Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH PILIHAN

PENGEMBANGAN PARIWISATA

Dosen Pengampu :
Maya Damayanti, ST, MA, Ph.D
Dr. Ir. Hadi Wahyono, MA

LAPORAN KUNJUNGAN DESA WISATA KANDRI DAN ARGOTELO

Disusun oleh Kelompok 2 :

1. Nishfia Rachma Eksanti (21040120140091)


2. Muhammad Chafid (21040120140198)
3. Alif Asniati (21040120120004)
4. Eva Amelia Novitasari (21040119140154)
5. Inayah Widya Nita (21040120130108)
6. Tota Debora Marbun (21040120140189)
7. Banendra Iqbal Prahadipta (21040120140173)
8. Jihan Husniyah (21040120120002)

PROGRAM STUDI S1
DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pariwisata menjadi salah satu sektor ekonomi yang kian berkembang pesat dan
potensi kebudayaan dan alam yang dimiliki oleh kini menjadi fokus ke pengembangan
destinasi wisata. Pengembangan desa untuk menjadi destinasi wisata bisanay disebut desa
wisata. Desa wisata merupakan suatu kawasan yang memiliki potensi sebagai tujuan
wisata dan adanya kondisi yang mendasari terciptanya kegiatan pariwisata di suatu desa
karena kekhasan budaya masyarakatnya, dikutip dari Handiwijoyo (2012) antara lain
adanya aksesibilitas yang baik, memiliki potensi lokal untuk pengembangan sebagai
objek wisata, adanya dukungan antara pemerintah dan masyarakat setempat, terjaminnya
keamanan di desa tersebut, iklim mendukung, adanya kolaborasi dengan wisata yang
telah berkembang sebelumnya ((Muhammad Syafi’i, 2015). Pengembangan desa wisata
tidak terlepas oleh peran masyarakat lokal, karena keberhasilan pengembangan desa
wisata tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari masyarakat lokal
((Wearing S.L, 2001). Pariwisata memiliki 4 komponen utama yaitu Attraction, Aminities,
Ancilliary dan Accesibility (Copper dkk, 2000). Faktor pendorong dan penghambat sangat
mempengaruhi perkembangan desa wisata jika dilihat dari empat aspek tersebut.

Terdapat desa yang memiliki potensi wisata seperti yang telah disebutkan
sebelumnya yaitu Desa Kandri yang terletak di Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang
serta Desa wisata Argotelo yang terletak di Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Kedua
desa wisata tersebut dikelola dan dikembangkan oleh komunitas lokal. Pengembangan
desa wisata dapat memberikan peluang kerja baru serta terbentuknya kolaborasi antara
pemerintah dan masyarakat setempat. Selain itu, menciptakan suatu kawasan yang
mengintegrasikan aspek pariwisata, lingkungan, dan budaya secara seimbang. Namun,
pengembangan desa wisata juga dihadapkan pada tantangan ekonomi dan perubahan
sosial. Untuk mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan potensi lokal, masyarakat dan
pemerintah setempat memutuskan untuk mengembangkan kedua desa ini menjadi
destinasi wisata yang berkelanjutan. Desa Kandri menawarkan beberapa atraksi yang
mengajak wisatawan untuk mengenali potensi kebudayaan dan potensi alam yang
dimiliki. Sedangkan, desa wisata Argotelo menawarkan beberapa atraksi dimana
wisatawan diajak untuk dapat mengikuti dan terjun langsung ke lapangan yang dikemas
dalam paket wisata.
Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut terkait profil desa wisata serta komponen
accomodation dan aminities yang ada di Desa Wisata Kandri dan Desa Wisata Argotelo.
Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan yang tentunya di satu destinasi dengan
destinasi lainnya akan berbeda. Akomodasi yang umum dikenal adalah hotel dengan
beragam fasilitas didalamnya (Nugroho & Sugiarti, 2018). Selanjutnya, Amenities adalah
berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh wisatawan di destinasi wisata.
Amenities meliputi beragam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi, penyediaan
makanan dan minuman (food and Beverage), tempat hiburan, tempat perbelanjaan
(retailing), dan layanan lainnya seperti bank, rumah sakit, keamanan dan asuransi (Cooper
dkk, 2000). Berdasarkan hasil kunjungan lapangan diperoleh bahwa, Desa Wisata
Kandri sudah terdapat sarana dan prasaran yang dapat menunjang aktivitas pariwisata
seperti homestay. Namun, ketersediaan sarana dan prasarana belum sepenuhnya optimal.
Kemudian, pada desa wisata Argotelo memiliki akomodasi dan aminities yang cukup
baik, dimana semua stakeholder dan UMKM saling berkolaborasi dalam aktivitas desa
wisata tersebut. Melalui paket wisata yang ditawarkan, akomodasi seperti kereta kelinci
dapat diperoleh wisatawan. Wisatawan pun dapat ikut melihat dan praktik dari awal
proses sebelum menjadi produk olahan singkong. Sehingga, hel tersebut memberikan
kesan tersendiri terhadap pengalaman berwisata.

