Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No.

2, September 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

EKSPRESI EMOSI KELUARGA YANG MERAWAT


PASIEN SKIZOFRENIA
Jek Amidos Pardede
Program Studi Ners, Universitas Sari Mutiara Indonesia, Indonesia
Email: jekpardedemi@rocketmail.com

ABSTRAK
Ekspresi emosi dalam keluarga dapat menjadi ekspresi yang mencerminkan tingginya ekspresi emosi
negative. Ekspresi emosi tinggi menunjukkan sikap yang penuh kritik dan kebencian. Itu muncul ketika
orang tua atau anggota keluarga lainnya berasumsi bahwa gangguan tersebut dipengaruhi oleh faktor
internal dan harus dikendalikan oleh individu tersebut. Penelitian ini bertujuan hanya menggambarkan
ekspresi emosional keluarga pasien skizofrenia di Rumah sakit jiwa Medan. Desain penelitian yang
digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan pasien skizofrenia yang rawat jalan di Rumah
sakit jiwa sebanyak 900 orang dan sampel penelitian ini sebanyak 90 keluarga. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuisioner sebanyak 18
pernyataan yang sudah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas
responden yang merawat pasien memiliki ekspresi emosi yang rendah, dan responden yang merawat
lebih dari satu pasien mayoritas memiliki ekspresi emosi yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan perhatian kepada keluarga anggota keluarga yang sakit untuk membantu
mereka dalam penyembuhan penyakit yang dialami.

Kata kunci: Ekspresi emosi keluarga, Gangguan jiwa, Skizofrenia.

ABSTRACT
The expression of emotions in the family can be an expression that reflects the high level of negative
emotional expression. The high emotional expression indicates an attitude that is full of criticism and
hatred. It occurs when parents or other family members assume that the disorder is influenced by internal
factors and must be controlled by the individual. This study aims only to describe the emotional
expression of a schizophrenic patient's family at the Mental Hospital in Medan. The research design used
was descriptive with a cross-sectional approach. The population in this study were all families who have
family members with schizophrenia patients who are outpatient at a mental hospital as many as 900
people and the sample of this study were 90 families. The sampling technique used purposive sampling.
The data collection tool used a questionnaire of 18 statements that had been tested for validity and
reliability. The results showed that the majority of respondents who treated patients had low emotional
expressions, and respondents who treated more than one patient had high emotional expressions.
Therefore, this research is expected to give attention to the family of sick family members to help them in
healing their illness.

Keywords: Family emotion expression, Mental disorder, Schizophrenia.

