Anda di halaman 1dari 33

Proposal Penelitian Skripsi

INOVASI GURU PAI UNTUK MENINGKATKAN MINAT


BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ASWAJA DI
MTs IRSYADUL ANAM KECAMATAN GALIS
KABUPATEN BANGKALAN

Oleh :
Abd Mun’im Shodiq
NIM 2019701101319

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) MIFTAHUL ULUM
BANGKALAN
2023
Proposal Penelitian Skripsi

INOVASI GURU PAI UNTUK MENINGKATKAN MINAT


BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ASWAJA DI
MTs IRSYADUL ANAM KECAMATAN GALIS
KABUPATEN BANGKALAN

Untuk Menyusun Skripsi Pada Program Strata Satu(S-1)


Program Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Miftahul Ulum Bangkalan

Oleh :
Abd Mun’im Shodiq
NIM 2019701101319

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) MIFTAHUL ULUM
BANGKALAN
2023
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam pembinaan, pengarahan,

pembentukan, pencerdasan, pelatihan yang ditujukan untuk semua peserta didik

secara formal ataupun non formal1. Menurut2 pendidikan adalah interaksi antara

faktor-faktor yang terlibat di dalamnya guna sebagai pencapai tujuan pendidikan.

Interaksi faktor-faktor tersebut secara jelas dapat tersaksi dalam proses belajar,

yaitu ketika pendidik mengajarkan nilai-nilai, ilmu, dan keterampilan pada peserta

didik, sementara peserta didik menerima pengajaran tersebut. Sehingga tujuan

tertinggi dalam pendidikan berupa pengembangan kepribadian peserta didik

secara menyeluruh dengan mengubah sikap dan perilaku peserta didik dari yang

bersifat negatif ke positif, dari yang destruktif ke konstruktif, dari berakhlak buruk

ke akhlak mulia, termasuk mempertahankan karakter baik yang disandangnya

dengan adanya proses-proses pembelajaran.

Proses pembelajaran ini sebagai bagian dari pendidikan yang salah satu

aktivitas inti, karena dalam suatu proses tersebut terjadi interaksi antara pendidik

dan peserta didik. Seorang pendidik harus memiliki cara untuk tujuan

pembelajaran bisa tercapai, salah satunya berupa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran. Tujuan hal tersebut untuk mempermudah

mencapai tujuan pembelajaran, sehingga bisa efektif dan efisien dalam proses

pembelajaran. Apapun mata pelajaran yang dipelajari seorang pendidik dituntut

untuk membawakannya dengan baik, termasuk dalam Pendidikan Agama Islam

1
et al Nurhayati, N., “Determinasi Menejemen Pendidikan Islam: Sistem Pendidikan, Pengolaan
Pendidikan, Dan Tenaga Pendidikan (Literatur Manajemen Pendidikan Islam,” Jurnal Menejemen
Pendidikan Islam 3, no. 1 (2022): 451–64.
2
M.A Ramdhani, “Lingkungan Pendidikan Dalam Implementasi Pendidikan Karakter,” Journal
Pendidikan 08, no. 01 (2017): 28–37, https://doi.org/10.1177/002218568402600108.
(PAI) yang memiliki ciri khas tersendiri dengan mata pelajaran lainnya 3. Sebagian

besar pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) harus direncanakan dengan

baik karena pelajaran ini sangat monoton bagi peserta didik, selain itu juga

kualitas pembelajaran yang baik akan mempengaruhi pada kualitas pendidikan.

Pembelajaran yang baik dengan adanya peran guru yang baik4.

Guru sebagai pendidik memiliki peran yang signifikan dalam bidang


5
pendidikan. Menurut menyatakan bahwa guru merupakan seseorang yang

memiliki tugas dan kewajiban untuk mendidik baik secara individu maupun

kelompok. Guru menjadi salah satu bidang yang sangat penting untuk

diperhatikan oleh setiap setiap peserta didik. Guru didalam pendidikan terdapat

sebuah pembelajaran yang berlangsung untuk menyampaikan sebuah materi.

Pembelajaran akan berlangsung dengan maksimal apabila komponen yang

mendukung pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik. Guru dalam pendidikan

masih banyak mengalami keterhambatan tujuan pendidikan agama islam terutama

pada mata pelajaran aswaja.

Salah satu faktor yang menjadi pemicu terhambatnya tujuan pada mata

pelajaran aswaja di sekolah adalah proses pembelajaran aswaja baik dari segi

strategi pembelajaran yang dilakukan guru kurang mengena pada sasaran

disamping itu sistem evaluasi yang digunakan belum totalitas, sehingga perubahan

3
Tatang Hidayat and Syahidin Syahidin, “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui
Model Contextual Teaching and Learning Dalam Meningkatkan Taraf Berfikir Peserta Didik,”
Jurnal Pendidikan Agama Islam 16, no. 2 (2019): 115–36, https://doi.org/10.14421/jpai.2019.162-
01.
4
et al. Hidayat, “Peran Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia,”
Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 2 (2018): 461–72, https://doi.org/10.29313/tjpi.v7i2.4117.
5
Qori’ah Purwaji and Fitri Puji Rahmawati, “Inovasi Guru Kelas Dalam Mengembangkan Bakat
Dan Minat Peserta Didik Sekolah Dasar Pada Mata Pelajaran Seni Budaya Dan Prakarya,” Jurnal
Basicedu 6, no. 4 (2022): 6337–44, https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3240.
yang sudah dicapai oleh guru hanya dalam dataran kognitif saja, belum mencapai
6
aspek afektif dan psikomotor secara sempurna. Menurut dengan kondisi guru

dalam pembelajaran belum sepenuhnya berjalan dengan maksimal menyebabkan

rendahnya minat belajar pada peserta didik dapat mengakibatkan kualitas

pendidikan di Indonesia kurang berkembang. Minat merupakan daya tarik

terhadap sesuatu yang berada dihadapannya tanpa adanya paksaan dari orang lain.

Menurut7 menjelaskan bahwa sebuah minat dapat mendorong keseriusan peserta

didik dalam mencapai sesuatu. Minat bagi peserta didik dapat menciptakan rasa

puas dan cenderung untuk mengulang kegiatan yang diminatinya. Hal tersebut

dengan adanya peserta didik kurang minat belajar terhadap mata pelajaran

aswaja, maka perlu adanya inovasi guru pendidikan agama islam (PAI) yang

memegang mata pelajaran aswaja untuk memperbaiki hal-hal yang mengalami

keterlambatan ketika pembelajaran.