2. Deskripsi Kondisi Lokasi


2.1 Profil Desa Wisata Kandri
Desa Wisata merupakan sebuah kawasan pedesaan yang di dalamnya terdiri dari
beberapa potensi yang bisa dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. Desa Wisata Kandri
atau disingkat Dewi Kandri merupakan suatu wilayah yang letaknya berada di Kelurahan
Kandri Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Desa Wisata Kandri ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Walikota Semarang Nomor 556/407 Tanggal 21 Desember
2012. Dengan cluster Desa Wisata Berbasis Daya Tarik Alam dan Daya Tarik Budaya. Di
kawasan Desa Wisata Kandri, tradisi dan budaya yang ada di kalangan masyarakatnya
terbilang masih asli. Tidak hanya tradisi dan budaya saja, terdapat beberapa faktor lain
yang mendukung Kandri menjadi sebuah kawasan Desa Wisata seperti makanan khas,
sistem pertanian, sistem sosial, dll. Di luar faktor-faktor tersebut, alam dan lingkungan
yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor yang penting dari sebuah
kawasan tujuan wisata.
Desa Wisata Kandri memiliki jumlah penduduk sekitar 5.115 jiwa, dengan
pembagian RT sebanyak 26 RT dan RW sebanyak 4 RW. Mayoritas penduduknya
memiliki mata pencaharian sebagai petani. Lokasi Desa Wisata Kandri berada di
Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Kelurahan Kandri sendiri
memiliki luas wilayah sebesar 319.640 Ha. Dengan penggunaan lahan sebagai tanah
Sawah seluas 97.622 Ha, Tanah Pekarangan/Bangunan seluas 221.368 Ha dan Tanah
sebagai Keperluan Fasilitas Umum seluas 650 Ha. Adapun batasan wilayahnya yaitu :
• Sebelah Barat : Kelurahan Jatirejo
• Sebelah Utara : Kelurahan Sadeng
• Sebelah Timur : Kelurahan Nongkosawit dan Pongangan
• Sebelah Selatan : Kelurahan Cepoko
Desa Wisata Kandri sendiri merupakan kawasan dataran tinggi sehingga memiliki
kondisi udara yang sejuk karena letaknya yang berada dekat dengan Gunung Ungaran.
Infrastruktur jalan untuk menuju ke Desa Wisata Kandri juga sudah cukup baik. Desa
Wisata Kandri dapat diakses dengan mudah. Jika diakses dari pusat kota Jaraknya kurang
lebih 12 Km dan membutuhkan waktu tempuh sekitar 40 menit perjalanan dari pusat kota
ke Desa Wisata Kandri. Dari Bandara Ahmad
Yani jaraknya sekitar 16 Km dengan waktu
tempuh sekitar 30 menit. Jika diakses melalui
terminal Gunung Pati jaraknya hanya 3,4 Km
yang dimana hanya membutuhkan waktu
tempuh sekitar 7 menit untuk sampai di Desa
Wisata Kandri.
Untuk menuju Desa Wisata Kandri
dapat ditempuh dari berbagai arah dengan
akses jalan yang mulai diperhalus dan
diperlebar. Semua jenis alat transportasi darat
(mobil – sepeda motor ) dapat dipergunakan,
rambu-rambu jalan yang cukup dan penunjuk
arah yang jelas serta jarak yang tidak begitu
jauh dari pusat Kota Semarang.