1. PENDAHULUAN penduduk pada tahun 2007 dan meningkat


Skizofrenia menimbulkan distorsi menjadi 1,4 per 1.000 penduduk pada tahun
pikiran sehingga pikiran itu menjadi sangat 2013, Kota Medan 1,0 per 1.000 penduduk
aneh, juga distorsi persepsi, emosi, dan menjadi 1,1 per 1.000 penduduk, Serdang
tingkah laku yang dapat mengarah ke risiko Bedagai 1,2 per 1.000 penduduk tahun 2007
perilaku kekerasan yang dapat berbahaya meningkat menjadi 2,5 per 1.000 penduduk
dengan diri sendiri maupun orang lain sekitar tahun 2013, Samosir 1,4 per 1.000 penduduk
(Baradero, Dayrit & Maratning, 2016); tahun 2007 menjadi 2,1 per 1.000 penduduk
(Pardede et al., 2020). Skizofrenia merupakan tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Sedangkan
gangguan mental berat dan kronis yang prevalensi skizofrenia di Sumatera Utara
menyerang 20 juta orang di seluruh dunia sebanyak 13.991 orang (Riskesdas, 2018).
(WHO, 2019). Di Provinsi Sumatera Utara, Apabila saudara ayah dan ibu menderita
prevalensi skizofrenia adalah 0,9 per 1.000 skizofrenia, maka anak memiliki potensi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 117
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No. 2, September 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
sebesar 3% untuk menderita skizofrenia, selama merawat penderita skizofrenia di
tetapi bila salah satu saudara kandung yang rumah antara lain meningkat nya setres
menderita, anak berpotensi menderita keluarga akibat biaya yang di butuhkan oleh
skizofrenia sebesar 5%-10% (Candra, 2004). penderita, status emosional keluarga yang
Wanita cenderung mengalami gejala yang tidak setabil dan semua ini berdampak pada
lebih ringan, lebih sedikit rawat jalan karena fungsional keluarga. Berbagai problema
fungsi sosial yang lebih baik di komunitas di menimpa keluarga, membebani berbagai
bandingkan laki-laki. Angka kejadian pada aspek kehidupan keluarga. Penderita
laki-laki terjadi lebih awal dibandingkan pada skizofrenia sering ‘minder’, tidak mempunyai
wanita. Puncak kejadian pada laki-laki terjadi teman, menganggur, ‘malas’, aneh, bicara
pada usia 15-25 tahun sedangkan pada sendiri, ketawa sendiri, terkadang selalu
wanitaa terjadi pada usia 25-35 tahun. memikirkan untuk bunuh diri saja, tak pandai
Perawatan pasien skizofrenia oleh keluarga mengatur uang, kegiatan itu-itu saja,
sering menjadi beban bagi keluarga baik monoton, kurang variasi, tak bisa bergaul,
secara materi, fisik, dan emosional (Brady & dan banyak lagi sifat atau gejala yang sulit-
McCain, 2004). sulit (Candra, 2004). Kondisi inilah yang
Berbagai penelitian yang dilakukan membuat keluarga tidak siap menerima dan
terhadap masalah skizofrenia menunjukkan merawat penderita (anggota keluarga yang
bahwa gangguan pada fungsi sosial menderita skizofrenia).
berdampak pada penurunan kualitas hidup, Ekspresi emosi adalah persepsi dalam
dan menyebabkan beban bagi kehidupan, bentuk verbal dan non verbal, merupakan
sebagian besar anggota keluarga yang aspek penting menentukan efektifitas dalam
merawat pasien skizofrenia. Penyakit komunikasi hubugan interpersonal, terdiri
skizofrenia seringkali menetap atau kronis, dari beberapa sikap yaitu permusuhan, kritik
kambuh/berulang sehingga perlu terapi yang berlebihan, dukungan yang tidak tepat,
berjangka lama. Penderita skizofrenia juga pasien dengan keluarga yang ekspresi dan
merupakan tantangan bagi masyarakat karena emosi nya tinggi dan lama kontak lebih atau
adanya stigma dalam masyarakat, sama dengan 35 jam perminggu mempunyai
penanganan yang kurang memadai, resiko kekambuhan atau rawat inap ulang 2
kesempatan dan kemampuan untuk kali lebih besar menurunkan ekspresi emosi
reintegrasi ke dalam masyarakat kurang keluarga terhadap pasien ganguan jiwa dapat
sekali, tendensi kronisitas, dukungan memperbaiki prognosis gangguan jiwa.
psikososial dan keterlibatan keluarga yang Ekspresi emosi dibedakan menjadi dua
tak memadai, terapi modalitas yang berbeda- kategori yaitu high ekspresi emosi dan low
beda, sumber-sumber ekonomi yang kurang, ekspresi emosi. High ekspresi emosi diartikan
dan biaya terapi jangka lama (Candra, 2004). bahwa merefleksikan ekspresi emosi dengan
Pendapatan rendah juga merupakan sebuah tinggi adalah ekspresi negatif. Ekspresi yang
masalah finansial yang dapat meningkatkan tinggi tersebut berupa menunjukan sikap
beban perawatan, karena disamping yang penuh dengan kritik dan kebencian.
memberikan perawatan, responden juga perlu Ekspresi emosi tinggi seringkali
memecahkan masalah biaya pengobatan mengakibatkan resiko kekambuhan gangguan
(Pardede & Laia, 2020). Beberapa faktor psikologis karena kritik verbal agresif yang
inilah yang sering menimbulkan beban bagi muncul tersebut (Hertinjung, 2010).
keluarga sebagai pemberi perawatan Ekspresi emosi muncul secara spontan
(Widianti, Karmansyah & Yani, 2020). bahkan seringkali sulit dikontrol atau
Data lainnya 75% penderita skizofrenia disembunyikan. Ekpresi emosi dapat terlihat
mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. dari perubahan fisiologis yang timbul akibat
Usia remaja dan dewasa muda memang reaksi terhadap peristiwa atau stimulus
berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini tertentu yang mengakibatkan emosi, reaksi
penuh stresor. Kondisi penderita sering ini baik bersifat internal maupun eksternal
terlambat disadari keluarga dan akan memunculkan ekspresi emosi yang
lingkungannya karena dianggap sebagai terwujud dalam penampilan fisiologis,
bagian dari tahap penyesuaian diri. Selain itu meliputi raut wajah, hingga sikap dan tingkah
masalah yang sering di alami oleh keluarga laku. Ekspresi emosi selain diwarisi secara

