Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

JURNAL PENDIDIKAN
DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA

Analisis Kesiapan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII
Pada Masa New Normal di SMP Negeri 4 Singaraja

Luh Ade Intan Suciati Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan analisis
Wijaya1 (*) kesiapan belajar siswa mata pelajaran IPA kelas VIII di masa new normal di SMP
ade.intan@ Negeri 4 Singaraja serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar siswa
undiksha.ac.id kelas VIII dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah
Ni Made Pujani2 138 siswa sebagai sumber data kesiapan belajar siswa. Sedangkan objek dalam
made.pujani@ penelitian ini adalah kesiapan belajar siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi
undiksha.ac.id kesiapan belajar siswa yang ditinjau dari indikator kesiapan belajar yaitu kondisi
fisik, kondisi mental, kondisi emosional, kondisi kebutuhan, kondisi motif, kondisi
Luh Mitha Priyanka3 tujuan, dan kondisi pengetahuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
luh.mitha@ yaitu observasi, pemberian angket, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik
undiksha.ac.id analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif interpretative. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) kesiapan belajar siswa kelas VIII SMP Negeri
4 Singaraja secara umum adalah 52,87% siswa yang tergolong sangat baik,
26,41% siswa yang tergolong baik, 15,85% siswa yang tergolong cukup, 4,35%
siswa yang tergolong kurang, dan 0,62% siswa yang tergolong sangat kurang. (2)
faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4
Singaraja dalam mengikuti proses pembelajaran adalah minat, motivasi belajar
siswa, lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Berdasarkan data hasil
penelitian, kesiapan belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja di era new
normal secara umum dalam kategori baik.

Kata Kunci: Kesiapan Belajar, Faktor Kesiapan Belajar, Pembelajaran IPA


123
Universitas Pendidikan Abstract: This study aims to describe and explain the analysis of the learning
Ganesha readiness of students of science subjects class VIII in the new normal period at
SMP Negeri 4 Singaraja as well as the factors that affect the learning readiness
Corresponding author (*) of class VIII students in participating in the science learning process. This type of
research is descriptive qualitative. The subjects of this study were class VIII
students totaling 138 students as a source of student learning readiness data.
Meanwhile, the object in this study is student learning readiness and factors that
affect student learning readiness in terms of learning readiness indicators, namely
physical condition, mental condition, emotional condition, condition of needs,
condition of motives, condition of purpose, and condition of knowledge. Data
collection techniques in this study are observation, questionnaires, interviews,
and documentation studies. Data analysis techniques use interpretive descriptive
analysis techniques. The results showed that (1) the learning readiness of class
VIII students of SMP Negeri 4 Singaraja in general was 52.87% of students who
were classified as very good, 26.41% of students who were classified as good,
15.85% of students who were classified as sufficient, 4.35% of students who were
classified as lacking, and 0.62% of students who were classified as very lacking.
(2) factors that affect the learning readiness of class VIII students of SMP Negeri
4 Singaraja in participating in the learning process are student’s interests,
learning motivation, family environment and school environment. Based on the
data from the study, the learning readiness of class VIII students of SMP Negeri 4
Singaraja is generally in the good category

Keywords: Learning Readiness, Learning Readiness Factors, Science Learning

187
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

PENDAHULUAN implementasi kurikulum 2013, setiap mata


Pendidikan merupakan salah satu pelajaran terdiri dari tiga kompetensi, yaitu
usaha sadar dalam mempersiapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini
psikologis anak melalui kegiatan sangat sulit dilakukan jika tidak bertemu
pembelajaran, pelatihan, dan penelitian yang langsung atau tatap muka. Kendala lainnya
berfungsi untuk masa depan sehingga dapat adalah minimnya infrastruktur pendukung
mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan dari pembelajaran online. Maka ketidak
suatu pendidikan tercantum dalam tercapainya menjalankan kurikulum 2013
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 dalam pembelajaran online/daring. Belum
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II lagi kendala ekonomi tidak semuanya
Pasal 3 menjelaskan bahwa “Pendidikan dirasakan oleh orang tua siswa, beberapa
Nasional berfungsi mengembangkan ada yang kelas menengah ke bawah dan
kemampuan dan membentuk watak serta tidak bisa menyediakan fasilitas belajar
peradaban bangsa yang bermartabat dalam online/daring seperti kuota internet. Banyak
hal mencerdaskan kehidupan bangsa, rintangan yang menonjol dalam melakukan
bertujuan untuk berkembangnya potensi penerapan kurikulum 2013 yang
peserta didik agar menjadi manusia yang mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang efektif terutama dalam pembelajaran IPA
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, (Masrokhah, 2020).
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Menurut Sri Sulistyorini (2007:8)
negara yang demokratis serta bertanggung pembelajaran IPA menekankan pada
jawab”. Pemerintah berkewajiban untuk pengalaman secara langsung untuk
memenuhi pendidikan setiap warga mengembangkan kompetensi agar siswa
negaranya. Hal ini jelas diatur dan tertuang mampu memahami alam sekitarnya melalui
dalam Konstitusi UUD RI 1945 Pasal 31 ayat proses mencari, menemukan, dan
1 (Nafrin & Hudaidah, 2021). Dari pandangan menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri
tersebut maka dapat dinyatakan bahwa berbagai pengetahuan. Selain itu IPA atau
pendidikan memiliki peranan penting dan science banyak berisi konsep-konsep yang
harus diterapkan sesuai dengan koridornya cukup sulit karena sangat abstrak. Science
agar mampu meningkatkan hasil belajar melibatkan rantai argumen logis, yang ditulis
siswa dan meningkatkan kemajuan dalam bahasa abstrak. Dalam mata pelajaran
pendidikan bangsa indonesia. lain, di mana bahasa dan ide-ide tetap lebih
Indonesia saat ini memasuki masa dekat dengan bahasa sehari-hari, pelajar
new normal atau kehidupan baru. Pemerintah dapat memanfaatkan pemahaman awam
menginstruksikan masyarakat untuk untuk memahami wacana subjek (Harwanto,
memakai masker, sering mencuci tangan, 2019). Karakteristik ilmu IPA adalah hasil
menjaga jarak dan lain-lain untuk mengatasi proses empirik dan analitik yang
penyebaran covid-19 (Fatimah, 2021). Di era kebenarannya dapat dipertanggung
new normal ini, pemerintah Indonesia jawabkan. Namun di masa pandemi, IPA
mengeluarkan kebijakan dari Kementerian harus diajarkan secara online atau mandiri
Pendidikan dan Kebudayaan oleh siswa.
(KEMENDIKBUD) untuk memberikan Kenyataan yang terjadi di lapangan
dampak yang signifikan di berbagai bidang pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka
khususnya bidang pendidikan, telah (PTM) terbatas di SMP Negeri 4 Singaraja
diberlakukannya proses belajar secara tatap berlangsung selama 2 jam pelajaran untuk 1
muka terbatas di masa new normal shift, dan mengkombinasikan dengan
(Sugawara & Nikaido, 2014). Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), sehingga
Salah satu upaya pemerintah untuk Pembelajaran Tatap Muka dilaksanakan 2
mewujudkan pembelajaran di abad 21 adalah sampai 3 kali dalam 1 minggu. Setiap siswa
Kurikulum 2013 yang mengutamakan pada melakukan Pembelajaran Tatap Muka
perspektif pedagogik untuk proses belajar sebanyak 4 sampai 6 jam dengan sistem
dengan pendekatan ilmiah (scientific masuk dibuat bergantian dengan jeda
approach) yang terdiri kegiatan beberapa menit, agar tidak terjadi
mengobservasi, menanya, menggabungkan penumpukan antara siswa yang pulang dan
informasi, menalar/asosiasi, serta yang memasuki ruang kelas. Kondisi ini
mengkomunikasi (Kholifah, 2019:7). Dalam berdampak bagi guru dan siswa. Dampak
188
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

