BAB 3 Revisi
BAB 3 Revisi
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukan pada Tabel 3.1.
Adapun diagram alir yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada
Gambar 3.1.
4) Pengambilan Data
Tahap pengambilan data dilakukan dari pengujian dan pengambilan data
sampel.
5) Analisis Data dan Membuat Laporan
Tahap kelima adalah melakukan analisis data yang telah dikumpulkan dan
setelah itu membuat laporan penelitian.
6) Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir mendapatkan kesimpulan dari pengujian perangkat, pengumpulan
data, dan analisis hasil, serta memberikan rekomendasi untuk pengembangan
penelitian berikutnya.
p o ………………..………………(3.1)
b. Metode yang sering digunakan untuk penetapan Nitrogen (N) total tanah
adalah metode Kjeldahl. Dalam metode ini, bentuk N organik dan nitrat diubah
menjadi N amonium melalui proses perombakan dengan asam sulfat pekat
yang mengandung senyawa kimia lain, yang konsentrasinya ditentukan dari
jumlah amonia yang dibebaskan melalui distilasi bahan rombakan yang telah
ditambahkan suatu basa. Proses perombakan dapat dilaksanakan dengan
memanaskan sampel tanah dengan asam sulfat pekat yang mengandung 2,5%
asam salisilat (untuk membantu pengikatan nitrat), garam seperti kalium sulfat
(untuk meningkatkan suhu perombakan), dan katalis seperti tembaga sulfat dan
logam selenium (untuk meningkatkan laju oksidasi senyawa N organik).
Nitrogen amonium dalam bahan rombakan biasanya ditetapkan melalui
penetapan amonia (dalam suatu larutan asam borat yang mengandung indikator
campuran) yang dibebaskan dari distilasi bahan rombakan (digest), setelah
penambahan suatu basa seperti natrium hidroksida ke dalamnya. Analisis
larutan distilat (larutan asam borat) yang mengandung amonium dilakukan
melalui titrasi.
…………..………..(3.3)
Dimana setiap meq (N x ml = meq) asam standar yang digunakan dalam titrasi
= 14 miligram N pada titik akhir.
c. Penetapan Fosfor (P) tanah umumnya melalui dua tahap yang pertama
penyiapan suatu larutan yang mengandung P terekstrak, dan selanjutnya
penetapan kuantitatif P yang terkandung dalam larutan itu. Beberapa metode
kolorimetri untuk penetapan P dalam larutan cukup tersedia. Pemilihan suatu
metode tertentu tergantung pada kisaran konsentrasi P, kandungan dan
konsentrasi bahan pengganggu (interfering) dalam larutan ini, dan jenis asam
tertentu yang digunakan dalam penetapan analisis. Metode biru Mo umumnya
digunakan karena metode ini sangat sensitif. Metode ini didasari atas suatu
teori bahwa jika molibdat bercampur dengan ion ortofosfat yang terkandung
dalam larutan masam, maka akan membentuk suatu senyawa kompleks
molibdofosfat yang selanjutnya dapat direduksi menjadi senyawa Mo berwarna
biru. Intensitas biru Mo beragam tergantung pada konsentrasi P dalam larutan,
dan hal ini dipengaruhi oleh keasaman larutan, kandungan arsenat, silikat, dan
bahan lain yang berpengaruh terhadap kondisi redoks larutan akhir. Untuk
perhitungan nilai fosfor tanah ditunjukkan pada persamaan 3.4 (Thom dan
Muhajir, 1991).
……………...……….…...………..(3.4)
Dimana A adalah konsentrasi Fosfor yang ada di dalam tanah diukur dengan
satuan ppm dan B adalah nilai konsentrasi Fosfor dalam larutan yang juga
diukur dengan satuan ppm.
44
d. Penentuan nilai Kalium (K) dapat dilakukan menggunakan metode emisi nyala
atau fotometer nyala. Dengan perhitungan dijelaskan dalam persamaan 3.5 dan
3.6 (Thom dan Muhajir, 1991).
…….….……………………..…..(3.5)
……..……………………….....….(3.6)
dengan nilai A adalah nilai konsentrasi Kalium dalam tanah dengan satuan ppm
dan B adalah konsentrasi Kalium dalam tanah larutan dengan satuan ppm.
Standar penggunaan alat ukur kualitas tanah meliputi persiapan area pengambilan
sampel dengan membersihkan penghalang seperti ranting dan daun,
menggemburkan tanah yang padat. Aktifkan alat dengan menekan tombol power,
lalu tancapkan sensor ke dalam tanah pada kedalaman 10-20 cm dan tunggu hasil
di layar LCD sebelum mematikan alat setelah selesai digunakan.
