Anda di halaman 1dari 13

KESIAPAN PESERTA DIDIK

MELAKSANAKAN PROFIL PELAJAR


PANCASILA DALAM KURIKULUM MERDEKA
PADA SEKOLAH MENENGAH AGAMA
KATOLIK NEGERI ENDE

STUDENT READINESS IMPLEMENT PANCASILA STUDENT


PROFILE IN MERDEKA CURRICULUM AT ENDE STATE
CATHOLIC RELIGIOUS SECONDARY SCHOOLS

Alsin Pare
Sekolah Menengah Agama Katolik Negeri Ende, alsinpare@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Naskah Terima Peningkatan kasus yang melibatkan anak di Indonesia menjadi indikasi
terjadinya penurunan kualitas pendidikan di Indonesia. Pemerintah
melalui kemendikbud menginisiasi penerapan kurikulum merdeka
belajar dan penguatan profil pelajar Pancasila. Tujuan dari penelitian
ini adalah mengukur persentase kesiapan peserta didik dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis Profil Pelajar Pancasila pada
Sekolah Menengah Agama Katolik Negeri Ende. Metode yang
digunakan adalah penelitian survey dengan pendekatan deskriptif
kuantitatif. Hasil yang diperoleh antara lain peserta didik Sekolah
Menengah Agama Katolik Negeri Ende siap dalam melaksanakan
pembelajaran berbasis Profil Pelajar Pancasila namun perlu
peningkatan pada kesiapan kemampuan kognitif. Hal ini dapat dilihat
dari hasil kesiapan fisik, mental dan emosional yang memiliki tingkat
kesiapan tinggi, Pada kesiapan kemampuan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek peserta didik Sekolah Menengah Agama
Katolik Negeri Ende berada pada kategori tinggi, sedikit berbeda
Kata Kunci: dengan kesiapan kemampuan dasar dalam memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dimana peserta didik kelas X berada pada
Kesiapan, Profil
kategori sedang dan kelas XI dan XI berada pada kategori tinggi,
Pelajar Pancasila, sedangkan pada kesiapan kemampuan kognitif tingkat kesiapan peserta
kurikulum Merdeka, didik berada pada kategori sangat rendah pada kelas X dan XII
Peserta Didik sedangkan pada kelas XI berada pada kategori rendah.

ARTICEL INFO ABSTRACT


An increase in cases involving children in Indonesia is an indication of
a decline in the quality of education in Indonesia. The government
through the Ministry of Education and Culture initiated the
implementation of the Merdeka curriculum and strengthened the
Pancasila Student Profile. The purpose of this study was to measure
the percentage of students readiness in implementing Pancasila
Student Profiles at Ende State Catholic Religious Secondary School.
Keywords: The method used is survey research with a quantitative descriptive
approach and the results obtained include students at Ende State
Readiness, Pancasila
Catholic Religious High Schools who are ready to implement
Student Profile, Pancasila Student Profile but need to increase the readiness of
Merdeka Curriculum, cognitive abilities. This can be seen from the results of physical, mental,
Students and emotional readiness which have a high level of readiness, while
other readiness have varying levels of readiness. In terms of the ability

63
Alsin Pare

readiness to carry out project-based learning, Ende State Catholic


Religious Secondary School students are in the high category, slightly
different from the readiness of basic skills in utilizing information and
communication technology where students in class X are in the medium
category, and classes XI and XI are in the high category, whereas in
the readiness of cognitive abilities, the level of readiness of students is
in the very low category in class X and XII while in class XI it is in a
low category.

PENDAHULUAN sebanyak 49,3% total kasus. Penjabaran

R
anah afektif merupakan ranah yang total kasus pada lima tahun terakhir adalah
tidak kalah penting dibandingkan sebagai berikut, kasus yang terjadi selama
dengan ranah kognitif. Ranah ini tahun 2020 sebanyak 6519 kasus. Pada
berisi perilaku-perilaku yang menekankan tahun 2019 sebanyak 4369 total kasus,
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, pada tahun 2018 sebanyak 4885 total
sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri kasus, tahun 2017 sebanyak 4579 total
(Arikunto, 2009). Tidak seperti pengukuran kasus dan pada tahun 2016 adalah 4622
tingkat kognitif siswa yang bisa dilihat dari total kasus. Total kasus tersebut
tes atau pengukuran IQ (Intelligence merupakan campuran dari anak yang
Quotient) pengukuran ranah afektif salah menjadi korban dan anak yang menjadi
satunya bisa dilihat dari data kasus yang pelaku.
melibatkan anak di Indonesia oleh Komisi KPAI juga mencatat kasus yang
Perlindungan Anak Indonesia. melibatkan anak sebagai pelaku, yang
pergerakannya mengalami kenaikan pada
tahun 2016 sampai tahun 2018 dan
penurunan dari tahun 2019 sampai tahun
2020. Total kasus yang melibatkan anak
pada tahun 2016 sebesar 1010 kasus, naik
1,1% menjadi 1123 kasus pada tahun 2017,
dan naik 1,2% pada tahun 2018 dengan
total kasus 1211. Penurunan sebesar 1,2%
terjadi pada tahun 2019 dengan 1048 total
kasus, kemudian turun lagi sebesar 39,9%
menjadi 629 total kasus. Dapat dilihat
penurunan tersebut bahkan belum
mencapai 50% atau setengah dari total
Gambar 1. Grafik Total Pengaduan Kasus kasus pada tahun sebelumnya.
Anak pada Tahun 2016 - 2020 Menurut KPAI Selaras dengan kenaikan total
kasus pengaduan anak, kasus yang dialami
Komisi Perlindungan Anak peserta didik dalam dunia pendidikan juga
Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa telah mengalami peningkatan. Pada tahun 2019
terjadi berbagai macam kasus yang terdapat 321 kasus yang naik sebesar 388%
melibatkan anak sebagai pelaku dan korban pada tahun 2020 menjadi 1567 kasus.
semenjak tahun 2016 sampai tahun 2020 Kasus - kasus tersebut antara lain tawuran
(KPAI, 2021). Berdasarkan grafik di atas antar pelajar, kekerasan di sekolah, anak
total kasus pengaduan anak bergerak putus sekolah, dan lain sebagainya.
fluktuatif dari tahun ke tahun. Data dalam Peningkatan kasus di dunia pendidikan
grafik tersebut merupakan kasus-kasus yang menjadi indikator bahwa terjadi penurunan
dialami anak dan dilaporkan kepada KPAI. nilai perilaku peserta didik. Penurunan ini
Peningkatan yang paling besar terjadi pada berimplikasi pada penurunan kualitas
tahun 2019 ke 2020 di mana terjadi kenaikan pendidikan di Indonesia karena outcome

