah dari satu istri ke istri
tingkatan dharuriyat (Yusuf 1423, 154). yang lain, menikah di sini dan
menceraikan yang disana, selagi dia
Keempat, pernikahan model ini merasa tidak memiliki tanggung jawab
mampu membantu pemuda-pemuda apa-apa.
yang ingin menikah tetapi tidak
memiliki modal untuk menjalaninya. Keempat, wanita merasa terhina
Seperti yang terjadi di Saudi Arabia dengan jenis model pernikahan ini
yang mana harga mahar mencapai terlebih ketika suami hanya
100.000 Real bahkan lebih. Hal ini menginginkan hasrat seksual saja dan
selaras dengan konsep hifd al-nasl pada tidak mengindahkan tuntutan-tuntutan
tingkatan hajiyyat. istri berupa ketenangan dan kasih
sayang.
Meskipun terdapat beberapa
kelebihan pada pernikahan ini tetapi Al-Qaradawi tidak mendetail
juga terdapat beberapa implikasi negatif membahas implikasi-implikasi buruk
pada individu, keluarga, dan dari pernikahan ini. Dia hanya
masyarakat. Terdapat beberapa dampak memfokuskan pandangannya dengan
negatif pada pernikahan misyar, yaitu: landasan dasar-dasar hukum fiqih dan
kemaslahatan- kemaslahatan semu saja.
Pertama, perempuan terkadang Padahal terdapat implikasi-implikasi
merasa bahwa dia berada di posisi buruk dibalik pernikahan ini.
terendah dalam mendapatkan hak-
haknya sebagai seorang istri. Konsep maslahat sebagai
Pernikahan ini tidak menjadikan istri landasan pokok dalam memproduksi
merasa bahwa dia adalah ibu rumah hukum harus mempertimbangkan bobot
tangga, lebih-lebih ketika dia pertama antara maslahat dan mudharat dengan
kali melangsungkan pernikahan, dan prinsip skala prioritas, seperti
suaminya adalah suami pertamanya. dharuriyat harus diutamakan daripada
atau bisa jadi karena pernikahan ini, istri hajiyyat dan tahsinat. Kemudian
tidak bisa memiliki keturunan dan tidak bertingkat sesuai urutan tingkatnya
bisa memenuhi kebutuhan jiwanya. seperti hifd al-din harus diutamakan
daripada hifd- al-nafs dan seterusnya.
Kedua, pernikahan jenis ini Melindungi diri dari jatuh ke dalam
berimplikasi buruk terhadap jiwa atau jurang kehinaan bagi kedua belah pihak
psikologi perempuan, karena membuat
baik suami maupun istri masuk dalam
istri merasa bahwa dia bukan istri kategori hifd al-nasl pada tingkat
seutuhnya dan merasa bahwa dia berada dharuriyat karena keharaman zina telah
di ambang perceraian dan hancurnya maklum diketahui dalam agama secara
rumah tangga. dhoruri, akan tetapi masa depan anak-
Ketiga, sebagian laki-laki anak yang lahir dari pernikahan misyar
melaksanakan pernikahan jenis ini berupa pendidikan, arahan, dan
hanya karena ingin bersenang-senang pengasuhan kita tidak boleh

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 3, No. 1


14 | Hasbi Ash Shiddiqi

menyepelekannya meskipun dalam Qaradawi mengqiyaskan dengan hadis


pandangan peneliti ini masuk dalam Saudah binti zam'ah R.A yang
kategori hifd al-aql pada tingkat memberikan malamnya untuk Aisyah
hajiyyat. R.A kepada Rasulullah SAW.

