Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, air merupakan kebutuhan primer yang
mempunyai peranan penting, sehingga kebutuhan air sangat mutlak diperlukan
terutama untuk manusia, hewan dan tumbuhan. Air yang mengalir disebabkan
karena adanya perbedaan energi potensial atau karena perbedaan tinggi tekanan
(head). Air mengalir juga dapat diperoleh dari aliran pompa karena adanya
perbedaan tinggi isap (head isap) dan perbedaan tinggi tekan (head tekan).
Kapasitas air atau jumlah aliran tiap detik dapat juga disebut debit dikontrol
yang bisa diukur dengan menggunakan alat yang disebut flowmeter seberapa besar
kecilnya aliran ditentukan jumlah aliran liter per-detik atau per-menitnya.
Sehingga, diperlukan ketelitian/akurasi pengamatan apakah putaran pada
flowmeter itu benar air yang mengalir atau fluida lain (gas) yang memutarkan
(Suharno K., dkk., 2016).
Laju aliran fluida merupakan fungsi dari waktu, disamping merupakan
fungsi diameter lubang dan sepanjang fluida, persamaan-persamaan dasar fluida
dan lain sebagainya. Sistem aliran fluida dalam pipa banyak dijumpai pada
praktek lapangan sebagai alat transportasi dengan berbagai macam bentuk. Sifat-
sifat aliran sangat penting diketahui, untuk sistem dalam beberapa hal pada
penerapannya (Triadmojo, 1996).
Mengukur laju aliran melalui sebuah pipa yang paling efektif adalah dengan
menetapkan jenis hambatan di dalam pipa. Hal ini bertujuan untuk mengukur
perbedaan tekanan antara bagian hulu yang berkecepatan tinggi. Peralatan yang
paling umum digunakan untuk mengukur laju aliran pipa seperti venturimeter,
nozzle meter dan orifice meter. Untuk mengukur laju aliran dengan mengubah
kecepatan alirannya yaitu dengan mengubah luasan yang dilalui suatu fluida
disebut orifice (Gerhart, 2013).
Aliran fluida di dalam pipa sebelum mengalami kontak dengan permukaan
memiliki kecepatan seragam. Setelah fluida menyentuh dinding saluran maka
akan terbentuk boundary layer akibat adanya efek viskos dan gesekan fluida
dengan pipa, sehingga akan terjadi perubahan profil kecepatan fluida kearah hilir
aliran. Pada jarak tertentu dari titik awal fluida masuk profil kecepatan aliran akan
menjadi tetap. Fluida dalam keadaan demikian dikatakan telah berkembang penuh
(fully developed), sedangkan daerah pada arah hilir dimana fluida telah
berkembang penuh disebut fully developed region. Panjang sisi masuk sesuai arah
aliran sampai fully developed region disebut entrance region.
Orifice plate meter merupakan salah satu flowmeter berbasis beda tekanan
orifice plate flow (pressure differential) yang sangat banyak digunakan karena
desain dan cara pengukurannya yang sederhana. Pengukuran aliran dibutuhkan
dalam berbagai aplikasi antara lain untuk mengetahui konsumsi air rumah tangga,
gedung komersial dan industri yang mengindikasikan kapasitas aliran pada stasiun
pengisian bahan bakar, mengindikasikan kapasitas gas buang, dalam dunia
kesehatan digunakan untuk memonitor pernafasan selama pembiusan dan
mengukur kapasitas paru-paru.
Orifice flowmeter merupakan salah satu flowmeter berbasis beda tekanan
(pressure differential) yang sangat banyak digunakan. Pengukuran aliran fluida
berbasis beda tekanan merupakan salah satu prinsip untuk mengukur laju aliran.
Prinsip dasarnya yaitu mengukur beda tekanan yang terjadi pada sisi hulu aliran
(upstream) dan sisi hilir aliran (downstream). Orifice plate, flow nozzle, v-cone,
dan segmentak wedge bekerja berdasarkan prinsip (LaNasa & Upp, 2014).
Tipe orifice itu sendiri dapat diklasifikasikan menurut ukurannya, yaitu
orifice kecil dan orifice besar, menurut bentuknya yaitu orifice berbentuk
lingkaran, orifice berbentuk segitiga dan orifice berbentuk segi empat bujur
sangkar, menurut bentuk ujungnya yaitu berupa ujung lancip dan berupa bukit.
Menurut sifat discharge yaitu orifice tercelup sebagian dan orifice tercelup
sepenuhnya.
Orifice discharge merupakan sebuah peralatan laboratorium untuk
percobaan pengukuran debit aliran yang melalui lubang. Lubang pada peralatan
orifice discharge ini terletak di bawah tabung silinder yang terbuat dari akrilik.
Lubang yang berada di bawah tabung tersebut dari bahan alumunium berupa
piringan dengan diameter lubang 13 mm. Aliran yang melalui piringan berlubang
ini akan mengalami kerugian tenaga yang menyebabkan berkurangnya nilai
beberapa parameter dalam kondisi ideal sehingga menimbulkan koefisien debit.
Koefisien debit ini dihasilkan dari perbandingan antara debit aktual dengan debit
teoritis (Kuncoro, dkk., 2013).
Semakin kecil luas penampang lubang maka kerugian tenaga akan semakin
besar. Perubahan debit air di dalam tabung juga dipengaruhi oleh perubahan
tekanan. Sementara itu perubahan tekanan sangat dipengaruhi oleh ketinggian
posisi pengukuran (intake) terhadap outlet. Oleh karena itu, pengukuran tinggi
tekanan atau tinggi air yang terbaca di manometer akan berpengaruh terhadap
kecepatan aliran air yang melalui piringan berkubang sehingga berpengaruh pula
terhadap debit aliran (Sarjito dkk., 2016).
Oleh karena itu, kami dari kelompok II (dua) Rekayasa Infrastruktur dan
Lingkungan (RIL) melakukan Praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka pada
Percobaan Orifice Discharge pada hari Kamis, 5 Oktober 2023 di Laboratorium
Teknik Kelautan, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi
Tenggara, dengan menggunakan alat Orifice Discharge Apparatus yang bertujuan
untuk mengetahui laju aliran, mengetahui hasil perbandingan percobaan dan
perhitungan, untuk menentukan koefisien laju aliran, mengetahui hubungan antara
ketinggian air dengan kecepatan aliran dan untuk mengetahui hubungan antara
debit aliran dengan volume terhadap waktu.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari Praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka
pada percobaan Orifice Discharge sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menentukan laju aliran?
2. Bagaimana cara membandingkan hasil percobaan dan perhitungan?
3. Bagaimana cara menentukan koefisien laju aliran?
4. Bagaimana hubungan antara ketinggian air dengan kecepatan aliran?
5. Bagaimana hubungan antara debit aliran dengan volume terhadap waktu?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari Praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka pada
Percobaan Orifice Discharge sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara menentukan laju aliran.
2. Untuk mengetahui cara membandingkan hasil percobaan dan perhitungan.
3. Untuk mengetahui cara menentukan koefisien laju aliran.
4. Untuk mengetahui hubungan antara ketinggian air dengan kecepatan aliran.
5. Untuk mengetahui hubungan antara debit aliran dengan volume terhadap
waktu.

