Kewenangan Pemerintah Desa Dalam Membentuk Peraturan Desa
Kewenangan Pemerintah Desa Dalam Membentuk Peraturan Desa
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis memperoleh bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam Karya Ilmiah ini
belumlah sesuai dengan apa yang diharapkan , untuk itulah penulis dengan segala
rendah hati menerima berbagai kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................2
B. Tujuan Penulisan.............................................................................5
BAB II : URAIAN TEORITIS...........................................................................6
A. Pengertian Desa...............................................................................6
B. Pengertian Pemerintahan Desa........................................................9
C. Pembangunan Pemerintahan Desa.................................................11
D. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa............................................13
E. Pemerintah Desa yang Baik (Good Village Governance).............14
F. Pembentukan Peraturan Desa........................................................16
G. Susunan Organisasi Pemerintahan Desa........................................24
H. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kepala Desa................................24
I. Sekretaris Desa..............................................................................25
J. Kepala Urusan...............................................................................26
K. Kepala Dusun................................................................................26
L. Aparatur Pemerintahan Desa.........................................................27
BAB III : PEMBAHASAN.................................................................................30
A. Kesimpulan..................................................................................38
B. Saran.............................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Desa di Indonesia telah ada sejak jaman dahulu sebelum masuknya Bangsa
para raja di masa itu. Kerajaan yang dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda di Aceh
juga sudah mengakui ada desa yang disebut dengan nama Gampong. Di Sumatera
Utara atau Sumatera Timur pada waktu itu disebut Kampung, di Tapanuli disebut
Huta, di Sumatera Barat disebut Korong, sedangkan di Jawa disebut Dukuh dan
daerah yang lain dengan nama yang berbeda. Namun, seluruh kerajaan pada waktu itu
mengakui keberadaan desa sebagai bagian dari persekutuan hukum adat.Pada jaman
kerajaan, desa dipimpin oleh ketua adat, alim ulama atau orang-orang perintis
pembuka desa.
Belanda untuk memimpin desa atau sering disebut dengan Demang.Demang bertugas
dengan nilai-nilai, pengertian, pandangan hidup dan cara berpikir baru dalam
bidang pembangunan masyarakat desa. Dalam arti agar supaya segala usaha kearah
merusak nilai-nilai baru yang diintrodusir oleh para Agen Pembaharuan dari
dan meluasnya penyakit masyarakat yang tidak dikehendaki akibat usaha modernisasi
tersebut.
menjadikannya sebagai salah satu fokus yang utama dalam Program Pembangunan
Daerah.
Hal ini kita semua menyadari betapa urgennya gerakan tersebut untuk
yang antara lain guna meningkatkan penghasilan rakyat yang sebagian besar hidup di
masyarakat pedesaan dan umumnya masih hidup di dalam ikatan tradisi yang kuat.
perlu mendapat perhatian kita ialah antara lain meliputi, baik bidang supra struktur
yang terdiri atas pembangunan Pemerintah Desa, mental spiritual dan sosial budaya,
maupun pembangunan infra struktur antara lain meliputi pembangunan fisik atau
perhatian kepada kewenangan pemerintahan desa yang merupakan salah satu bagian
yuridis bagi segala pelaksanaan pemerintahan di bidang kedesaan, yang kini dirasa
sering bersifat simpang siur antara masing-masing daerah satu sama lain.
pembangunan masyarakat bangsa kita sebagai masyarakat yang maju dan modern
positif dan meninggalkan hal-hal yang sudah usang dan tidak sesuai lagi dengan alam
kemajuan.