Gambar 1.1 Rute Menuju Desa Kandri


Sumber : Pokdarwis Desa Kandri
Terdapat tiga Pintu Utama untuk masuk ke Desa Wisata Kandri, yaitu : Pintu
Masuk Gua Kreo, Pintu Masuk Kampung Siwarak dan Pintu Masuk Kelurahan Kandri,
ketiga akses utama untuk menuju ke lokasi Desa Wisata Kandri terletak di sebelah Timur
Desa Wisata Kandri.
Arah dan Orbitasi Desa Wisata Kandri dapat digambarkan sebagai berikut :
• Dari Arah Utara ( Bundaran Kali Banteng Semarang ) : Jl. Abdul Rahman Saleh –
Jl. Untung Suropati – Jl. Kol. R.W. Sugiarto – Gerbang Utama Gua Kreo – Desa
Wisata Kandri – dengan kisaran jarak + 11 Km.
• Dari Arah Utara ( Bundaran Tugumuda Semarang ) : Jl. Dr. Sutomo – Jl. Kaligarang
– Jl. Simongan Untung Suropati – Jl. Kol. R.W. Sugiarto – Gerbang Utama Gua Kreo
– Desa Wisata Kandri – dengan kisaran jarak + 13 Km.
• Dari Arah Selatan ( Ungaran ) : Alon-alon Ungaran – Jl. Mr. Wuryanto – Gunungpati
– Desa Wisata Kandri – Dengan kisaran jarak + 14 Km.
• Dari Arah Selatan ( Boja-Kendal ) : Terminal Boja – Cangkiran – Gunungpati – Desa
Wisata Kandri – dengan kisaran jarak + 15 Km.
Desa Wisata Kandri mengusung branding berupa “Kandri WAE” yang merupakan
akronim dari "Wisata, Adventure, dan Edukasi" yang memiliki tagline “Kandri Ojo
Nganti Sepi”. Dengan tagline tersebut, masyarakat setempat mengharapkan agar Desa
Wisata Kandri ini dapat terus berkembang dan ramai dikunjungi. Sarana dan Prasarana
pendukung yang ada di Desa Wisata Kandri antara lain seperti Kantor dan Sekretariat
Pengelola Desa Wisata, Pemandu Wisata, Homestay, Area Parkir, Paket Wisata, Kebun
Buah, Sanggar Seni Omah Alas, Kereta Wisata, Toilet, PKL, Kios UMKM, Camping
Ground, Arena Outbond, River Tubing, Jelajah Desa, Area Mancing, Kandri Etnik, Papan
Informasi dan Penunjuk Arah. Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Wisata
Kandri dapat menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat.
Dasar Hukum Pengelola Desa Wisata Kandri ditetapkan dalam Sk. Lurah Kandri
Nomor. 556 / 27 / XI / 2017 - Tanggal 10 November 2017. Dimana dalam Sk tersebut
menjelaskan tentang Penetapan POKDARWIS Pandanaran sebagai Pengelola Desa
Wisata Kandri. Adapun Struktur Organisasi POKDARWIS PANDANARAN sebagai
pengelola Desa Wisata Kandri dapat dilihat pada diagram berikut :
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Pokdarwis Pandanaran
Sumber : Pokdarwis Desa Kandri
2.2 Profil Kampung Argotelo

Desa Wisata Argotelo atau dapat dikenal sebagai Kampung Singkong Salatiga
diresmikan pada tanggal 30 September 2021 oleh Menteri Pertanian RI Sahrul Yasin
Limpo. Terletak di Kelurahan Ledok, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Kampung Argotelo ini
dikenal sebagai penghasil olahan singkong yang sudah tidak asing lagi di kalangan
masyarakat baik dalam kota maupun luar kota Salatiga. Pengukuhan kampung singkong
menjadikan daya ungkit perekonomian daerah setempat karena mampu meningkatkan
potensi yang ada sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terdapat 38
UMKM yang mengolah singkong menjadi berbagai varian olahan seperti gethuk kethek,
singkong keju, combro, dan lain sebagainya.

Pada awalnya perkembangan desa tersebut menjadi Kampung singkong


dikarenakan mayoritas penduduknya menanam ketela. Hal ini dikarenakan lokasinya
yang cocok dan berpotensi dalam penanaman singkong. Berdasarkan alasan tersebut,
pada tahun 2016 salah seorang penduduk setempat memiliki ide bisnis pengolahan
singkong. Semakin lama bisnis tersebut semakin berkembang dan menjadi salah satu ciri
khas dari Kota Salatiga.