bagi guru yaitu; 1) guru kesulitan mengelola pada tanggal 13 Agustus 2021 sampai
pembelajaran dan cenderung fokus pada dengan 9 Oktober 2021 yang dilakukan
penuntasan kurikulum, 2) waktu peneliti selama tiga bulan dengan cara
pembelajaran kurang, sehingga guru tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan
mungkin memenuhi beban jam mengajar. pembelajaran selama PLP Adaptif ditemukan
Dampak bagi siswa yaitu; 1) siswa bahwa terdapat beberapa permasalahan saat
mengalami pengurangan interaksi sosial proses pembelajaran IPA sehingga
dengan teman temannya, 2) peningkatan pembelajaran IPA masih belum optimal.
rasa jenuh karena pembatasan aktivitas Diantaranya banyak siswa yang pasif pada
selama berada di sekolah, 3) perubahan saat proses pembelajaran sehingga kurang
gaya belajar secara tiba-tiba, dan 4) tidak memperhatikan pelajaran, hanya 10 siswa
adanya persiapan yang matang dalam dari 34 siswa yang aktif bertanya kepada
mengikuti pembelajaran tatap muka (Onde., guru terkait materi yang belum dipahami. Hal
dkk. 2021).Hal ini dijadikan sebagai indikasi tersebut dapat terjadi karena siswa tidak tahu
untuk memperdalam dampak yang terjadi apa yang harus ditanyakan kepada guru
pada siswa sehingga mempengaruhi ketika proses pembelajaran berlangsung
keberhasilan proses dalam pembelajaran yang salah satu penyebabnya adalah siswa
salah satunya yaitu kesiapan belajar. tidak memiliki kesiapan belajar khususnya
Kesiapan belajar merupakan suatu pembelajaran IPA. Kemudian prestasi belajar
kondisi seseorang yang dipersiapkan siswa rendah karena kurang memiliki minat
sebelum mengikuti proses pembelajaran di dan motivasi belajar dalam pembelajaran IPA
sekolah. Menurut Slameto (2010) kesiapan sehingga menyebabkan kondisi kelas
adalah keseluruhan kondisi seseorang yang menjadi tidak kondusif. Hal ini dikarenakan
membuatnya siap untuk memberikan respon adanya faktor malas belajar yang menjadikan
atau jawaban dengan cara tertentu terhadap siswa kehilangan semangat dan juga
situasi tertentu. Kondisi tertentu yang kegiatan belajar yang monoton sehingga
dimaksud adalah kondisi fisik dan psikisnya. tidak ada lagi rasa penasaran yang membuat
Wahyuni (2005) menyatakan bahwa kondisi siswa antusias belajar.
siswa yang siap menerima pembelajaran dari Hasil wawancara dengan guru IPA
guru, maka siswa berusaha merespon dan siswa kelas VIII di SMP Negeri 4
pertanyaan pertanyaan yang diberikan oleh Singaraja pada pada tanggal 13 Agustus
guru dan dengan adanya kesiapan belajar 2021 sampai dengan 9 Oktober 2021,
siswa termotivasi untuk mengoptimalkan ditemukan beberapa permasalahan dalam
hasil belajarnya. proses Pembelajaran IPA pada empat kelas,
Kesiapan belajar sangat berpengaruh yaitu VIII.B1, VIII.B2, VIII.B3 dan VIII. B4.
terhadap proses pembelajaran yang Terdapat beberapa siswa kurang antusias
dilakukan siswa. Apabila proses dalam mengerjakan tugas sehingga banyak
pembelajaran berjalan dengan optimal maka siswa tidak tepat waktu saat mengumpulkan
menyebabkan hasil belajar siswa menjadi tugas yang diberikan oleh guru. Ditemukan 6
maksimal. Hal tersebut sesuai dengan hasil dari 33 siswa di kelas VIII.B1, ditemukan
penelitian (Mulyani, 2013) diperoleh hasil sebanyak 8 dari 34 siswa di kelas VIII.B2,
bahwa kesiapan belajar yang baik dari siswa ditemukan sebanyak 12 dari 34 siswa di
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. kelas VIII.B3, dan ditemukan sebanyak 14
Siswa yang tidak memiliki kesiapan belajar dari 34 siswa di kelas VIII.B4. Maka dari itu,
cenderung menunjukkan prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa 39% siswa telat
yang rendah, sebaliknya siswa yang memiliki mengumpulkan tugas.
kesiapan dalam belajar cenderung Kesiapan belajar siswa di SMP Negeri
menunjukkan prestasi belajar yang tinggi 4 Singaraja juga mengalami permasalahan.
sehingga didapatkan hubungan yang Kesiapan belajar dipengaruhi oleh beberapa
signifikan antara kesiapan belajar dan faktor yaitu dari faktor internal dan eksternal.
prestasi belajar. Penelitian (Efendi,2017) Faktor internal meliputi minat dan motivasi
menyatakan bahwa kesiapan belajar belajar siswa yang dilihat dari beberapa
berpengaruh 65,61% terhadap hasil belajar siswa yang tidak menyukai mata pelajaran
siswa. Oleh karena itu, kesiapan belajar IPA karena mata pelajaran IPA sangat rumit
siswa berpengaruh sangat besar terhadap terutama materi fisika. Kemudian, faktor
keberhasilan belajar siswa. eksternal meliputi faktor keluarga yang dilihat
Berdasarkan hasil observasi awal dari latar belakang orang tua dan bimbingan
189
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