64
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023

pendidikan di Indonesia menghendaki Indonesia yang dihasilkan. Keterampilan


seorang pelajar itu baik secara pengetahuan apa yang harus dikuasai oleh seorang
atau kognitif juga secara perilaku atau peserta didik merupakan poin penting
afektif dan psikomotorik. dalam rangka merancang Profil Pelajar
Sebagai tindak lanjut pemerintah Pancasila. Ada 6 keterampilan yang
melalui Kemendikbud merancang diramu oleh kemendikbud yang digunakan
Kurikulum Merdeka Belajar dimana sebagai dimensi kunci dalam
kurikulum ini memperkuat Kurikulum 2013 pengimplementasian Profil Pelajar
atau kurikulum yang sekarang Pancasila. Keenamnya saling bergantung
diimplementasikan di sekolah-sekolah dan saling menguatkan, sehingga upaya
dengan memberi penekanan pada untuk mencapai profil Pancasila yang utuh
peningkatan karakter dan kemampuan mensyaratkan pengembangan keenam
peserta didik yang inovatif dan kreatif secara dimensi secara simultan, dan parsial.
fisik, emosional, juga sosial (Mulyasa, Keenam dimensi tersebut yakni beriman,
2021). Hal ini dapat berarti sekolah bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
diberikan kewenangan oleh pemerintah dan berakhlak mulia, berkebhinekaan
untuk mengembangkan kurikulum yang global, bergotong-royong, kemandirian,
paling sesuai dengan kebutuhan sekolah dan penalaran kritis, dan kreativitas
sejalan dengan visi dan misi sekolah. (Kemendikbud Ristek, 2021).
Peningkatan karakter dan Dalam prosesnya pembelajaran
kompetensi yang dirancang dalam berbasis proyek (Project Based Learning)
Kurikulum Merdeka Belajar ini dapat menjadi hal yang digunakan sekolah dalam
diterapkan dengan adanya penguatan Profil pembelajaran untuk mendapatkan
Pelajar Pancasila. Kurikulum Merdeka kompetensi-kompetensi atau dimensi
Belajar dan Penguatan Profil Pelajar dalam Profil Pelajar Pancasila.
Pancasila adalah dua hal yang tidak dapat Penggunaan pembelajaran berbasis proyek
dipisahkan satu dengan lainnya dimana dalam implementasi Profil Pelajar
keberadaan penguatan Profil Pelajar Pancasila memiliki keunggulan antara lain
Pancasila mendukung dan menguatkan adanya peningkatan kemampuan berpikir
penerapan Kurikulum Merdeka Belajar. Hal kreatif, bekerjasama dengan peserta didik
diatas sejalan dengan tujuan Kurikulum lain, pemecahan masalah, dan
Merdeka Belajar yaitu menyiapkan peserta berkomunikasi dimana hal-hal tersebut
didik untuk hidup di masyarakat (Abubakar, merupakan kompetensi dikembangkan
2021; Rasyid, 2021). dalam penguatan Profil Pelajar Pancasila
Tujuan tersebut dijabarkan lebih (Dewi, 2022).
detail pada tujuan Profil Pelajar Pancasila Hal tersebut relevan dengan
yakni menciptakan peserta didik Indonesia penelitian-penelitian terdahulu yang
yang berkompeten, berkarakter, dan mengungkapkan adanya peningkatan
berperilaku sesuai dengan norma-norma kemampuan kognitif, afektif dan
yang ada di Indonesia yang sejalan dengan psikomotorik dengan diterapkannya
nilai-nilai Pancasila. Harapannya pelajar pembelajaran berbasis proyek.
Indonesia itu tidak hanya fokus pada ranah Peningkatan kemampuan bahkan terjadi
pengetahuan saja namun juga berfokus pada pada tingkatan sekolah dasar (Wijanarko et
sikap serta perilaku yang diimplementasikan al., 2017) sampai pada tingkat perguruan
melalui kompetensi-kompetensi yang sesuai tinggi (Hikmawati et al., 2018; Kristiono,
dengan jati diri sebagai bangsa Indonesia 2017).
sekaligus warga dunia (Kemendikbud Adanya peningkatan ini
Ristek, 2021). menunjukkan pentingnya penerapan
Profil Pelajar Pancasila dirancang pembelajaran berbasis proyek dalam setiap
untuk menjawab bagaimana output pelajar pembelajaran pada semua jenjang

