Anda di halaman 1dari 5

Script Sejarah Perang Padri

Perang padri merupakan peperangan yang berlangsung di sumatera barat


khususnya di daerah kerajaan pagaruyung pada tahun 1803 hingga 1838. Dimulai
dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai kaum
padri sebagai kaum padri terhadap kebiasaan-kebiasaan masyarakat di daerah
kerajaan pagaruyuang dan sekitarnya.

Di suatu tempat masyarakat kaum padri sedang berbincang karena mendengar


kedatangan belanda di Indonesia, tepat nya di Minangkabau.
Susanti: “nur saya dengar orang belanda sudah sampai di tanah minang ini”
Nur: “iya bu saya takut dan bingung bagaimana nasib kita kedepan nya”
Susanti: “saya juga takut bu, dan saya dengar katanya ada orang belanda yang jahat
datang kemari”
Nur: “ih jadi ngeri juga bu”
Datanglah 2 orang belanda ( suami istri ) bernama James dan baby elly ke
Indonesia. Setibanya di Indonesia mereka mengetahui jika adanya 2 kaum yang
sedang bertentangan.
Baby elly: “Beb kamu tau nggak kalau di sini tuh ada dua kelompok yang bisa kita
manfaatkan untuk perpecah belahan yaitu kelompok padri dan kelompok adat, kan
kita bisa manfaatin biar kita bisa cepat menguasai tanah minang ini”
James: “so good, bagaimana caranya ya baby?”
Baby elly: “kita adu domba aja mereka, mereka kan orang orang bodoh”
James: “benar juga ya baby”

Dan di sisi lain sentot dan tuanku menemui & mengingatkan oknum kaum adat
yang sedang berjudi
Romi: “ HAHAHA kita akan kaya mat jika seperti ini terus tanpa perlu
mengeluarkan tenaga untuk bekerja”
Amat: “HAHAHA benar katamu romi”
Tuanku: “astagfirullahaladzim kaum adat hentikan perjudian itu, karena allah
melararang perbuatan tersebut”
Romi: “gausa sok suci kalian, kalian ini tau apa tentang islam”
Amat: “mending kalian pergi deh daripada sok sok an ceramahin kami, ceramahin
saja kaum kalian”
Tuanku: “baik kami akan pergi tapi semoga allah memberikan hidayah kepada
kalian”
Setelah pembincangan itu, kaum adat pun menemui tuanku suruaso dan 14
penghulu Minangkabau untuk membuat perjanjian bersama belanda, dan terjadilah
perjanjian persahabatan yang di setujui oleh kedua belah pihak yaitu belanda dan
kaum adat. . Dan belanda pun berhasil membuat perpecah belahan antara kaum
padri dan kaum adat sehingga terjadilah perang saudara diantara mereka. Pada
tahun 18 Februari 1821 Belanda yang telah diberi kemudahan oleh kaum adat pun
berhasil menduduki Simawang, Tindakan belanda tersebut di tentang keras oleh
kaum padri sehingga meletuslah perang padri pada tahun 1821.

Fase pertama (1821- 1825)


Fase ini kaum padri menyerang pos pos dan pencegatan terhadap patroli patroli
Belanda. Serangan kaum padri meluas di seluruh tanah Minangkabau. Pada tahun
1823 pasukan padri berhasil mengalahkan tentara Belanda di kapau.

Fransiscus : “Gawat kita sudah kewalahan menghadapi kaum padri, pasukan kita
sudah menipis”
Joseph : “bagaimana jika kita memanfaatkan perundingan damai Bersama kaum
padri”
Fransiscus : “ya sepertinya kita harus melakukannya”
Akhirnya belanda mengadakan perundingan damai Bersama tuanku imam bonjol
pada tanggal 26 Januari 1824 di wilayah Alahan Panjang. Tuanku Imam bonjol
tidak keberatan dengan perjanjian tersebut, tetapi justru belanda memanfaatkan
dengan menduduki daerah daerah lain.

Orang belanda : “ jadi kamu harus menguasai daerah padang bagian kota (sambal
menunjuk anak buah nya satu orang), kamu harus menguasai daerah padang bagian
kampung dan penghulu penghulu kampung nya.

Tindakan belanda tersebut menimbulkan amarah kaum padri alahan Panjang dan
menyatakan pembatalan kesepakatan dalam perjanjian masang.

Tuanku : “dengan ini kami kaum padri resmi membatalkan perjanjian masang
Bersama belanda. Dan dengan ini saya menyatakan kepada masyarakat kaum padri
untuk semangat melawan para penjajah belanda.

FASE KEDUA
Pada fase kedua ini hanya ada perjanjian padang yang ditandatangani pada tanggal
15 November 1825 yang berisi tentang
1. Belanda mengakui kekuasaan pemimpin padri batusangkar, suruaso, padang
guguk sigandang, agam, bukit tinggi, dan menjamin pelaksanaan system
agama di daerahnya.
2. Kedua belah pihak tidak akan saling menyerang.
3. Kedua belah pihak akan melindungi para pedagang dan orang orang yang
sedang melakukan perjalanan
4. Secara bertahap Belanda akan melarang praktik adu ayam

Yang dibacakan oleh wildan.

FASE KETIGA
Di sini belanda (Wildan) ngumumkan plakat panjang isinye belanda dan padri
berjanji tidak akan ada lagi peperangan antara belanda dan kaum padri.
Wildan : “1. Kedatangan Belanda Ke Minangkabau tidak bermaksud menguasai
negri tersebut
2. tujuan nya hanya untuk berdagang dan menjaga keamanan
3. penduduk Minangkabau akan tetap di pimpin oleh penghulu dan tidak
diharuskan membayar pajak
4. dalam rangka menjaga keamanan, membuat jalan, membangun sekolah
diperlukan biaya. Untuk itu penduduk diwajibkan menanam kopi dan menjualnya
kepada belanda.
Dengan ini belanda dinyatakan berdamai kepada kaum padri dan ada juga yang
masih melanjutkan perlawanan.

1834
Wildan : “wahai tuanku imam bonjol bagaimana jika kita melakukan perdamaian
Bersama
Hadziq : “ ya tapi dengan persyaratan, rakyat bonjol dibebaskan dari bentuk kerja
paksa dan tidak di duduki belanda
Wildan : “…..” (hanya diam)

Adegan pengepungan
Benteng bonjol berhasil dikepung dan dilumpuhkan.
hadziq : “(meloloskan diri)”
wildan mencari hadziq dan menemukannya
wildan: bagaimana jika kita berunding lagi wahai imam bonjol
hadziq: ya saya setuju

28 oktober 1837
Wildan ngajak hadziq damai agik dan Hadziq menerima ajakan wildan untuk
berdamai
Wildan : “wahai tuanku imam bonjol bagaimana jika kita melakukan perdamaian
lagi dan kita bertemu lagi nanti sore untuk membahasnya’’
Hadziq: Ya
Sore hari
Imam bonjol Bersama pasukan nya datang ke tempat itu lagi dan ternyata sudah di
kepung oleh belanda , Tuanku Imam Bonjol pun ditangkap dan dibawa ke Batavia.

Anda mungkin juga menyukai