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 118
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No. 2, September 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
genetis ternyata dipengaruhi juga oleh dengan tidak membandingkan eskpresi emosi
pengalaman dalam berinteraksi dengan orang keluarga dengan berapa anggota keluarga
lain (Hude, 2006). yang dirawat di rumah, sehingga peneliti
Beberapa penelitian ekspresi kelurga tertarik untuk mengetahui bagaimana
sudah dilakukan, seperti penelitian (Marchira gambaran ekspresi emosi keluarga yang
et al., 2008) di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, merawat satu pasien dan lebih dari satu
ekspresi emosi keluarga 58,1% membuat pasien Skizofrenia.
pasien kambuh, ekspresi emosi keluarga yang
tinggi dan ketidak patuhan penderita minum 2. METODE PENELITIAN
obat dapat meningkatkan kekambuhan Desain penelitian ini adalah deskriptif
sebanyak 0,07 dan 0,368 kali di RS Jiwa yang bertujuan untuk menggambarkan
Tampan Pekan Baru (Fadli & Mitra, 2013), ekspresi emosi keluarga yang pasien
sedangkan penelitian yang dilakukan skizofrenia dengan menggunakan pendekatan
(Pardede et al., 2016) Ekspresi emosi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
keluarga tinggi sebanyak 27,3 & dan kambuh adalah seluruh keluarga pasien yang memiliki
sebanyak 8% dan kambuh >2 kali di RS Jiwa anggota keluarga skizofrenia datang berobat
Prof.Dr. Muhhamad ildrem Provsu Medan. jalan di Rumah Sakit Jiwa Medan berjumlah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi 900 orang. Teknik Pengambilan sampel
emosi keluarga yang tinggi dapat dilakukan dengan Purposive sampling yaitu
meningkatkan kekambuhan pasien 90 orang keluarga pasien, dengan 45 orang
skizofrenia. Hasil penelitian (Widianti, et al. keluarga yang merawat satu orang pasien
2020) di Desa Kersamanah Kabupaten Garut skizofrenia dan 45 orang keluarga yang
bahwa sebanyak 65 (94,2%) responden merawat lebih dari satu pasien skizofrenia.
memiliki ekspresiemosi yang rendah, dan Kriteria sampel ini adalah keluarga yang
sebanyak 4 (5,8%) responden memiliki merawat satu atau lebih pasien skizofrenia dan
ekspresi emosi yang tinggi. tinggal satu rumah, keluarga yang dekat dengan
Berdasarkan survei awal yang dilakukan pasien, keluarga kooperatif, keluarga mau
peneliti di Rumah Sakit Jiwa Medan memberikan respon yang baik. Alat
didapatkan data dasar dari rekaman medik pengumpulan data menggunakan Skala
rumah sakit jiwa daerah provinsi Sumatera ekspresi emosi keluarga disusun berdasarkan
Utara, pasien gangguan jiwa yang dirawat aspek-aspek menurut Brown dan Rutter
berjumlah 14.205 orang, dari jumlah tersebut (Lieberman et al, 2006) yang mendefinisikan
penderita skizofrenia sebanyak 12.184 orang ekspresi emosi mencakup critical comment,
(80,1%). Sedangkan pada tahun 2017 pasien emotional over-involvement dan hostility.
gangguan jiwa yang di rawat berjumlah Kuesioner sebanyak 18 pernyataan yang
14.349 orang. Dari jumlah tersebut penderita sudah diuji validitas dan reliabilitas dengan
yang mengalami kekambuhan sebanyak 876 nilai Alpha Croncbach 0.873. Penelitian ini
orang penderita (58,76%). Berdasarkan tidak menggunakan uji statistik karena hanya
beberapa penelitian di atas, penelitian menggambarkan ekspresi emosi keluarga.
ekspresi emosi hanya dilakukan pada keluaga