Terkenalnya olahan singkong tersebut membuat tiap wisatawan yang berkunjung


ke Salatiga mampir untuk membeli olahan singkong sebagai oleh-oleh. Peluang tersebut
dimanfaatkan lebih lanjut sebagai wisata edukasi dimana wisatawan dapat mengenal lebih
lanjut mengenai Kampung Argotelo. Wisata edukasi tersebut menawarkan paket tour
dimana wisatawan ditunjukkan bagaimana cara menanam singkong hingga prosesnya
menjadi singkong olahan siap makan. Terkenalnya olahan singkong tersebut membuat
tiap wisatawan yang berkunjung ke Salatiga mampir untuk membeli olahan singkong
sebagai oleh-oleh. Peluang tersebut dimanfaatkan lebih lanjut sebagai wisata edukasi
dimana wisatawan dapat mengenal lebih lanjut mengenai Kampung Argotelo. Wisata
edukasi tersebut menawarkan paket tour dimana wisatawan ditunjukkan bagaimana cara
menanam singkong hingga prosesnya menjadi singkong olahan siap makan. Terdapat
setidaknya 7 kegiatan edukasi yang bisa kita ikuti bersama anggota keluarga. Selain
kenyang dengan kulinernya, kita pun bisa belajar cara menanam singkong yang benar,
mengolahnya, bermain games seru untuk membangun kekompakan, jalan-jalan
menggunakan kereta kelinci keliling kampung, bermain ikan di sungai, hingga belajar
bisnis bersama dengan pemiliknya langsung.

Lokasi Kampung Argotelo yang berada di daerah pemukiman membuat akses


jalan yang disediakan kurang mendukung. Kondisi akses jalan selama dilakukan tour
berupa jalan pemukiman yang cukup kecil dan sedikit sempit apabila berpapasan dengan
mobil. Maka dari itu kegiatan tour wisata dilakukan dengan menggunakan kendaraan
khusus yang ditujukan untuk kegiatan wisata berupa feeder yang di desain sedemikian
rupa. Selain itu disediakan lahan parkir yang cukup luas bagi para pengunjung yang akan
melakukan tour wisata edukasi.

3. Analisis Destinasi Wisata


3.1 Analisis Kondisi Akomodasi dan Amenitas di Desa Wisata Kandri
Desa wisata adalah sebuah kawasan perdesaan yang di dalamnya terdapat
beberapa karakteristik khusus yang bisa dijadikan sebagai daerah tujuan wisata.
Penduduk Desa kandri masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Tak
hanya itu, ada beberapa faktor pendukung lain seperti makanan khas, sistem pertanian
dan sistem sosial yang turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Di luar faktor-faktor
tersebut, alam dan lingkungan yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor
yang penting dari sebuah kawasan tujuan wisata.

Seni Budaya tradisional merupakan atraksi wisata yang diunggulkan di Desa


wisata Kandri, dengan tujuan untuk memamerkan budaya tradisional ini. Bahkan
pemerintah setempat juga memberi dukungan dengan terus melakukan pembinaan secara
rutin, dalam menggali kekayaan lokal yang bisa ditampilkan dalam sebuah acara
pagelaran budaya ataupun bagi pengunjung wisata di Desa Kandri. Kirab adat yang
dilakukan terkenal dengan nama Sesaji Rewanda. Sesaji Rewanda adalah salah satu
agenda budaya tahunan yang digelar di Desa Wisata Kandri yang juga masuk dalam
agenda wisata Kota Semarang. Sesaji ini dilakukan, sebagai ungkapan dan wujud syukur
kepada Sang Pencipta, juga sebagai tanda napak tilas perjalanan Sunan Kalijaga, dan
menjaga keseimbangan alam di Goa Kreo.

Gambar 1.3 Sesaji Rewanda


Sumber : Pokdarwis Desa Kandri
Selain itu, Potensi wisata buatan berupa Waduk Jatibarang yang dilengkapi
dengan adanya Perahu Wisata, Plaza Kandri, dan Lokasi Pemancingan. Potensi wisata
minat khusus berupa Ekowisata dan Eduwisata yang dikemas dalam paket wisata bagi
rombongan anak usia pra-sekolah dan usia sekolah, mulai dari SD, SLTP, SLTA dan
Perguruan Tinggi. Sarana dan prasarana pendukung yang ada di tempat ini antara lain
seperti Kantor & Sekretariat Pengelola Desa Wisata, Pemandu Wisata, Homestay, Area
Parkir, Paket Wisata, Kebun Buah, Sanggar Seni Omah Alas, Kereta Wisata, Toilet, PKL,
Kios UMKM, Camping Ground, Lokasi Outbond, River Tubing, Jelajah Desa, Area
Mancing Mania, Sanggar Omah Alas, Kandri Etnik, Papan Informasi dan Penunjuk Arah.
Nama Gambar
Goa Kreo

Curug Siwarak

Sendang Gede

UMKM Kerajinan Lokal

UMKM Susu Segar


3.2 Analisis Kondisi Akomodasi dan Amenitas di Kampung Argotelo
3.2.1 Analisis Kondisi Akomodasi di Kampung Argotelo
Akomodasi merupakan segala sesuatu yang merujuk pada fasilitas seperti
penyediaan tempat tinggal dan pelayanan pelengkap lainnya dalam satu waktu.
Fasilitas tersebut berupa vila, hotel, homestay, dan sebagainya yang bisa digunakan
wisatawan sebagai tempat untuk beristirahat, tidur, dan melakukan kegiatan lainnya.
Adapun homestay di Kampung Argotelo memanfaatkan rumah warga sekitar.