orang tua siswa dalam pembelajaran serta penelitian yaitu kesiapan belajar siswa dalam
faktor lingkungan sekolah yang dilihat dari mengikuti pembelajaran IPA dan faktor-faktor
metode mengajar sehingga mempengaruhi yang mempengaruhi kesiapan belajar siswa
penyebab rendahnya hasil belajar IPA. dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi Teknik pengumpulan data menggunakan
penilaian tengah semester ganjil tahun ajaran teknik observasi, penyebaran angket,
2021/2022 di SMP Negeri 4 Singaraja, data wawancara dan studi dokumentasi. Teknik
yang diperoleh dari guru yang mengajar IPA analisis yang digunakan dalam penelitian ini
di kelas VIII SMP N 4 Singaraja, sebanyak 4 adalah teknik analisis deskriptif interpretative,
kelas dari total 11 kelas VIII di SMP N 4 yang mana telah diperoleh di lapangan
Singaraja memiliki hasil belajar yang cukup dideskripsikan berdasarkan interpretasi
rendah. Dari 4 kelas tersebut yang berjumlah peneliti. Data yang diperoleh dalam penelitian
138 siswa sebanyak 60% siswanya memiliki ini adalah data kualitatif dan beberapa data
nilai yang masih belum memenuhi standar kuantitatif. Data angket dianalisis
ketuntasan. Standar ketuntasan rata-rata menggunakan skala Likert yang dimodifikasi
pada pembelajaran IPA yakni 74. Sesuai berdasarkan kebutuhan penelitian. Data hasil
hasil wawancara dengan guru IPA bahwa angket disajikan dalam bentuk skala rentang
banyaknya siswa yang tidak tuntas pada kategori kesiapan belajar siswa seperti pada
mata pelajaran IPA ini disebabkan kesiapan Tabel 1.
belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian
(Andi, 2017) mengatakan bahwa kesiapan Tabel 1. Kategori Kesiapan Belajar
belajar sangat penting bagi siswa, karena jika No Klasifikasi Interval Persentase (%)
siswa belajar dan sudah ada kesiapan maka 1 Sangat Baik 89-100
hasil belajarnya lebih baik. Proses belajar 2 Baik 75-88
yang disertai dengan adanya kesiapan 3 Cukup 61-74
memudahkan siswa untuk menerima dan 4 Kurang 47-60
memahami materi yang disampaikan oleh 5 Sangat Kurang ≤45
guru. (Rohani, 2004)
Mencermati penelitian diatas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai HASIL DAN PEMBAHASAN
kesiapan belajar siswa dalam mengikuti Hasil
pembelajaran IPA di sekolah. Oleh karena itu Kesiapan belajar siswa dilihat dari
peneliti mengangkat judul “Analisis Kesiapan tujuh indikator, yaitu kondisi fisik, kondisi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA mental, kondisi emosional, kondisi
Kelas VIII Pada Masa New Normal SMP kebutuhan, motif dan tujuan serta kondisi
Negeri 4 Singaraja”. pengetahuan. Kesiapan belajar siswa
dikumpulkan melalui angket kesiapan belajar.
METODE Perolehan skor kesiapan belajar siswa
Jenis penelitian yang digunakan pada melalui angket atau kuesioner dikategorikan
penelitian ini yaitu penelitian deskriptif menjadi lima, yaitu sangat baik, baik, cukup,
kualitatif dengan metode penelitian studi kurang, dan sangat kurang. Berikut ini
kasus (case study) untuk mengetahui disajikan rangkuman hasil analisis data
gambaran mengenai kesiapan belajar siswa angket kesiapan belajar siswa kelas VIII.B1,
pada mata pelajaran IPA kelas VIII di masa VIII.B2, VIII.B3, VIII.4 SMP Negeri 4
new normal di SMP Negeri 4 Singaraja. Singaraja dalam mengikuti proses kegiatan
Penelitian kualitatif sebagai prosedur pembelajaran pada Tabel 2. Data pada Tabel
penelitian yang menghasilkan data deskriptif 2 pada masing-masing indikator kesiapan
berupa kata tertulis dari orang yang diamati belajar didapatkan bahwa indikator kondisi
(Basrowi, 2018). Penelitian ini dilaksanakan fisik, kondisi emosional, kondisi kebutuhan,
pada semester genap tahun ajaran kondisi motif, dan kondisi tujuan dominan
2021/2022 yang mulai dari bulan Desember pada kategori baik, sedangkan kondisi
2021 hingga bulan Juni 2022 bertempat di mental dan kondisi pengetahuan lebih
SMP Negeri 4 Singaraja. Subjek penelitian dominan pada kategori kurang.
dengan pertimbangan data awal yang
diperoleh peneliti yakni sejumlah 138 siswa
kelas VIII di SMP Negeri 4 Singaraja memiliki
hasil belajar yang rendah. Sedangkan objek
190
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

Tabel 2. Hasil Kesiapan Belajar


Aspek Kategori (%)
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Kondisi Fisik 71,01 24,64 3,62 0,72 0,00
Kondisi Mental 18,12 31,88 39,13 9,42 1,45
Kondisi Emosional 52,90 37,68 7,97 1,45 0,00
Kondisi Kebutuhan 60,87 27,54 10,14 1,45 0,00
Kondisi Motif 67,39 13,04 16,67 2,90 0,00
Kondisi Tujuan 72,26 10,95 13,87 3,62 0,00
Kondisi Pengetahuan 27,54 39,13 19,57 10,87 2,90
Total Rata-Rata 52,87 26,41 15,85 4,35 0,62

Secara spesifik, data pada tabel 1 pengetahuan dalam mengikuti pembelajaran.


menggambarkan bahwa siswa memiliki Adapun sebaran jumlah siswa dilihat dari
kondisi fisik, kondisi emosional, kondisi tiap-tiap kategori kesiapan belajar siswa
kebutuhan, kondisi motif, dan kondisi tujuan kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja dalam
secara baik dalam mengikuti pembelajaran, mengikuti pembelajaran disajikan pada
akan tetapi siswa kurang memiliki kesiapan Gambar 1.
pada kondisi mental dan kondisi

Gambar 1. Sebaran jumlah/persentase siswa berdasarkan kategori kesiapan belajar


Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa Tabel 3. Persentase siswa berdasarkan
hasil kesiapan belajar siswa kelas VIII dalam indikator kesiapan belajar
mengikuti pembelajaran IPA lebih dominan Indikator Kategori (%)
pada kategori baik. Hal tersebut Baik Kurang
menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki Kondisi Fisik 95,65% 0,72%
kesiapan belajar akan tetapi perlu Kondisi Mental 50,00% 10,87%
ditingkatkan agar lebih optimal. Data Kondisi Emosional 90,58% 1,45%
kesiapan belajar siswa selanjutnya dibagi Kondisi Kebutuhan 88,41% 1,45%
Kondisi Motif 80,43% 2,90%
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok siswa
Kondisi Tujuan 83,21% 3,62%
yang memiliki kesiapan belajar baik dan Kondisi Pengetahuan 66,67% 13,77%
kelompok siswa yang memiliki kesiapan Total Rata 79,28% 4,97%
belajar kurang. Siswa yang berada pada Berdasarkan data Tabel 3 secara
kategori sangat baik dan baik dikelompokkan umum siswa pada kategori baik yaitu 79.28%
ke dalam siswa yang memiliki kesiapan dengan jumlah 109 orang dan kategori
belajar baik, sedangkan siswa yang berada kurang sebanyak 4,97 % dengan jumlah 7
pada kategori sangat kurang dan kurang orang.
dikelompokkan ke dalam siswa yang memiliki Berdasarkan hasil observasi diperoleh
kesiapan belajar kurang. Adapun bahwa pada indikator kondisi fisik pada saat
pengelompokkan kesiapan belajar siswa mengikuti proses pembelajaran di kelas
masing-masing indikator kesiapan belajar semua siswa dalam kondisi sehat, tidak ada
dapat dilihat pada Tabel 3. siswa yang ditemukan terlambat, dari segi
pendengaran mereka memiliki pendengaran
191
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