Kesimpulan Kemudian al-qardhawi juga


berdalil dengan Maslahah Mursalah.
Al-Qaradawi membolehkan Dengan mengatakan “menolak bahaya
pernikahan misyar akan tetapi lebih diutamakan daripada menarik
memakruhkannya (ibahah ma’a al- kemaslahatan”. Artinya menikahnya
karohah) dengan beberapa landasan. seorang perempuan dengan laki-laki
Pertama, tercukupinya atau yang datang kepadanya meskipun hanya
terpenuhinya syarat-syarat dan rukun sebagian waktu saja lebih utama
pernikahan. Kedua, meskipun daripada hidup sendirian selamanya.
pernikahan ini bukan pernikahan Islam Orang yang berakal dan bijaksana
yang luhur tetapi ini adalah pernikahan mengetahui mana yang lebih baik
yang mungkin terjadi yang disebabkan daripada kedua mudharat dan
keadaan darurat, perkembangan melaksanakan mudharat yang lebih
masyarakat, dan kondisi sosial. Tidak ringan.
adanya realisasi tujuan yang diharapkan
dalam pernikahan tidak serta-merta Pandangan al-Qaradawi bila
membatalkan akad, tetapi hanya ditinjau dengan kriteria maslahat dalam
menciderai pernikahan itu sesuai kaidah syariah Islam, tidak bertentangan
“apa yang tidak bisa diambil semua dengan hukum legal formal fiqih karena
tidak ditinggalkan semua, dan yang sempurnanya syarat dan rukun
sedikit lebih baik daripada tidak ada pernikahan tetapi di dalam pandangan
sama sekali”. maqosid syari’ah, tidak sejalan
dengannya karena tidak adanya
Kemampuan memimpin seorang Sakinah, mawaddah, dan rahmat yang
laki-laki (qowamah) menurut al- tidak dapat digapai kecuali sengan
Qaradawi dalam surah an-Nisa ayat 34, pernikahan yang syar'i dan umum di
maka cukup bagi seorang laki-laki masyarakat.
hanya dengan membayar mahar saja
dari hartanya sendiri. Oleh karenanya Dalam perspektif kriteria
maka lelaki sudah berhak menyandang maslahat yang ke- lima “maslahat tidak
predikat qowamah, hanya dengan boleh bertentangan dengan maslahat
bersenggama dengan istrinya sebelum yang lebih besar atau sepadan”.
memulai membayar kewajiban nafkah Pandangan al-Qaradawi masih menjadi
sehari-hari. ranah perdebatan, karena dia tidak
memperhatikan masa depan anak-anak
Dalam kebolehan melepaskan yang lahir dari pernikahan ini berupa
istri akan hak-haknya dalam pernikahan pendidikan, asuhan, dan arahan.
misyar berdalil dengan Qiyas. Al-

Al Maqashidi | Januari – Juni 2020


Pandangan Al-Qaradawi Tentang Hukum Nikah Misyar … | 15

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Lina. "Misyar dalam Pandangan Ulama Kontemporer." 6 5, 2017.

Abdusattar, Muhammad. Al-Ahwal as-Syakhsiyyah fi Syariah Islamiyah. Cairo: Fakultas


Syariah dan UU Universitas al-Azhar, n.d.

Albarri, Zakariya. Hukum-hukum Dasar Keluarga Islam . Ma'had Dirosat Islam, n.d.

al-Jaziri, Abdurrahman. Kitab Fiqh Empat Madzhab. Maktabah Taufiqiyah, 2015, jilid
4.

Al-Qaradawi. Pernikahan Misyar Hukum dan Hakikatnya. n.d.

at-Thobari, Ibnu Katsir da. Tafsir al-Baidhowi. Maktabah Syamilah, n.d.

Mausu'ah Fiqhiyah, Jilid 24. Maktabah Syamilah, n.d.

Mutlak, Abdul Malik. Pernikahan Misyar Studi Fiqh. n.d.

Qudamah, Ibnu. Al-Mugni, Jilid 7. n.d.

Tobari, Hamim. "Fatwa Ulama Kontemporer tentang Hukum Nikah Misyar." Islamic
Law Marmara, Turki: 13.

Umar, Muhammad Ali. Pernikahan Misyar dalam Pandangan Syariat, Kelebihan dan
Kekurangannya. Malang: UIM, 2013.

Yusuf, Abdul Malik bin. Pernikahan Misyar, Studi Kritis Fiqh Kemasyarakatan.
Riyadh: Dar ibnu La'bun, 1423.

Jurnal Hukum Islam Nusantara. Vol. 3, No. 1

Anda mungkin juga menyukai