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden (n=90)
Karakteristik f %
Umur :
15-23 Tahun 24 26,7
24-32 Tahun 38 42,2
33-41 Tahun 28 31,1
fJenis Kelamin:
Laki-laki 50 55,6
Perempuan 40 44,4
Pekerjaan :
Wiraswasta 50 55,6

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 119
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No. 2, September 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
Petani 20 22,2
Buruh 18 20,0
PNS 2 2,2

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa Ekspresi emosi dalam keluarga dapat
mayoritas responden berada pada rentang berupa ekspresi negatif yang merefleksikan
umur 24-32 tahun sebanyak 38 orang tingginya ekspresi emosi (high EE). Ekspresi
(42,2%), mayoritas responden sebanyak 50 emosi yang tinggi menunjukkan sikap yang
orang (55,6%) memiliki jenis kelamin laki- penuh kritikan dan kebencian. Hal ini muncul
laki, dan mayoritas responden memiliki apabila orangtua atau anggota keluarga
pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 50 lainnya menganggap bahwa gangguan
orang (55,6%). dipengaruhi oleh faktor internal dan
seharusnya dapat dikendalikan sendiri oleh
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase individu. Orang tua dan anggota keluarga
Berdasarkan Ekspresi Emosi Keluarga Yang lainnya beranggapan bahwa sikap individu
Merawat Satu Pasien (n=45) dapat berubah dengan cara mengkritik,
Ekspresi Emosi Keluarga f % dimana kritikan seringkali tidak semata-mata
Ekspresi Emosi Rendah 30 66,7 mengenai gangguan yang dialami namun juga
Ekspresi Emosi tinggi 15 33,3 menyangkut kepribadian individu. Ekspresi
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa emosi tinggi seringkali menyebabkan
mayoritas ekspresi emosi keluarga yang kekambuhan pasien karena kritik verbal
merawat satu pasien lebih rendah memiliki agresif yang dimunculkan oleh keluarga.
ekspresi emosi sebanyak 30 orang (66,7%). Ekspresi emosi keluarga yang rendah
(low EE) menunjukkan sikap yang lebih
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase terbuka terhadap kritik. Angota keluarga
Berdasarkan Ekspresi Emosi Keluarga Yang merasa bahwa individu yang mengalami
Merawat Lebih Dari Satu Pasien (n=45) gangguan tidak memiliki kontrol terhadap
Ekspresi Emosi Keluarga f % gangguan dan simpati kepadanya. Hal ini
Ekspresi Emosi Rendah 19 42,2 karena keluarga memiliki informasi dan
Ekspresi Emosi tinggi 26 57,8 pengetahuan yang lebih banyak serta belajar
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa dari pengalaman hidupnya mengenai
mayoritas ekspresi emosi keluarga yang gangguan sehingga keluarga dapat
merawat lebih dari satu memiliki ekspresi memahami dan tidak terlalu mengkritik
emosi yang tinggi sebanyak 26 orang karena ekspresi emosi keluarga rendah.
(57,8%). Keluarga juga terdidik dan dapat menerima
gangguan yang dialami anggota keluarganya
3.2 Pembahasan daripada keluarga yang memiliki ekspresi
Ekspresi Emosi Keluarga Yang Merawat emosi tinggi.
Satu Pasien Hasil penelitian (Prihandini et al, 2012)
Berdasarkan hasil penelitian yang pada 37 responden ditemukan bahwa
dilakukan, didapatkan bahwa dari 45 mayoritas responden sebanyak 19 orang
responden, mayoritas responden memiliki (51,3%) memiliki ekspresi emosi yang
ekspresi emosi yang rendah sebanyak 66,7%. rendah. Demikian juga dengan penelitian
Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa item (Fadli & Mitra, 2013) juga melakukan
pernyataan dia merupakan bagian penting penelitian tentang pengetahuan dan ekspresi
bagi hidup saya, mayoritas responden emosi keluarga yang merawat pasien
sebanyak 42,2% memilih sering, dan skizofrenia. Hasil penelitian yang dilakukan
demikian juga dengan item pernyataan saya pada 55 responden didapatkan bahwa
berfikir bagaimana dengan nasibnya, dimana mayoritas responden sebanyak 20 orang
mayoritas responden sebanyak 33,3% (40%) memiliki ekspresi emosi yang rendah.
memilih sering, serta item pernyataan : saya Menurut asumsi peneliti bahwa
telah mengorbankan hal yang penting untuk mayoritas responden memiliki ekspresi emosi
bisa menolongnya, mayoritas responden yang rendah, hal ini disebabkan adanya rasa
sebanyak 24,4% memilih sering. peduli dari anggota keluarga yang