yang baik selanjutkan dari segi penglihatan orang. Siswa yang memiliki kesiapan belajar
siswa juga dapat melihat dengan jelas apa kurang dalam mengikuti pembelajaran IPA
yang ditulis oleh guru di papan tulis pada dipengaruhi oleh minat, motivasi, lingkungan
saat proses pembelajaran berlangsung. Pada keluarga, dan lingkungan sekolah.
kondisi mental penulis mengamati bahwa jika Berdasarkan hasil wawancara pada
guru memberikan pertanyaan kepada siswa indikator kondisi fisik dapat disimpulkan
maka tidak ada siswa yang berani menjawab bahwa keadaan siswa dalam mengikuti
satu-satu, tetapi mereka menjawab proses pembelajaran dari segi kesehatan
pertanyaan guru secara bersama-sama dalam keadaan sehat, karena berdasarkan
sehingga menimbulkan kondisi kelas menjadi pernyataan dari siswa dan juga dari guru
tidak kondusif. Beberapa siswa lainnya hanya mata pelajaran IPA tersebut menyatakan
diam saja tidak mau berkontribusi untuk bahwa siswa ke sekolah ada yang
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh melakukan sarapan pagi dan ada pula yang
guru. Pada kondisi emosional dapat dilihat tidak melakukan sarapan pagi. Dari segi
siswa pada saat mengikuti proses indera pendengaran dan penglihatan siswa
pembelajaran sangat senang dan mereka dalam keadaan baik, siswa dapat melihat
mengeluarkan buku catatan pelajaran, buku dengan jelas materi yang ditulis oleh guru di
paket, dan alat tulis lainnya. Pada kondisi papan tulis dan mendengar dengan jelas apa
kebutuhan selama proses pembelajaran yang guru sampaikan. Pada kondisi mental
sebagian besar siswa membawa buku dapat disimpulkan bahwa materi yang
catatan, alat tulis, buku paket, dan LKPD dijelaskan oleh guru kadang mudah
penunjang. Pada kondisi motif tidak semua dimengerti kadang juga tidak dimengerti
termotivasi dalam belajar sehingga siswa. Berdasarkan pernyataan siswa
berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal tersebut menyatakan bahwa guru
tersebut terlihat pada saat kegiatan belajar memberikan penjelasan yang
berlangsung siswa hanya mencatat poin membingungkan terlebih lagi pada materi
penting seperti rumus fisika yang susah fisika menggunakan rumus yang sangat rumit
dihafal. Selebihnya siswa tidak mencatat apa untuk dipahami, hal tersebut dikarenakan
yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. guru terlalu cepat dalam hal menjelaskan
Pada kondisi tujuan beberapa siswa ada sehingga siswa merasa bosan. Jika ada
yang aktif di kelas menjawab pertanyaan materi yang belum dipahami rata-rata siswa
guru, aktif maju kedepan kelas untuk memilih untuk bertanya pada teman terlebih
mempresentasikan hasil diskusi didalam dahulu. Selain itu, beberapa siswa jika ada
kelas. Maka dari itu, siswa yang aktif sangat pertanyaan lebih memilih diam. Ini yang
ingin mendapatkan nilai yang baik terlihat membuat siswa pasif di dalam kelas.
pada hasil ulangan harian mata pelajaran IPA Pada kondisi emosional beberapa
nilai yang didapatkan cukup baik. Sebaliknya, siswa memiliki perasaan yang sangat senang
siswa yang tidak aktif di kelas hasil ulangan dan ada siswa yang tidak senang dalam
harian yang didapatkan menjadi rendah. mengikuti proses pembelajaran IPA, bagi
Pada kondisi pengetahuan dapat disimpulkan siswa yang menyukai pelajaran IPA karena
bahwa siswa belum maksimal memahami pelajaran IPA berkaitan dengan alam dan
materi yang diajarkan, terlihat ketika guru kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan bagi
menyuruh menyimpulkan hanya sebagian siswa yang tidak menyukai pelajaran IPA,
siswa yang mau untuk mengajukan pendapat karena bagi mereka pelajaran IPA sangat
sisanya hanya diam. sulit terlebih lagi ada materi fisika yang
Kesiapan belajar siswa dalam banyak menggunakan rumus. Pada kondisi
mengikuti proses pembelajaran IPA di SMP kebutuhan kelengkapan siswa yang dibawa
Negeri 4 Singaraja dipengaruhi oleh untuk mendukung proses pembelajaran di
beberapa faktor yaitu faktor internal dan kelas yaitu pulpen, pensil, buku tulis, buku
faktor eksternal. Beberapa faktor lainnya catatan, dan buku paket IPA. Jika sekolah
yaitu kondisi fisik, kondisi mental, kondisi dilakukan daring siswa menyiapkan
emosional, kondisi kebutuhan, kondisi motif, elektronik seperti handphone atau laptop
kondisi tujuan, dan kondisi pengetahuan untuk melaksanakan pembelajaran di google
yang ditemukan melalui hasil wawancara. mee, zoom, atau youtube. Pada kondisi motif
Berdasarkan hasil wawancara mengenai sebelum mendapatkan pelajaran IPA siswa
faktor-faktor kesiapan belajar siswa membaca materi terlebih dahulu dirumah
melibatkan siswa kelas VIII sebanyak 4 tanpa diperintah oleh guru, siswa membaca
192
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