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari Praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka pada
percobaan Orifice Discharge sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui laju aliran.
2. Dapat mengetahui hasil perbandingan percobaan dan perhitungan.
3. Dapat menentukan koefisien laju aliran.
4. Dapat mengetahui hubungan antara ketinggian air dengan kecepatan aliran.
5. Dapat mengetahui hubungan antara debit aliran dengan volume terhadap
waktu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat
padat seperti batu dan besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan
dalam benda cair, minyak pelumas dan susu merupakan contoh zat cair. Semua zat
cair itu dapat dikelompokkan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir
dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida.
Zat gas juga dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin
merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-
hari. Setiap hari fluida sering dihirup, diminum, terapung atau tenggelam di
dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut
mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau
melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga ber
sirkulasi di dalam tubuh setiap saat meskipun sering tidak disadari. Fluida dibagi
menjadi dua bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida dinamis (fluida
bergerak). Fluida statis ditinjau ketika fluida yang sedang diam atau berada dalam
keadaan (Abidin & Wagiani, 2013).
2.1.1 Jenis-Jenis Fluida
fluida terbagi menjadi dua jenis, yaitu fluida fluida statis dan fluida dinamis
dengan penjelasan sebagai berikut (Abidin, 2013):
1. Fluida Statis
Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam)
atau benda dalam keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan kecepatan antar
partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikel-partikel fluida tersebut
bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser. Contoh
fluida yang diam secara sederhana adalah air di bak yang tidak dikenai gaya oleh
gaya apapun, seperti gaya angin, panas dan lain-lain yang mengakibatkan air
tersebut bergerak.

2. Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida (zat cair) yang bisa bergerak. Fluida dinamis
dianggap steady (mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu), tak
termampatkan (tidak mengalami perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen
(tidak mengalami putaran-putaran).

2.1.2 Jenis-Jenis Aliran Fluida


Ada beberapa jenis aliran fluida. Lintasan yang ditempuh suatu fluida yang
sedang bergerak disebut garis alir. Berikut ini beberapa jenis aliran fluida yaitu
sebagai berikut (Waspodo, 2017):
1. Aliran Laminer
Kondisi aliran dengan garis aliran mengikuti jalur yang sejajar sehingga
tidak terjadi percampuran antara bidang-bidang geser fluida. Dengan jenis aliran
ini, maka partikel-partikel fluida mengalir secara sejajar dengan sumbu tabung.
Aliran ini terjadi jika viskositas fluida tinggi dan kecepatan fluida rendah. Aliran
laminer memiliki bilangan Re < 2300. ………….

Gambar 2.1 Aliran Laminer


Sumber: Munson, dkk., 2003
2. Aliran Transisi
Kondisi aliran peralihan dari aliran laminar menjadi aliran turbulen dan
sebaliknya Jadi aliran transisi adalah proses terjadinya aliran laminar ke turbulen.
Aliran transisi memiliki bilangan Re antara 2300-4000.

Gambar 2.2 Aliran Transisi


Sumber: Munson, dkk., 2003

3. Aliran Turbulen
Kondisi aliran dengan garis-garis aliran yang saling bersilangan sehingga
terjadi percampuran antar bidang-bidang geser di dalam fluida Aliran ini terjadi
jika viskositas fluida rendah dan kecepatan fluida tinggi. Aliran turbulen memiliki
bilangan Re > 4000.

Gambar 2.3 Aliran Turbulen


Sumber: Munson, dkk., 2003
Aliran fluida terbagi berdasarkan beberapa kategori, diantaranya
berdasarkan pergerakannya, ialah sebagai berikut (Waspodo, 2017):
1. Non-Uniform flow
Aliran Non-Uniform flow terjadi dimana besar dan arah vektor-vektor
kecepatan fluida selalu berubah terhadap lintasan aliran fluida tersebut, hal ini
terjadi apabila luas penampang medium fluida juga berubah.

2. Steady Flow
Aliran Steady Flow merupakan aliran yang terjadi apabila kecepatannya
tidak dipengaruhi oleh waktu, sehingga kecepatannya konstan pada setiap titik
pada aliran tersebut.

3. Non-Steady Flow
Aliran Non-Steady Flow merupakan aliran yang terjadi apabila ada suatu
perubahan kecepatan aliran tersebut terhadap perubahan waktu Berdasarkan
pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
a) Fluida tak termampatkan (incompressible)
Pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya
perubahan tekanan, sehingga fluida tak termampatkan.

b) Fluida termampatkan (compressible)


Pada keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume dengan adanya
perubahan tekanan.

2.2 Debit Aliran


Debit aliran fluida merupakan besarnya volume aliran persatuan waktu.
Secara sitematis, debit aliran dapat ditulis sebagai berikut:

V
Q = … Pers (2.1)
t
Kemudian dari persamaan kontinuitas akan didapat luas bukaan adalah:

1
𝐴 = 𝜋𝐷 … Pers (2.2)
4

Maka kecepatan aliran dalam suatu penampang adalah:

𝑄
𝑣 = … Pers (2.3)
𝐴

Atau persamaan dari kecepatan dapat dijabarkan sebagai berikut:

𝑄
𝑣 = … Pers (2.4)
1
4 𝜋𝐷

Keterangan:
Q = Debit aliran (m3/detik)
V = Volume fluida (𝑚 )
t = Waktu (detik)
v = Kecepatan aliran fluida (m/detik)
A = Luas penampang aliran (m2)
D = Diameter Pipa (m)
𝜋 = 3.14 atau

2.2.1 Debit Volumetrik


Pengukuran debit dengan metode volumetrik dilakukan dengan cara
mengukur waktu diperlukan untuk mengisi suatu wadah yang sudah diketahui
volume dari wadah tersebut yang bisa disebut sebagai V, dengan demikian rumus
yang digunakan untuk mengetahui debit volumetrik adalah sebagai berikut
(Ginanjar & Hariati, 2015):
V = ∝ .𝐴 . 𝜑. 𝑊 … Pers (2.5)

Atau

V= 𝐴 . 𝜇. 𝑊 … Pers (2.6)

Untuk mendapatkan nilai koefisien kecepatan maka diketahui rumus sebagai


berikut:

𝑊
𝜑 = … Pers (2.7)
𝑊

Keterangan:
V́ = Volumetrik (m3/detik)
𝑊 = Kecepatan aliran dalam tabung pitot (m/detik)
𝑊 = Kecepatan teoritis (m/detik)
Abukaan = Luas bukaan (m2)
α = Koefisien kontraksi
μ = Koefisien discharge
φ = Koefisien kecepatan

2.2.2 Debit Teoritis


Debit teoritis merupakan perhitungan debit air berdasarkan rumus
perhitungan. Debit air yang keluar melalui outltet dipengaruhi oleh tinggi tekanan
yang ditampilkan pada manometer. Perubahan tinggi tekanan akan mengakibatkan
perubahan kecepatan aliran, sehingga perubahan kecepatan aliran air ini akan
berpengaruh pula terhadap perubahan debit. Besar aliran air dalam saluran
dinyatakan dalam unit volume per satuan waktu, misalkan meter kubik per detik
(𝑚 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘), liter per menit (liter/menit), dan lainnya, dan lebih dikenal dengan
istilah debit. Secara sederhana volume air dalam saluran terbuka dapat dihitung
dengan cara menghitung kecepatan rata-rata air yang melewati suatu luasan
penampang, yang dapat dinyatakan dalam persamaan:

Q =A. v … Pers (2.8)

Keterangan:
Q = Debit (𝑚 /detik)
v = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang saluran (𝑚 )

2.2.3 Debit Aktual


Debit aktual merupakan debit air yang dihasilkan dari pengukuran volume
air outlet dalam waktu tertentu. Pengukuran volume dilakukan dengan
menampung air yang keluar dari outlet. Air ditampung dalam suatu bak
volumetrik dan dihitung waktu yang diperlukan untuk menampung air tersebut
menggunakan stopwatch. Oleh karena itu, debit aktual dapat ditulis dengan
persamaan (Waspodo, 2017):

𝑉
𝑄 = … Pers (2.9)
𝑡

Keterangan:
Q = Debit air (m3/detik)
V = Volume air tertampung (m3)
t = Waktu yang diperlukan untuk mengatur volume air (detik)

2.3 Kecepatan Aliran


Air dialirkan melalui lubang intake pada ujung atas peralatan orifice
discharge kemudian mengisi tabung silinder, mengingat diameter lubang intake
lebih besar dan lubang outlet yang berada pada bagian bawah tabung silinder
maka air secara perlahan-lahan akan mengisi tabung silinder sampai pada batas
ketinggian dinginkan. Ketinggian air pada tabung silinder akan sejajar dengan
ketinggian air pada manometer.
Oleh karena itu, tinggi air pada manometer merupakan beda elevasi (H)
antara intake dan outlet. Dengan demikian, kecepatan aliran air melewati lubang
outlet dapat ditulis dengan persamaan berikut (Suhardi, 2019):

𝑣= 2. 𝑔. 𝐻 … Pers (2.10)

Keterangan:
v = Kecepatan aliran air (m/detik)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
H = Tinggi air (m)
2.3.1 Kecepatan Aliran Statis
Pada debit dari penampang terbatas, kehilangan energi akibat gesekan
sehingga mengambil bentuk kehilangan energi kinetik, seperti penurunan tekanan
di outlet ditetapkan oleh tekanan discharge yang ditentukan dan tidak dapat
dipengaruhi oleh fenomena aliran.