65
Alsin Pare

pendidikan. Sedikit berbeda dengan mengimplementasikan Profil Pelajar


pembelajaran berbasis proyek yang Pancasila ini perlu dilakukan untuk
dilakukan saat pembelajaran intrakurikuler. mengetahui apakah sekolah ini sudah siap
Proyek penguatan profil pelajar pancasila atau belum dalam mengimplementasikan
menawarkan peserta didik kesempatan Profil Pelajar Pancasila ini, dari analisis
untuk belajar dalam situasi informal. tersebut juga dapat mengkategorikan pada
Struktur pembelajaran dan kegiatan tahapan mana Kurikulum Merdeka Belajar
pembelajaran juga dirancang lebih interaktif, dan Penguatan Profil Pelajar Pancasila bisa
dan juga peserta didik bisa terlibat langsung diterapkan pada sekolah yang dimaksud.
dalam kehidupan masyarakat sekitar untuk Berdasarkan latar belakang diatas maka
memperkuat kompetensi-kompetensi dalam rumusan masalah dalam jurnal ini ingin
profil pelajar pancasila (Kokotsaki et al., mengetahui Bagaimana kesiapan Peserta
2016; Olga et al., 2022). Saat ini, didik Sekolah Menengah Berbasis Agama
implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Ende dalam mengimplementasikan
dan penguatan Profil Pelajar Pancasila masih pembelajaran berbasis Profil Pelajar
pada tahap awal dan baru diterapkan di Pancasila, sehingga tujuan dari penelitian
sekolah-sekolah penggerak. ini adalah untuk mengetahui kesiapan
Proses implementasi Profil Pelajar peserta didik Sekolah Menengah Agama
Pancasila nantinya akan menyesuaikan Katolik Negeri Ende dalam
dengan hasil analisis kesiapan yang akan mengimplementasi pembelajaran berbasis
dilakukan, karena pada proses penentuan Profil Pelajar Pancasila.
tema dan topik spesifik harus didasarkan
pada hasil analisis kesiapan sekolah. Karena KAJIAN TEORI
berada di bawah naungan Kementerian Kesiapan
Agama terdapat kesulitan-kesulitan dalam Slameto (2003) berpendapat bahwa
mengikuti program atau kegiatan yang kesiapan adalah keadaan umum yang
menjadi program kerja Kementerian membuat seseorang bereaksi terhadap
Pendidikan dan Kebudayaan. Program situasi yang dialaminya dengan cara-cara
Sekolah Penggerak merupakan program tertentu. Sedangkan menurut Hamalik
yang diprakarsai oleh Kementerian (2004) yang mendefinisikan kesiapan
Pendidikan dan Kebudayaan, karena tidak sebagai keadaan kemampuan pada siswa
adanya Peraturan bersama atau sehubungan dengan tujuan instruksional
Memorandum of Understanding (MoU) tertentu. Pengertian tersebut sejalan
tentang program ini antara kedua dengan pengertian Soemanto (2006) yang
Kementerian menyebabkan sekolah-sekolah mengemukakan bahwa kesiapan atau
yang berada pada Kementerian Agama readiness sebagai kesiapan atau kemauan
belum mendapat kesempatan untuk menjadi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Sekolah Penggerak, dan oleh karenanya Kesiapan juga didefinisikan sebagai
Profil Pelajar Pancasila juga belum keterampilan yang signifikan, jadi siapa
diterapkan. yang memiliki keterampilan tersebut
Adapun proses persekolahan berarti ia cukup untuk melakukan sesuatu”
Sekolah Menengah Berbasis Agama di Ende (Arikunto, 2009).
ini mengadopsi Kurikulum yang digunakan Dari pengertian di atas dapat ditarik
pada Kementerian Pendidikan dan kesimpulan bahwa kesiapan adalah
Kebudayaan sehingga cepat atau lambat keadaan umum dimana seseorang atau
Kurikulum Merdeka Belajar dan Penguatan lembaga memiliki kemampuan atau
Profil Pelajar Pancasila akan diterapkan kompetensi untuk melaksanakan sesuatu.
pada Sekolah Menengah Berbasis Agama di Untuk mencapai tujuan tertentu.
Ende ini. Sebagai langkah awal, analisis Sejalan dengan pengertian di atas
kesiapan sekolah dalam UNICEF (2012) mendefinisikan kesiapan