Berdasarkan hasil tanya jawab yang telah dilakukan, hanya terdapat satu
homestay yang tersedia dan ada di rumah salah satu pengusaha produk olahan
singkong. Sistemnya juga berupa live in yaitu tinggal bersama dengan pemilik rumah
dan ikut melakukan aktivitas seperti biasa. Jika terdapat banyak wisatawan yang
berkunjung dan ingin menginap, mungkin tidak akan cukup untuk menginap di
Kampung Argotelo karena jumlah homestay yang terbatas.

3.2.2 Analisis Kondisi Amenitas di Kampung Argotelo

Amenitas merujuk pada berbagai fasilitas di luar fasilitas akomodasi yang


dapat dinikmati oleh wisatawan selama mereka berkunjung ke suatu destinasi
(Syamsuadi, et.all., 2021). Contoh amenitas meliputi tempat makan, restoran, toko
oleh-oleh, biro perjalanan, serta fasilitas umum seperti tempat ibadah, layanan
kesehatan, taman, dan sebagainya. Dalam konteks Destination Mix, amenitas
menjadi salah satu elemen yang memainkan peran penting sebagai pendukung
pengalaman wisatawan. Mereka memenuhi kebutuhan yang tidak selalu tercakup
oleh fasilitas akomodasi, seperti makanan, hiburan, tempat ibadah, kesehatan, dan
lainnya. Hal ini menjadi krusial ketika wisatawan menikmati atraksi wisata dan
aktivitas dengan memanfaatkan beragam fasilitas yang tersedia dengan mudah.
Dengan adanya amenitas, destinasi menjadi lebih menarik dan memastikan
wisatawan merasa terlayani dengan baik selama perjalanan mereka.

Di Kampung Argotelo sendiri, ketersediaan amenitas yang cukup beragam


dapat melengkapi pengalaman wisata. Mulai dari rumah makan yang menyajikan
hidangan lokal hingga toko oleh-oleh yang menawarkan berbagai olahan singkong,
pengunjung dapat menikmati kekayaan kuliner khas daerah ini. Ketersediaan tempat
ibadah berupa masjid, musholla, dan gereja yang terdapat di sekitar Kampung
Argotelo. Selain itu, terdapat juga tour guide yang siap memandu wisatawan untuk
berkeliling menggunakan kereta kelinci, memberikan pengalaman unik dan
mengenalkan tempat-tempat menarik di sekitar kampung. Tidak hanya itu, kampung
ini juga menawarkan taman khusus yang berfokus pada edukasi bank sampah.
Dengan adanya taman ini, pengunjung dapat memahami pentingnya pengelolaan
sampah dan berkontribusi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Keseluruhan
amenitas ini menciptakan lingkungan wisata yang komprehensif, memungkinkan
pengunjung untuk merasakan beragam aspek budaya, kuliner, dan edukasi di
Kampung Argotelo.

