Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH MULTIKULTURALISME

“Eksplorasi Multikulturalisme dalam kehidupan sehari-hari”


Sherlynda Puspita Sari [5121948]

Multikulturalisme dapat dipahamai sebagai pengakuan tentang keanekaragaman dari


masyarakat yang majemuk, heterogen dan plural. Apabila hal itu diperluas bisa juga dimaknai
sebagai suatu keanekaragaman budaya, tradisi, gaya hidup, agama dan bentuk-bentuk
perbedaan yang lainnya. Bagi bangsa indonesia yang memang dianugerahi oleh Tuhan Yang
Maha Esa kemajemukan dan pluralitas tersebut, sudah seharusnya menjadi satu kebanggaan
dan kekuatan yang besar bagi bangsa indonesia. Multikulturalisme tidak saja diakui tetapi juga
bisa diterima akan adanya perbedaan, suku, agama, ras, antar golongan dan etnis. Masyarakat
indonesia yang hidup didalamnya harus mampu hidup berdampingan antara satu dengan yang
lainnya, sehingga harmonisasi yang selama ini didambakan oleh bangsa indonesia bisa
terwujud dengan baik.
Di wilayah daerah saya tepatnya di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo,
Kabupaten Banyuwangi multikulturalisme masih dapat ditemukan karena wilayah ini berbeda
dari beberapa wilayah Kecamatan yang ada di Banyuwangi karena wilayah ini di mayoritasi
oleh penduduk bersuku Madura dan di wilayah ini juga menggunakan bahasa Madura sebagai
bahasa komunikasi di setiap harinya, tetapi bahasa yang digunakan di wilayah Wongsorejo
berbeda jauh dengan bahasa madura aslinya karena telah banyak kata yang di ubah menjadi
lebih mirip bahasa Jawa, tak hanya itu terdapat banyak adat dan budaya madura yang di bawah
ke wilayah daerah ini, tetapi telah banyak mengalami modifikasi sehingga agak berbeda
sedikit dengan adat dan budaya yang ada di wilayah pulau madura aslinya
Di wilayah daerah rumah saya karena kebanyakan orang suku madura, banyak orang
yang selalu bepergian ke pulau madura atau biasa kita sebut mudik entah untuk urusan bisnis,
berwisata atau bahkan juga mengunjungi saudara di sana. Saya sendiri jujur belum pernah
mengunjungi pulau madura meski sering mendapat ajakan dari kakek nenek. daerah tempat
tinggal saya adalah daerah dataran rendah, banyak masyarakat bercocok tanam di ladang dan
sering mengadakan slametan sebelum mulai menanam dan juga setelah panen
Saya adalah warga pindahan dari Boyolangu, Kecamatan Giri yang kini menentap di
wilayah Wongsorejo, awalnya banyak hal yang saya herani dan banyak budaya yang berbeda
dari wilayah saya sebelumnya terutama dari bahasa dan cara berbicara.Perbedaan tersebut
yang membuat saya bisa berbicara 3 bahasa baik Madura, Jawa, maupun Osing.Dan dari itu
saya dapat membedakan ciri khas dari ketiga bahasa tersebut.Ayah saya adalah pria keturunan
Jawa dan Madura, sedangkan ibu saya adalah asli keturunan suku Osing.Ketika saya pindah ke
wilayah Wongsorejo saya sekeluarga tinggal bersama orang tua Ayah saya.Kakek saya adalah
orang Jawa yang banyak tahu tentang budaya jawa dan dari beliau saya banyak belajar budaya
jawa yang sampai kini masih biasa dilakukan, Sedangkan nenek saya banyak mengajarkan
tetang bahasa madura dan budaya madura yang biasanya dilakukan di wilayah desa kami
karena beliau adalah orang Madura.
Di lingkungan saya sendiri saya bertetangga dengan seorang nenek pemeluk agama
konghucu, beliau adalah seorang nenek yang telah lama menetap di wilayah lingkungan saya
dengan seorang pembantunya.Menurut pendapat saya nenek tersebut merupakan nenek yang
ramah dan memiliki rasa menghargai yang tinggi, karena di wilayah kami mayoritas adalah