Inovasi merupakan suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati

sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik

berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan

pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan di sekolah 8. Namun

dalam kenyataannya inovasi di sekolah-sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs)

pada pendidikan agama islam terutama mata pelajaran aswaja masih terbatas di

6
Warsito, “Peningkatan Minat Belajar Matematika Kelas Iv Melalui Alat Peraga Layang-Layang,”
Jurnal Sinektik 2, no. 2 (2019): 242–48, https://doi.org/10.33061/js.v2i2.3346.
7
Rizki Nurhana Friantini and Rahmat Winata, “Analisis Minat Belajar Pada Pembelajaran
Matematika,” JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia) 4, no. 1 (2019): 6–11,
https://doi.org/10.26737/jpmi.v4i1.870.
8
Eki Firmansyah, “Penerapan Teknologi Sebagai Inovasi Pendidikan,” Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan FKIP 2, no. 1 (2019): 657–66,
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/5736/4117.
kalangan guru aswaja, misalnya minim sekali ide-ide baru untuk meningkatakan

kualitas pembelajaran. Bahkan, ketika output pembelajaran tidak sesuai harapan

(standar) juga nyaris tidak ada perubahan pendekatan dalam proses pembelajaran.

Metode, teknik, atau pola pengajaran yang ada di berbagai literatur dipahami

secara kurang memadai sehingga dalam proses pembelajaran tidak berjalan efektif

peserta didik merasa bosan dan menoton, bahkan tanpa sentuhan modifikasi sama

sekali sekedar sebagai upaya adaptasi dengan konteks pembelajaran aktual yang

melibatkan input (peserta didik ) yang variatif. Padahal inovasi guru diperlukan

dalam proses pembelajaran aswaja.

Inovasi guru sangat penting dalam proses pembelajaran terutama mata

pelajaran aswaja yang sangat bosan dan monoton kalua guru hanya sekedar

masuk, sehingga sekolah punya kewajiban untuk mengoptimalkan inovasi guru

melalui organisasi pembelajaran Dalam rangka optimalisasi itu sekolah harus

tumbuh menjadi organisasi pembelajaran yang memungkinkan guru leluasa

melakukan inovasi-inovasi di sekolah, baik melalui eksplorasi peluang (menaruh

perhatian pada sumber peluang, mencari peluang, mengenali peluang, dan

mengumpulkan informasi tentang peluang), investigasi informatif

(memformulasikan ide dan solusi, memperagakan ide dan solusi, mengevaluasi

ide dan solusi), generativitas (menghasilkan ide atau solusi untuk peluang,

menghasilkan representasi atau kategori peluang, dan menghasilkan asosiasi dan

kombinasi ide dan informasi), aplikasi (mengimplementasikan, memodifikasi, dan

membiasakan hal-hal baru), maupun memperjuangkan (mobilisasi sumber daya,


membujuk dan mempengaruhi, mendorong dan bernegoisiasi, menantang dan

mengambil risiko) 9.

Uraian di atas menunjukan bahwa inovasi guru sangat penting bagi seorang

guru PAI pada mata pelajaran aswaja untuk dikembangkan dalam proses

pembelajaran. Dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian dengan judul

“Inovasi Guru PAI Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Aswaja”. Adanya inovasi guru PAI diharapkan dapat meningkatkan

minat belajar siswa pada mata pelajaran aswaja.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana inovasi guru PAI pada mata pelajaran aswaja terhadap siswa di

MTs Irsyadul Anam ?

2. Bagaimana inovasi guru PAI pada mata pelajaran aswaja dalam

meningkatkan minat belajar siswa di MTs Irsyadul Anam ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian inovasi

guru pai untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran aswaja

yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui inovasi guru PAI pada mata pelajaran aswaja terhadap

siswa di MTs Irsyadul Anam.

2. Untuk mengetahui inovasi guru PAI pada mata pelajaran aswaja dalam

meningkatkan minat belajar siswa di MTs Irsyadul Anam.

9
Widodo Widodo, “Peranan Organisasi Pembelajaran Dalam Mengoptimalkan Inovasi Guru,”
Jurnal Bimbingan Dan Konseling 1, no. 3 (2018): 220–24, https://doi.org/10.26539/1377.
D. Manfaat Penelitian

Adanya penelitian inovasi guru pai untuk meningkatkan minat belajar

siswa pada mata pelajaran aswaja diharapkan:

1. Untuk menjadikan sebagai bahan masukan para guru dalam mengambil

tindakan untuk berperan dan meningkatkan minat belajar siswa sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

2. Sebagai peningkatan minat belajar siswa untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai prestasi belajar siswa.

3. Sebagai peningkatan inovasi dalam dunia pendidikan khususnya metode

pembelajaran di sekolah.

E. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Aida et al (2020) membahas tentang inovasi media pembelajaran

pendidikan agama islam melalui media audiovisual. Hasil yang diperoleh

yaitu dengan perkembangan teknologi, pengaksesan media audivisual

dalam pembelajaran semakin mudah. Situs paling popular yang

menyediakan akses media audiovisual yaitu Youtobe. Peran pendidik dalam

2. Penelitian dilakukan Nurdin (2016) membahas tentang inovasi pembelajaran

agama islam di era information and communication technology. Hasil yang

diperoleh yaitu dengan memanfaatkan internet untuk sebagai media

pembelajaran dapat menjadi alternatif dalam metode pembelajaran

pendidikan agama Islam, hal ini dapat menggunakan bentuk e-learning, atau

aplikasi-aplikasi yang memudahkan penyampaian materi pembelajaran,


sehingga proses pembelajaran semakin menarik dan tidak membosankan

bagi siswa10.

3. Penelitian dilakukan Said & Tanwir (2018) membahas tentang inovasi

pembelajaran guru pendidikan agama islam berbasis teknologi informasi.

Hasil yang diperoleh yaitu hasil belajar PAI peserta didik cenderung berada

pada kategori baik, terdapat pengaruh yang signifikan kinerja guru PAI

terhadap hasil belajar peserta didik SMA di Kota Parepare, dan kinerja guru

PAI SMA di Kota Parepare berada pada kategori baik11

Berdasarkan penelitian tersebut dalam pengkajian persoalan serupa dapat

dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Penelitian terdahulu


No Nama Peneliti, Judul Persamaan Perbedaan Orientasi
dan Tahun Penelitian Penelitian
1 Aida et al (2020) Mengkaji Penelitian yang inovasi guru
tentang inovasi media inovasi dilakukan pai untuk
pembelajaran pembelajaran inovasi guru meningkatkan
pendidikan agama pendidikan PAI pada
islam melalui media agama islam materi aswaja
minat belajar
audiovisual dengan untuk siswa pada
menggunakan meningkatkan mata
media minat belajar pelajaran
audiovisul siswa aswaja

2 Nurdin (2016) tentang Mengkaji Penelitian yang


inovasi pembelajaran tentang inovasi dilakukan
agama islam di era pembelajaran inovasi guru
information and agama islam di PAI pada
communication SMK materi aswaja
technology untuk
meningkatkan

10
Arbain Nurdin, “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Era Information And
Communication Technology,” Jurnal Pendidikan Islam 11, no. 1 (2016): 49–64.
11
Tanwin and Hamdanah Said, “Inovasi Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam Berbasis
Teknologi Informasi,” Kuariositas 11, no. 2 (2020): 189–210.
minat belajar
siswa di MTS
3 Said & Tanwir (2018) Mengkaji Penelitian yang
membahas tentang tentang inovasi dilakukan
inovasi pembelajaran pembelajaran inovasi guru
guru pendidikan guru pendidikan PAI pada
agama islam berbasis agama islam materi aswaja
teknologi informasi dengan untuk
menggunakan meningkatkan
teknologi minat belajar
siswa
F. Batasan Penelitian

Berdasarkan batasan penelitian ini bertujuan untuk masalah yang akan

dibahas dapat lebih jelas dan menghindari penyimpangan masalah yang

sebenarnya saat penelitian berlangsung, sehingga batasan ini dibatasi yaitu:

1. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023.