Gambar 1.4 Toko Oleh-oleh di Kampung Argotelo


Sumber : Kelompok 2, 2023

4. Critical Thinking Atraksi Lokasi


4.1 Kontribusi Akomodasi dan Amenitas terhadap Pengembangan Desa Wisata
Kandri
4.1.1 Kontribusi Akomodasi Terhadap Perkembangan Desa Wisata Kandri
Akomodasi mengacu pada tempat atau fasilitas yang menyediakan tempat
tinggal atau menginap bagi wisatawan selama periode waktu tertentu. Ini mencakup
berbagai jenis tempat seperti hotel, vila, hostel, penginapan, dan sebagainya.
Akomodasi memberikan fasilitas bagi wisatawan untuk beristirahat, tidur, dan
melakukan kegiatan sehari-hari mereka selama perjalanan. Kualitas akomodasi dapat
beragam, mulai dari opsi yang sederhana dan ekonomis hingga akomodasi mewah.
Homestay yang ada di Desa Wisata Kandri sudah memumpuni yang dulunya
memiliki 99 homestay, sekarang terdapat 67 homestay dengan berbagai kamar.
Desa Wisata ini menyediakan beragam pilihan akomodasi yang dapat
memenuhi kebutuhan berbagai jenis tamu. Kyai Manis 7, Homestay Warak 2,
Homestay Krincing, Data Homestay, dan Homestay Bokong Semar, semuanya
memiliki fasilitas standar yang mencakup tempat tidur, jaringan WiFi, TV digital,
sarana kebersihan, dan kamar mandi baik dalam maupun luar. Beberapa homestay
bahkan menawarkan fasilitas tambahan seperti AC, kamar mandi pribadi,
perlengkapan mandi, sarapan pagi, kolam renang, dan mushola. Dengan adanya buku
tamu homestay di setiap tempat, pengelolaan dan pemantauan tamu dapat dilakukan
secara sistematis. Selain itu, pengelolaan homestay diatur oleh Paguyuban Homestay
di masing-masing wilayah RW di bawah Kelompok Pengelola Desa Wisata
(Pokdarwis). Ini menunjukkan adanya koordinasi dan pengelolaan yang terstruktur
untuk memastikan kualitas dan standar pelayanan homestay. Harga yang bersaing,
seperti yang ditawarkan oleh Homestay Bokong Semar mulai dari Rp. 175.000, juga
menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Keseluruhan, keberagaman fasilitas,
sistem pengelolaan, dan harga yang terjangkau di Desa Wisata ini menciptakan
lingkungan yang ramah wisatawan dan dapat memberikan pengalaman menginap
yang memuaskan.

4.1.2 Kontribusi Amenitas Terhadap Perkembangan Desa Wisata Kandri

Amenitas merujuk pada fasilitas atau layanan tambahan yang disediakan di


dalam atau sekitar akomodasi untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan tamu.
Amenitas bertujuan untuk memberikan pengalaman yang lebih baik kepada tamu dan
membuat mereka merasa nyaman selama menginap. Fasilitas tambahan ini dapat
menjadi faktor penentu dalam keputusan seseorang untuk memilih suatu akomodasi.
Area Parkir yang memadai memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang datang
dengan kendaraan pribadi, menjamin akses yang mudah dan efisien ke seluruh desa.
Balai Pertemuan menjadi tempat multifungsi yang digunakan untuk memfasilitasi
acara komunitas dan pertemuan penting. Di sisi kuliner, adanya Cafetaria dan
destinasi kuliner lokal membuka pintu bagi para wisatawan untuk merasakan
hidangan khas Desa Kandri. Adanya Fasilitas Jungle Tracking menawarkan
petualangan eksplorasi alam, mengajak pengunjung untuk merasakan keindahan
alam pedesaan. Kamar Mandi Umum yang bersih dan terawat memberikan
kenyamanan ekstra untuk pengunjung sepanjang perjalanan mereka. Tidak hanya itu
terdapat UMKM lokal yang ada di Desa Wisata Kandri seperti UMKM kerajinan dan
UMKM susu yang dapat memberikan pendapatan lokal untuk meningkatakan
pengalaman berpariwisata. Terlihat bahwa desa ini tidak hanya menawarkan
keindahan alam dan kekayaan budaya, tetapi juga memberikan perhatian terhadap
kenyamanan dan kebutuhan wisatawan. Keseluruhan amenitas yang tersedia
menghadirkan pengalaman wisata yang berkesan, menciptakan daya tarik yang unik
dan meningkatkan potensi desa sebagai destinasi pariwisata yang diminati.

4.2 Kontribusi Akomodasi dan Amenitas terhadap Pengembangan Kampung


Argotelo
4.2.1 Kontribusi Akomodasi terhadap Pengembangan Kampung Argotelo
Adapun pengertian akomodasi menurut M. Ivanovic (2009), akomodasi
merupakan segala sesuatu yang disediakan guna memenuhi kebutuhan wisatawan
ketika melakukan perjalanan wisata. Akomodasi tersebut berupa tempat bagi
wisatawan untuk beristirahat, menginap, makan, minum dan mandi serta menikmati
jasa pelayanan yang diberikan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa akomodasi yang
ada di Kampung Argotelo adalah berupa homestay, di mana homestay tersebut
memanfaatkan rumah dari salah satu penghasil produk singkong khususnya di lantai
dua dan lantai tiga dari rumah produksi singkong tersebut. Belum ada homestay atau
tempat penginapan khusus di kawasan Kampung Argotelo.

