Anda di halaman 1dari 3

Budaya Ku Tercinta

Oleh : Daniel Arie Putra

Nama ku Daniel aku seorang siswa di SKh Darmawati Arif, disini aku banyak
mendapatkan teman. Teman teman seperjuangan ku dalam menuntut ilmu, mereka
semua berhati baik tidak pernah pilih pilih dalam berteman meski dari kita masing
masing memiliki keterbatasan masing masing, oh iya.. aku siswa tunarungu aku
mengalami hambatan pendengaran sejak kecil, disini aku akan sedikit bercerita
tentang pengalaman ku bersama teman – teman ku mengenai keberagaman yang
berada di Indonesia.

Aku anak dari seorang ayah dan ibu ku yang berasal dari suku jawa dan ambon,
oleh karena itu warna kulit ku sawo matang, aku beragama kristen, di sekolah ini
banyak teman - teman ku yang berbeda suku ataupun agama dengan ku banyak
teman ku yang beragama islam banyak teman perempuan ku yang memakai
kerudung dan setiap hari jumat guru dan teman – teman ku yang beragama muslim
melakukan sholat bersama sedangkan aku dan teman – teman teman ku yang
beragama selain muslim menunggu di belakangnya kami tidak berisik dan tidak
mengganggu nya, dan berasal dari berbagai suku misalnya sunda, sumatera, berkulit
putih. Namun teman – teman dan guru – guru ku tidak pernah ada yang mengejek ku
kami berteman baik. Saat di sekolah kami selalu membantu sesama ketika teman ku
yang memakai kursi roda datang aku membantu mendorong kursi rodan ya, ketika
temanku yang bertubuh pendek kesulitan mengambil benda yang tinggi maka kami
membantu mengambilkan nya, ketika aku sulit berkomunikasi dengan teman ku yang
bukan tunarungu mereka mau sabar mendengarkan dan memahami maksud ku
begitu juga dengan guru – guru ku.

Suatu hari aku pernah pergi sebelum covid datang, bersama guru – guru dan
teman – temanku ke Taman Mini Indonesia Indah atau TMII yang berada di Jakarta
naik bis berangkat bersama sejak pagi hari, disana aku dan teman – teman ku belajar
keberagaman budaya Indonesia. Tempatnya besar sekali, Taman Mini Indonesia
Indah memiliki 33 rumah adat yang di sebut anjungan, ujar Bu Tini beliau adalah salah
satu guru yang mendampingi aku dan teman – teman, di setiap anjungan nya memiliki
bangunan rumah adat dengan berbagai macam bentuk khas dari masing masing
daerahnya di dalam nya terdapat patung manusia yang memakai baju berbeda beda
sesuai daerah nya masing masing bajunya bagus bagus sekali di setiap baju nya
memiliki ciri khas masing – masing, di dalam setiap rumah adat juga memperkenalkan
alat musik, baju adat, tarian dan berbagai kerajinan tangan yang lain .

Anjungan yang pertama kami kunjungi adalah anjungan Sumatera Utara. Woww
keren sekali. Di area ini berdiri anggun enam buah rumah adat Batak, diantaranya
rumah bolon Batak Simalungin, Jabu Bolon Batak Toba, Siwaluh Jabu Batak Karo
Rumah Batak Dairi, Nias dan Rumah Melayu . Ketika kami bersama – sama masuk
salah satu dari rumah tersebut aku melihat kain ulos, aku jadi ingat beberapa minggu
yang lalu aku dan teman – teman ku baru saja menampilkan tari daerah pada saat
acara perpisahan, aku dan teman – teman ku menari tarian tor tor yang berasal dari
daerah Sumatera Utara, dari masing masing kami memakai kain ulos yaitu kain yang
berasal dari Medan, kain yang mirip sekali yang aku lihat ketika berada di rumah adat
dari Sumatera Utara. Daerah sumatera utara juga memiliki alat musik tradisional yaitu
doli – doli berasal dari Nias, Sumatera Utara. Alat musik ini terbuat dari kayu yang
disusun sejajar dan berjejeran. Doli-doli dimainkan dengan cara dipukul
menggunakan dua alat pemukul yang juga terbuat dari kayu , aku dan temanku sempat
memainkan nya.

Usai berkeliling di anjungan Sumatera Utara, aku bersama guru – guru dan
teman – teman ku menyambangi Anjungan Sumatera Barat. Anjungan ini
menampilkan sebanyak lima bangunan adat yaitu Rumah Gadang, Balairung,
Rangkiang dan Surau. Di kawasan ini juga dilengkapi dengan pasar seni dan
panggung. Penataannya juga rapi dan nyaman . Kami mengunjungi rumah induk
Rumah Gadang, terlihat paling besar dibanding rumah -rumah lainnya. Aku dan teman
– teman ku tidak sempat menghampiri satu persatu Anjungan yang berada di Taman
Mini ini dikarenakan kondisi kami yang sudah kelelahan dan hari sudah mulai siang,
namun sebelum kami pulang aku bersama Rizki salah satu teman ku dan juga guru
ku bu Tini menyempatkan untuk naik gondola kami bisa melihat keseluruhan rumah
adat dari atas pemandangan nya sangat indah, Bu Tini berkata kepada kami bahwa
TMII digagas oleh Ibu Tien Soeharto pada 13 Maret 1970 keberadaan TMII
diharapkan mampu memupuk kebanggaan di tengah -tengah masyarakat Indonesia
akan khasanah budaya nusantara yang dimilikinya. Sementara itu, bagi bangsa-
bangsa lain di dunia, taman wisata ini merupakan inspirasi akan keberagaman suku,
budaya, agama, bahasa dan tradisi bangsa Indonesia yang hidup rukun dalam
harmoni.

Anda mungkin juga menyukai