𝑊 = 2. 𝑔. 𝐻 … Pers (2.11)

Keterangan:
Waliran = Kecepatan aliran dalam tabung pitot (m/detik)
Hpitot = Ketinggian tabung pitot (m)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)

2.3.2 Kecepatan Aliran Teoritis


Debit kecepatan aliran teoritis dihitung sesuai dengan persamaan di bawah
ini sebagai berikut:
𝑊 = 2. 𝑔. 𝐻 … Pers (2.12)

Keterangan:
Wtheo = Kecepatan teoritis (m/detik)
Hstat = Ketinggian tabung stat (m)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)

𝑊 < 𝑊 … Pers (2.13)

Sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai berikut.

𝑊 = 𝜑 .𝑊 … Pers (2.14)

Keterangan:
Dimana φ < 1
φ = Koefisien kecepatan
Wtheo = Kecepatan teoritis (m/detik)
Waliran = Kecepatan teoritis (m/detik)

2.4 Kesalahan Relatif


Perhitungan kalibrasi debit dapat dilakukan apabila selisih debit aktual dan
teoritis dibandingkan dengan debit aktual menunjukkan rerata kesalahan relatif
lebih besar dari 5%, dimana debit aktual dalam simulasi ini sebagai debit standar
(Suhardi, 2019).

K(%)= x 100% … Pers (2.15)


Keterangan:
K = Kesalahan relatif (%)
QAktual = Debit aktual (m3/detik)
V́ = Volumetrik (m3/detik)
Vrerata = Volumetrik rerata (m3/detik)

Jika K (%) > 5%, maka dilakukanlah kalibrasi yang berfungsi untuk
menghitung nilai koefisien kalibrasi (K) antara debit aktual dengan debit hasil,
dengan persamaan yaitu sebagai berikut (Suhardi, 2019):

K= … Pers (2.16)

Keterangan:
K = Kalibrasi debit
QAktual = Debit aktual (m3/detik)
QTeoritis = Debit perhitungan (m3/detik)

2.5 Aplikasi Orifice Discharge


Penerapan Orifice Discharge yang dapat kita lihata dalam kehidupan sehari-
hari adalah sebagai berikut:
2.5.1 Bendungan
Orificemeter digunakan untuk mengontrol aliran bendungan banjir dalam
struktur sebuah bendungan, plat orifice ditempatkan diseberang sungai dalam
operasi normal, air mengalir melalui plat orifice sebagai lubang substansial besar
dari aliran normal cross. Ketika banjir naik, laju aliran banjir keluar dari plat
orifice yang kemudian hanya dapat melewati aliran yang ditentukan oleh dimensi
fisik lubang tersebut. Arus ini kemudian muncul kembali di belakang bendungan
yang rendah dalam resevoir sementara, yang perlahan dibuang melalui mulut
orifice ketika banjir reda (Fitriani, 2016).
Gambar 2.4 Bendungan
Sumber: Fitriani, 2016

2.5.2 Gas Alam (Natural Gas)


Orifice meter adalah alat ukur yang menggunakan orifice plate sebagai
komponen utama dalam pengukuran gas alam. Dalam penggunaan orifice meter
yang difungsikan sebagai pengukuran maka sangatlah penting terlebih dahulu
mengkalibrasi secara empiris. Lempengan orifice sebagai standar pengukuran dan
kalibrasi yang ekstensif telah dilakukan sehingga telah diterima secara luas
sebagai standar pengukuran fluida. Sebuah orifice dalam pipa ditunjukkan dengan
manometer untuk mengukur penurunan dari perbedaan tekanan dari fluida yang
dihasilkan oleh orifice.
Prinsip Kerja Orificemeter pada dasarnya tergantung pada perbedaan
tekanan yang dihasilkan oleh orifice plate. Pada mulanya aliran gas alam yang
melewati pipa kemudian melewati straightening vanes, yang fungsinya adalah
agar putaran dari aliran gas tersebut lebih beraturan yang kemudian aliran gas
tersebut membentur orifice sehingga terjadi perbedaan tekanan antara aliran
sebelum melewati orifice yang kita sebut dengan up stream dan setelah melewati
orifice yang kita sebut dengan downstream. Pada proses pengukuran dibuat
sebuah lubang yang disebut pressure taps dengan ukuran dan penempatan terukur
pada holding device dimana tekanan gas dari kedua sisi antara sebelum dan
sesudah melewati orifice disensor (Salim, dkk., 2017).
Gambar 2.5 Gas Alam
Sumber: Salim, dkk., 2017