66
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023

sekolah sebagai awal kehidupan yang baik untuk memperkuat berbagai keterampilan
yang tidak saja bisa membuat peserta didik dalam Profil Pelajar Pancasila.
memiliki awal kehidupan yang baik tetapi Proyek adalah kegiatan-kegiatan
juga menyokong peserta didik dengan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
lingkungan pengasuhan yang aman dan tertentu dengan menelaah tema-tema
membuat peserta didik bisa berkembang menantang (Anazifa & Djukri, 2017; Johan
secara fisik, mental dan emosional dengan Wicaksana, 2017; Munawaroh et al.,
baik dan bisa bersosialisasi serta mampu 2012). Proyek dirancang sehingga peserta
belajar. didik mampu untuk melakukan
penyelidikan, pemecahan masalah, dan
Implementasi Profil Pelajar Pancasila pengambilan keputusan. Peserta didik
Profil Pelajar Pancasila adalah profil bekerja pada waktu yang telah dirancang
yang seharusnya dimiliki oleh semua pelajar untuk menghasilkan sebuah produk
di Indonesia, karena sesuai dengan tujuan (Afriana et al., 2016; Kemendikbud Ristek,
pendidikan di Indonesia yang 2021; Marianti & Rahayuningsih, 2022;
mengutamakan pelajar sebagai individu Yustina et al., 2020).
yang selalu belajar, kompeten, memiliki
karakter yang baik, dan berperilaku sesuai METODE
dengan nilai-nilai Pancasila. (Kemendikbud Penelitian ini menggunakan
Ristek, 2021). Profil Pelajar Pancasila metode penelitian survei dengan
mencakup dua aspek penting, yaitu pendekatan deskriptif kuantitatif dengan
kompetensi untuk menjadi warga negara menggunakan sampling populasi dimana
Indonesia yang demokratis dan menjadi semua peserta didik pada Sekolah
individu yang unggul dan produktif dalam Menengah Agama Katolik Negeri Ende
era revolusi industri 4.0. menjadi sampel dari penelitian ini. Peserta
Tujuan akhir implementasi Profil didik pada Sekolah Menengah Agama
Pelajar Pancasila adalah untuk melatih Katolik Negeri Ende berjumlah 335 siswa
peserta didik di Indonesia agar mampu yang terdiri dari 131 peserta didik pada
berperan dan berkontribusi dalam kelas X, 110 peserta didik pada kelas XI
pembangunan global dan tangguh dan 94 peserta didik pada kelas XII. Teknik
menghadapi tantangan. Selain itu, tujuan pengumpulan data yang digunakan dalam
implementasi ini adalah untuk melatih penelitian ini adalah Angket yang
peserta didik agar dapat memahami ideologi bertujuan untuk mengetahui kesiapan
dan tujuan jangka panjang bangsa Indonesia peserta didik menghadapi pembelajaran
serta mampu beradaptasi dalam era revolusi berbasis profil pelajar pancasila. Jawaban
industri 4.0.(Olga et al., 2022). peserta didik dikategorikan menggunakan
Proyek Peningkatan Profil Pelajar skala 5 Likert. Hasil angket akan
Pancasila merupakan pembelajaran digunakan untuk mengetahui seberapa
interdisipliner untuk mengamati dan besar persentase kesiapan peserta didik dan
memikirkan pemecahan masalah-masalah menghadapi pembelajaran berbasis profil
yang ada di lingkungan sekitar. pelajar Pancasila. terdapat beberapa
(Kemendikbud Ristek, 2021). Proyek kategori kesiapan yang digunakan dalam
Penguatan Profil Pelajar Pancasila angket kesiapan peserta didik antara lain
menggunakan pembelajaran berbasis proyek kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan
, yang berbeda dengan pembelajaran proyek emosional, kesiapan kemampuan kognitif,
yang dilakukan dalam pembelajaran di kesiapan kemampuan dasar dalam
kelas. Proyek Penguatan Profil Pelajar memanfaatkan teknologi, informasi dan
Pancasila menawarkan kesempatan kepada komunikasi, kemampuan melaksanakan
anak didik untuk belajar dalam situasi pembelajaran berbasis proyek.
informal, proses pembelajaran fleksibel dan
interaktif serta terlibat di lingkungan sekitar

67
Alsin Pare

Angket tersebut kemudian diberikan 2003). Kondisi peserta didik yang fokus
kepada semua peserta didik dan diisi dan tidak mudah lelah atau sakit ini dapat
kemudian dianalisis untuk mengetahui diukur dari hal-hal yang dilakukan sebelum
distribusi frekuensi dari setiap butir soal pembelajaran antara lain sarapan, dan
angket untuk kelas x, kelas xi dan kelas xii. olahraga. oleh karena itu kesiapan fisik
setelah mendapatkan hasil perhitungan mengukur bagaimana peserta didik
distribusi frekuensi dapat kita klasifikasi mempersiapkan diri sebelum menerima
tingkat kesiapan tersebut dalam klasifikasi pembelajaran di sekolah. Dalam
kesiapan berikut yang kemudian dapat pernyataan-pernyataan kuesioner
ditarik kesimpulan pada tingkatan mana mengukur seberapa siap peserta didik
kesiapan peserta didik melaksanakan dalam menerima pembelajaran di kelas.
kurikulum merdeka belajar berbasis profil Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan
pelajar Pancasila. hasil berbeda-beda untuk setiap Angkatan.
Pada kelas X sebanyak 99,2% peserta didik
Table 1. Klasifikasi Kesiapan melaksanakan siap dalam mengikuti pembelajaran, kelas
pembelajaran (Riduwan, 2007) XI sebanyak 99,1% dan kelas XII sebesar
Klasifikasi Interval skor 97,9 % terdapat penurunan kesiapan fisik
Sangat Tinggi ≥ 87,2 dari setiap Angkatan yang dapat
Tinggi 75,1 ≤ x ≤ 87,1 ditunjukkan pada grafik dibawah, Akan
tetapi tingkat kesiapan fisik peserta didik
Sedang 63 ≤ x ≤ 75
masih pada klasifikasi sangat tinggi.
Rendah 50,9 ≤ x ≤ 62,9
Sangat Rendah ≤ 50,8
Kesiapan Fisik
HASIL DAN PEMBAHASAN 99,5%
Berdasarkan angket terdapat 6 99,0%
indikator penting dalam menentukan peserta 98,5%
didik siap dalam mengimplementasi Profil 98,0%
Pelajar Pancasila antara lain kesiapan fisik, 97,5%
kesiapan mental, kesiapan emosional, 97,0%
kesiapan kemampuan kognitif, kesiapan Kelas X Kelas XI Kelas XII
kemampuan dasar dalam memanfaatkan Kategori Sangat Tinggi
teknologi, informasi dan komunikasi,
kemampuan melaksanakan pembelajaran Gambar 2. Grafik Kesiapan Fisik Peserta
berbasis proyek. Indikator-indikator Didik
kesiapan diatas mengukur kemampuan
peserta didik untuk menghadapi Dari hasil kesiapan fisik setiap
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hasil Angkatan, kelas XII memiliki tingkat
yang diperoleh adalah sebagai berikut. kesiapan fisik paling rendah dibandingkan
dengan kelas X dan kelas XI. Hal tersebut
Kesiapan fisik ditunjukkan dari hasil angket dimana
Kesiapan fisik merupakan kesiapan peserta didik kelas XII banyak menjawab
tenaga dan Kesehatan yang baik sebelum jarang untuk berolahraga.
melakukan sesuatu (Dalyono, 2005), Peserta
didik dikatakan siap secara fisik ketika Kesiapan mental
peserta didik tersebut memiliki kondisi fisik Kesiapan mental dapat diartikan
yang sehat dan prima (Taras, 2005). Mereka sebagai keseluruhan kondisi seseorang
mampu mengikuti kegiatan pembelajaran yang membuatnya siap untuk memberi
dengan fokus dan tidak mudah lelah atau respon/jawaban di dalam acara tertentu
sakit (Bevans et al., 2010; Kulinna et al., terhadap suatu situasi. Kesiapan mental
peserta didik merupakan salah satu

