PENGEMBANGAN PARIWISATA
Dosen Pengampu :
Maya Damayanti, ST, MA, Ph.D
Dr. Ir. Hadi Wahyono, MA
PROGRAM STUDI S1
DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pariwisata menjadi salah satu sektor ekonomi yang kian berkembang pesat dan
potensi kebudayaan dan alam yang dimiliki oleh kini menjadi fokus ke pengembangan
destinasi wisata. Pengembangan desa untuk menjadi destinasi wisata bisanay disebut desa
wisata. Desa wisata merupakan suatu kawasan yang memiliki potensi sebagai tujuan
wisata dan adanya kondisi yang mendasari terciptanya kegiatan pariwisata di suatu desa
karena kekhasan budaya masyarakatnya, dikutip dari Handiwijoyo (2012) antara lain
adanya aksesibilitas yang baik, memiliki potensi lokal untuk pengembangan sebagai
objek wisata, adanya dukungan antara pemerintah dan masyarakat setempat, terjaminnya
keamanan di desa tersebut, iklim mendukung, adanya kolaborasi dengan wisata yang
telah berkembang sebelumnya ((Muhammad Syafi’i, 2015). Pengembangan desa wisata
tidak terlepas oleh peran masyarakat lokal, karena keberhasilan pengembangan desa
wisata tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari masyarakat lokal
((Wearing S.L, 2001). Pariwisata memiliki 4 komponen utama yaitu Attraction, Aminities,
Ancilliary dan Accesibility (Copper dkk, 2000). Faktor pendorong dan penghambat sangat
mempengaruhi perkembangan desa wisata jika dilihat dari empat aspek tersebut.
Terdapat desa yang memiliki potensi wisata seperti yang telah disebutkan
sebelumnya yaitu Desa Kandri yang terletak di Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang
serta Desa wisata Argotelo yang terletak di Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Kedua
desa wisata tersebut dikelola dan dikembangkan oleh komunitas lokal. Pengembangan
desa wisata dapat memberikan peluang kerja baru serta terbentuknya kolaborasi antara
pemerintah dan masyarakat setempat. Selain itu, menciptakan suatu kawasan yang
mengintegrasikan aspek pariwisata, lingkungan, dan budaya secara seimbang. Namun,
pengembangan desa wisata juga dihadapkan pada tantangan ekonomi dan perubahan
sosial. Untuk mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan potensi lokal, masyarakat dan
pemerintah setempat memutuskan untuk mengembangkan kedua desa ini menjadi
destinasi wisata yang berkelanjutan. Desa Kandri menawarkan beberapa atraksi yang
mengajak wisatawan untuk mengenali potensi kebudayaan dan potensi alam yang
dimiliki. Sedangkan, desa wisata Argotelo menawarkan beberapa atraksi dimana
wisatawan diajak untuk dapat mengikuti dan terjun langsung ke lapangan yang dikemas
dalam paket wisata.
Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut terkait profil desa wisata serta komponen
accomodation dan aminities yang ada di Desa Wisata Kandri dan Desa Wisata Argotelo.
Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan yang tentunya di satu destinasi dengan
destinasi lainnya akan berbeda. Akomodasi yang umum dikenal adalah hotel dengan
beragam fasilitas didalamnya (Nugroho & Sugiarti, 2018). Selanjutnya, Amenities adalah
berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh wisatawan di destinasi wisata.
Amenities meliputi beragam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi, penyediaan
makanan dan minuman (food and Beverage), tempat hiburan, tempat perbelanjaan
(retailing), dan layanan lainnya seperti bank, rumah sakit, keamanan dan asuransi (Cooper
dkk, 2000). Berdasarkan hasil kunjungan lapangan diperoleh bahwa, Desa Wisata
Kandri sudah terdapat sarana dan prasaran yang dapat menunjang aktivitas pariwisata
seperti homestay. Namun, ketersediaan sarana dan prasarana belum sepenuhnya optimal.
Kemudian, pada desa wisata Argotelo memiliki akomodasi dan aminities yang cukup
baik, dimana semua stakeholder dan UMKM saling berkolaborasi dalam aktivitas desa
wisata tersebut. Melalui paket wisata yang ditawarkan, akomodasi seperti kereta kelinci
dapat diperoleh wisatawan. Wisatawan pun dapat ikut melihat dan praktik dari awal
proses sebelum menjadi produk olahan singkong. Sehingga, hel tersebut memberikan
kesan tersendiri terhadap pengalaman berwisata.