buku mengumpulkan informasi sebagai pembelajaran. Kesiapan adalah suatu kondisi


pengetahuan awal untuk menjawab yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi
pertanyaan guru esok harinya, namun ada kemampuannya untuk bertindak dalam
juga siswa yang hanya menerima situasi yang dihadapi (Mandar, Syahniar, &
pembelajaran mengenai materi tersebut Syukur, 2017). Kondisi yang dimaksud yaitu
tanpa mengetahui terlebih dahulu apa yang kondisi fisik. Sebagian besar siswa sudah
tengah dipelajarinya. siap secara fisik untuk melakukan proses
Pada kondisi tujuan semua siswa pembelajaran. Menjaga kondisi fisik juga
tentu saja memiliki keinginan untuk berarti memiliki kemampuan untuk
mendapatkan nilai yang baik atau bagus. beradaptasi dan mengelola diri dalam
Tidak hanya mata pelajaran IPA saja tetapi di menghadapi tantangan fisik (Huber et al.,
segala mata pelajaran agar hasil belajar 2011). Dengan menjaga kondisi fisik, siswa
siswa dapat meningkat. Maka dari itu, akan siap mengikuti proses pembelajaran
beberapa siswa membaca buku dan referensi tanpa harus terganggu berbagai penyakit.
lainnya agar menambah wawasan. Pada Kesiapan diri siswa sangat berperan
kondisi pengetahuan, beberapa siswa penting dalam mencapai keberhasilan
mencatat poin penting seperti rumus–rumus pembelajaran. Keberhasilan siswa
yang susah dihafal. kadang juga siswa tidak melakukan kesiapan sebelum mengikuti
mencatat sama sekali materi yang pelajaran dapat menentukan kesuksesan
disampaikan oleh guru hanya fokus siswa, sehingga akan mempengaruhi
mendengarkan saja. Maka dari itu, siswa prestasi belajar siswa. Sejalan dengan yang
belum maksimal memahami materi yang dikemukakan Djamarah (2002) bahwa
diajarkan, terlihat ketika guru menyuruh kesiapan fisik berkaitan dengan kesehatan
menyimpulkan hanya sebagian siswa yang yang berpengaruh pada hasil belajar dan
mau untuk mengajukan pendapat sisanya penyesuaian sosial individu siswa.
hanya diam. Dari hasil wawancara dengan siswa
dapat diketahui bahwa dari segi kesehatan,
Pembahasan siswa sudah dalam kondisi fisik yang baik,
Berdasarkan hasil yang telah beberapa siswa ada yang mengaku
dipaparkan sebelumnya diketahui bahwa mengantuk jika diajarkan materi yang
kesiapan belajar siswa kelas VIII. B1, VIII.B2, kompleks, seperti rumus fisika, tetapi
VIII.B3 dan VIII.B4 SMP Negeri 4 Singaraja sebagian besar siswa tidak ada yang merasa
dalam mengikuti pembelajaran IPA secara kelelahan dan bosan. Pada setiap kegiatan
umum dalam kategori baik dengan pembelajaran, mereka mampu
persentase sebesar 79,28%. Hal tersebut berkonsentrasi dan materi yang disampaikan
didasarkan pada 7 indikator yaitu kondisi oleh guru dapat dipahami dengan baik. Oleh
fisik, kondisi mental, kondisi emosional, karena itu, kondisi fisik yang baik menjadikan
kondisi kebutuhan, kondisi motif, kondisi siswa lebih bersemangat dan lebih aktif
tujuan dan kondisi pengetahuan, yang mana dalam mengikuti proses pembelajaran yang
hal ini digunakan untuk menilai kesiapan diajarkan oleh guru.
belajar siswa. Adapun pembahasan pada Berdasarkan hasil dan pembahasan
masing-masing indikator kesiapan belajar yang telah diuraikan melalui observasi,
siswa sebagai berikut. angket, wawancara dan studi dokumentasi
a. Kondisi Fisik dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik siswa
Kesiapan belajar siswa kelas VIII.B1, kelas VIII.B1, VIII.B2, VIII.B3 dan VIII.B4
VIII.B2, VIII.B3 dan VIII.B4 SMP Negeri 4 SMP Negeri 4 Singaraja dalam mengikuti
Singaraja termasuk kedalam kategori baik proses pembelajaran termasuk dalam
ditinjau dari indikator kondisi fisik. Menurut kategori baik. Siswa secara fisik sudah siap
Darsono (2000) kondisi fisik akan untuk menerima pembelajaran di sekolah.
mendukung partisipasi siswa dalam b. Kondisi Mental
mengikuti proses pembelajaran. maka dari itu Kesiapan belajar siswa VIII.B1,
kondisi fisik yang baik mempengaruhi hasil VIII.B2, VIII.B3 dan VIII.B4 SMP Negeri 4
belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Singaraja ditinjau dari indikator kondisi
IPA. mental berdasarkan hasil yang telah
Kesiapan belajar terutama dilihat dari diperoleh termasuk dalam kategori kesiapan
indikator kesiapan belajar yaitu kondisi fisik belajar kurang. Hal tersebut berarti siswa
sangat berperan penting dalam proses kurang mempersiapkan diri dari segi mental
193
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