68
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023

indikator penting yang mempengaruhi pada siang hari. Peserta didik tidak bisa
keberhasilan proses belajar mengajar membagi waktu dengan baik sehingga
(Castillo & Schwartz, 2013; Katz & tidak bisa mempersiapkan diri dengan
Davison, 2014). Peserta didik yang memiliki mengerjakan tugas dan mengulas kembali
kesiapan mental yang baik akan lebih siap pembelajaran yang didapat.
dan terbuka untuk menerima informasi baru,
mengembangkan pengetahuan dan Kesiapan emosional
keterampilan, serta lebih mampu Berdasarkan hasil angket kesiapan
menyelesaikan tugas-tugas yang emosional peserta didik kelas X sebesar
diberikan(Baik et al., 2019). Berdasarkan 98,5%, kelas XI 99,1% dan kelas XII
hasil angket kesiapan mental peserta didik sebesar 94,7%. Kesimpulan yang
kelas X sebesar 99,2%, kelas XI sebesar didapatkan dari angket adalah peserta didik
97,3, dan kelas XII sebesar 89,4. Secara siap secara mental untuk melaksanakan
umum dapat dikatakan jika secara mental pembelajaran berbasis Profil Pelajar
peserta didik Sekolah Menengah Agama Pancasila dengan tingkat klasifikasi
Katolik Negeri Ende siap secara mental kesiapan sangat tinggi yang berarti Peserta
untuk mempelajari pembelajaran berbasis didik sangat mampu untuk mengelola
Profil Pelajar Pancasila dengan tingkat emosi dengan baik hal ini tergambar pada
klasifikasi kesiapan sangat tinggi. Hal hasil angket dimana perasaan mereka
tersebut berarti peserta didik selalu ketika datang ke sekolah Sebagian besar
menyempatkan waktu untuk menyelesaikan senang dan bahagia yang bisa dilihat dari
tugas di rumah dan meluangkan waktu untuk grafik berikut.
belajar yang berimplikasi pada kesiapan
peserta didik untuk menerima informasi baru Kesiapan Emosional
dan mengembangkan pengetahuan dan
100,0%
keterampilan. Hasil angket tersebut dapat
98,0%
dilihat pada grafik berikut.
96,0%
94,0%
Kesiapan Mental
92,0%
100,0% Kelas X Kelas XI Kelas XII
95,0%
Kategori SangatTinggi
90,0%
85,0% Gambar 4. Grafik Kesiapan Emosional
80,0% Peserta didik
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Kesiapan emosional
Kategori Sangat Tinggi
memungkinkan peserta didik untuk
Gambar 3. Grafik Kesiapan Mental Peserta menyikapi tekanan dan tantangan dengan
didik cara yang positif dan produktif, serta
membantu mereka untuk belajar dengan
Berdasarkan hasil angket tersebut lebih efektif (Radford, 2003). Kondisi
diketahui bahwa kesiapan mental peserta emosional menjadi salah satu indikator
didik kelas XII paling rendah dibandingkan penting dalam mengukur kesiapan
dengan kelas-kelas lainnya. Peserta didik seseorang dalam melaksanakan sesuatu
kelas XII tidak memiliki waktu yang cukup (Reiff et al., 2001; Saklofske et al., 2012;
untuk mempersiapkan diri dan Tam et al., 2021; Zarezadeh,
menyelesaikan tugas di rumah. Hal tersebut 2013). Beberapa jurnal membahas
disebabkan adanya perubahan kebiasaan hubungan antara kesiapan emosional dan
belajar peserta didik yang diakibatkan kesiapan untuk melakukan sesuatu. Seperti
pemberlakuan pembelajaran yang dimulai penelitian yang dilakukan pada STIKES

69
Alsin Pare

Aisyiyah Bandung yang meneliti pengaruh


kesiapan emosional dan kesiapan kerja Kesiapan Kemampuan
mahasiswa paramedic (Harahap, 2019) dan Kognitif
mendapatkan hasil bahwa kesiapan 80,0%
emosional berpengaruh secara positif
terhadap kesiapan kerja. Penelitian serupa 60,0%
juga dilakukan oleh Gustiyani (2015) yang 40,0%
meneliti tentang hubungan kesiapan
20,0%
emosional dan kesiapan belajar siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Tuntang. Hasil yang 0,0%
diperoleh juga menunjukkan bahwa terdapat Kelas X Kelas XI Kelas XII
hubungan yang positif antara kesiapan Kategori Sangat Rendah Kelas X dan XII,
emosional dan kesiapan belajar siswa. Kategori Rendah Kelas X