2. Penelitian ini hanya bertujuan kepada guru PAI pada mata pelajaran aswaja.

G. Definisi Istilah

Definisi Istilah adalah batasan pengertian variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian. Maka untuk menggambarkan definisi istilah

dalam penelitian ini yaitu:

1. Inovasi guru merupakan tindakan guru yang diarahkan untuk menghasilkan,

memperkenalkan atau mengaplikasikan temuan baru berupa ide maupun

solusi yang menguntungkan organisasi, yang bersumber dari eksplorasi

peluang, generativitas, investigasi informatif, memperjuangkan, dan

aplikasi. Rendahnya inovasi di kalangan guru bukan tanpa sebab12

12
Widodo, “Peranan Organisasi Pembelajaran Dalam Mengoptimalkan Inovasi Guru.” Jurnal
Bimbingan Dan Konseling 1, no. 3 (2018): 220–24. https://doi.org/10.26539/1377.
2. Minat belajar siswa merupakan salah satu aspek psikis yang dapat

mendorong manusia mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat

terhadap suatu objek, cenderung memberikan perhatian ata merasa senang

yang lebih besar kepada objek saat siswa dalam proses belajar13.

3. Aswaja merupakan ajran Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah

SAW dan diamalkan oleh beliau bersama para sahabatnya. Dapat dipastikan

bahwa karakter aswaja sama sekali tidak bergeser dari karakter agama

islam14

H. Sistematika Pembahasan

Dalam memperoleh gambaran secara lebih jelas pokok-pokok

pembahasan pada proposal ini disusun dengan sistematika yaitu:

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab I ini, yang mana terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, batasan

penelitian, definisi istilah, sistematika pembahasan.

2. Bab II Kajian Teori

Pada bab ini berisi teori-teori dengan menyesuaikan kebutuhan peneliti yang

mana meliputi tiga hal yaitu inovasi guru, pendidikan agama islam, mata

pelajaran aswaja, dan minat belajar siswa.

13
et al. Yuwanita, Ika, “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar
Ipa,” Jurnal Formatif 7, no. 2 (2017): 171–79, https://doi.org/10.24853/instruksional.1.2.152-158.
14
Elga Yanuardianto, “Implementasi Pembelajaran Aswaja Untuk Menanamkan Kecerdasan
Spiritual (Spiritual Quontient) Siswa Di MTs Ma Arif An Nur Wuluhan Jember,” Jurnal
Pendidikan Dan Kajian Aswaja 8, no. 1 (2022): 47–56.
3. Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini yaitu terdari dari pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran

penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumoulan

data, instrumen penelitian, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan

prosedur penelitian.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini yang terdiri dari paparan atau menjelaskan data hasil

penelitian, dan penjelajasan atau menganalisis data.

5. Bab V Penutup

Pada bab ini merupakan bab terakhir yang menjelaskan kesimpulan dari

hasil penelitian, dan saran.

I. Kajian Teori

1. Inovasi Guru

a. Pengertian Inovasi

Inovasi dalam bahasa Inggris dapat disebut berupa innovation, yang

mana berupa segala sesuatu hal yang baru atau bersifat pembaharuan.

Terkadang kata “inovasi” dikatakan sebagai sebuah penemuan, hal ini karena

sesuatu yang baru merupakan hasil dari penemuan. Inovasi jugadapat diartikan

suatu ide, kejadian, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu

hal-hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu

adalah hasil invensi ataupun diskoveri. Adanya inovasi untuk memecahkan

suatu masalah tertentu atau untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam akhir

pemahaman inovasi menjadi luas hanya tetapi pada dasarnya inovasi adalah
suatau proses yang tidak hanya sebatas pemikiran baru atau menciptakan ide .

Ide ini harus diimpelementasikan melalui sebuah proses keputusan untuk

menggunakan inovasi secara keseluruhan sebagai cara tindakan yang terbaik

yang disebut adopsi. Proses adopsi inovasi adalah berupa perubahan (change),

baik secara bertahap (incremental), perubahan bentuk (transformation), atau

radikal (radical). Senada dengan hal tersebut sejatinya memang dalam inovasi

pendidikan digulirkan untuk menyelesaikan masalah yang ada, kemudian

efektifitas dan efisiensi, dan menitik beratkan pada sistem15.

Inovasi pendidikan merupakan adanya perubahan yang baru, dan

kualitatif berbeda dengan hal yang ada sebelumnya, serta meningkatkan

kemampuan hal-hal yang baru guna untuk mencapai tujuan dalam pendidikan.

Inovasi pendidikan di Indonesia sudah waktunya untuk bersumber dari para

praktisi pendidikan di lapangan yang ada, terlebih juga dalam kehidupan di era

global dengan berbagai adanya persoalan telah menuntut berbagai perubahan

pendidikan yang bersifat mendasar. Iklim dalam kehidupan berbangsa serta

bernegara yang masih kurang kondusif, yang mana cenderung mengarah pada

kebebasan yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai permasalahan

dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Dalam sebuah tatanan

akar rumput, hal ini telah menimbulkan berbagai gejala serta permasalahan

sosial. Belum lagi pendidikan kita yang masih ketimpangan dan terkesan

semrawutan (chaos), baik secara kualitas, kuantitas, maupun kaitannya dengan

relevansi dan efektivitas pendidikan, bahkan pendidikan kita ada yang masih

15
Ima Frima Fatimah, “Strategi Inovasi Kurikulum,” Jurnal Edukasi Dan Teknologi Pembelajaran
2, no. 1 (2021): 16–30, https://doi.org/10.37859/eduteach.v2i1.2412.
bilang sangat kacau, tidak jelas tujuan dan arah 16. Inovasi dalam pendidikan

dapat dibagi menjadi dua model, yaitu : (1) Top-down, merupakan model

inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan atau

atasan yang diterapkan kepada bawahan, yang mana seperti halnya inovasi

pendidikan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. (2)

Bottom-up, merupakan model inovasi yang bersumber dan berasal dari bawah

serta dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan

mutu dalam pendidikan. Sehingga hal ini guru berperan tinggi dalam

pendidikan17.

b. Pengertian Guru

Guru adalah komponen penting dalam pendidikan. Sehingga Pada

hakikatnya guru merupakan pengajar sekaligus juga pendidik. Mengajar dalam

artian berarti mentransfer ilmu pengetahuan, sedangkan mendidik berarti

mentransfer nilai-nilai. Jika dikaitkan dengan kompetensi guru yang diberikan

amanah oleh negara dalam Undang-undang, maka kemampuan guru mengajar

ditandai dengan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik.

