Anda di halaman 1dari 4

PERANG PADRI

TOKOH :
1.Tuanku Imam Bonjol (Muhammad Shahab)
2.Haji Miskin
3.Haji Piobang
4.Haji Sumanik
5.Tuanku Nan Renceh
6.Sultan Arifin Muningsyah
7.Kapten Dienema
8.Kapten Goffinet
9.Letkol Raaff
10.Tuanku Nan Gapuk
11.Tuanku Nan Cerdik
12.Tuanku Hitam

ALUR CERITA :
Berawal dari keadaan orang-orang Minang yang menganut agama Islam tetapi
tetap menjalankan perbuatan terlarang, seperti minum minuman keras, berjudi dan
mengadu ayam. Haji Miskin, Haji Piobang, Haji Sumanik ingin melakukan
gerakan pembaruan terhadap masyarakat Islam yang masih melakukan perbuatan
dosa, yang disebut dengan gerakan Padri
3 Haji : “ heii, apo yang kalian karajoan ko, hal iko dilarang dek agamo kito, antian
lah kegiatan ndk batua kalian.”
Masyarakat Adat : “ iko lah karajo kami satiok hari, ijan ikuik campur pulo jo
urusan kami haji, jan baok baok agamo Islam disiko.”
3 Haji : “ okelah kalo bantuak itu, kalian memang ndak bisa dikecek an.”
Ada Tuanku Nan Renceh yang ingin bergabung melakukan pembaruan itu,bersama
dengan ulama lain, lalu mereka menamakan kaum mereka dengan nama Harimau
Nan Salapan (harimau yang delapan) lalu, mereka datang ke kerajaan Pagaruyuang
untuk bertemu dengan Sultan Arifin Muningsyah, yaitu orang yang dituakan di
Kaum Adat.
3 Haji dan Tuanku Nan Renceh : “Assalamualaikum Sultan, kami kasiko ingin
berundiang dengan Sultan.”
Sultan Arifin Muningsyah : “ Waalaikumsalam, masalah apo tu? ”
3 Haji dan Tuanku Nan Renceh : “ Masalah kaum Sultan, mereka masih banyak
yang mangarajoan hal yang terlarang, mereka bajudi, mangadu ayam, dan lainnyo.
Itukan lah jaleh terlarang di agamo Islam, itu ndak elok. Jadi kami kasiko ka
barundiang jo Sultan, kami ka mambuek gerakan pembaruan terhadap masyarakat
Islam yang masik melakukan perbuatan dosa, yang disabuik dengan gerakan
Padri.”
Sultan Arifin Muningsyah : “ Yo ndak bisa kami kalo bantuak iko, itu lah urusan
kaum kami, kalian ndak usah ikuik campur. Kami ndak tarimo kalo kalian
mambuek rencana bantuak itu.”
Lalu, mereka melakukan perundingan, tetapi sulit mencapai kesepakatan, hingga
terjadi peperangan di tahun 1815.
Setelah itu, Tuanku Nan Renceh menunjuk Muhammad Shahab sebagai pemimpin
kaum padri di Bonjol.
Berbagai pertempuran terus terjadi. Pada tahun 1815, Kaum Padri membakar
kerajaan Pagaruyuang. Sultan Arifin pun melarikan diri. Lalu kaum Padri
menyebar ke Tapanuli Selatan dan menyebarkan Islam disana.
Tetapi pada 1819, gerakan kaum Padri terhambat karena ada Belanda di Padang.
Lalu Sultan Arifin meminta tolong kepada Belanda dengan syarat Pagaruyuang
diserahkan kepada Belanda.
Sultan Arifin : “ Selamat sore Tuan.”
Belanda : “ ya, ya selamat sore Sultan Arifin. Ada perlu apa anda datang kemari
menemui ku? ”
Sultan Arifin : “ Saya ingin meminta tolong Belanda membantu kami untuk
melawan kaum Padri.”
Belanda : “ but, keuntungan apa untuk i bila i membantu mu? ”
Sultan Arifin : “ Kita bisa membuat perjanjian. Jika kita menang, Belanda boleh
mengambil Pagaruyuang. Esok pagi, kita akan membuat perjanjian dengan Imam
Bonjol.”
Belanda : “ Alright, akan kutunggu besok.”