Kesiapan kemampuan Gambar 5 Grafik Kesiapan Kemampuan


Kesiapan kemampuan kognitif Kognitif Peserta didik
Berdasarkan hasil angket peserta
didik pada Sekolah Menengah Berbasis Kesiapan kemampuan dasar dalam
Agama di Ende kesiapan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan
peserta didik cukup rendah. Pada kelas X komunikasi
kesiapan kemampuan kognitif hanya sebesar Kemampuan dasar memanfaatkan
49,6%, kelas XI sebesar 61,8%, dan pada teknologi informasi dan komunikasi
kelas XII sebesar 50%. Berdasarkan hasil merupakan kemampuan untuk mengakses
tersebut klasifikasi kesiapan kemampuan dan menggunakan teknologi dengan benar,
kognitif peserta didik berada pada tingkat serta mengerti cara kerja dan kegunaan
sangat rendah untuk kelas X dan XII dan berbagai perangkat teknologi (Chance et
rendah pada tingkatan kelas XI Ada dua hal al., 2007; Technology, 2013). Kemampuan
yang menjadi indikator kemampuan kognitif ini juga termasuk kemampuan untuk
peserta didik yaitu adanya peningkatan nilai mengelola dan mengorganisir informasi
setiap semester, juga pernah dan tidaknya yang disimpan secara digital, serta
seorang peserta didik mengikuti lomba. mengirim dan menerima informasi melalui
Walaupun semua peserta didik menjawab berbagai jenis komunikasi online.
adanya peningkatan nilai dari semester ke Kemampuan dasar dalam memanfaatkan
semester. Namun pada bagian mengikuti TIK sangat penting untuk keefektifan
perlombaan hanya sedikit saja yang pembelajaran peserta didik (Costley, 2014;
menjawab pernah mengikuti perlombaan. Cradler et al., 2002). Berdasarkan hasil
Lebih banyak peserta didik menjawab tidak angket kemampuan dasar peserta didik
pernah mengikuti lomba. Hal tersebut yang dalam penggunaan Teknologi Informasi
menyebabkan rendahnya kemampuan dan Komunikasi berbeda-beda setiap
kognitif peserta didik. Pembelajaran pada angkatan. Pada kelas X sebesar 74%, kelas
masa covid-19 menyebabkan tidak adanya XI 84,6%, kelas XII sebesar 77,7%.
perlombaan yang dilakukan yang Berdasarkan hasil tersebut klasifikasi
menyebabkan kesempatan peserta didik kesiapan kemampuan peserta didik dalam
mengikuti perlombaan tidak ada. memanfaatkan teknologi informasi dan
Perlombaan menjadi hal yang penting komunikasi berada pada tingkat sedang
karena dalam perlombaan aspek kognitif pada kelas X dan tinggi pada kelas XI dan
menjadi penilaian yang dijadikan tolak ukur XII. Peserta didik mengetahui dasar-dasar
dalam menilai pemenang perlombaan. menggunakan perangkat teknologi,
mengetahui cara menyalakan dan
mematikan komputer.

70
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023

proyek. Hasil tersebut dapat dilihat pada


Kesiapan Kemampuan angket berikut.
Dasar dalam
Memanfaatkan Teknologi Kesiapan Kemampuan
Informasi Melaksanakan
Pembelajaran Berbasis
90%
Proyek
85%
84,0%
80%
82,0%
75%
80,0%
70%
78,0%
65%
Kelas X Kelas XI Kelas XII 76,0%
74,0%
Kategori Sedang Kelas X, Kategori Tinggi
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Kelas XI dan XII
Kategori Tinggi
Gambar 6. Grafik Kesiapan Kemampuan
Dasar dalam Memanfaatkan Teknologi Gambar 7. Grafik Kesiapan Kemampuan
Informasi dan Komunikasi Peserta Didik Melaksanakan Pembelajaran Berbasis
Proyek Peserta Didik
Kesiapan kemampuan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek KESIMPULAN
Pembelajaran berbasis proyek Berdasarkan hasil dan pembahasan
memfokuskan peserta didik pada pemecahan yang sudah dipaparkan diatas dapat ditarik
masalah nyata yang relevan dengan beberapa kesimpulan Peserta didik
kehidupan mereka, dan memberikan Sekolah Menengah Berbasis Agama di
kesempatan untuk mengembangkan Ende siap dalam melaksanakan
kemampuan kritis dan analitis mereka serta pembelajaran berbasis Profil Pelajar
mempraktikkan keterampilan yang mereka Pancasila dilihat dari kesiapan fisik, mental
pelajari (Adisti et al., 2020). Berdasarkan dan emosional yang memiliki tingkat
hasil angket kesiapan kemampuan peserta kesiapan tinggi, sedangkan kesiapan
didik untuk melaksanakan pembelajaran lainnya memiliki tingkat kesiapan yang
berbasis proyek cukup variatif setiap bervariasi. Pada kesiapan kemampuan
angkatannya. Pada kelas X hasilnya sebesar melaksanakan pembelajaran berbasis
77,9%, kelas XI sebesar 82,7%, dan kelas proyek peserta didik Sekolah Menengah
XII sebesar 83%. Berdasarkan hasil tersebut Agama Katolik Negeri Ende berada pada
klasifikasi kesiapan kemampuan peserta kategori tinggi, sedikit berbeda dengan
didik dalam melaksanakan pembelajaran kesiapan kemampuan dasar dalam
berbasis proyek berada pada tingkat tinggi. memanfaatkan teknologi informasi dan
Peserta didik kelas X mendapatkan komunikasi dimana peserta didik kelas X
persentase paling rendah dibandingkan kelas berada pada kategori sedang dan kelas XI
XI dan XII hal ini disebabkan belum dan XI berada pada kategori tinggi,
dibiasakannya peserta didik dalam kegiatan sedangkan pada kesiapan kemampuan
pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran kognitif tingkat kesiapan peserta didik
berbasis proyek yang dilakukan pada kelas berada pada kategori sangat rendah pada
X baru pada mata pelajaran Prakarya dan kelas X dan XII sedangkan pada kelas XI
Kewirausahaan dan Geografi saja sedangkan berada pada kategori rendah.
mata pelajaran lainnya belum pernah
melaksanakan pembelajaran berbasis