Sementara pada kemampuan mendidik ditandai dengan kompetensi social dan

kompetensi kepribadian. Dalm kompetensi professional dan pedagogi guru

yaitu merupakan unsur utama yang selalu diperhatikan untuk meningkatkan

kualitas guru, tetapi kompetensi kepribadian dan sosial sering hiraukan.

Padahal kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial adalah suatu hal yang

16
Kusnadi, “Model Inovasi Pendidikan Dengan Strategi Implementasi Konsep ‘Dare to Be
Different,’” Jurnal Wahana Pendidikan 4, no. 1 (2017): 132–44.
17
Titi Kadi and Robiatul Awwaliyah, “Inovasi Pendidikan : Upaya Penyelesaian Problematika
Pendidikan Di Indonesia,” Jurnal Islam Nusantara 1, no. 2 (2017): 144–55,
https://doi.org/10.33852/jurnalin.v1i2.32.
sangat penting pada proses pendidikan. Kedua kompetensi inilah yang akan

dibutuhkan guru untuk tugasnya sebagai pendidik yang memberikan

membentuk watak serta karakter siswa18.

Menurut ungsi guru sebagai pendidik dalam proses belajar mengajar

antara lain sebagai berikut:

1) Guru sebagai fasilitator, yang mana artinya guru memberikan fasilitas

kepada siswa manakala siswa membutuhkan.

2) Guru sebagai administrator, yang mana artinya melakukan atau membuat

perencanaan guru kepada siswa dalam melaksanakan pembelajaran.

3) Guru sebagai konselor, yang mana artinya guru memberi bimbingan ketika

siswa mengalami kesulitan dalam belajar.

4) Guru sebagai pembaharuan atau innovator ketika guru menciptakan

pembaharuan dalam pendidikan.

5) Guru sebagai motivator, yang mana guru memberikan dorongan kepada

siswa.

6) Guru sebagai inisiator, yang mana artinya guru sebagai pemuka pendapat

ketika anak pasif atau pendiam.

7) Guru sebagai penggerak atau dinamisator ketika siswa tidak mau bergerak

agar anak bisa menjadi aktif19.

Sehingga berdasarkan hal tersebut begitu banyak peranan guru sebagai seorang

pendidik dalam peningkatan kualitas pendidikan yang tentunya sangat

18
Fitri Oviyanti, “Urgensi Kecerdasan Interpersonal Bagi Guru,” Jurnal Pendidikan Agama Islam
3, no. 1 (2017): 75–97, https://doi.org/10.19109/tadrib.v3i1.1384.
19
Bahri Djamarah, saeful, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Reneka Cipta,
2015).
ditentukan oleh kualitas guru itu sendiri. Adanya hal ini perlu inovasi-inovasi

guru ketika dalam proses pembelajaran.

c. Inovasi Guru

Inovasi guru adalah kinerja yang menerapkan hal-hal baru, dalam

meksanakan tugas dan peran yang dimiliki oleh guru. inovasi guru menjadi hal

yang penting bagi keberhasilan implementasi inovasi pendidikan yang luas

berkontribusi prositif dalam meningkatkan kualitas pendidikan atau

pembelajaran. Sehingga inovasi guru merupakan pelaksanaan tugas yang

disertai dengan penerapan hal-hal baru dalam upaya untuk meningkatkan

kualitas pendidikan. Adapun indikator dalam inovasi guru yaitu:

1) Variasi penyajian pembelajaran.

2) Fasilitas komunikasi siswa.

3) Dinamika pengelolaan siswa.

4) Hubungan antar pribadi siswa20.

Pencapaian dalam peruahan inovasi guru, guru perlu menguasai

teknologi yang mana selalu berubah disamping meningkatkan lagi ilmu

pengetahuan. Guru perlu mengamalkan budaya membaca, budaya berfikir,

budaya belajar dan budaya menulis. Sehingga dengan melalui amalan dan

penghayatan budaya ilmu tersebut, guru dapat menjadikan teladan kepada para

pelajarnya. Tanpa penguatan ilmu ini pada inovasi dalam pembelajaran dan

pengajaran, sulit disasarkan dalam pencapaian capai. Peningkatan dalam ilmu

teknologi dan pengetahuan hal yang biasa dilakukan oleh guru kerana dalam
20
Agus Wibowo and Ari Saptono, “Kepemimpinan Intrapreneurship, Budaya Sekolah Dan Kinerja
Inovasi Guru,” Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis (JPEB) 5, no. 2 (2017): 176–93,
https://doi.org/10.21009/jpeb.005.2.5.
keupayaan guru untuk menyelesaikan masalah bergantung kepada keupayaan

guru sebagai fasilitator, pendorong pembelajaran, dan penyelesai masalah

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan merupakan suatu sarana untuk memajukan semua bidang

penghidupan manusia di Indonesia, baik dalam bidang sosial, ekonomi,

teknologi, keamanan, keterampilan,berakhlak mulia, budaya, kesejahteraan,

dan kejayaan bangsa. Menurut21 pendidikan merupakan interaksi antara faktor-

faktor yang terlibat di dalamnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Interaksi

faktor-faktor ini secara jelas dapat tersaksi pada proses belajar, yang mana

ketika pendidik mengajarkan nilai-nilai, keterampilan, dan ilmu pada siswa,

sementara siswa menerima pengajaran yang telah disampaikan. Sasaran pada

proses pendidikan tidak hanya pengembangan intelektualitas siswa dengan

memberikan pengetahuan sebanyak mungkin, lebih dari itu, pendidikan adalah

suatua proses pemberian pengertian, penghayatan, dan pemahaman sampai

pada pengamalan yang telah diketahuinya. Sehingga tujuan tertinggi dari

pendidikan yaitu berupa pengembangan kepribadian siswa secara menyeluruh

dengan mengubah sikap dan perilaku siswa dari yang bersifat destruktif ke

konstruktif, dari yang negatif kepositif, dari berakhlak buruk ke akhlak mulia,

serta mempertahankan karakter baik yang disandangnya.

Berdasarkan pendidikan seorang muslim bahwa Islam dan sistem

pendidikan Islam lebih komprehensif dari pada sistem pendidikan yang lain.