1. Perancangan Hardware
Input
Process Output
Sensor TCS34725
Mikrokontroler
Sensor pH E201- LCD 20x4
Arduino Uno
C
Sensor Soil
Moisture FC-28
Berdasarkan Gambar 3.2 terdapat 4 input berupa sensor TCS 3475, Ini adalah
sensor yang sangat sensitif dan dapat mengidentifikasi dan mengukur warna
dengan akurasi tinggi. Sensor TCS 3475 bekerja berdasarkan pengukuran
intensitas cahaya dalam empat saluran spektral: merah (R), hijau (G), biru (B),
dan tanpa warna (clear). Dengan mengukur intensitas cahaya pada setiap
saluran, sensor ini dapat menghitung nilai RGB (merah, hijau, biru) yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi warna dengan presisi tinggi. Kemudian
sensor pH E201-C yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau
kebasaan (pH) dari larutan atau cairan. Sensor pH ini berbentuk probe atau
elektroda yang sensitif terhadap perubahan pH dalam larutan. Yang bekerja
berdasarkan prinsip elektrokimia. Elektroda pada sensor akan menghasilkan
potensial listrik yang berubah sebagai respons terhadap perubahan pH dalam
larutan yang diuji. Perubahan potensial ini akan diubah menjadi nilai pH yang
dapat diukur. Dan kemudian sensor Soil Moisture FC-28 biasanya terdiri dari
dua probe atau pin logam yang dicetak pada ujung sensor. Probe ini berfungsi
sebagai elemen yang berinteraksi dengan tanah. Salah satu probe bertindak
sebagai probe positif dan yang lainnya sebagai probe negatif. Sensor
ditanamkan ke dalam tanah pada kedalaman tertentu agar probe logam
berkontak langsung dengan tanah. Kontak antara probe dan tanah
memungkinkan aliran listrik melalui tanah. Hasil input dari sensor berupa
sinyal analog kemudian di proses pada mikrokontroler Arduino Uno untuk
ditampilkan pada LCD 20x4.
b. Rangkaian Keseluruhan
Gambar 3.3 menunjukkan rangkaian keseluruhan alat yang terdiri dari
beberapa komponen utama, yaitu mikrokontroler Arduino Uno, LCD 20x4,
sensor warna TCS 3475, sensor E201-C dan sensor Soil Moisture FC-28
sumber tegangan. Secara keseluruhan, rangkaian ini diharapkan dapat
memberikan solusi yang terpadu untuk mengukur dan memantau warna
(Nitrogen, Fosfor dan Kalium) tanah, tingkat pH Tanah dan Kelembaban
Tanah secara bersamaan, dengan tampilan hasil yang jelas dan informatif pada
layar LCD 20x4.
46
Sensor Warna +5 V
+5 V TCS 47
LCD 4
I2C 10 11 12 13
Sumber GND A2
𝜇𝐶 rduino
Tegangan 5V VCC
+5 V Sensor
Kelembaban
pH
Tanah
Probe +5 V
Dari gambar 3.3 di atas, sumber tegangan 5V disalurkan melalui GND dan
VCC pada mikrokontroler Arduino Uno untuk mengoperasikan sensor warna
TCS 34725 dihubungkan ke pin 10, 11, 12, dan 13 Sementara itu, sensor pH
E201-C yang dihubungkan ke pin 2 dan kemudian sensor Soil Moisture FC-28
dihubungkan ke A2 pada mikrokontroler Arduino Uno. Mikrokontroler
berfungsi sebagai pusat pengendalian dan memproses data dari kedua sensor
tersebut. Selanjutnya, hasil pengukuran dari sensor-sensor tersebut akan
ditampilkan pada layar LCD 20x4 yang terhubung melalui pin I2C pada
mikrokontroler sebagai output visual yang dapat dibaca dengan mudah.
2. Perancangan Software
Dari gambar 3.4 yang ditunjukkan di atas, sistem sensor dimulai dengan
melakukan inisialisasi program. Setelah itu, sensor warna TCS 3475 akan
mendeteksi warna RGB dan mengkonversinya menjadi kandungan Nitrogen,
Fosfor, dan Kalium. Kemudian sensor E201-C akan melakukan deteksi pH tanah
dan sensor Soil Moisture FC-28 akan melakukan pengukuran tingkat kelembaban
tanah. Data yang telah diolah akan ditampilkan pada layar LCD 20x4 sebagai
output. Jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan atau proses
tidak berhasil, maka sistem akan mengulangi proses dari awal, yaitu dengan
melakukan inisialisasi program, mengikuti langkah-langkah yang sama, dan
mencoba lagi. Setelah berhasil, data akan ditampilkan pada layar LCD 20x4.