pemeluk agama islam beliau tidak pernah merasa terbebani dengan kegiatan kami sebagai
umat islam bahkan di setiap hari raya islam seperti idul fitri beliau tidak akan segan membuka
pintu lebar untuk kami bersilaturahmi dan meja beliau tidak pernah kosong setiap hari raya
islam layaknya rumah seorang umat islam ketika hari raya idul fitri. Biasanya pada saat hari
raya konghucu beliau juga tidak pernah lupa untuk memberi para tetangga bingkisan dan
biasanya nenek tersebut memberi sedikit uang kepada anak anak kecil di lingkungan saya baik
pada saat hari raya idul fitri maupun hari raya umat konghucu.
Di lingkungan rumah saya biasa menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa sehari
hari, meskipun banyak orang disekitar yang menggunakan bahasa madura sebagai bahasa
sehari hari.Karena di wilayah saya banyak orang asli Wongsorejo yang aslinya adalah suku
madura tetapi menikah dengan orang yang bersuku Jawa atau Osing asli.Maka tak heran
banyak kata yang mungkin berbeda dengan bahasa Madura aslinya karena memang sudah
tercampur dengan bahasa Jawa maupun Osing.Masyarakat di sekitar saya sangat suka akan
keberagaman baik budaya maupun bahasa, Tetapi tak banyak pula budaya asli suku mereka
bercampur dengan budaya suku lainnya.
Desa saya terdapat satu pondok pesantren yang menjadi salah satu tradisi madura
yaitu mondok, pondok pesantren di desa saya terdapat di dekat pesisir pantai dan dibagi
menjadi 3 tempat untuk perempuan, laki laki dan juga anak anak kecil lulusan sd bagi laki laki
yang biasa di sebut pondok kecil, masyarakat madura sangat memegang erat budaya mondok
terutama bagi anak perempuan mereka yang telat tamat SD, tak heran di pondok tersebut
kebanyakan di isi oleh banyak anak santri maupun santriwati dari suku madura, walaupun
banyak juga yang berasal dari Bali, Sumatra atau bahkan luar kabupaten Banyuwangi tetapi
pondok pesantren ini tetap di dominasi oleh orang madura. Maka tak heran jika orang madura
di sebut sebagai orang yang taat akan ajaran agama islam dan memiliki suara bagus ketika
mengaji.
Di waktu awal saya pindah sekolah saya masih duduk di kelas 3 SD, di sekolah baru
saya biasa menggunakan bahas jawa sebagai bahasa sehari hari, tetapi ketika saya kelas 5 ada
mata pelajaran baru yaitu Bahasa Osing, ketika mata pelajaran ini banyak siswa siswi sekelas
saya yang kebingungan karena mereka tidak ada yang bisa atau tidak tau bahasa osing, dari hal
tersebut karena saya pindahan dari wilayah yang bahasa sehari harinya bebahasa osing saya
dapat membantu teman teman saya dalam hal mengartikan tiap kata bahasa osing yang tidak
mereka ketahui, sebenarnya ketika ada mata pelajaran ini teman teman saya sangat suka tetapi
mereka masih kadang kurang paham dengan cara berbicara menggunakan aksen Osing.Ketika
SD saya dan teman teman mendapat tugas menyanyikan lagu umbul umbul blambangan yang
menurut teman teman susah karena banyak kata yang susah di ucapkan menurut siswa siswi
yang biasa menggunakan bahasa jawa maupun madura.
Di masa saya sekolah baik SD sampai SMA selalu ada anak yang bersuku madura
tetapi selaLu mendapat pelajaran Bahasa Jawa, walau merasa kesulitan karenan memang
bukan bahasa sehari hari mereka, mereka tetap mau belajar tentang semua mulai dari bahasa
dan adat istiadat Jawa, dan memang sebenarnya di wilayah Wongsorejo banyak budaya
Madura yang sudah bercampur dengan Jawa.
Ketika saya duduk di bangku SMP saya lebih banyak menemukan orang Madura di