sebelum mengikuti pembelajaran IPA di proses belajar dan mencapai hasil belajar
sekolah. Menurut (Daryanto,2013:87) kondisi yang baik. Sedangkan emosi negatif dapat
mental siswa baik akan membuat siswa menghambat proses pembelajaran pada
senang dan santai dalam mengikuti siswa (Khodijah, 2009).
pembelajaran. materi pelajaran yang Dari hasil wawancara, angket dan
disampaikan oleh guru akan mudah dipahami observasi dengan siswa dapat diketahui
dan memberikan kesan dalam dirinya, bahwa dari segi emosional sebagian besar
sehingga setelah pembelajaran selesai dapat siswa memiliki perasaan yang sangat senang
membekas dan mudah diingat. Sedangkan senang dalam mengikuti proses
kondisi mental yang kurang baik dialami pembelajaran IPA. Bagi siswa yang menyukai
siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan pelajaran IPA karena pelajaran IPA berkaitan
lingkungan sekitar, sehingga dalam mengikuti dengan alam dan kehidupan kita sehari-hari.
proses pembelajaran merasa terkekang dan Maka dari itu, siswa menginginkan hasil yang
terpaksa. Dari hasil wawancara dan baik jika diadakan ulangan harian pada akhir
observasi terlihat bahwa mental siswa masih pembelajaran. Berdasarkan hasil dan
sangat kurang. Pada saat mengikuti proses pembahasan yang telah diuraikan di atas
pembelajaran di kelas siswa cenderung pasif, dapat disimpulkan bahwa kondisi emosional
kurang memperhatikan guru pada saat siswa kelas VIII.B1, VIII.B2, VIII.B3 dan
menyampaikan atau menjelaskan pelajaran. VIII.B4 SMP Negeri 4 Singaraja dalam
Pada saat guru memberikan suatu mengikuti proses pembelajaran termasuk
pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui dalam kategori baik. Kondisi emosional
seberapa pengetahuan awal siswa beberapa sudah baik tetapi perlu ditingkatkan.
siswa berebut menyampaikan argumen Kesiapan siswa siap dalam menerima dan
kepada gurunya sedangkan siswa lain hanya mengikuti proses pembelajaran.
diam dan sibuk dengan urusan mereka d. Kondisi Kebutuhan
masing-masing. Maka dari itu, terkadang Kesiapan belajar siswa ditinjau dari
guru sampai harus menunjuk siswa yang indikator kondisi kebutuhan diperoleh hasil
jarang menyampaikan pendapat agar siswa dalam kategori baik. Hal tersebut memiliki
tersebut mampu memberikan argumen makna bahwa siswa kelas VIII.B1, VIII.B2,
mengenai pendapat yang mereka ketahui. VIII.B3 dan VIII.B4 SMP Negeri 4 Singaraja
Jika ada materi yang belum dipahami mereka sudah mempersiapkan kelengkapan
tidak bertanya kepada guru melainkan hanya pendukung dalam mengikuti proses
teman saja yang mereka tanyakan. pembelajaran. Kebutuhan belajar harus
Berdasarkan hasil dan pembahasan terpenuhi sehingga konsentrasi dan
yang telah diuraikan di atas dapat perhatian siswa terfokus pada kegiatan
disimpulkan bahwa kondisi mental siswa belajar. Belajar membutuhkan sarana yang
kelas VIII.B1, VIII.B2, VIII.B3 dan VIII.B4 memadai sehingga siswa dapat belajar
SMP Negeri 4 Singaraja dalam mengikuti dengan tenang (Slameto, 2010). Selain itu
proses pembelajaran termasuk dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
kategori kurang. Kondisi mental belum Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005
optimal dan perlu ditingkatkan khususnya menyatakan bahwa buku teks pelajaran
pada saat pembelajaran siswa agar lebih berperan penting dan strategi dalam upaya
aktif mengajukan pendapat, bertanya terkait meningkatkan mutu pendidikan dasar dan
materi yang belum dipahami kepada guru menengah, sehingga perlu ada kebijakan
yang mengajar dan yakin terhadap pemerintah mengenai buku teks pelajaran
kemampuan yang dimiliki. bagi peserta didik. Oleh karena itu guru
c. Kondisi Emosional dituntut untuk menggunakan buku paket
Kesiapan belajar siswa ditinjau dari dalam pembelajaran IPA dan siswa
indikator kondisi emosional diperoleh hasil diwajibkan untuk membawa dan
dalam kategori baik. Hal tersebut memiliki menggunakan buku paket selama proses
makna bahwa siswa kelas VIII.B1, VIII.B2, pembelajaran dilakukan.
VIII.B3 dan VIII.B4 SMP Negeri 4 Singaraja Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
sudah mempersiapkan diri dengan baik juga memiliki fungsi yang penting untuk
dalam mengikuti proses pembelajaran. mempermudah proses pembelajaran dan
Kondisi emosional siswa memiliki pengaruh penuntun siswa dalam belajar. LKPD yang
besar terhadap kualitas dan kuantitas belajar dimiliki oleh setiap siswa wajib dibawa setiap
siswa. Emosi positif dapat mempercepat pelajaran IPA. LKPD didefinisikan sebagai
194
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar jika ada guru yang bertanya siswa bisa
kertas yang berisi materi, ringkasan, dan menjawab dan mendapat nilai tambahan.
petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas (Menurut Daryanto, 2005) tujuan
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh pembelajaran adalah tujuan yang
peserta didik dengan mengacu kompetensi menggambarkan pengetahuan, kemampuan,
dasar (KD) yang harus dicapai (Prastowo, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki
2012:2014). siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku
yang telah diuraikan di atas dapat yang dapat diamati dan diukur. Berdasarkan
disimpulkan bahwa kondisi kebutuhan siswa hasil dan pembahasan yang telah diuraikan
kelas VIII.B1, VIII.B2, VIII.B3 dan VIII.B4 di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi
SMP Negeri 4 Singaraja dalam mengikuti tujuan siswa kelas VIII.B1, VIII.B2, VIII.B3
proses pembelajaran termasuk dalam dan VIII.B4 SMP Negeri 4 Singaraja dalam
kategori baik. Siswa sudah mempersiapkan mengikuti proses pembelajaran termasuk
kelengkapan pendukung pembelajaran dalam kategori baik. Siswa sudah
dengan baik dalam mengikuti proses mempersiapkan diri dengan baik dan mampu
pembelajaran seperti buku catatan, buku menerima pelajaran yang ada di sekolah.
paket IPA, buku tulis, dan LKPD. g. Kondisi Pengetahuan
e. Kondisi Motif Kesiapan belajar siswa VIII.B1,
Kesiapan belajar siswa ditinjau dari VIII.B2, VIII.B3 dan VIII.B4 SMP Negeri 4
indikator kondisi motif diperoleh hasil dalam Singaraja ditinjau dari indikator kondisi
kategori baik. Hal tersebut memiliki makna pengetahuan berdasarkan hasil yang telah
bahwa siswa kelas VIII.B1, VIII.B2, VIII.B3 diperoleh termasuk dalam kategori kesiapan
dan VIII.B4 SMP Negeri 4 Singaraja sebelum belajar kurang. Hal tersebut berarti siswa
mendapatkan pelajaran IPA dari hasil kurang mempersiapkan diri dari segi
wawancara, angket dan observasi dengan pengetahuan sebelum mengikuti
siswa dapat diketahui bahwa dari segi motif pembelajaran IPA di sekolah. Padahal
siswa membaca materi terlebih dahulu di kondisi pengetahuan sangatlah penting
rumah tanpa diperintah oleh guru, siswa terhadap kesiapan belajar. Jika kondisi
membaca buku mengumpulkan informasi pengetahuan kurang maka siswa tidak
sebagai pengetahuan awal untuk menjawab mempersiapkan dengan baik materi IPA yang
pertanyaan guru esok harinya, Selain itu, jika akan dipelajari di sekolah. Kesiapan belajar
ada ulangan harian persiapan yang dilakukan yang baik ketika siswa dapat mengikuti
siswa yaitu belajar dengan giat, membaca proses pembelajaran dengan aktif dan
dan mempelajari materi yang diberikan guru mudah menyerap materi yang disampaikan
seminggu sebelumnya. Berdasarkan hasil oleh guru. Apabila siswa yang memiliki
dan pembahasan yang telah diuraikan di atas kesiapan yang matang, maka siswa akan
dapat disimpulkan bahwa kondisi motif siswa memperoleh kemudahan dalam
kelas VIII.B1, VIII.B2, VIII.B3 dan VIII.B4 memperdalam materi pelajaran dan
SMP Negeri 4 Singaraja dalam mengikuti konsentrasi dalam pembelajaran (Mulyani,
proses pembelajaran termasuk dalam 2013). Salah satu tujuan belajar adalah
kategori baik. Siswa sudah mempersiapkan pencapaian hasil belajar yang meliputi ranah
diri dengan baik dan mampu menerima kognitif (mencakup pengetahuan), ranah
pelajaran yang ada di sekolah. afektif (mencakup sikap), dan ranah
f. Kondisi Tujuan psikomotorik (mencakup keterampilan
Kesiapan belajar siswa ditinjau dari bertindak). Dari tiga ranah tersebut, ranah
indikator kondisi tujuan diperoleh hasil dalam kognitif merupakan ranah yang paling
kategori baik. Hal tersebut memiliki makna mendominasi dan menonjol karena
bahwa siswa kelas VIII.B1, VIII.B2, VIII.B3 berhubungan dengan kemampuan siswa
dan VIII.B4 SMP Negeri 4 Singaraja semua dalam menguasai materi pelajaran, serta
siswa tentu saja memiliki keinginan untuk sering dijadikan sebagai tolak ukur
mendapatkan nilai yang baik atau bagus. keberhasilan siswa. Berdasarkan hasil dan
Tidak hanya mata pelajaran IPA saja tetapi di pembahasan yang telah diuraikan di atas
segala mata pelajaran agar hasil belajar dapat disimpulkan bahwa kondisi
siswa dapat meningkat. Maka dari itu, pengetahuan siswa kelas VIII.B1, VIII.B2,
beberapa siswa membaca buku dan referensi VIII.B3 dan VIII.B4 SMP Negeri 4 Singaraja
lainnya agar menambah wawasan. Sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran
195
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