Pada tahap pengujian alat ukur kualitas tanah menggunakan mikrokontroler untuk
pertanian, dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap performa alat yang telah
dirancang. Proses ini juga mencakup pengujian hardware dan software dengan
tujuan untuk menilai setiap komponen yang digunakan, memastikan bahwa
komponen tersebut berfungsi dengan baik dalam menjalankan tugasnya.
Sementara itu, pengujian perangkat lunak bertujuan untuk mengukur kinerja alat
dengan melihat bagaimana program diimplementasikan dan berjalan pada alat
tersebut.. Uji kerja alat mikrokontroler Arduino Uno dengan sumber tegangan 5V,
serta dilengkapi dengan input dari sensor pH E201-C dan sensor warna TCS
34725, telah berhasil dikonfigurasi untuk mengukur konsentrasi zat hara nitrogen,
fosfat, dan kalium di dalam tanah. Proses ini melibatkan integrasi sensor pH
E201-C yang memungkinkan untuk mendeteksi tingkat keasaman tanah,
sementara sensor warna TCS 34725 digunakan untuk mengidentifikasi intensitas
warna yang berkaitan dengan kandungan nutrisi dalam tanah. Data yang diperoleh
dari kedua sensor tersebut diolah oleh mikrokontroler Arduino Uno dan
dikonversi ke dalam konsentrasi zat hara nitrogen, fosfat, dan kalium.
Selanjutnya, hasil pengukuran ditampilkan dengan jelas pada layar LCD 20x4,
memberikan output yang informatif dan mudah dibaca bagi para petani atau
pengguna yang membutuhkan informasi tentang kesuburan tanah. Peratama,
49
dilakukan kalibrasi pada sensor yang digunakan di dalam ruang tertutup untuk
mendapatkan nilai akurasi dan tingkat kesalahan dari perangkat yang dibuat. Hasil
kalibrasi ini kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari
laboratorium. Pengujian ini melibatkan pengukuran aktivitas hidrogen dalam
larutan tanah dan perbandingannya dengan hasil yang didapat dari sensor warna
TCS 34725 untuk mengkonversi hasil pengukuran warna menjadi kandungan zat
hara nitrogen (N), fosfor (F), dan kalium (K) dalam tanah. Langkah awal adalah
mempersiapkan sampel tanah untuk dilakukan analisis laboratorium guna
mengukur kandungan zat hara. Hasil analisis laboratorium ini akan dijadikan
acuan untuk membandingkan hasil pengukuran sensor TCS34725. Selanjutnya,
dilakukan kalibrasi pada sensor pH tanah E201-C. Tujuan dari tahap pengujian ini
adalah memastikan bahwa pembacaan pH yang dihasilkan sesuai dengan data
laboratorium. Dan terakhir dilakukan kalibrasi pada sensor Soil Moisture FC-28.
Tujuan dari tahap pengujian ini adalah memastikan bahwa pembacaan
kelembaban yang dihasilkan sesuai dengan data laboratorium. Hasil kalibrasi
tersebut kemudian disimpan. Dengan menggunakan sensor tersebut, dilakukan
pengukuran pada sampel tanah dan hasil pengukurannya dicatat. Pastikan bahwa
hasil pengukuran tersebut sesuai dengan data dari laboratorium.
Hasil kalibrasi ini penting untuk memastikan bahwa alat yang telah dirancang dan
dibuat memberikan hasil yang konsisten dan dapat diandalkan dalam mengukur
kesuburan tanah dengan parameter kandungan zat hara dalam tanah, pH tanah dan
kelembaban tanah. Berikut hasil pengujian dan kalibrasi sensor.
Tabel 3.4 Pengujian dan kalibrasi sensor kelembaban Soil Moisture FC-28
No Sensor Soil Hasil Uji Laboratorium Akurasi Error
Moisture(%) (%) (%) (%)
1
2
3
A (%) = ( ) 100…………....….…………...(3.7)
B (%) = ∑ ( ) ……..…………….(3.8)
Dengan A mengukur nilai akurasi dari sensor yang digunakan dan B untuk
mengukur nilai error yang dihasilkan dari pengukuran kesuburan tanah
menggunakan sensor.
Berdasarkan data dari hasil pengujian maka mendapatkan grafik pengujian masing
masing sensor yang dapat dilihat pada Gambar 3.5 sebagai berikut.
140
120
Kualitas Kesuburan
100
80
60
40
20
0
1 2 3
Pengujian