71
Alsin Pare

SARAN DAN REKOMENDASI Inggris untuk Anak Usia Dini dalam


Perlu adanya peningkatan pada Menyambut Kurikulum Merdeka.
kemampuan kognitif peserta didik yang 111–119.
menjadi tanggung jawab semua pihak antara Afriana, J., Permanasari, A., & Fitriani, A.
lain peserta didik itu sendiri, orang tua, guru, (2016). Project based learning
dan sekolah perlu memikirkan Langkah- integrated to stem to enhance
langkah praktis agar kemampuan kognitif elementary school’s students
peserta didik dapat ditingkatkan. Peserta scientific literacy. Jurnal Pendidikan
didik perlu menambah waktu belajar yang IPA Indonesia, 5(2), 261–267.
berdampak pada peningkatan pemahaman https://doi.org/10.15294/jpii.v5i2.549
dan kesiapannya dalam menerima materi 3
juga meningkatkan prestasi dan
melaksanakan pembelajaran berbasis profil Anazifa, R. D., & Djukri. (2017). Project-
pelajar Pancasila selain peserta didik perlu based learning and problem- based
support dari orang tua dalam mengontrol learning: Are they effective to
waktu belajar peserta didik. guru juga harus improve student’s thinking skills?
memikirkan Langkah-langkah pembelajaran Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,
atau model pembelajaran yang inovatif 6(2), 346–355.
sehingga bisa meningkatkan kemampuan https://doi.org/10.15294/jpii.v6i2.111
kognitif peserta didik. 00
Perlu penelitian lanjutan terkait Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi
kemampuan kognitif peserta didik pada Pendidikan (edisi revisi).
Sekolah Menengah Agama Katolik Negeri
Ende sehingga dapat diambil langkah- Baik, C., Larcombe, W., & Brooker, A.
langkah pencegahan dan peningkatan yang (2019). How universities can enhance
sesuai dengan karakteristik sekolah. student mental wellbeing: The student
perspective. Higher Education
UCAPAN TERIMA KASIH Research & Development, 38(4),
Ucapan terima kasih kepada bapak 674–687.
Kepala Sekolah Menengah Agama Katolik Bevans, K. B., Fitzpatrick, L., Sanchez, B.
Ende yang telah memberikan izin untuk M., Riley, A. W., & Forrest, C.
melaksanakan penelitian dan kepada peserta (2010). Physical education resources,
didik Sekolah Menengah Agama Katolik class management, and student
Negeri Ende yang telah bersedia menjadi physical activity levels: A structure‐
subjek penelitian, serta Tim Redaktur jurnal process‐outcome approach to
Educandum Balai Penelitian dan evaluating physical education
Pengembangan Agama Makassar yang effectiveness. Journal of School
sudah membantu untuk menerbitkan dan Health, 80(12), 573–580.
menyelesaikan tulisan ini.
Castillo, L. G., & Schwartz, S. J. (2013).
DAFTAR PUSTAKA Introduction to the special issue on
Abubakar, A. (2021). Implementasi college student mental health. In
Kurikulum Darurat Pada Madrasah Journal of clinical psychology (Vol.
Negeri Di Kabupaten Gowa. 69, Issue 4, pp. 291–297). Wiley
Educandum, 7(1), 1–18. Online Library.
https://blamakassar.e- Chance, B., Ben-zvi, D., Garfield, J., &
journal.id/educandum/article/view/485 Medina, E. (2007). The Role of
Adisti, A. R., Yuliasri, I., Hartono, R., & Technology in Improving Student
Fitriati, S. W. (2020). Pengembangan Learning of Statistics. 1(September),
Literasi Digital Pembelajaran Bahasa 1–24.