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 120
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No. 2, September 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
mengatakan bahwa pasien termasuk kedalam mengenai gangguan yang dialami namun juga
anggota keluarga yang mesti dibantu untuk menyangkut kepribadian individu.
menjalani kehidupannya agar dia dapat Menurut asumsi peneliti bahwa
berubah dan bias sembuh seperti orang pada mayoritas responden memiliki ekspresi emosi
umumnya. yang tinggi, hal ini dikarenakan keluarga
harus merawat lebih dari satu anggota
Ekspresi Emosi Keluarga Yang Merawat keluarga yang mengalami skizofrenia
Lebih Dari Satu Pasien sehingga keluarga merasa kewalahan untuk
Berdasarkan hasil penelitian yang mengurus anggota keluarga yang sakit dan ini
dilakukan, didapatkan bahwa dari 45 membuat keluarga dapat bersikap keras jika
responden, mayoritas responden memiliki pasien tidak dapat menjaga sikapnya.
ekspresi emosi yang tinggi sebanyak 26
orang (57,8%). Dari hasil kuesioner 4. KESIMPULAN
didapatkan bahwa item pernyataan saya Berdasarkan hasil penelitian ekspresi
jengkel melihat tingkah laku anggota emosi keluarga yang merawat satu pasien dan
keluarga yang sakit, mayoritas responden lebih dari satu pasien skizofrenia dapat
sebanyak 40% memilih sering, dan demikian disimpulkan ekspresi emosi keluarga satu
juga dengan item pernyataan saya merasa pasien mayoritas rendah dan ekspresi emosi
jenuh merawat anggota keluarga yang sakit, keluarga yang merawat lebih dari satu pasien
dimana mayoritas responden sebanyak 28,8% skzofrenia mayoritas tinggi.
memilih sering, serta item pernyataan: saya
memaksanya untuk mengubah perilakunya, REFERENCES
mayoritas responden sebanyak 46,6% Baradero, M., Dayrit, M. W., & Maratning,
memilih sering. A. (2016). Seri asuhan keperawatan
Menurut (Safaria dan Saputra, 2009) kesehatan mental psikiatri. Jakarta:
ekspresi emosi ialah suatu bentuk komunikasi EGC.
melalui perubahan raut wajah dangesture Brady, N., & McCain, G. C. (2004). Living
yang menyertai emosi, sebagai luapan dari with schizophrenia: a family perspective.
emosi, mengungkapkan, menyampaikan Online Journal of Issues in Nursing,
perasaan kepada orang lain, dan menentukan 10(1). doi:
bagaimana perasaan orang lain. http://dx.doi.org/10.3912/OJIN.Vol10No
Pengekspresian emosional seseorang akan 01HirshPsy01
memberikan informasi yang diperlukan untuk Candra. L S. (2004). “Schizofrenia
mengambil suatu keputusan yang dapat Anonymous, A Better Future”. Institute
dilakukan melalui komunikasi. (Hertinjung & of Psychiatry at The Maudsley.
Partini, 2010) mengatakan bahwa ekspresi Fadli, S. M., & Mitra, M. (2013).
emosi yang tinggi merupakan refleksi sikap Pengetahuan dan ekspresi emosi
negatif berperan sebagai stressor yang dapat keluarga serta frekuensi kekambuhan
meningkatkan kerentanan dan kekambuhan penderita skizofrenia. Kesmas: National
pada seseorang yang mengalami gangguan Public Health Journal, 7(10), 466-470.
psikologis. doi:
Ekspresi emosi dalam keluarga dapat http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v7i10
berupa ekspresi negatif yang merefleksikan .6
tingginya ekspresi emosi (high EE). Ekspresi Hertinjung, W. S & Partini. (2010).
emosi yang tinggi menunjukkan sikap yang Gangguan Perilaku Pada Anak SD
penuh kritikan dan kebencian. Hal ini muncul Ditinjau dari Ekspresi Emosi Ibunya.
apabila orangtua atau anggota keluarga Publikasi Ilmiah Universitas
lainnya menganggap bahwa gangguan Muhammadiyah Surakarta Retrieved
dipengaruhi oleh faktor internal dan from:
seharusnya dapat dikendalikan sendiri oleh https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/h
individu. Orang tua dan anggota keluarga andle/11617/2598
lainnya beranggapan bahwa sikap individu Hude, M. D. (2006). Emosi: Penjelalajahan
dapat berubah dengan cara mengkritik, Religio Psikologis. Erlangga.
dimana kritikan seringkali tidak semata-mata