Judikatif. Pranata hukum yang menjadi obyek wewenang eksekutif tersebut terdiri
yang diserahkan secara konstitusional kepada Kepala Negara atau Presiden, yang
organisasi, tata kerja, formasi aparaturnya, tugas kewajiban, wewenang dan tanggung
pembinaan wilayah mulai dikenal umum sejak belum lama.Mengenai luas bidangnya
meliputi segala kegiatan dan usaha yang hubungan dengan perencanaan penyusunan,
pengembangan serta pengendalian segala kemampuan wilayah dengan segala apa
yang terdapat didalam maupun diatasnya, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
dimaksud dengan desa atau daerah yang yang setingkat menurut Undang-undang
tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Desa No. 19 Tahun 1965 adalah suatu wilayah
Menurut Buku I Bab IV Repelita (1968) maka Desa diartikan sebagai Daerah
Sesuai dengan pensifatan yang kita kenal dalam ilmu kemasyarakatan dan
B. Tujuan Penulisan
URAIAN TEORITIS
A. Pengertian Desa
wilayah administratif di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah
desa merupakan kumpulan dari beberapa unit permukiman kecil yang disebut
kampung atau dusun (sebutan banyak daerah terkecil di wilayah Indonesia dalam
istilah umum pada waktu yang lampau). Namun, pada wilayah-wilayah tertentu
punya istilah sendiri, seperti Banjar (Bali), Korong (Sumatera Barat), Lingkungan
Kepala Desa biasa disebut dengan nama lain, misalnya Kepala Kampung atau
Hukum Tua di Sulawesi Utara, Penghulu pada masyarakat Melayu Sumatera, Wali
nama lain. Misalnya di Sumatera Barat disebut dengan istilah Nagari.Namun, Nagari
bukan berarti persis desa, tetapi komunitas hukum adat yang membawahi Jorong
(desa). Biasa dalam satu kecamatan terdapat dua Nagari yang diketuai oleh Wali
Nagari (desa dalam hukum adat Minang disebut Korong), di Aceh dengan istilah
Gampong, di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur, disebut dengan istilah
Kampung. Di Simalungun dengan kata Nagori, di Tapanuli Selatan dan Tapanuli
Utara disebut Huta, dll. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut
dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini
Beberapa pengertian (definisi) lain tentang desa pantas kita ketahui, antara
lain menurut UU No. 5 Tahun 1979, desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
bukunya, definisi desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat dtinggal
Landis, seorang ahli sosiologi perdesaan, desa adalah suatu wilayah yang
penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut: mempunyai
pergaulan hidup yang mengenal, adanya ikatan perasaan yang sama tentang
kebiasaan, dan cara berusaha bersifat agraris dan sangat dipengaruhi oleh faktor-
terdapat di suatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah lain.
kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai system
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan
Menurut regulasi yang baru dalam PP No. 72 Tahun 2005, desa adalah
dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang menyatakan bahwa
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Pokok-Pokok Pemerintahan Desa No. 19 Tahun 1965 adalah suatu wilayah setempat
yang merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum dengan kesatuan penguasa yang
Daerah administratif terkecil yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga
sendiri.”
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum
masyarakatnya berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kekuasaan dalam mengatur dan mengurus
1999 merupakan transisi dari desa seragam yang diciptakan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 dan sekaligus memberikan landasan yang kuat bagi terwujudnya
Development Community di mana desa tidak lagi sebagai level administrasi atau
mewakili masyarakat desa guna hubungan keluar maupun kedalam masyarakat yang
bersangkutan.”
Pedoman umum Pengaturan Mengenai desa Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 point b,c
dan d berbunyi :
Yang dimaksud dengan Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah
desa. Yang dimaksud dengan Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur
Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.Perangkat Desa
terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Perangkat Desa lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam PP No. 72 Tahun 2005 ini, terdiri atas :
a. Sekretaris desa
c. Unsur kewilayahan
perhatian saya kepada pembangunan pemerintahan desa yang merupakan salah satu
yuridis bagi segala pelaksanaan pemerintahan di bidang kedesaan, yang kini dirasa
dan sering bersifat simpang siur antara masing-masing daerah satu sama lain.
positif dan meninggalkan hal-hal yang sudah usang dan tidak sesuai lagi dengan
hukum dalam batas seluruh atau sebagian wilayah Negara baik oleh masing-masing
Pranata hukum yang menjadi obyek wewenang eksekutif tersebut terdiri atas
secara konstitusional Kepala Negara atau Presiden, yang diatur dalam Undang-
bahwa administrasi adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh satu atau lebih
masyarakat desa.
unsur-unsur :
terjadi apabila didukung oleh pemerintahan desa yang baik, dan sebaliknya
pemerintahan yang baik akan diperkuat dengan peraturan hukum yang demokratis.