termasuk dalam kategori kurang. Kondisi menarik perhatiannya. Motivasi ini adalah
pengetahuan belum optimal dan perlu salah satu faktor yang sangat penting dalam
ditingkatkan khususnya pada saat proses pembelajaran agar siswa lebih giat
pembelajaran siswa agar mempelajari materi, dalam belajar. Siswa yang merasa
mencatat poin penting yang dijelaskan dan termotivasi akan sangat senang untuk belajar
disampaikan oleh guru, aktif bertanya dan bahkan mengerjakan tugas-tugas yang
menanggapi. Sehingga proses pembelajaran diberikan oleh guru. Pada penelitian yang
dapat berjalan lancar dan kelas menjadi dilakukan bahwa siswa memiliki kesiapan
kondusif. belajar baik dipengaruhi oleh minat dan
Berdasarkan indikator yang telah motivasi belajar dari siswa dalam mengikuti
diuraikan sebelumnya maka dapat pembelajaran. Dapat diuraikan bahwa
disimpulkan untuk kondisi fisik, kondisi semakin baik minat dan motivasi belajar
emosional, kondisi kebutuhan, kondisi tujuan, maka semakin baik pula hasil belajar yang
kondisi motif, siswa kelas VIII.B1, VIII.B2, diperoleh siswa.
VIII.B3, dan VIII.B4 SMP Negeri 4 Singaraja Lingkungan keluarga mempengaruhi
dalam mengikuti pembelajaran IPA termasuk kesiapan belajar siswa dalam mengikuti
dalam kategori baik. Sedangkan untuk proses pembelajaran. Lingkungan keluarga
kondisi mental dan kondisi pengetahuan merupakan lingkungan pendidikan yang
termasuk dalam kategori kurang. (Bujuri, pertama, karena dalam keluarga anak
2015: 56) mengatakan bahwa semakin baik pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
kesiapan belajar siswa maka akan semakin bimbingan. Sebagian besar kehidupan anak
tinggi pula prestasi belajar yang diraih, adalah keluarga sehingga pendidikan yang
namun sebaliknya semakin buruk kesiapan banyak diterima oleh anak adalah di dalam
belajar siswa maka akan semakin rendah keluarga (Hasbullah, 2009). Beberapa hal
pula prestasi belajar yang diraih. yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan anak dalam belajar yaitu tinggi
h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi rendahnya pendidikan, besar kecilnya
Kesiapan Belajar Siswa dalam Mengikuti penghasilan dan perhatian orang tua. Maka
Pembelajaran IPA dari itu peran keluarga terutama orang tua
Kesiapan belajar siswa kelas harus dioptimalkan agar dapat membantu
VII.B1,VIII.B2, VIII.B3, dan VIII.B4 SMP anak untuk berkembang menjadi lebih baik
Negeri 4 Singaraja dipengaruhi oleh dua dalam hal prestasi belajar. Dalam penelitian
faktor yaitu faktor internal dan faktor yang dilakukan beberapa siswa kelas VIII
eksternal. Faktor internal yang memiliki kesiapan belajar yang baik dan ada
mempengaruhi kesiapan belajar siswa dalam juga siswa yang memiliki kesiapan belajar
mengikuti proses pembelajaran IPA yaitu yang kurang. Bagi siswa yang memiliki
minat dan motivasi. Sedangkan faktor kesiapan belajar yang baik karena peran
eksternal yang mempengaruhi kesiapan orang tua dalam memberi pengarahan,
belajar siswa dalam mengikuti proses memberi nasihat dan memberikan fasilitas
pembelajaran IPA yaitu lingkungan keluarga, pendukung untuk anak akan dapat
dan lingkungan sekolah. Minat dan motivasi meningkatkan kesiapan belajar, sedangkan
merupakan salah satu faktor yang siswa yang memiliki kesiapan belajar kurang
mempengaruhi kesiapan belajar siswa kelas disebabkan karena kurangnya dukungan
VIII. Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa atau dorongan dari orang tua dan juga
minat adalah kecenderungan yang menetap kurangnya motivasi untuk anak.
untuk memperhatikan dan mengenang Lingkungan sekolah juga dapat
beberapa aktivitas agar berhasil dalam mempengaruhi kesiapan belajar siswa.
proses pembelajaran. Jika siswa merasa Sekolah sangat berperan penting dalam
senang dengan suatu mata pelajaran maka meningkatkan pola pikir anak, karena di
mereka akan memperhatikan dan memahami sekolah mereka mendapatkan pelajaran yang
apa yang disampaikan oleh guru. Apabila bermacam-macam (Dalyono, 2012). Selain
daya tarik siswa terhadap pelajaran tidak ada itu, sekolah adalah lembaga pendidikan yang
maka siswa tersebut akan merasa enggan secara resmi menyelenggarakan kegiatan
untuk belajar. Sebaliknya jika seseorang pembelajaran secara sistematis, berencana,
memiliki minat dengan suatu mata pelajaran sengaja, dan terarah, yang dilakukan
berarti siswa tersebut terdapat motivasi yang pendidik yang profesional dengan program
menyebabkan secara aktif dengan hal yang yang dituangkan kedalam kurikulum tertentu
196
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

