1054-Article Text-1506-1-10-20230630
1054-Article Text-1506-1-10-20230630
Alsin Pare
Sekolah Menengah Agama Katolik Negeri Ende, alsinpare@gmail.com
63
Alsin Pare
R
anah afektif merupakan ranah yang total kasus pada lima tahun terakhir adalah
tidak kalah penting dibandingkan sebagai berikut, kasus yang terjadi selama
dengan ranah kognitif. Ranah ini tahun 2020 sebanyak 6519 kasus. Pada
berisi perilaku-perilaku yang menekankan tahun 2019 sebanyak 4369 total kasus,
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, pada tahun 2018 sebanyak 4885 total
sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri kasus, tahun 2017 sebanyak 4579 total
(Arikunto, 2009). Tidak seperti pengukuran kasus dan pada tahun 2016 adalah 4622
tingkat kognitif siswa yang bisa dilihat dari total kasus. Total kasus tersebut
tes atau pengukuran IQ (Intelligence merupakan campuran dari anak yang
Quotient) pengukuran ranah afektif salah menjadi korban dan anak yang menjadi
satunya bisa dilihat dari data kasus yang pelaku.
melibatkan anak di Indonesia oleh Komisi KPAI juga mencatat kasus yang
Perlindungan Anak Indonesia. melibatkan anak sebagai pelaku, yang
pergerakannya mengalami kenaikan pada
tahun 2016 sampai tahun 2018 dan
penurunan dari tahun 2019 sampai tahun
2020. Total kasus yang melibatkan anak
pada tahun 2016 sebesar 1010 kasus, naik
1,1% menjadi 1123 kasus pada tahun 2017,
dan naik 1,2% pada tahun 2018 dengan
total kasus 1211. Penurunan sebesar 1,2%
terjadi pada tahun 2019 dengan 1048 total
kasus, kemudian turun lagi sebesar 39,9%
menjadi 629 total kasus. Dapat dilihat
penurunan tersebut bahkan belum
mencapai 50% atau setengah dari total
Gambar 1. Grafik Total Pengaduan Kasus kasus pada tahun sebelumnya.
Anak pada Tahun 2016 - 2020 Menurut KPAI Selaras dengan kenaikan total
kasus pengaduan anak, kasus yang dialami
Komisi Perlindungan Anak peserta didik dalam dunia pendidikan juga
Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa telah mengalami peningkatan. Pada tahun 2019
terjadi berbagai macam kasus yang terdapat 321 kasus yang naik sebesar 388%
melibatkan anak sebagai pelaku dan korban pada tahun 2020 menjadi 1567 kasus.
semenjak tahun 2016 sampai tahun 2020 Kasus - kasus tersebut antara lain tawuran
(KPAI, 2021). Berdasarkan grafik di atas antar pelajar, kekerasan di sekolah, anak
total kasus pengaduan anak bergerak putus sekolah, dan lain sebagainya.
fluktuatif dari tahun ke tahun. Data dalam Peningkatan kasus di dunia pendidikan
grafik tersebut merupakan kasus-kasus yang menjadi indikator bahwa terjadi penurunan
dialami anak dan dilaporkan kepada KPAI. nilai perilaku peserta didik. Penurunan ini
Peningkatan yang paling besar terjadi pada berimplikasi pada penurunan kualitas
tahun 2019 ke 2020 di mana terjadi kenaikan pendidikan di Indonesia karena outcome
64
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023
65
Alsin Pare
66
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023
sekolah sebagai awal kehidupan yang baik untuk memperkuat berbagai keterampilan
yang tidak saja bisa membuat peserta didik dalam Profil Pelajar Pancasila.