Dilihat pada sisi lain, karakter merupakan faktor yang paling mendasar dan

21
Ramdhani, M.A. “Lingkungan Pendidikan Dalam Implementasi Pendidikan Karakter.” Journal
Pendidikan 08, no. 01 (2017): 28–37. https://doi.org/10.1177/002218568402600108.
utama bagi seorang umat manusia. Karena tanpa adanya peran dari karakter

yang baik tidak ada yang bisa diperlakukan sebagai manusia, dan tidak adanya

karakter yang baik di dalam manusia, maka mereka tidak akan menjadi Muslim

yang lebih sempurna, karena hal ini juga tidak akan membentuk sikap dengan

rasa cinta terhadap bangsa yang layak. Sehingga ini merupakan identitas

penting dari seorang Muslim.

pendidikan agama islam yang terdapat dilingkup sekolah diartikan

sebagai suatu program pendidikan atau pelatihan yang menanamkan nilai-nilai

dari Islam dengan melalui proses pembelajaran, seperti di dalam kelas ataupun

di luar kelas yang diringkas dalam bentuk mata pelajaran dan diberi nama

Pendidikan Agama Islam atau yang disingkat berupa PAI. Pada kurikulum

nasional, mata pelajaran PAI adalah mata pelajaran wajib di sekolah umum

mulai dari TK hingga Perguruan inggi. Dalam kurikulum PAI dirancang secara

khusus sesuai dengan situasi, kondisi dan penjenjangan pendidikan siswa dan

mahasiswa22.

Dalam pendidikan Islam dan pengertian PAI di sekolah. Maka

keberadaan pada mata pelajaran PAI di sekolah adalah salah satu dari media

pendidikan Islam. Segala upayanya harus selalu merujuk dalam konsep

pendidikan Islam secara utuh. Kesimpulan dari hal ini terbentuklah misi PAI

yaitu menumbuhkan kepribadian siswa secara menyeluruh dengan harapan

kelak mereka akan menjadi ilmuwan yang bertakwa dan beriman kepada Allah

Swt, mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan seluruh umat manusia.


22
Hisyam Muhammad Fiqyh Aladdin, “Peran Materi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dalam
Membentuk Karakter Kebangsaan,” Penelitian Medan Agama 10, no. 2 (2019): 152–73,
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/medag/article/view/6417/3050.
Profil pada misi ini adalah tolak ukur dari sosok manusia Indonesia yang utuh

dan diharapkan mampu untuk menjawab berbagai tantangan dalam

perkembangan global pada zaman sekarang. Sehingga sistem pembelajaran

Pendidikan Agama Islam, khususnya mata pelajaran Aswaja, guru harus

berinovasi-inovasi dan berpedoman pada kurikulum yang telah disesuaikan

dengan kondisi, situasi, dan analisis pengembangan kurikulum yang telah ada

dalam setiap jenjang pendidikan.

3. Mata Pelajaran Aswaja

Mata pelajaran Aswaja merupakan muatan lokal dalam kurikulum yang

diterapkan di Ma’arif NU mulai dari Madrasah Ibtidaiyah hingga Madrasah

Aliyah, hal ini berguna supaya siswa memiliki bekal serta mempunyai

kompetensi yang tinggi dan berpedoman pada akidah Ahlisunnah wal jamaah.

Dalam buku Nahdhotul Ulama (NU) yang berlandasan Ahlusunnah wial

jamaah, adalah satu pola pemikiran Islam yang merujuk pada kitab Allah,

prilaku nabi, kesepakatan ulama, Khulafaur Rasidin, serta pengalihan hukum

yang belum ada sumber dalilnya, dimana didalam konsep teologi mengikuti

Abu Hansan al-Asyari dan Abu Mansur al-Maturidi, pada Fikih mengikuti

empat mazhab, yaitu berupa Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Hambali, dan

Imam Syafi’I, serta di dalam akidah mengikuti al-Junaidi dan al-Ghazali.

Materi Aswaja diberikan pelada kepada lembaga-lembaga Islam yang masih di

bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. Sehingga mata pelajaran


Aswaja adalah materi yang banyak menghafal sekaligus bersifat abstrak

dengan karakteristik yang berbeda dengan materi ilmiah lainnya23.

Pandangan Nahdlatul Ulama, Ahlussunnah Wal Jama’ah (aswaja) adalah

suatu pelajaran agama Islam yang murni, yakni berupa ajaran agama Islam

yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW serta

para sahabat (Khulafaur Rasyidin). Berdasarkan pedoman kepada sunnah Nabi

yaitu kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kepada para umat-

Nya, sebagaimana pada Al Qur’an surah Al-Hasyr ayat 7: Apa yang diberikan

Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka

tinggalkanlah, dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah sangat

keras hukuman-Nya. (QS. Al-Hasr: 7). Maka makna Ahlussunnah Wal

Jama’ah dirumuskan sebagai golongan yang mengikuti pendapat para Imam

Madhzhab, baik dalam bidang akidah, ibadah maupun akhlak hal ini menurut

Nahdlatul Ulama. Selain itu, Nahdlatul Ulama berpandangan bahwa

Ahlussunnah Wal Jama’ah juga tercermin dalam sikap-sikap kemasyarakatan,

budaya, ekonomi, dan lainnya. Serta dalam sikap-sikap tersebut diterapkan dan

diamalkan sesuai dengan keadaan masyarakat di Indonesia24.

23
M Tarwi and F U Na’imáh, “Implementasi Contextual Teaching And Learning Pada
Pembelajaran Aswaja,” Review of Islamic Education 1, no. 1 (2022): 42–54,
http://rie.p3ii.org/index.php/rie/article/view/8%0Ahttp://rie.p3ii.org/index.php/rie/article/download
/8/5.
24
Heru Syahputra et al., “Jurnal Theosofi Dan Peradaban Islam,” Jurnal Theosofi Dan Peradaban
Islam 2, no. 2 (2020): 214–28,
https://pajar.ejournal.unri.ac.id/index.php/PJR/article/download/5075/4766.
Berikut nilai-nilai aswaja NU dalam pembentukan karakter yang

meliputi;

a. Ta’awun

b. Tawasuth

c. I’tidal

d. Tasamuh

e. Tawazun

f. Amar ma’ruf nahi munkar.

Berdasarkan dalam nilai-nilai tersebut sangatlah tepat apabila diterapkan dalam

pendidikan di Indonesia, yang mana untuk membentuk karakter siswa, salah

satunya adalah dengan cara memasukkan pelajaran aswaja pada kurikulum

sekolah. Selain hal itu, juga dapat dilakukan dengan penerapan metode-metode

dalam pembentukan karakter dan pelaksanaan program pendidikan sekolah

yang berbasis pembentukan karakter25.

4. Minat Belajar Siswa

Minat merupakan salah satu aspek yang mendorong siswa untuk

mencapai objek suatu tujuan. Siswa yang memiliki minat dalam suatu objek,

cenderung memberikan rasa senang dan perhatian terhadap objek tersebut.