lingkup sekolah dan mereka banyak menggunakan bahasa Madura di setiap percakapan, disini
saya awalnya mulai belajar dan memahami bahasa Madura, banyak teman saya yang
membantu saya dalam menerjemakan bahasa Madura yang menurut saya baru saya
dengar,karena dirumah saya selalu menggunakan bahasa Jawa ketika berbincang baik dengan
orang tua maupun teman seusia saya.Pernah sekali saya mendapat tugas mata pelajaran PKN
yang mengharuskan saya membuat video tentang keanekaragaman budaya di sekitar saya dan
kelompok saya memilih tentang bahasa yang ada di Banyuwangi seperti Osing, Jawa dan juga
Madura.Dan banyak kosa kata yang ternyata tidak berbeda jauh arti antara bahasa madura
mapun bahasa Jawa di lingkungan saya .
Di masa SMA saya bersekolah di SMA Negeri 1 Wongsorejo,di SMA saya banyak
menemukan keberagaman budaya maupun agama karena wilayah sekolah saya juga terdapat
beberapa siswa siswi kota yang memiliki budaya dan bahasa sehari hari yang bebeda di
Wongsorejo terdapat beberapa bahasa dan agama yang bisa ditemukan di SMA saya seperti
bahasa Jawa, Madura, bahkan Osing begitu pula agama ada Islam, Kristen, dan Hindu.Di
masa SMA setiap hari jumat biasanya kami mengadakan sholat dhuha bersama sebelum
memulai kegiatan belajar mengajar dan untuk siswa siswi yang non islam biasanya sebagai
bentuk menghargai mereka biasanya duduk di belakang lapangan karena memang kegiatan
sholat dhuha dilakukan di lapangan, selain itu untuk menghargai teman teman beragama
islam hal tersebut juga dapat membantu agar kelas tetap bersi dan tenang ketika diadakan
kegiatan sholat dhuha bersama
Ketika ada kegiatan keagamaan seperti maulid nabi di SMA mereka yang beragama
non muslim ikut datang dan mengikuti acara sampai selesai tanpa rasa merasa di asingkan
karena mereka paham di sekolah memang mayoritas adalah umat islam.Tetapi meskipun
begitu di SMA saya ketika ada ujian agama mereka yang beragama non muslim juga
mengikuti ujian agama mereka, walau tidak ada guru khusus yang mengajari mereka tetang
agama mereka, biasanya pun mereka mendapat soal ujian agma itu dari tokoh agama di
wilayah desanya masing masing seperti pendeta bagi mereka yang beragama Kristen.
Pada saat SMA saya bersahabat baik dengan seorang siswi yang beragama kristen
beliau adalah sosok yang baik dan juga pandai menghargai teman yang berbeda agama
dengannya, Menurut saya beliau adalah seseorang yang taat beribadah dan tak pernah lupa
untuk ke gereja setiap minggunya, saya sebagai teman dekatnya selalu mendengarkan cerita
beliau tetang agamanya dan saya juga berbagi cerita tentang ajaran agama saya.Beliau juga
merupakan seseorang yang gemar mengingatkan temannya agar rajin beribadah meskipun
agama kita berbeda.
berbatasan dengan wilayah kecamatan wongsorejo terdapat desa yang bernama
Wonorejo disana terdapat penduduk yang mayoritas adalah pemeluk agama kristen tak banyak
juga pemuda disana merupakan teman saya dan salah satunya teman dekat saya, desa ini
berbatasan langsung dengan kabupaten banyuwangi sebelum memasuki area hutan bernama
baluran di sebelah timur terdapat gapuro yang menunjukan nama desa wonorejo, banyak hal
yang bisa di jelajah salah satunya hutan dan laut nya yang terdapat pasar ikan. Teman saya
yang beragama Kristen kebanyakan berasal dari desa ini, dan terdapat gereja dan sekolah
khusus siswa atau siswi beragama kristen di sini. Diwilayah ini juga masyarakatnya sangat
tinggi akan toleransi terutama masyarakat beragama islam, hindu dan kristen

Anda mungkin juga menyukai