Maka dari itu, perlu penambahan homestay di Kampung Wisata Edukasi


Argotelo berupa rumah-rumah ataupun sebagian kamar-kamar masyarakat setempat.
Pengunjung ataupun wisatawan bisa merasakan pengalaman untuk tinggal dan
menikmati keseharian masyarakat (live in). Hal ini juga selain menambah
pengalaman wisatawan, perekonomian masyarakat pun meningkat dengan adanya
penyediaan homestay tersebut.

4.2.2 Kontribusi Amenitas terhadap Pengembangan Kampung Argotelo

Amenitas memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan


pariwisata berkelanjutan. Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang memadai, seperti
tempat penginapan yang ramah lingkungan dan berbasis budaya lokal, serta sarana
transportasi yang mendukung, pengunjung dapat merasakan pengalaman wisata yang
lebih autentik. Selain itu, amenitas juga mencakup infrastruktur pendukung seperti
pusat informasi wisata, pusat kebudayaan, dan sarana olahraga yang
mengintegrasikan keunikan kampung. Hal ini tidak hanya menciptakan lapangan
kerja bagi penduduk setempat, tetapi juga memberdayakan komunitas dalam
pelestarian warisan budaya mereka. Dengan demikian, kontribusi amenitas
membantu mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan dengan menjaga
keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan
keberlanjutan

Belum tersedianya toko cinderamata atau toko souvenir menjadi sebuah


kekurangan yang patut diperhatikan di Kampung Argotelo. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti minimnya kesadaran akan potensi pariwisata
lokal atau keterbatasan sumber daya untuk mengelola usaha semacam itu. Tanpa
adanya toko cinderamata, pengunjung yang datang ke kampung Argotelo tidak
memiliki opsi untuk membawa pulang kenang-kenangan yang merepresentasikan
pengalaman mereka di sana. Pentingnya mendirikan toko cinderamata atau toko
souvenir di masa mendatang di Kampung Argotelo tidak hanya sebagai peluang
bisnis, tetapi juga sebagai sarana untuk mempromosikan identitas kampung. Produk-
produk seperti kaos dengan tulisan "Kampung Argotelo," gantungan kunci berbentuk
singkong, atau miniatur petani sedang menanam singkong dapat menjadi simbol
keunikan dan keindahan kampung tersebut. Selain itu, inisiatif ini dapat memberikan
peluang ekonomi bagi masyarakat setempat dengan menggali potensi kreativitas
mereka dalam menciptakan produk-produk yang menarik.

Dengan mendirikan toko cinderamata, Kampung Argotelo dapat memberikan


kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan wisata yang berdaya saing dan
berkelanjutan. Selain meningkatkan pendapatan lokal, keberadaan toko souvenir
dapat menjadi salah satu aspek amenitas yang meningkatkan pengalaman wisatawan.
Dengan mempromosikan produk lokal yang berkelanjutan, kampung Argotelo dapat
menjadi destinasi yang tidak hanya menawarkan produk olahannya tetapi juga
membangun kesadaran akan keberlanjutan dan keunikan budayanya.

5. Kesimpulan dan Saran

Desa wisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kondisi, potensi, kekhasan
yang dapat dijadikan sebagai dasar terciptanya kegiatan wisata. Pada kegiatan ekskursi mata
kuliah pengembangan pariwisata, mahasiswa diajak untuk mengenal contoh dari
pelaksanaan desa wisata, yaitu Desa Wisata Kandri di Semarang dan Desa Wisata Argotelo
di Salatiga. Desa Wisata Kandri sendiri berada di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang
yang ditetapkan menjadi desa wisata melalui Keputusan Walikota Semarang No 556/407
Tahun 2012. Adapun kegiatan wisata yang disuguhkan oleh pengelolah Desa
Wisata Kandri berupa potensi fisik alam, kegiatan sosial-budaya masyarakat, makanan khas
Desa Kandri, kerajinan tangan dan industri UMKM, serta akomodasi berupa homestay yang
mengangkat nilai khas Desa Wisata Kandri. Desa Wisata ini menyediakan beragam pilihan
akomodasi yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai jenis tamu, salah satunya adalah
homestay. Pengelolaan homestay sendiri telah diatur oleh Paguyuban Homestay di masing-
masing wilayah RW di bawah Kelompok Pengelola Desa Wisata (Pokdarwis). Hal ini
menunjukkan adanya koordinasi dan pengelolaan yang terstruktur untuk memastikan
kualitas dan standar pelayanan homestay. Selain itu untuk menjamin kenyamanan
pengunjung, pihak pengelolah juga menyediakan fasilitas penunjang, seperti area parkir
yang memadai, balai pertemuan yang menjadi tempat multifungsi, cafetaria dan destinasi
kuliner lokal, jungle tracking yang menawarkan petualangan eksplorasi alam, kamar mandi
umum yang bersih dan terawat, serta UMKM lokal seperti UMKM kerajinan dan UMKM
susu yang dapat memberikan pendapatan lokal untuk meningkatakan pengalaman
berpariwisata.