Kaum Padri dan Kaum Adat kembali berperang dan kaum Adat ditolong pasukan
Belanda yang dipimpin oleh Kapten Dienema dan Kapten Goffinet, lalu
didatangkan pasukan lagi, yaitu Pasukan Letkol Raaf yang berhasil mengusir kaum
Padri.
Pada tahun 1822, Belanda mendirikan Benteng Van Der Capellen dan Forth De
Kock untuk pertahanan pasukan. Tahun 1825, Belanda melakukan gencatan
senjata, dan pasukan dikerahkan ke Jawa, menggunakan taktik berdamai dengan
perjanjian masang.
Tapi pasukan di Sumatra melakukan tekanan dan banyak terjadi perlawanan.
Tuanku Imam Bonjol juga dibantu oleh Tuanku Nan Gapuk, Tuanku Nan Cerdik
dan Tuanku Hitam, Belanda balik ke Sumatra Barat. Tetapi kaum Padri dan kaum
Adat membuat kesepakatan Plakat Puncak Pato (Piagam Bukit Marapalo) yang
isinya Adat Basabdi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Mereka bersatu dan
melawan Belanda.
Sultan Arifin : “Imam, awak manyasa alah mambuek perjanjian dengan Belanda.
Kini kaum ambo disiksa dan dipaso untuak bekerja keras. Dan Belanda jugo
mambuek Benteng pertahanan nyo di tanah kito.”
Imam Bonjol : “ Kini kau lah tau kan apo niat busuak Belanda tu mangko amuah
karajo samo jo kau Sultan. Mereka tu licik, nyo hanyo ka maancuan kito basamo.
Kini ba a, apo yang harus wak karajoan.”
Sultan Arifin : “ Iyo Imam, kini wak lah sadar, dan wak maminta maaf karno lah
picayo jo Belanda. Yang bisa wak pabuek kini adalah basatu untuak mangusia
mereka.”
Imam Bonjol : “ Baik, mari wak basatu, kumpuakan pasukan mu, bia aku
kumpuakan lo pasukan Padri.”
Pada 1833, Belanda mengeluarkan pengumuman yang disebut “Plakat Panjang”
karna menyadari, kini Belanda bukan hanya menghadapi Kaum Padri saja tetapi
secara keseluruhan masyarakat Minangkabau. Plakat Panjang ini berisi :
1.Belanda datang untuk berdagang dan menjaga keamanan
2.Penduduk Minangkabau yang ikut Belanda tidak harus membayar pajak
3.Belanda akan membuat jalan dan sekolah
Tetapi hal tersebut tidak dipedulikan oleh masyarakat Sumatra.
Selanjutnya, Belanda mengajak Tuanku Imam Bonjol untuk berunding, tetapi hal
tersebut ternyata dimanfaatkan oleh Belanda. Lalu Belanda menyerang Benteng
Bonjol pada 1835. Dan berakhir dengan ditangkap nya Imam Bonjol serta
pasukannya di tahun 1837 serta Benteng Bonjol secara keseluruhan dapat
ditaklukan. Tuanku Imam Bonjol dibuang ke Cianjur, lalu dipindahkan ke Ambon
dan dibuang ke Lotta, Minahasa (Manado). Dan Imam Bonjol meninggal pada
tanggal 6 November 1864.
Tetapi peperangan masih berlanjut setelah itu, sampai akhirnya benteng terakhir
Kaum Padri, di Daludalu (Rokan Hulu), yang dipimpin oleh Tuanku Tambusai
jatuh ke tangan Belanda pada 28 Desember 1838. Perang Padri pun dianggap
selesai dengan kemenangan jatuh ke pihak Kolonial Belanda, sementara Tuanku
Tambusai bersama sisa-sisa pengikutnya terpaksa pindah ke Negeri Sembilan di
Semenanjung Malaya.Belanda menang sepenuhnya dari kaum Padri, kerajaan
Pagaruyuang berada dibawah kekuasaan Belanda. Dan Belanda bisa dengan bebas
melakukan monopoli perdagangan kopi di wilayah Sumatra Barat dan menguasai
Minangkabau.

Anda mungkin juga menyukai