Namun apabila pada objek tersebut tidak ada rasa senang dan perhatian, maka

pada siswa tidak memiliki objek dan minat. Sehingga tinggi rendahnya rasa

senang dan rasa perhatian siswa terhadap suatu objek dipengaruhi oleh minat

yang dimiliki siswa. Minat belajar merupakan suatu kecenderuangan yang


25
Nurani Rahmania and Anita Nur Safitri, “Implementasi Nilai-Nilai Aswaja Nahdlatul Ulama
Dalam Pembentukan Karakter,” Islaic Education and Research Academy 2, no. 2 (2021): 73–89,
http://ejournal.staimnglawak.ac.id/index.php/iera/article/view/461/239.
dimiliki setiap induvidu terhadap rasa senang dengan tanpa keterpaksaan dalam

belajar, sehingga dapat menimbulkan perubahan pengetahuan, tingkah laku,

dan keterampilan setiap induvidu26. Menurut27 minat belajar adalah suatu aspek

yang cenderung mudah berubah. Adanya perubahan minat terhadap proses

belajar yang di alami setiap siswa dapat disebabkan oleh faktor internal

maupun eksternal. Faktor internal ini berupa kemampuan awal yang mana

merupakan suatu faktor yang dimiliki siswa dalam jasmaniah dan psikologis.

Sedangkan faktor eksternal berupa kemampuan kedua yang mana merupakan

suatu faktor luar diri siswa seperti keluarga, teman, lingkungan sekitar.

Sehingga dari kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi minat belajar siswa.

Minat belajar berpengaruh besar terhadap hasil belajar, karena pada

minat siswa merupakan faktor utama dalam keaktifan siswa. Indikator minat

belajar siswa meliputi antara lain:

a. Membuat siswa senang.

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

c. menjelaskan materi yang akan disampaikan dengan pendekatan bervariasi.

d. Menjelaskan manfaat pembelajaran28.

Dalam tersebut minat belajar sangatlah penting untuk kelancaran proses belajar

mengajar. Tinggi rendahnya minat belajar siswa dapat dipengaruhi oleh

26
Effiyati Prihatini, “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar
IPA,” Jurnal Formatif 7, no. 2 (2017): 171–79, https://doi.org/10.24853/instruksional.1.2.152-158.
27
et al Harefa, N., “Analisis Minat Belajar Kimia Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis
Multimedia,” Jurnal Kajian 11, no. 2 (2020): 81–86,
https://doi.org/10.31764/paedagoria.v11i2.2347.
28
et al Sihombing, S., “Analisis Minat Dan Motivasi Belajar, Pemahaman Konsep Dan Kreativitas
Siswa Terhadap Hasil Belajar Selama Pembelajaran Dalam Jaringan,” Jurnal Pendidikan
Matematika 4, no. 1 (2021): 41–55.
penunjang dalam proses belajar. Sebaik apapun fasilitas yang dimiliki

sekolahan, apabila seorang siswa tanpa adanya minat belajar yang tingga, maka

siswa tersebut akan tetap malas untuk belajar29.

J. Metode Penelitian

Dasar dalam metode penelitian merupakan suatu ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang akan

diperoleh melalui penelitian ini adalah data empiris (teramati) yang

mempunyai kriteria tertentu yang valid.30

Berdasarkan bagian yang akan disajikan uraian tentang metode dan

langkah-langkah penelitian secara operasional, antara lain sebagai berikut:

pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, data

dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, analisis data,

pengecekan keabsahan temuan, prosedur penelitian.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif,

dimana penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang langsung terjun

kelapangan untuk mendapatkan data yang konkrit dengan hubungan pada

penelitian yang lakukan.

Dalam penelitian kualitatif yaitu menggunakan data dilapangan dengan

metode analisis deskriftif yang memberikan gambaran secara cepat dan tepat

tentang inovasi guru PAI dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata

pelajaran aswaja.
29
Sabri and Efrida Mandasarii Dalimunthe, “Penggunaan Metode Permainan Kartu Kata
Bergambar Dalam Peningkatan Minat Belajar Siswa,” Dirasatul Ibtidaiyah 1, no. 1 (2021): 46–58.
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfa Beta, 2017).
2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan, karena

penelitian kualitatif dalam pengamapan bertindak sebagai instrumen utama,

yaitu sebagai perencana tindakan, pengumpul data, penganalisa data, dan

pelopor temuan penelitian. Namun juga memerlukan instrumen pendukung

untuk membantu mengumpulkan data dalam penelitian yang akan dilakukan

dengan kehadiran peneliti murapakan sebagai pengamat partisipatif, yang mana

pengamat berada di dalam kegiatan yang dilakukan kelompok tertentu dengan

menciptakan peranan-peranan sendiri tanpa ikut dalam kepentingan kegiatan

kelompok yang diamati.

Berdasarkan pada kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif, maka

pada dasarnya kehadira peneliti, terlepas sebagai instrument juga akan menjadi

faktor penting dalam seluruh kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini

karena ketajaman dan kedalaman pada menganalisis data tergantung kepada

peneliti. Pada pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti akan

hadir di lapangan mulai ketika diizinkannya melakukan penelitian, yaitu

dengan cara mendatangi lokasi yang akan diteliti sesuai dengan waktu yang

telah terjadwal yang telah ditentukan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di semester genap tahun ajaran 2022/2023

pada guru PAI yang memegang mata pelajaran aswaja. Sedangkan tempat

pelaksanaan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah MTs


Irsyadul Anam yang terletak di Desa Tellok Kecamatan Galis Kabupaten

Bangkalan.

4. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data dalam penelitian adalah salah satu bagian penting

dari penelitian. Pentingnya data untuk membantu dan memenuhi serangkaian

permasalahan yang terkait dengan fokus penelitian. Berikut data dan sumber

data dalam penelitian sebagai berikut:

a. Responden adalah orang yang akan menjawab atau merespons pertanyaan

penelitian. Responden dalam penelitian yaitu berupa guru PAI yang

mengajar mata pelajaran aswaja.

b. Dokumentasi adalah data dan sumber data yang mana berupa catatan, foto-

foto atau video ketika pelaksaan penelitian di MTs Irsyadul Anam.

5. Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian yang dapat mempengaruhi kualitas data hasil penelitian

adalah kualitas pada saat pengumpulan data. Dalam pengumpulan data pada

penelitian kualitatif dapat dilakukan interaksi dengan melalui subjek observasi

dan wawancara mendalam serta teknik terakhir yaitu tentang subjek yang

sering digunakan dalam melengkapi data ketika diperlukan, hal ini disebut

dengan dokumentasi.31

a. Observasi

Observasi ini salah satu teknik non partisipan yang digunakan untuk

memperoleh data primer atau data sekunder. Dalam teknik non partisipan yang

31
Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Budi Utama, 2018).
mana pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan melainkan pengamat hanya

fokus mengamati kegiatan yang berlangsung. Sehinggan data hasil dari

observasi mendapatkan data yang valid.

b. Wawancara

Teknik wawancara ini menggunakan jenis wawancara terstuktur.