mulai dari taman kanak-kanak sampai Berdasarkan hasil penelitian dan


perguruan tinggi (Suwarno,2008:24). Untuk pembahasan yang telah diuraikan maka
mengoptimalkan prestasi belajar siswa salah disimpulkan bahwa kesiapan belajar siswa
satunya adalah dengan mengoptimalkan kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja di era new
lingkungan sekolah dengan cara normal secara umum adalah 52,87% siswa
meningkatkan kualitas guru, kreativitas guru yang tergolong sangat baik, 26,41% siswa
dalam metode pembelajaran, kesesuaian yang tergolong baik, 15,85% siswa yang
kurikulum dengan kemampuan anak, tergolong cukup, 4,35% siswa yang tergolong
keadaan fasilitas atau perlengkapan sekolah kurang, dan 0,62% siswa yang tergolong
dan lain sebagainya. Lingkungan sekolah sangat kurang. Kesiapan belajar siswa kelas
yang baik memungkinkan dapat VIII dalam mengikuti proses pembelajaran
mengoptimalkan prestasi belajar siswa yang IPA di SMP Negeri 4 Singaraja dipengaruhi
maksimal. Pada penelitian yang dilakukan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
bahwa bagi siswa yang memiliki kesiapan eksternal. Faktor internal yang
belajar yang baik yaitu cara mengajar guru mempengaruhi adalah minat dan motivasi
sangat tepat dan sesuai dengan karakter belajar siswa, sedangkan faktor eksternal
siswa sehingga materi mudah dipahami atau yang mempengaruhi adalah lingkungan
dimengerti. Fasilitas yang diberikan oleh keluarga dan lingkungan sekolah.
sekolah juga dapat digunakan dengan baik
seperti laboratorium IPA, laboratorium Saran
komputer, perpustakaan, dan lain-lain. Hal ini Adapun saran yang dapat peneliti
diperkuat dari hasil wawancara bahwa siswa berikan dalam penelitian ini, antara lain (1)
sangat menyukai mata pelajaran IPA dan Bagi Siswa, diharapkan lebih mempersiapkan
siswa sering menggunakan fasilitas yang diri sebelum mengikuti proses pembelajaran
diberikan oleh sekolah. Sedangkan bagi IPA dengan cara mempelajari materi sebelum
siswa yang kesiapan belajarnya kurang diajarkan di sekolah sehingga lebih mudah
disebabkan karena mereka tidak menyukai
memahami dan mencapai hasil yang
pembelajaran IPA. Menurut mereka
maksimal dalam mengikuti pembelajaran. (2)
pembelajaran IPA sangat sulit terutama pada
materi fisika yang berisi beberapa Bagi Guru IPA, diharapkan selama proses
rumus-rumus, kemudian mereka pembelajaran dapat memperhatikan
menganggap bahwa kecepatan atau intonasi kesiapan belajar siswa sehingga
guru dalam menyampaikan materi terlalu menciptakan pembelajaran yang efektif, aktif,
cepat sehingga siswa merasa bosan dan inovatif dan tentunya kelas menjadi kondusif.
tidak fokus. Hal ini berguna untuk meningkatkan hasil
Berdasarkan faktor-faktor yang belajar siswa yang maksimal dan tentunya
mempengaruhi kesiapan belajar siswa yang akan jauh lebih baik. (3) Bagi Sekolah,
telah diuraikan sebelumnya maka dapat diharapkan dapat mempersiapkan kebutuhan
disimpulkan untuk faktor minat dan motivasi, fasilitas siswa dalam proses pembelajaran
serta faktor lingkungan sekolah kelas SMP agar siswa nyaman saat proses
Negeri 4 Singaraja termasuk dalam kategori
pembelajaran berlangsung dan juga guru
tinggi. Sedangkan faktor keluarga termasuk
dalam kategori rendah. Faktor keluarga dalam proses belajar mengajar seperti
masih perlu ditingkatkan seperti menemani sarana dan prasarana penunjang
anak saat belajar, memberi pengarahan, pembelajaran lainnya agar terciptanya
memberi fasilitas yang dibutuhkan serta pembelajaran yang efektif serta terciptanya
dukungan-dukungan lainnya. Maka dari itu, tujuan pembelajaran yang baik.
keberhasilan belajar dapat diperhatikan dan
di tentukan dari faktor yang
mempengaruhinya (Khodijah, 2014:58). DAFTAR PUSTAKA
Dalam hal ini peran keluarga harus Andi Prastowo. 2012. Panduan Kreatif
dioptimalkan agar dapat membantu anak Membuat Bahan Ajar Inovatif.
untuk berkembang lebih baik dan mencapai Yogyakarta: Diva Press.
hasil belajar yang maksimal di sekolah. Bujuri, A. P., Pargito, P., & Sudarmi, S. 2015.
Pengaruh Motivasi Belajar dan Kesiapan
SIMPULAN DAN SARAN Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Simpulan Geografi SMA Swadhipa. JPG (Jurnal
197
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA (JPPSI) Volume 5, Nomor 2, Oktober 2022 ISSN: 2623-0852

Penelitian Geografi), 3 (1). Mulyani, D. 2013. Hubungan Kesiapan


Dalyono. 2012. Psikologi Pendidikan. Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta Konselor, 2(1), 27–31.
Darsono, M. 2000. Belajar dan
Pembelajaran. Semarang : IKIP
Nafrin, I. A., & Hudaidah, H. 2021.
Semarang Press.
Perkembangan Pendidikan Indonesia di
Daryanto. 2015. Media Pembelajaran.
Masa Pandemi Covid-19. Edukatif :
Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani
Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 456–462.
Sejahtera.
Permendikbud RI No. 35 Tahun 2018 tentang
Depdiknas. 2008. Pembelajaran Tatap Muka,
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Penguasaan Terstruktur, dan Kegiatan
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Mandiri Tidak Terstruktur. Direktorat
Jakarta: Mendikbud
Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Pusdiklat Kemdikbud. 2020. Surat Edaran
Djamarah, S. B. 2008. Psikologi Belajar.
Mendikbud No 4 Tahun 2020 Tentang
Jakarta: Rineka Cipta.
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Effendi, E. 2017. Hubungan Readiness
Dalam Masa Darurat Penyebaran
(Kesiapan) Belajar Siswa Dengan Hasil
Corona Virus Disease (Covid- 1 9) -
Belajar Fisika Siswa Kelas X SMK
Pusdiklat Pegawai Kementerian
Muhammadiyah 03 Sukaraja. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan Fisika, 5(1), 1-15.
Https://Pusdiklat.Kemdikbud.Go.Id/.
Fatimah, S. 2020. Pembelajaran Di Era
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor
New Normal. Fakultas Keguruan dan
Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung
Citpa.
Mangkurat.
Sugawara, E. And Nikaido, H. 2014.
Hamalik, O. 2008. Perencanaan
‘Properties Of Adeabc And Adeijk Efflux
Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan
Systems Of Acinetobacter Baumannii
Sistem. Jakarta : Bumi Aksara.
Compared With Those Of The
Harwanto, U. N. 2019. What Makes
Acrab-Tolc System Of Escherichia Coli’.
Introductory Physics Difficult ?. Jurnal
Antimicrobial Agents And Chemotherapy,
Saintika UNPAD : Jurnal Sains dan
58(12), Pp. 7250–7257. Doi:
Matematika UNPAD, 2 (1), 28-37.
10.1128/AAC.03728-14.
Huber, M ., et al. 2011. How Should We
Trianto, M. P. 2010. Model Pembelajaran
Define Health ? Bnj, 343,1-3
Terpadu: Konsep, Strategi, Dan
Kholifah, N. 2019. Pendekatan Ilmiah
Implementasinya Dalam Kurikulum
(Scientific Approach) Dalam
Tingkat Satuan Pendidikan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(KTSP). Kuala Lumpur: Kemetrian
Dan Budi Pekerti Kurikulum 2013: Studi
Pengajaran Malaysia.
Analisis Berdasarkan Paradigma
Wahyuni, D. 2005. Pengaruh Kesiapan
Positivistik. Cendikia: Jurnal Studi
Belajar, Motivasi Belajar dan
Keislaman, 5(1), 1-23.
Pengulangan Materi Pelajaran Terhadap
Khodijah, N. 2014. Psikologi Pendidikan.
Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi
Jakarta: Rajawali Press.
pada Siswa Kelas 11 MA Al Asror
Krathwohl, David R.. 2002. “A Revision of
Gunung Pati Tahun Pelajaran
Bloom’s Taxonomy: An Overview.”
2004/2005. PhD diss., Universitas
Journal of Education. 41(4).
Negeri Semarang.
Mandar, S., Syahniar, S., dan Syukur, Y.
2017. Kesiapan Siswa yang Ditinggalkan
Orangtua dalam Menghadapi Ujian.
Konselor, 6(1), 24-28.

198

Anda mungkin juga menyukai