memiliki awal kehidupan yang baik tetapi Proyek adalah kegiatan-kegiatan
juga menyokong peserta didik dengan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
lingkungan pengasuhan yang aman dan tertentu dengan menelaah tema-tema
membuat peserta didik bisa berkembang menantang (Anazifa & Djukri, 2017; Johan
secara fisik, mental dan emosional dengan Wicaksana, 2017; Munawaroh et al.,
baik dan bisa bersosialisasi serta mampu 2012). Proyek dirancang sehingga peserta
belajar. didik mampu untuk melakukan
penyelidikan, pemecahan masalah, dan
Implementasi Profil Pelajar Pancasila pengambilan keputusan. Peserta didik
Profil Pelajar Pancasila adalah profil bekerja pada waktu yang telah dirancang
yang seharusnya dimiliki oleh semua pelajar untuk menghasilkan sebuah produk
di Indonesia, karena sesuai dengan tujuan (Afriana et al., 2016; Kemendikbud Ristek,
pendidikan di Indonesia yang 2021; Marianti & Rahayuningsih, 2022;
mengutamakan pelajar sebagai individu Yustina et al., 2020).
yang selalu belajar, kompeten, memiliki
karakter yang baik, dan berperilaku sesuai METODE
dengan nilai-nilai Pancasila. (Kemendikbud Penelitian ini menggunakan
Ristek, 2021). Profil Pelajar Pancasila metode penelitian survei dengan
mencakup dua aspek penting, yaitu pendekatan deskriptif kuantitatif dengan
kompetensi untuk menjadi warga negara menggunakan sampling populasi dimana
Indonesia yang demokratis dan menjadi semua peserta didik pada Sekolah
individu yang unggul dan produktif dalam Menengah Agama Katolik Negeri Ende
era revolusi industri 4.0. menjadi sampel dari penelitian ini. Peserta
Tujuan akhir implementasi Profil didik pada Sekolah Menengah Agama
Pelajar Pancasila adalah untuk melatih Katolik Negeri Ende berjumlah 335 siswa
peserta didik di Indonesia agar mampu yang terdiri dari 131 peserta didik pada
berperan dan berkontribusi dalam kelas X, 110 peserta didik pada kelas XI
pembangunan global dan tangguh dan 94 peserta didik pada kelas XII. Teknik
menghadapi tantangan. Selain itu, tujuan pengumpulan data yang digunakan dalam
implementasi ini adalah untuk melatih penelitian ini adalah Angket yang
peserta didik agar dapat memahami ideologi bertujuan untuk mengetahui kesiapan
dan tujuan jangka panjang bangsa Indonesia peserta didik menghadapi pembelajaran
serta mampu beradaptasi dalam era revolusi berbasis profil pelajar pancasila. Jawaban
industri 4.0.(Olga et al., 2022). peserta didik dikategorikan menggunakan
Proyek Peningkatan Profil Pelajar skala 5 Likert. Hasil angket akan
Pancasila merupakan pembelajaran digunakan untuk mengetahui seberapa
interdisipliner untuk mengamati dan besar persentase kesiapan peserta didik dan
memikirkan pemecahan masalah-masalah menghadapi pembelajaran berbasis profil
yang ada di lingkungan sekitar. pelajar Pancasila. terdapat beberapa
(Kemendikbud Ristek, 2021). Proyek kategori kesiapan yang digunakan dalam
Penguatan Profil Pelajar Pancasila angket kesiapan peserta didik antara lain
menggunakan pembelajaran berbasis proyek kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan
, yang berbeda dengan pembelajaran proyek emosional, kesiapan kemampuan kognitif,
yang dilakukan dalam pembelajaran di kesiapan kemampuan dasar dalam
kelas. Proyek Penguatan Profil Pelajar memanfaatkan teknologi, informasi dan
Pancasila menawarkan kesempatan kepada komunikasi, kemampuan melaksanakan
anak didik untuk belajar dalam situasi pembelajaran berbasis proyek.