Waancara terstuktur yaitu wawancara yang menetapkan sendiri masalah dan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sehingga wawancara ini berfokus

kepada data-data primer dan sekunder yang dibutuhkan guru PAI pada mata

pelajaran aswaja terhadap minat belajar siswa di MTs Irsyadul Anam.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ini, bertujuan untuk memperoleh bukti dalam keterlaksaan

kegiatan penelitian dalam melakukan inovasi guru PAI untuk meningkatkan

minat belajar siswa pada mata pelajaran aswaja. Hasil dari dokumentasi

meliputi foto maupun video. Adanya dokumentasi dapat menghindari dari

perlakuan manipulasi.

6. Instrumen Penelitian

Berikut instrumen penelitian inyang digunakan dalam pengumpulan data

yaitu berupa peneliti sendiri yang akan sebagai instrument penelitian. Pada

peneliti sebagai instrument langsung, maka peneliti akan menyiapkan teori dan

wawasan yang luas. Sehingga ketika pada saat bertanya, menganalisis lebih

jelas. Penelitian menggunakan metode snowball sampling, yang mana metode

ini adalah suatu metode atau cara untuk mengidentifikasi, mengambil sampel dan

memilih sampel dalam suatu rantai hubungan atau jaringan yang menerus dari satu
sumber ke sumber yang lain untuk saling melengkapi data-data yang telah didapatkan .32

Dalam pengumpulan informasi akan berhenti ketika data yang diperoleh

memiliki kesamaan sehingga data dikatakan sudah cukup.

7. Analisis Data

Berdasarkan penelitian kualitatif, maka berikut tahapan dalam

menganalisis data yaitu sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Tahap reduksi data merupakan suatu bentuk analisis memilih data,

mempertajam data, memfokuskan data, dan menyusun data, serta membuang

data. Dalam melakukan reduksi yang mana untuk memisahkan antara data

yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan masalah penelitian. Proses reduksi

data tersebut yang akan digunakan yaitu hanya data yang sesuai dengna

masalah penelitian dan selain data yang tidak sesuai dibuang. Sehingga hal ini

untuk memudahkan dalam menyimpulkan.

b. Penyajian Data

Tahap selanjutnya berupa penyajian data, yang mana pada tahap ini

sebagai proses penyusunan informasi penelitian secara sistematis. Pada

penyajian data yang dilakukan ke dalam bentuk teks atau uraian singkat dan

lain sebagainya.

32
Randi Kurnia Hidayat, Muhammad Makhrus, and Muhammad Iman Darmawan, “Pelaksanaan
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) FKIP Universitas Mataram Bidang Studi Pendidikan
Fisika Di MAN 1 Lombok Timur,” Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Fisika Indonesia 3, no. 1
(2021): 6–14, https://doi.org/10.29303/jppfi.v3i1.115.
c. Kesimpulan

Tahap terakhir kesimpulan, yang mana pada tahap ini memberikan

kesimpulan terhadap hasil dari hasil penyajian data yang mencangkup dari

makna data dan menjelaskan. Sehingga tahap kesimpulan dapat menjawab

rumusan masalah dengan mengarah dari hasil analisis data berupa observasi

dan wawancara.

8. Pengecekan Keabsahan Temuan

Pengecekan keabsahan temuan atau penelitian merupakan langkah yang

digunakan dalam penelitian kualitatif untuk dapat dipertanggungjawabkan.

Berikut langkah-langkah pengecekan keabsahan temuan antara lain sebagai

berikut:

a. Perpanjang keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan pada pengumpulan data dan

tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, melainkan memerlukan waktu

perpanjangan keikutsertaan dalam latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan

adalah peneliti melakukan penelitian di lokasi hingga mencapai kejenuhan

dalam pengumpulan data tercapai, sehingga akan kemungkinan peningkatan

kepercayaan data.33

b. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan ini bermaksud interpretasi dengan berbagai cara

dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative secara

konsisten. Dalam ketekunan pengamatan yaitu menentukan ciri-ciri dan unsur-

33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
unsur pada situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari

serta kemudian memusatkan diri pada hal-hal yang dicari secara rinci atau

jelas.34

c. Trianggulasi

Triangulasi dalam penelitian ini yaitu sebagai teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

pembanding atau keperluan pengecekan terhadap data yang dicari.

9. Prosedur Penelitian

Berikut prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian inovasi guru PAI

untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran aswaja seabagai

berikut:

a. Langkah pertama

Langkah pertama adalah tahap persiapan yang meliputi melakukan

observasi untuk memperoleh gambaran tentang penelitian yang dilaksanakan,

mengurus surat perizinan dari kampus untuk sekolah MTs Irsyadul Anam yang

akan dijadikan tempat pengambilan data sebagai syarat penelitian, membuat

rancangan penelitian, membuat pertanyaan-pertanyaan untuk sebagai

pedomana wawancara.

b. Langkah kedua

Langkah kedua merupakan tahap inti dari sebuah penelitan yaitu

pengambilan data dengan sesuai hasil dari observasi. Pengambilan data ini

adalah dengan melakukan wawancara.

34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
c. Langkah ketiga

Langkah ketiga adalah tahap mengolah hasil data yang diperoleh dari

observasi maupun data hasil wawancara dengan menganalisis secara terperinci

dan sistematis. Sehingga hasil dari penelitian jelas dan mudah dipahami.

d. Langkah keempat

Langkah keempat adalah tahap terakhir dari penelitian yaitu

menyelesaikan data yang diolah atau yang telah dianalisis dengan

memaparkan dalam bentuk penulisan laporan dalam hasil penelitian pada bab

IV dan V.

