Anda di halaman 1dari 4

TENSION HEADACHE

(NYERI KEPALA TIPE TEGANG)


No. Dokumen :
No. Revisi : 03
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman : 1/3

UPTD dr. I Nyoman Suarya


PUSKESMAS NIP. 19710206 200604
PENEBEL I 1004
1. Pengertian Nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk sakit kepala yang paling
sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan
peningkatan stres. Sebagian besar tergolong dalam kelompok yang
mempunyai perasaan kurang percaya diri, selalu ragu akan
kemampuan diri sendiri dan mudah menjadi gentar dan tegang.
Nyeri kepala ini terjadi akibat peningkatan tekanan jiwa dan
penurunan tenaga sehingga terjadi gangguan dan ketidakpuasan
yang membangkitkan reaksi pada otot-otot kepala, leher, bahu,
serta vaskularisasi kepala.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam
2. Tujuan
penatalaksanaan tension headache (nyeri kepala tipe tegang).
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Penebel I
No.134/KAPUS/PNB.I/I/2016 tentang Panduan Layanan
Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Persiapan Alat dan Bahan
1. Rekam medis, resep, form rujukan.
2. Alat medis: tensimeter, stetoskop, termometer, timbangan,
senter.
3. Alat pelindung diri (APD) berupa masker bedah/N95, pelindung
kepala, face shield, gaun pelindung, handscoen, dan alas kaki.
4. Alat tulis.
Petugas pelaksana:
1. Dokter.
2. Perawat.
3. Bidan.
6. Prosedur / 1. Petugas mengenakan APD.
Langkah- 2. Petugas memastikan identitas pasien sesuai dengan yang
langkah tercantum dalam rekam medis.
3. Petugas melakukan anamnesis keluhan pasien yaitu nyeri
(ringan sampai sedang) yang tersebar secara difus,
berlangsung dari 30 menit sampai 1 minggu yang terus
menerus atau hilang timbul, dimulai dari leher bagian
belakang yang menjalar ke bagian depan dan bahu, nyeri
tidak berdenyut, dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa
kencang di bagian bitemporal dan bioksipital atau seperti
diikat disekeliling kepala. Nyeri tidak disertai mual atau
muntah. Kadang-kadang disertai dengan gejala insomnia
(gangguan tidur yang sering terbangun atau bangun dini hari),
nafas pendek, konstipasi, penurunan berat badan, palpitasi
dan gangguan haid. Nyeri yang kronis sering merupakan
manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti
kecemasan dan depresi.
4. Petugas mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
fisik.
5. Perawat melakukan pemeriksaan tanda vital (tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi nafas, dan suhu tubuh).
6. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
neurologis.
Hasil pemeriksaan fisik, tanda vital dan pemeriksaan
neurologis (kekuatan motorik, refleks, koordinasi, sensoris)
normal.
7. Petugas mencuci tangan setelah memeriksa pasien.
8. Dokter menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Menurut lama berlangsungnya nyeri,
dibedakan:
a. Nyeri kepala episodik berlangsung <15 hari dengan
serangan yang terjadi kurang dari 1 hari per bulan (12
hari dalam 1 tahun).
b. Nyeri kepala kronis bila berlangsung >15 hari selama 6
bulan terakhir.
9. Dokter memberikan penatalaksanaan.
a. Membina hubungan empati awal antara petugas dan
pasien, meyakinkan tidak ditemukan kelainan fisik
dalam rongga kepala atau otaknya atau penyakit
intrakranial lainnya.
b. Penilaian kecemasan atau depresi. Pengobatan
ditujukan kepada penyakit yang mendasari dengan obat
anti cemas atau antidepresi serta modifikasi pola hidup.
c. Saat nyeri timbul dapat diberikan obat untuk
menghentikan atau mengurangi rasa sakit dengan
acetaminophen dan NSAID seperti ibuprofen.
d. Pemberian obat antidepresi yaitu Amitriptilin.
10.Petugas memberikan konseling dan edukasi:
a. Meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan
fisik dalam rongga kepala atau otak untuk
menghilangkan rasa takut adanya tumor otak atau
penyakit intrakranial lainnya.
b. Keluarga ikut membantu mengurangi kecemasan atau
depresi pasien serta menilai adanya kecemasan atau
depresi pasien.
11.Petugas memberikan rujukan kepada faskes sekunder yaitu
kepada dokter spesialis neurologi bila nyeri kepala tidak
membaik dengan pengobatan atau kepada dokter spesialis
jiwa bila terjadi depresi berat dengan kemungkinan bunuh
diri.
12.Petugas mencatat semua hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnosis, penatalaksanaan dan KIE dalam rekam medis.
7. Bagan Alir
Petugas Petugas
melakukan Petugas melakukan
mengenaka
identifikasi pasien anamnesis
n APD

Peugas mencuci Petugas melakukan Petugas mencuci


tangan pemeriksaan fisik tangan

Dokter menegakkan Penatalaksanaan Petugas


diagnosis memberikan KIE

Dokumentasi dalam
Petugas memberikan
rekam medis
rujukan (bila diperlukan)

8. Hal-hal yang Pelayanan medis yang diberikan disesuaikan dengan kondisi


perlu klinis pasien.
diperhatikan
9. Unit terkait Ruang pemeriksaan umum, ruang gawat darurat.
10. Dokumen 1. Rekam medik pasien.
terkait 2. Register pasien di ruang pelayanan.
11. Rekaman Tanggal
No Yang diubah Isi perubahan mulai
historis
diberlakukan
perubahan 1 Nomenklat UPTD Puskesmas Pupuan I 16 Januari
ur 2019
Puskesmas
2 Langkah- Petugas mengenakan APD. 1 Agustus
langkah 2022

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas 1 Agustus


Pupuan I Nomor 2022
011/SK/C/I/2022 tentang
Pelaksanaan Layanan Klinis.
3 Referensi Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1186/202
2 tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama.

Anda mungkin juga menyukai