Anda di halaman 1dari 2

ANAK KERANG

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada
ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.
“Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan
pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa
menolongmu.”

Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu
sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan
semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu
dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan
sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit
bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat
ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa
disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin
halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin
besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun,
sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan
sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah
menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih
berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang
rebus di pinggir jalan.
LE DANA DAN KERBAUNYA

La Dana adalah seorang anak petani dari Toraja. Ia sangat terkenal akan
kecerdikannya. Kadangkala kecerdikan itu ia gunakan untuk memperdaya orang.
Sehingga kecerdikan itu menjadi kelicikan.

Pada suatu hari ia bersama temannya diundang untuk menghadiri pesta kematian.
Sudah menjadi kebiasaan di tanah toraja bahwa setiap tamu akan mendapat
daging kerbau. La Dana diberi bagian kaki belakang dari kerbau. Sedangkan
kawannya menerima hampir seluruh bagian kerbau itu kecuali bagian kaki
belakang.

Lalu La Dana mengusulkan pada temannya untuk menggabungkan daging-daging


bagian itu dan menukarkannya dengan seekor kerbau hidup. Alasannya adalah
mereka dapat memelihara hewan itu sampai gemuk sebelum disembelih. Mereka
beruntung karena usulan tersebut diterima oleh tuan rumah.

Seminggu setelah itu La Dana mulai tidak sabar menunggu agar kerbaunya
gemuk. Pada suatu hari ia mendatangi rumah temannya, dimana kerbau itu
berada, dan berkata “Mari kita potong hewan ini, saya sudah ingin makan
dagingnya.” Temannya menjawab, “Tunggulah sampai hewan itu agak gemuk.”
Lalu La Dana mengusulkan, “Sebaiknya kita potong saja bagian saya, dan kamu
bisa memelihara hewan itu selanjutnya.” Kawannya berpikir, kalau kaki belakang
kerbau itu dipotong maka ia akan mati. Lalu kawannya membujuk La Dana agar ia
mengurungkan niatnya. Ia menjanjikan La Dana untuk memberinya kaki depan
dari kerbau itu.

Seminggu setelah itu La Dana datang lagi dan kembali meminta agar bagiannya
dipotong. Sekali lagi kawannya membujuk. Ia dijanjikan bagian badan kerbau itu
asal La Dana mau menunda maksudnya. Baru beberapa hari berselang La Dana
sudah kembali kerumah temannya. Ia kembali meminta agar hewan itu dipotong.

Kali ini kawannya sudah tidak sabar, dengan marah ia pun berkata, “Kenapa kamu
tidak ambil saja kerbau ini sekalian! Dan jangan datang lagi untuk mengganggu
saya.” La dana pun pulang dengan gembiranya sambil membawa seekor kerbau
gemuk.

Anda mungkin juga menyukai