K. Daftar Pustaka

Aladdin, Hisyam Muhammad Fiqyh. “Peran Materi Pendidikan Agama Islam Di


Sekolah Dalam Membentuk Karakter Kebangsaan.” Penelitian Medan
Agama 10, no. 2 (2019): 152–73.
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/medag/article/view/6417/3050.
Djamarah, saeful, Bahri. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Reneka Cipta, 2015.
Firmansyah, Eki. “Penerapan Teknologi Sebagai Inovasi Pendidikan.” Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan FKIP 2, no. 1 (2019): 657–66.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/5736/4117.
Friantini, Rizki Nurhana, and Rahmat Winata. “Analisis Minat Belajar Pada
Pembelajaran Matematika.” JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika
Indonesia) 4, no. 1 (2019): 6–11. https://doi.org/10.26737/jpmi.v4i1.870.
Harefa, N., et al. “Analisis Minat Belajar Kimia Siswa Melalui Pembelajaran
Berbasis Multimedia.” Jurnal Kajian 11, no. 2 (2020): 81–86.
https://doi.org/10.31764/paedagoria.v11i2.2347.
Hidayat, et al. “Peran Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Di
Indonesia.” Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 2 (2018): 461–72.
https://doi.org/10.29313/tjpi.v7i2.4117.
Hidayat, Randi Kurnia, Muhammad Makhrus, and Muhammad Iman Darmawan.
“Pelaksanaan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) FKIP Universitas
Mataram Bidang Studi Pendidikan Fisika Di MAN 1 Lombok Timur.”
Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Fisika Indonesia 3, no. 1 (2021): 6–14.
https://doi.org/10.29303/jppfi.v3i1.115.
Hidayat, Tatang, and Syahidin Syahidin. “Inovasi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Melalui Model Contextual Teaching and Learning Dalam
Meningkatkan Taraf Berfikir Peserta Didik.” Jurnal Pendidikan Agama
Islam 16, no. 2 (2019): 115–36. https://doi.org/10.14421/jpai.2019.162-01.
Ima Frima Fatimah. “Strategi Inovasi Kurikulum.” Jurnal Edukasi Dan Teknologi
Pembelajaran 2, no. 1 (2021): 16–30.
https://doi.org/10.37859/eduteach.v2i1.2412.
Kadi, Titi, and Robiatul Awwaliyah. “Inovasi Pendidikan : Upaya Penyelesaian
Problematika Pendidikan Di Indonesia.” Jurnal Islam Nusantara 1, no. 2
(2017): 144–55. https://doi.org/10.33852/jurnalin.v1i2.32.
Kusnadi. “Model Inovasi Pendidikan Dengan Strategi Implementasi Konsep
‘Dare to Be Different.’” Jurnal Wahana Pendidikan 4, no. 1 (2017): 132–44.
Nurdin, Arbain. “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Era
Information And Communication Technology.” Jurnal Pendidikan Islam 11,
no. 1 (2016): 49–64.
Nurhayati, N., et al. “Determinasi Menejemen Pendidikan Islam: Sistem
Pendidikan, Pengolaan Pendidikan, Dan Tenaga Pendidikan (Literatur
Manajemen Pendidikan Islam.” Jurnal Menejemen Pendidikan Islam 3, no. 1
(2022): 451–64.
Oviyanti, Fitri. “Urgensi Kecerdasan Interpersonal Bagi Guru.” Jurnal Pendidikan
Agama Islam 3, no. 1 (2017): 75–97.
https://doi.org/10.19109/tadrib.v3i1.1384.
Prihatini, Effiyati. “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap
Hasil Belajar IPA.” Jurnal Formatif 7, no. 2 (2017): 171–79.
https://doi.org/10.24853/instruksional.1.2.152-158.
Purwaji, Qori’ah, and Fitri Puji Rahmawati. “Inovasi Guru Kelas Dalam
Mengembangkan Bakat Dan Minat Peserta Didik Sekolah Dasar Pada Mata
Pelajaran Seni Budaya Dan Prakarya.” Jurnal Basicedu 6, no. 4 (2022):
6337–44. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3240.
Rahmania, Nurani, and Anita Nur Safitri. “Implementasi Nilai-Nilai Aswaja
Nahdlatul Ulama Dalam Pembentukan Karakter.” Islaic Education and
Research Academy 2, no. 2 (2021): 73–89.
http://ejournal.staimnglawak.ac.id/index.php/iera/article/view/461/239.
Ramdhani, M.A. “Lingkungan Pendidikan Dalam Implementasi Pendidikan
Karakter.” Journal Pendidikan 08, no. 01 (2017): 28–37.
https://doi.org/10.1177/002218568402600108.
Rukajat, Ajat. Pendekatan Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Budi Utama, 2018.
Sabri, and Efrida Mandasarii Dalimunthe. “Penggunaan Metode Permainan Kartu
Kata Bergambar Dalam Peningkatan Minat Belajar Siswa.” Dirasatul
Ibtidaiyah 1, no. 1 (2021): 46–58.
Sihombing, S., et al. “Analisis Minat Dan Motivasi Belajar, Pemahaman Konsep
Dan Kreativitas Siswa Terhadap Hasil Belajar Selama Pembelajaran Dalam
Jaringan.” Jurnal Pendidikan Matematika 4, no. 1 (2021): 41–55.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfa
Beta, 2017.
Syahputra, Heru, Arifinsyah, Salahuddin Harahap, Sapitri Yuliani, Indra Harahap,
and Ismet Sari. “Jurnal Theosofi Dan Peradaban Islam.” Jurnal Theosofi Dan
Peradaban Islam 2, no. 2 (2020): 214–28.
https://pajar.ejournal.unri.ac.id/index.php/PJR/article/download/5075/4766.
Tanwin, and Hamdanah Said. “Inovasi Pembelajaran Guru Pendidikan Agama
Islam Berbasis Teknologi Informasi.” Kuariositas 11, no. 2 (2020): 189–210.
Tarwi, M, and F U Na’imáh. “Implementasi Contextual Teaching And Learning
Pada Pembelajaran Aswaja.” Review of Islamic Education 1, no. 1 (2022):
42–54.
http://rie.p3ii.org/index.php/rie/article/view/8%0Ahttp://rie.p3ii.org/index.ph
p/rie/article/download/8/5.
Warsito. “Peningkatan Minat Belajar Matematika Kelas Iv Melalui Alat Peraga
Layang-Layang.” Jurnal Sinektik 2, no. 2 (2019): 242–48.
https://doi.org/10.33061/js.v2i2.3346.
Wibowo, Agus, and Ari Saptono. “Kepemimpinan Intrapreneurship, Budaya
Sekolah Dan Kinerja Inovasi Guru.” Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis
(JPEB) 5, no. 2 (2017): 176–93. https://doi.org/10.21009/jpeb.005.2.5.
Widodo, Widodo. “Peranan Organisasi Pembelajaran Dalam Mengoptimalkan
Inovasi Guru.” Jurnal Bimbingan Dan Konseling 1, no. 3 (2018): 220–24.
https://doi.org/10.26539/1377.
Yanuardianto, Elga. “Implementasi Pembelajaran Aswaja Untuk Menanamkan
Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quontient) Siswa Di MTs Ma Arif An Nur
Wuluhan Jember.” Jurnal Pendidikan Dan Kajian Aswaja 8, no. 1 (2022):
47–56.
http://ejurnal.uij.ac.id/index.php/KYM/article/view/1501%0Ahttp://ejurnal.ui
j.ac.id/index.php/KYM/article/download/1501/1169.
Yuwanita, Ika, et al. “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap
Hasil Belajar Ipa.” Jurnal Formatif 7, no. 2 (2017): 171–79.
https://doi.org/10.24853/instruksional.1.2.152-158.

Anda mungkin juga menyukai