informal, proses pembelajaran fleksibel dan
interaktif serta terlibat di lingkungan sekitar
67
Alsin Pare
Angket tersebut kemudian diberikan 2003). Kondisi peserta didik yang fokus
kepada semua peserta didik dan diisi dan tidak mudah lelah atau sakit ini dapat
kemudian dianalisis untuk mengetahui diukur dari hal-hal yang dilakukan sebelum
distribusi frekuensi dari setiap butir soal pembelajaran antara lain sarapan, dan
angket untuk kelas x, kelas xi dan kelas xii. olahraga. oleh karena itu kesiapan fisik
setelah mendapatkan hasil perhitungan mengukur bagaimana peserta didik
distribusi frekuensi dapat kita klasifikasi mempersiapkan diri sebelum menerima
tingkat kesiapan tersebut dalam klasifikasi pembelajaran di sekolah. Dalam
kesiapan berikut yang kemudian dapat pernyataan-pernyataan kuesioner
ditarik kesimpulan pada tingkatan mana mengukur seberapa siap peserta didik
kesiapan peserta didik melaksanakan dalam menerima pembelajaran di kelas.
kurikulum merdeka belajar berbasis profil Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan
pelajar Pancasila. hasil berbeda-beda untuk setiap Angkatan.
Pada kelas X sebanyak 99,2% peserta didik
Table 1. Klasifikasi Kesiapan melaksanakan siap dalam mengikuti pembelajaran, kelas
pembelajaran (Riduwan, 2007) XI sebanyak 99,1% dan kelas XII sebesar
Klasifikasi Interval skor 97,9 % terdapat penurunan kesiapan fisik
Sangat Tinggi ≥ 87,2 dari setiap Angkatan yang dapat
Tinggi 75,1 ≤ x ≤ 87,1 ditunjukkan pada grafik dibawah, Akan
tetapi tingkat kesiapan fisik peserta didik
Sedang 63 ≤ x ≤ 75
masih pada klasifikasi sangat tinggi.
Rendah 50,9 ≤ x ≤ 62,9
Sangat Rendah ≤ 50,8
Kesiapan Fisik
HASIL DAN PEMBAHASAN 99,5%
Berdasarkan angket terdapat 6 99,0%
indikator penting dalam menentukan peserta 98,5%
didik siap dalam mengimplementasi Profil 98,0%
Pelajar Pancasila antara lain kesiapan fisik, 97,5%
kesiapan mental, kesiapan emosional, 97,0%
kesiapan kemampuan kognitif, kesiapan Kelas X Kelas XI Kelas XII
kemampuan dasar dalam memanfaatkan Kategori Sangat Tinggi
teknologi, informasi dan komunikasi,
kemampuan melaksanakan pembelajaran Gambar 2. Grafik Kesiapan Fisik Peserta
berbasis proyek. Indikator-indikator Didik
kesiapan diatas mengukur kemampuan
peserta didik untuk menghadapi Dari hasil kesiapan fisik setiap
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hasil Angkatan, kelas XII memiliki tingkat
yang diperoleh adalah sebagai berikut. kesiapan fisik paling rendah dibandingkan
dengan kelas X dan kelas XI. Hal tersebut
Kesiapan fisik ditunjukkan dari hasil angket dimana
Kesiapan fisik merupakan kesiapan peserta didik kelas XII banyak menjawab
tenaga dan Kesehatan yang baik sebelum jarang untuk berolahraga.
melakukan sesuatu (Dalyono, 2005), Peserta
didik dikatakan siap secara fisik ketika Kesiapan mental
peserta didik tersebut memiliki kondisi fisik Kesiapan mental dapat diartikan
yang sehat dan prima (Taras, 2005). Mereka sebagai keseluruhan kondisi seseorang
mampu mengikuti kegiatan pembelajaran yang membuatnya siap untuk memberi
dengan fokus dan tidak mudah lelah atau respon/jawaban di dalam acara tertentu
sakit (Bevans et al., 2010; Kulinna et al., terhadap suatu situasi. Kesiapan mental
peserta didik merupakan salah satu
68
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023
indikator penting yang mempengaruhi pada siang hari. Peserta didik tidak bisa
keberhasilan proses belajar mengajar membagi waktu dengan baik sehingga
(Castillo & Schwartz, 2013; Katz & tidak bisa mempersiapkan diri dengan
Davison, 2014). Peserta didik yang memiliki mengerjakan tugas dan mengulas kembali
kesiapan mental yang baik akan lebih siap pembelajaran yang didapat.