Desa Wisata Argotelo atau dapat dikenal sebagai Kampung Singkong Salatiga
diresmikan pada tanggal 30 September 2021 oleh Menteri Pertanian RI Sahrul Yasin
Limpo. Terletak di Kelurahan Ledok, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Kampung Argotelo ini
dikenal sebagai penghasil olahan singkong yang sudah tidak asing lagi di kalangan
masyarakat baik dalam kota maupun luar kota Salatiga. Pengukuhan kampung singkong
menjadikan daya ungkit perekonomian daerah setempat karena mampu meningkatkan
potensi yang ada sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terdapat 38
UMKM yang mengolah singkong menjadi berbagai varian olahan seperti gethuk kethek,
singkong keju, combro, dan lain sebagainya.
Curug Siwarak
Sendang Gede
Berdasarkan hasil tanya jawab yang telah dilakukan, hanya terdapat satu
homestay yang tersedia dan ada di rumah salah satu pengusaha produk olahan
singkong. Sistemnya juga berupa live in yaitu tinggal bersama dengan pemilik rumah
dan ikut melakukan aktivitas seperti biasa. Jika terdapat banyak wisatawan yang
berkunjung dan ingin menginap, mungkin tidak akan cukup untuk menginap di
Kampung Argotelo karena jumlah homestay yang terbatas.
Desa wisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kondisi, potensi, kekhasan
yang dapat dijadikan sebagai dasar terciptanya kegiatan wisata. Pada kegiatan ekskursi mata
kuliah pengembangan pariwisata, mahasiswa diajak untuk mengenal contoh dari
pelaksanaan desa wisata, yaitu Desa Wisata Kandri di Semarang dan Desa Wisata Argotelo
di Salatiga. Desa Wisata Kandri sendiri berada di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang
yang ditetapkan menjadi desa wisata melalui Keputusan Walikota Semarang No 556/407
Tahun 2012. Adapun kegiatan wisata yang disuguhkan oleh pengelolah Desa
Wisata Kandri berupa potensi fisik alam, kegiatan sosial-budaya masyarakat, makanan khas
Desa Kandri, kerajinan tangan dan industri UMKM, serta akomodasi berupa homestay yang
mengangkat nilai khas Desa Wisata Kandri. Desa Wisata ini menyediakan beragam pilihan
akomodasi yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai jenis tamu, salah satunya adalah
homestay. Pengelolaan homestay sendiri telah diatur oleh Paguyuban Homestay di masing-
masing wilayah RW di bawah Kelompok Pengelola Desa Wisata (Pokdarwis). Hal ini
menunjukkan adanya koordinasi dan pengelolaan yang terstruktur untuk memastikan
kualitas dan standar pelayanan homestay. Selain itu untuk menjamin kenyamanan
pengunjung, pihak pengelolah juga menyediakan fasilitas penunjang, seperti area parkir
yang memadai, balai pertemuan yang menjadi tempat multifungsi, cafetaria dan destinasi
kuliner lokal, jungle tracking yang menawarkan petualangan eksplorasi alam, kamar mandi
umum yang bersih dan terawat, serta UMKM lokal seperti UMKM kerajinan dan UMKM
susu yang dapat memberikan pendapatan lokal untuk meningkatakan pengalaman
berpariwisata.
Pada kesempatan ini mahasiswa mencoba untuk memberikan saran bagi Desa Wisata
Kandri yang pada implementasinya sudah dengan baik menjalankan atau mengelolah desa
wisatanya. Hanya perlu peningkatan promosi dan penambahan fasilitas pendukung
aksesibilitas, seperti penanda jalan agar wisatawan dengan mudah menemukan lokasi Desa
Wisata Kandri. Pada pengembangan Kampung Wisata Argotelo perlu diadakannya
penyediaan akomodasi yang memadai dan amenitas atau fasilitas pendukung kegiatan wisata
seperti toko cendramata yang mungkin akan dapat menjadi sumber penghasilan tambahan
bagi warga lokal dan menjadi kegiatan wisata tambahan bagi pengunjung.
DAFTAR PUSTAKA
P. Tenda, M., Selamat, M., & Alelo, M. (2022). POTENSI PENYEDIAAN AKOMODASI
HOMESTAY DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA PANTAI
TANJUNG WOKA. Jurnal Hospitaliti Dan Pariwisata, 2, 287.
https://www.jurnal1.polimdo.ac.id/index.php/JHP/article/view/108/68
Syamsuadi, A., Trisnawati, L., & Elvitaria, L. (2021). Analisis Pengembangan Pariwisata
Halal di Kecamatan Siak. Indonesian Journal of Intellectual Publication, 1(3), 212-218.
Nugroho, W., & Sugiarti, R. (2018). Analisis Potensi Wisata Kampung Sayur Organik
Ngemplak Sutan Mojosongo Berdasarkan Komponen Pariwisata 6A. Jurnal Pariwisata
Dan Budaya, 35–40.