72
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023

Costley, K. C. (2014). The Positive Effects of VOCATIONAL SKILLS. Usej, 6(3),


Technology on Teaching and Student 1694–1699.
Learning. 139. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p
hp/usej
Cradler, J., McNabb, M., Freeman, M., &
Burchett, R. (2002). How does Katz, D. S., & Davison, K. (2014).
technology influence student learning? Community college student mental
Learning and Leading with health: A comparative analysis.
Technology, 29(8), 46–49. Community College Review, 42(4),
307–326.
Dalyono, M. (2005). Psikologi Pendidikan:
Komponen MKDK. Jakarta: PT Kemendikbud Ristek. (2021). Profil
Rineka Cipta. Pelajar Pancasila. In Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Dewi, M. R. (2022). Kelebihan dan
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/pro
Kekurangan Project-based Learning
fil-pelajar-pancasila, diakses 26
untuk Penguatan Profil Pelajar
February 2022 13.26
Pancasila Kurikulum Merdeka.
Ejournal UPI, 19(2), 213–226. Kokotsaki, D., Menzies, V., & Wiggins, A.
(2016). Project-based learning: a
Gustiyani, A. (2015). Hubungan antara
review of the literature. 44(July).
Kecerdasan Emosional dengan
Kesiapan Belajar Mandiri pada Siswa KPAI. (2021). Data Kasus Pengaduan
Kelas XI SMA Negeri 1 Tuntang. 1–33. Anak 2016 -– 2020. Sekretariat
https://repository.uksw.edu/bitstream/1 Komisi Perlindungan Anak Indonesia
23456789/9164/2/T1_802011103_Full (KPAI).
text.pdf https://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-
data/data-kasus-pengaduan-anak-
Hamalik, O. (2004). Perencanaan
2016-2020, diakses 26 Februari 2022
Pengajaran Berdasarkan dan
18.47
Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi
Aksara. Kristiono, N. (2017). Penguatan Ideologi
Pancasila Di Kalangan Mahasiswa
Harahap. (2019). Pengaruh Kecerdasan
Universitas Negeri Semarang.
Emosional terhadap Kesiapan Kerja
Harmony, 2(2), 193–204.
pada Mahasiswa Paramedic.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.p
Akuntabel, 16(1), 47–53.
hp/harmony/article/view/20171/9563
http://journal.feb.unmul.ac.id/index.ph
p/AKUNTABEL Kulinna, P. H., Martin, J., Lai, Q., Kliber,
A., & Reed, B. (2003). Student
Hikmawati, A. N., Huriah, T., & Khoiriyati,
physical activity patterns: Grade,
A. (2018). PENGARUH
gender, and activity influences.
PENERAPAN PROJECT BASED
LEARNING (PjBL) TERHADAP Journal of Teaching in Physical
Education, 22(3), 298–310.
PENINGKATAN KEMAMPUAN
KOGNITIF, AFEKTIF DAN Marianti, A., & Rahayuningsih, M. (2022).
PSIKOMOTOR MAHASISWA. The Implementation of Project-Based
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu,” Learning Model with Instagram
9(1), 62. Media towards Students’ Critical
Thiking and Creativity. Unnes
Johan Wicaksana, E. (2017). Unnes Science
Science Education Journal, 11(1), 9–
Education Journal THE
16.
EFFECTIVENESS OF PROJECT
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.p
BASED LEARNING MODEL TO
hp/usej
IMPROVE STUDENTS

73
Alsin Pare

Mulyasa, H. E. (2021). Menjadi Guru 22(2), 251–257.


Penggerak Merdeka Belajar. Bumi https://doi.org/10.1016/j.lindif.2011.
Aksara. 02.010
https://books.google.co.id/books?id=0 Slameto, B. (2003). Belajar dan Faktor-
WAlEAAAQBAJ Faktor yang Mempengaruhinya
Munawaroh, R., Subali, B., & Sopyan, A. (Cetakan IV). In Jakarta:Rineka
(2012). Penerapan Model Project Cipta.
Based Learning dan Kooperatif untuk Soemanto, W. (2006). Psikologi
Membangun Empat Pilar Pembelajaran Pendidikan, cetakan kelima.
Siswa SMP. Upej, 1(1), 33–37. Jakarta:Rineka Cipta.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php
/upej Tam, H. lin, Kwok, S. Y. C. L., Hui, A. N.
N., Chan, D. K. yin, Leung, C.,
Olga, Y., Sabon, S., & Istiyono, E. (2022). Leung, J., Lo, H., & Lai, S. (2021).
Developing " Pancasila Student Profile The significance of emotional
" instrument for self-assessment. 26(1), intelligence to students’ learning
37–46. motivation and academic
Radford, M. (2003). Emotional Intelligence achievement: A study in Hong Kong
and Education. International Journal of with a Confucian heritage. Children
Children’s Spirituality, 8(3), 255–268. and Youth Services Review,
https://doi.org/10.1080/136443603200 121(December 2020), 105847.
0146520 https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2
020.105847
Rasyid, M. D. M. M. S. M. T. H. P. (2021).
Manajemen Pengembangan Kurikulum Taras, H. (2005). Physical activity and
Pendidikan Agama Islam Dalam student performance at school.
Perspektif Pendidikan Multikultural Di Journal of School Health, 75(6), 214–
Man 3 Sleman. Educandum Jurnal 218.
Ilmiah Pendidikan, 7(2), 219–229. Technology, C. (2013). Factors enabling
https://blamakassar.e- the use of t echnology in subject
journal.id/educandum/article/view/545 teaching Begum Cubukcuoglu
/354 Eastern Mediterranean University ,
Reiff, H. B., Hatzes, N. M., Bramel, M. H., North Cyprus. International Journal
& Gibbon, T. (2001). The relation of of Education and Development Using
LD and gender with emotional Information and Communication
intelligence in college students. Technology, 9(3), 50–60.
Journal of Learning Disabilities, 34(1), UNICEF. (2012). School readiness (A
66–78. conceptual Framework). United
Riduwan. (2007). Skala pengukuran Nations Children’s Fund (Education
variabel-variabel penelitian. In Section, Programme Division).
Alfabeta. https://doi.org/10.2307/1602361
Saklofske, D. H., Austin, E. J., Mastoras, S. Wijanarko, A. G., Supardi, K. I., &
M., Beaton, L., & Osborne, S. E. Marwoto, P. (2017). Keefektifan
(2012). Relationships of personality, Model Project Based Learning
affect, emotional intelligence and Terbimbing untuk Meningkatkan
coping with student stress and Keterampilan Proses Sains dan Hasil
academic success: Different patterns of Belajar IPA. Journal of Primary
association for stress and success. Education, 6(2), 120–125.
Learning and Individual Differences,

74
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023

Yustina, Syafii, W., & Vebrianto, R. (2020). Zarezadeh, T. (2013). The Effect of
The effects of blended learning and Emotional Intelligence in English
project-based learning on pre-service Language Learning. Procedia - Social
biology teachers’ creative thinking and Behavioral Sciences, 84, 1286–
skills through online learning in the 1289.
COVID-19 pandemic. Jurnal https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.
Pendidikan IPA Indonesia, 9(3), 408– 06.745
420.
https://doi.org/10.15294/jpii.v9i3.24706

75

Anda mungkin juga menyukai