Dengan demikian, terdapat hubungan timbal balik dan saling menunjang antara
c. Berbagai hal lain yang diharapkan oleh rakyat dari pemerintah yang melayani
kepentingan khalayak.
wirausaha (pedagang, petani, buruh, dll) dapat berjalan dengan baik dan
yang baik, sangatlah sulit untuk mewujudkan pelayanan publik dengan kualitas yang
baik.
a. Bersifat menolong.
f. Bersifat responsif.
h. Bersifat adil.
Semangat demokratisasi dan otonomi menuntut proses pembentukan
perundang-undangan itu terjadi secara demokratis, yang antara lain dicirikan oleh:
oleh keputusan yang akan dibuat (stakeholders atau konstituen atua pihak
instansi yang lebih tinggi dan oleh orang-orang yang berhak memilih.
didasarkan pada beberapa asas. Menurut Van der Vlies sebagaimana dikutip oleh A.
2. Asas lembaga yang tepat (Het beginsel van het juiste organ);
de kenbaarheid);
5. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual (Het beginsel van
de individuelerchtsbedeling).
Asas-asas ini lebih bersifat normatif, meskipun bukan norma hukum, karena
otonomi luas dapat terjadi pemebntuk Peraturan Desa membuat suatu peraturan atas
tahun 2004 diatur bahwa Peraturan Daerah yang di dalamnya termasuk adalah
2. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat : yaitu adalah bahwa setiap
berwenang.
sistematika dan pilihan kata atau terminology, serta bahasa hukumnya jelas
sifatnya mengatur, termasuk peraturan daerah, juga harus memenuhi asas materi
muatan sebagaimana diatur dalam pasal 6 UU Nomor 32 tahun 2004 juncto pasal 138
manusia serta harkat dan martabat setiap warga Negara dan penduduk
Republik Indonesia.
6. Asas bhineka tunggal ika yaitu bahwa Materi Muatan Peraturan Perundang-
bernegara.
hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama,
9. Asas ketertiban dan kepastian hukum yaitu bahwa setiap Materi Muatan
10. Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan yaitu bahwa setiap Materi
Berkaitan dengan asas-asas materi muatan tersebut, ada sisi lain yang harus
Pengemban kewenangan harus memahami segala macam seluk beluk dan latar
belakang permasalahan dan muatan yang akan diatur oleh Peraturan Desa tersebut.
Hal ini akan berkait erat dengan implementasi asas-asas tersebut di atas.
Dalam proses pembentukannya, Peraturan Desa membutuhkan partisipasi
masyarakat agar hasil akhir dari Peraturan Desa dapat memenuhi aspek keberlakuan
dalam hal ini dapat berupa masukan dan sumbang pikiran dalam perumusan substansi
pengaturan Peraturan Desa. Hal ini sangat sesuai dengan butir-butir konsep
perundang-undangan akan dapat berlaku secara efektif apabila memenuhi tiga daya
laku sekaligus yaitu filosofis, yuridis, dan sosiologis. Di samping itu juga harus
sebagai berikut : (1) landasan filosofis, maksudnya aga produk hukum yang
hakiki ditengah-tengah masyarakat, misalnya agama dan adat istiadat; (2) daya laku
yuridis berarti bahwa perundang-undangan tersebut harus sesuai dengan aturan main
yang ada. Asas-asas hukum umum yang dimaksud disini contohnya adalah asas
“retroaktif”, “lex specialis derogate lex generalis”; (3) produk-produk hukum yang
dibuat harus memperhatikan unsure sosiologis, sehingga setiap produk hukum yang
mempunyai akibat atau dampak kepada masyarakat dapat diterima oleh masyarakat
secara wajar bahkan spontan; (4) landasan ekonomis, yang maksudnya agar produk
hukum yang diterbitkan oleh Pemerintah daerah dapat berlaku sesuai dengan tuntutan
masyarakat.