Selanjutnya mahasiswa diajak untuk berkunjung di Kampung Wisata Argotelo yang


berada di Kelurahan Ledok, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Kampung Argotelo ini dikenal
sebagai penghasil olahan singkong yang terkenal di kalangan masyarakat baik dalam kota
maupun luar kota Salatiga. Kampung ini menyajikan beberapa kegiatan wisata seperti, paket
tour dimana wisatawan ditunjukkan bagaimana cara menanam singkong hingga prosesnya
menjadi singkong olahan siap makan. Kita bisa belajar cara menanam singkong yang benar,
mengolahnya, bermain games seru untuk membangun kekompakan, jalan-jalan
menggunakan kereta kelinci keliling kampung, bermain ikan di sungai, hingga belajar bisnis
bersama dengan pemiliknya langsung. Namun dengan berbagai kegiatan wisata yang
ditawarkan tadi, pengelolah masih belum menyediakan akomodasi berupa penginapan atau
homestay untuk wisatawan yang ingin menginap disana. Selain itu fasilitas pendukung
kegiatan wisata juga masih kurang tersedia dengan baik, seperti kamar mandi umum dan
musholh yang hanya tersedia di pos atau tempat kumoul terakhir sehingga wisatawan sedikit
kesulitan saat ingin ke kamar mandi ataupun beribadah tepat waktu.

Pada kesempatan ini mahasiswa mencoba untuk memberikan saran bagi Desa Wisata
Kandri yang pada implementasinya sudah dengan baik menjalankan atau mengelolah desa
wisatanya. Hanya perlu peningkatan promosi dan penambahan fasilitas pendukung
aksesibilitas, seperti penanda jalan agar wisatawan dengan mudah menemukan lokasi Desa
Wisata Kandri. Pada pengembangan Kampung Wisata Argotelo perlu diadakannya
penyediaan akomodasi yang memadai dan amenitas atau fasilitas pendukung kegiatan wisata
seperti toko cendramata yang mungkin akan dapat menjadi sumber penghasilan tambahan
bagi warga lokal dan menjadi kegiatan wisata tambahan bagi pengunjung.
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, A. (2010). Buku Pegangan Desa Wisata. Tourista.

P. Tenda, M., Selamat, M., & Alelo, M. (2022). POTENSI PENYEDIAAN AKOMODASI
HOMESTAY DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA PANTAI
TANJUNG WOKA. Jurnal Hospitaliti Dan Pariwisata, 2, 287.
https://www.jurnal1.polimdo.ac.id/index.php/JHP/article/view/108/68

Sari, L., & Bernadeta Sitorus, N. I. (2021). KOLABORASI STAKEHOLDER


PARIWISATA DALAM PENGELOLAAN AKOMODASI DI DESA WISATA
KABUPATEN PURWAKARTA DI MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal Indonesia Sosial
Sains, 2, 1493–1494. http://jiss.publikasiindonesia.id/

Syamsuadi, A., Trisnawati, L., & Elvitaria, L. (2021). Analisis Pengembangan Pariwisata
Halal di Kecamatan Siak. Indonesian Journal of Intellectual Publication, 1(3), 212-218.

Muhammad Syafi’i, D. S. (2015). Perencanaan Desa Wisata Dengan Pendekatan Konsep


Community Based Tourism (CBT) Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten
Demak. 1(2), 51–60. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.14710/RUANG.1.4.51-60

Nugroho, W., & Sugiarti, R. (2018). Analisis Potensi Wisata Kampung Sayur Organik
Ngemplak Sutan Mojosongo Berdasarkan Komponen Pariwisata 6A. Jurnal Pariwisata
Dan Budaya, 35–40.

Wearing S.L, D. M. (2001). The Development of Community Based Tourism: Re-Thinking


The Relationship between Tour Operators and Development Agents as Intermediaries
in rural and Isolated Area Communities. Journal of Sustainable Tourism.

Anda mungkin juga menyukai