dan terbuka untuk menerima informasi baru,
mengembangkan pengetahuan dan Kesiapan emosional
keterampilan, serta lebih mampu Berdasarkan hasil angket kesiapan
menyelesaikan tugas-tugas yang emosional peserta didik kelas X sebesar
diberikan(Baik et al., 2019). Berdasarkan 98,5%, kelas XI 99,1% dan kelas XII
hasil angket kesiapan mental peserta didik sebesar 94,7%. Kesimpulan yang
kelas X sebesar 99,2%, kelas XI sebesar didapatkan dari angket adalah peserta didik
97,3, dan kelas XII sebesar 89,4. Secara siap secara mental untuk melaksanakan
umum dapat dikatakan jika secara mental pembelajaran berbasis Profil Pelajar
peserta didik Sekolah Menengah Agama Pancasila dengan tingkat klasifikasi
Katolik Negeri Ende siap secara mental kesiapan sangat tinggi yang berarti Peserta
untuk mempelajari pembelajaran berbasis didik sangat mampu untuk mengelola
Profil Pelajar Pancasila dengan tingkat emosi dengan baik hal ini tergambar pada
klasifikasi kesiapan sangat tinggi. Hal hasil angket dimana perasaan mereka
tersebut berarti peserta didik selalu ketika datang ke sekolah Sebagian besar
menyempatkan waktu untuk menyelesaikan senang dan bahagia yang bisa dilihat dari
tugas di rumah dan meluangkan waktu untuk grafik berikut.
belajar yang berimplikasi pada kesiapan
peserta didik untuk menerima informasi baru Kesiapan Emosional
dan mengembangkan pengetahuan dan
100,0%
keterampilan. Hasil angket tersebut dapat
98,0%
dilihat pada grafik berikut.
96,0%
94,0%
Kesiapan Mental
92,0%
100,0% Kelas X Kelas XI Kelas XII
95,0%
Kategori SangatTinggi
90,0%
85,0% Gambar 4. Grafik Kesiapan Emosional
80,0% Peserta didik
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Kesiapan emosional
Kategori Sangat Tinggi
memungkinkan peserta didik untuk
Gambar 3. Grafik Kesiapan Mental Peserta menyikapi tekanan dan tantangan dengan
didik cara yang positif dan produktif, serta
membantu mereka untuk belajar dengan
Berdasarkan hasil angket tersebut lebih efektif (Radford, 2003). Kondisi
diketahui bahwa kesiapan mental peserta emosional menjadi salah satu indikator
didik kelas XII paling rendah dibandingkan penting dalam mengukur kesiapan
dengan kelas-kelas lainnya. Peserta didik seseorang dalam melaksanakan sesuatu
kelas XII tidak memiliki waktu yang cukup (Reiff et al., 2001; Saklofske et al., 2012;
untuk mempersiapkan diri dan Tam et al., 2021; Zarezadeh,
menyelesaikan tugas di rumah. Hal tersebut 2013). Beberapa jurnal membahas
disebabkan adanya perubahan kebiasaan hubungan antara kesiapan emosional dan
belajar peserta didik yang diakibatkan kesiapan untuk melakukan sesuatu. Seperti
pemberlakuan pembelajaran yang dimulai penelitian yang dilakukan pada STIKES
69
Alsin Pare
70
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023
71
Alsin Pare
72
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023
73
Alsin Pare
74
Educandum: Volume 9 Nomor 1 Juni 2023
Yustina, Syafii, W., & Vebrianto, R. (2020). Zarezadeh, T. (2013). The Effect of
The effects of blended learning and Emotional Intelligence in English
project-based learning on pre-service Language Learning. Procedia - Social
biology teachers’ creative thinking and Behavioral Sciences, 84, 1286–
skills through online learning in the 1289.
COVID-19 pandemic. Jurnal https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.
Pendidikan IPA Indonesia, 9(3), 408– 06.745
420.
https://doi.org/10.15294/jpii.v9i3.24706
75