Tidak dipenuhinya kelima unsur daya laku tersebut di atas berakibat tidak
hukum yang ada saat ini hanyalah berlaku secara yuridis tetapi tidak berlaku secara
penyusunan produk hukum yang demikian ini yang dalam banyak hal menghambat
pencapaian tujuan otonomi daerah. Dalam hal ini, keterlibatan masyarakat akan
Roscoe Pound (1954) menyatakan bahwa hukum sebagai suatu unsur yang
“hukum sebagai suatu unsur yang hidup dalam masyarakat” menandakan konsistensi
hukum harus dilahirkan dari konstruksi hukum masyarakat yang dilegalisasi oleh
penguasa.Ia harus berasal dari konkretisasi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Kemajuan pandangan Pound adalah pada penekanan arti dan fungsi pembentukan
hukum.Disinilah awal mula dari fungsi hukum sebagai alat perubahan sosial yang
terkenal itu.
Dari pandanan Pound ini dapat disimpulkan bahwa unsur normatif dan
empirik dalam suatu peraturan hukum harus ada; keduanya adalah sama-sama
perlunya.Artinya, hukum yang ada pada dasarnya adalah gejala-gejala dan nilai-nilai
yang dalam masyarakat sebagai suatu pengalaman dikonkretisasi dalam suatu norma-
norma hukum melalui tangan para ahli-ahli hukum sebagai hasil rasio yang kemudian
dilegalisasi atau diberlakukan sebagai hukum oleh Negara.Yang utama adalah nilai-
nilai keadilan masyarakat harus senantiasa selaras dengan cita-cita keadilan Negara
1. Kepala Desa
1. Sekretariat Desa
2. Kepala Dusun
2. Kepala-kepala Urusan
1. Alat Pemerintah
I. Sekretaris Desa
3. Administrasi Pendudukan
4. Administrasi Umum
J. Kepala Urusan
tugasnya.
K. Kepala Dusun
wilayahnya.
kemasyarakatan.
dalam hampir semua kebijakan pemerintah pusat yang terkait dengan desa.
Proses reformasi politik dan pergantian pemerintahan yang terjadi pada tahun
1998 telah diikuti dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Undang Nomor 22 Tahun 1999 dalam Bab XI Pasal 93 sampai dengan 111 tentang
2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan mengenai Desa menekankan pada prinsip-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 bentuk pemerintah desa terdiri atas pemerintah desa
dan Badan Perwakilan Desa, dimana Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan
perangkat desa (sekdes, bendaharawan desa, kepala seksi, dan kepala dusun),
sedangkan Badan Perwakilan Desa (BPD) sesuai dengan Pasal 104 adalah wakil
penduduk desa yang dipilih dari dan oleh penduduk desa yang mempunyai fungsi
pemerintahan desa.
Untuk itu Badan Perwakilan desa dan kepala desa menetapkan peraturan desa
jawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan Desa dan melaporkan pelaksanaan
belum dilaksanakan oleh daerah dan pemerintah, serta tugas pembantuan dari
107 tentang sumber keuangan desa terdiri dari pendapatan asli desa, bantuan dari
dari pihak ketiga dan pinjaman desa. Pendapatan asli desa (Pades) meliputi : hasil
usaha desa, kekayaan desa, swadaya, dan partisipasi serta gotong – royong dan lain-
lain pendapatan yang sah. Sementara ini yang dimaksud bantuan dari pemerintah
kabupaten meliputi bagian dari perolehan pajak dan retribusi daerah serta bagian dari
dan Pendapatan Desa (APBDes) yang setiap tahunnya ditetapkan oleh Kepala desa
dan Badan Perwakilan Desa yang kemudian dituangkan dalam Peraturan desa.
wilayah desa menjadi wilayah permukiman, industri dan jasa wajib mengikutsertakan
PEMBAHASAN
merupakan bagian yang strategis, karena desa sebagai unit pemerintahan terendah
asal-usul dan kondisi budaya masyarakat setempat. Hal ini berarti pola
menghormati sistem nilai yang berlaku pada masyarakat setempat, namun harus tetap
Dalam kaitan ini UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar senantiasa
Ketiga, otonomi asli, dalam arti bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam
mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-
pemerintahan.