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 121
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No. 2, September 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
Lieberman, J. A., Stroup, T. S., & Perkins, D. Prihandini, I. Y., Sudiyanto, A., Dharmawan,
O., (Editor). (2006). The American R. (2012). Pengaruh Ekspresi Emosi
Psychiatric Publishing Textbook of Keluarag Terhadap Frekuensi
Schizophrenia. USA: American Kekambuhan Pasien Skizofrenia di
Psychiatric Publishing, Inc. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta .
Marchira, C. R., Sumarni, P., & Lusia, P. W. Nexus Kedokteran Klinik, 1(2).
(2008). Hubungan Antara Ekspresi Retrieved from:
Emosi Keluarga Pasien Dengan http://jurnal.fk.uns.ac.id/index.php/Nexu
Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di s-Kedokteran-Klinik/article/view/92
RS DR. Sardjito Yogyakarta. Berita Riskesdas (2013). Profil kesehatan Indonesia,
Kedokteran Masyarakat, 24(4), 172. Kementerian Kesehatan RI. Retrieved
https://doi.org/10.22146/bkm.3579 from:https://pusdatin.kemkes.go.id/resou
Pardede, J. A. (2019). The Effects rces/download/pusdatin/profil-
Acceptance and Aommitment Therapy kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-
and Health Education Adherence to indonesia-2013.pdf
Symptoms, Ability to Accept and Riskesdas (2018) Hasil Utama. Kementerian
Commit to Treatment and Compliance in Kesehatan Badan Penelitian dan
Hallucinations Clients Mental Hospital Pengembangan Kesehatan. Retrieved
of Medan, North Sumatra. J Psychol from:
Psychiatry Stud, 1, 30-35. https://www.kemkes.go.id/resources/do
Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R., wnload/info-terkini/hasil-riskesdas-
Emanuel, P., & Laia, R. (2016). Ekspresi 2018.pdf.
Emosi Keluarga Dengan Frekuensi Safaria dan Saputra. (2009). Manajemen
Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Idea Emosi. Yogyakarta. Bumi Aksara.
Nursing Journal, 7(3), 53-61. Retrieved WHO (2019). Schizophrenia. 12 Juli 2020
from: Retrieved from:
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/artic https://www.who.int/news-room/fact-
le/view/6446 sheets/detail/schizophrenia
Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, Widianti, E., Karmansyah, A. S., & Yani, D.
R. (2020). The Symptoms of Risk of I. (2020). The Emotional Expression of
Violence Behavior Decline after Given Families who have Schizophrenic
Prgressive Muscle Relaxation Therapy Clients. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa,
on Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmu 3(2), 185-196. doi:
Keperawatan Jiwa, 3(2), 91-100. doi: http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i2.582
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i2.534

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 122

Anda mungkin juga menyukai