ditingkatkan, sehingga Desa tidak hanya sebagai pelaku kebijakan pada tingkatan
Desa masing-masing, namun juga pada tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi,
Dalam hubungan ini, maka upaya yang signifikan untuk dilaksanakan adalah
otonomi Desa sesuai dengan hak dan wewenang yang dimilikinya,sehingga tujuan
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
dimiliki oleh Desa ataupun dengan sebutan lainnya.Otonomi Desa sendiri dapat
zelfstandigheid) untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri atas sebagian
kemandirian dalam otonomi yang didasarkan pada UUD Negara Republik Indonesia
Oleh karena itu, penyelenggaraan otonomi Desa dalam rangka mengatur dan
Peraturan Desa yang kewenangan pembentukannya berada pada Kepala Desa atau
nama lain bersama Badan Permusyawaratan Desa atau nama lain, sebagai
konsekuensi adanya otonomi Desa sebagaimana diatur dalam pasal 209 Undang-
secara eksplisit diakui sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) dan (2) Undang-
yang menyebutkan:
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah.
(2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
Pemerintah No.72 Tahun 2005, Kepala Desa menetapkan Peraturan Kepala Desa
dan/atau Keputusan Kepala Desa yang tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. peraturan Desa dan
Peraturan kepala Desa dimuat dalam Berita Daerah yang dilakukan oleh Sekretaris
Daerah.
Pemerintah Desa dapat berupa jenis peraturan perundang-undangan pada tingkat Desa
yang mengikat secara umum, meliputi: Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa.
Negara (beschikking) berupa Keputusan Kepala Desa yang berisi penetapan dalam
tinggi. sementara itu, materi muatan Peraturan Kepala Desa adalah penjabaran
pelaksanaan Peraturan Desa yang bersifat pengaturan, sedangkan materi muatan
Peraturan Desa sebagai pelaksanaan otonomi Desa tentunya tidak terlepas dari
Kabupaten/Kota; dan
secara eksplisit dalam ketentuan ini disebutkan beberapa aspek yang harus diatur
dengan Peraturan Desa, diantaranya pembentukan Dusun atau sebutan lain yang
merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa, susunan organisasi dan tata kerja
Demikian juga halnya dengan urusan Desa yang didasarkan pada penyerahan
rinciannya, yang dapat diklasifikasi untuk diatur dengan Peraturan Desa, mulai dari
Bidang Pertanian dan diklasifikasi untuk diatur dengan Peraturan Desa, mulai dari
Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan, Bidang pertambangan dan Energi serta
Sumber Daya Mineral, Bidang Kehutanan dan Perkebunan sampai dengan Bidang
Arsip dan Perpustakaan, yang dalam berbagai rinciannya tidak tertutup kemungkinan
tingkat usaha tani, pengelolaan dan pemberian izin pertambangan bahan galian
golongan c dibawah satu hektar tanpa memakai alat berat kepada penduduk desa yang
bersangkutan, pengelolaan hutan desa, pengelolaan lalu lintas ternak yang ada di
desa, pengadaan dan pengelolaan Taman Bacaan dan Perpustakaan Desa dan
lanjut baik melalui Peraturan Kepala Desa dan atau Keputusan Kepala Desa, sehingga
A. Kesimpulan
tentang Desa.
desa adalah: faktor kekeluargaan, faktor tingkat pendidikan yang masih rendah
kekeluargaan.
b. Untuk faktor tingkat pendidikan yang masih rendah (ilmu pengetahuan yang
Desa, baik dalam jenis Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa maupun
2. Diharapkan Pemerintah Desa lebih serius dan lebih berperan aktif dalam
banyak lagi Peraturan Desa dengan tujuan untuk menciptakan desa yang aman
Bagir Manan, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945 (Perumusan dan Undang-
Undang Pelaksanaannya), UNSIKA, Karawang, 1993
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 2006 tentang Pedoman pembentukan
dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan
Urusan Pemerintahan Kabupaten /Kota kepada Desa.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999, tentang Pedoman Umum
Peraturan Mengenai Desa.