2.5.3 Perpipaan
Orifice paling sering digunakan untuk pengukuran kontinyu cairan di dalam
pipa. Mereka juga digunakan dalam beberapa sistem sungai kecil untuk mengukur
aliran di lokasi di mana sungai melewati gorong-gorong atau saluran. Hanya
sebagian kecil sungai sesuai untuk penggunaan teknologi sejak piring harus tetap
sepenuhnya terendam yaitu pendekatan pipa harus penuh dan sungai harus secara
substansial bebas dari puing-puing (Baskara, 2010).

Gambar 2.6 Perpipaan


Sumber: Baskara, 2010
2.5.4 Penyimpanan Tandon Air dengan Ketinggian Tertentu
Pada saat pembangunan sebuat Gedung atau bahkan perumahan para drafter
dari proyek tersebut akan menempatkan tandon air dengan ketinggian tertentu.
Biasanya patokan penempatan tandon air setara dengan tinggi sebuah bangun. Hal
ini dikarenakan jika semakin tinggi penyimpanan tandan air makan mobilitas dari
distribusi air pada sistem perpipaan akan akan memiliki laju aliran yang sangat
besar sehingga aliran airnya akan deras (Laudia Tysara, 2020).

Gambar 2.7 lustrasi Penyimpanan Tandon Air


Sumber: Laudia Tysara, 2020

2.5.5 Sistem Hidrolik


Berbicara masalah hidrolik, hal yang umum dipakai adalah istilah "Pump
Pressure" (Tekanan Pompa). Tetapi perlu diingat bahwa pompa tidak
menghasilkan pressure. Pompa hanya menghasilkan "Flow" (aliran fluida/oli) Jika
flow-nya dihambat, maka akan timbul pressure. Orifice menimbulkan hambatan
terhadap pump flow. Pada saat oli mengalir melalui sebuah orifice, maka akan
timbul pressure pada sisi up stream dari sebuah orifice (pressure yang diukur pada
ruangan sebelum orifice. Ada sebuah orifice di dalam pipa di antara kedua gauge.
Tidak ada hambatan pada oli untuk mengalir setelah orifice. Itu sebabnya gauge
pada sisi down stream (ruangan setelah orifice) menunjukan 0 (zero) kPa/psi (Heru
Santoso, 2014).
Gambar 2.8 Sistem Hidrolik
Sumber: Heru Santoso, 2014
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Waktu
Adapun waktu pelaksanaan Praktikum Percobaan Orifice Discharge adalah
sebagai berikut:
Hari, Tanggal : Kamis, 05 Oktober 2023
Pukul : 10.00-11.00 WITA

3.1.2 Tempat
Adapun tempat pelaksanaan Praktikum Percobaan Orifice Discharge
dilaksanakan di Laboratorium Teknik Kelautan, Fakultas Teknik, Universitas Halu
Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara,

Gambar 3.1 Laboratorium Teknik Kelautan, Fakultas Teknik,


Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Basic Hydraulic Bench
Basic Hydraulic Bench berfungsi sebagai sumber air dan pengatur aliran
serta untuk mengukur debit aliran fluida. Basic Hydraulic Bench pada percobaan
Orifice Discharge yaitu:

Gambar 3.2 Basic Hydraulic Bench

2. Orifice Discharge Apparatus


Orifice Discharge Apparatus berfungsi sebagai pengukur laju aliran air.
Orifice Discharge Apparatus pada percobaan Orifice Discharge yaitu:

Gambar 3.3 Orifice Discharge Apparatus


3. Selang
Selang berfungsi sebagai saluran yang mengalirkan air dari Basic Hydraulic
Bench ke Orifice Discharge Apparatus. Selang pada percobaan Orifice Discharge
yaitu:

Gambar 3.4 Selang

4. Stopwatch
Stopwatch berfungsi untuk menghitung lama waktu yang diperlukan untuk
mengisi air yang masuk ke Basic Hydraulic Bench dalam volume tertentu.
Stopwatch pada percobaan Orifice Discharge yaitu:

Gambar 3.5 Stopwatch


5. Kanebo atau Lap
Kanebo dan lap berfungsi untuk membersihkan alat ketika selesai
digunakan. Kanebo dan lap pada percobaan Orifice Discharge yaitu:

Gambar 3.6 Kanebo atau Lap

6. Mistar
Mistar berfungsi untuk mengukur tekanan pada tabung pitot dan tabung stat.
Mistar pada percobaan Orifice Discharge yaitu:

Gambar 3.7 Mistar


7. Alat Tulis dan Blanko Data
Alat tulis dan blanko data digunakan untuk mencatat semua hasil percobaan
yang dilakukan. Alat tulis dan blanko data pada percobaan Orifice Discharge
yaitu:

Gambar 3.8 Alat Tulis dan Blanko Data

8. Kamera
Kamera digunakan sebagai alat dokumentasi berupa foto-foto praktikum.
Kamera pada percobaan Orifice Discharge yaitu:

Gambar 3.9 Kamera


3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu air.

Gambar 3.10 Air

3.3 Sketsa Alat Uji

Gambar 3.11 Sketsa Alat Orifice Discharge Apparatus


Keterangan:
1. Tangki Pegangan, berfungsi untuk mempermudah pemasangan.
2. Inlet, berfungsi untuk menyaring tahanan.
3. Saringan, berfungsi untuk menyaring kotoran.
4. Debit Nozzle, berfungsi untuk meningkatkan kepetanan aliran fluida.
5. Tabung Pitot, berfungsi untuk meletakan pengukuran tekanan.
6. Pengukuran Tekanan, berfungsi untuk meletakan pengukuran tekanan.
7. Overflow, berfungsi untuk mengukur laju aliran volume.
8. Mikrometer, berfungsi untuk mengukur diameter air.

3.4 Prosedur Percobaan


1. Siapkan alat dan bahan (Basic Hydraulic Bench dan Orifice Discharge
Apparatus).
2. Sambungkan stopkontak Basic Hydraulic Bench dengan sambungan listrik
yang disediakan.
3. Pastikan air yang tersedia didalam tangki bench terpenuhi.
4. Letakkan Orifice Discharge Apparatus di atas Basic Hydraulic Bench.
5. Sambungkan pipa Penghubung Basic Hydraulic Bench dengan Orifice
Discharge Apparatus.
6. Nyalakan alat dengan menekan tombol on pada Basic Hydraulic Bench.
7. Atur debit agar aliran air yang keluar lebih teratur.
8. Stabilkan air pada tabung pitot.
9. Arahkan tabung pitot ke arah keluarnya air sehingga air masuk ke dalam
tabung pitot.
10. Hitung Hstat dan Hpitot yang terlihat ditabung pengukuran tekanan.
11. Ubah ketinggian tabung pitot sampai ditentukan dan hitung kembali Hstat
dan Hpitot.
12. Hitung volume air dengan waktu tertentu, lakukan sebanyak yang telah
ditentukan.
13. Catat semua hasil pembacaan yang dilakukan.
14. Lakukan terus berulang-ulang sampai yang ditentukan.
15. Matikan alat.
16. Cabut stopkontak.
17. Bersihkan alat, kemudian angkat Alat Orifice Discharge Apparatus dan
kembalikan ke posisi semula.
BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Hasil Data Pengamatan
Adapun hasil data pengamatan percobaan orifice discharge adalah sebagai
berikut.

Tabel 4.1 Hasil Data Pengamatan


Diameter Diamater
H stat H pitot t Volume H air
No Orifice Air
(cm) (cm) (detik) (V) (cm)
(mm) (mm)
1 2 3 4 5 6 7 8
10 14,32 4
1 12 37 44,8 45,3 16,42 5 39
50 19,79 6
10 17,20 5
2 12 18 45,6 44,7 20.71 6 38
37 24,93 7
10 28,60 8
3 12 12 45,7 43,9 37,29 9 39,9
23 40,89 10
4.1.2 Tabulasi Data Pengamatan
Adapun tabulasi data pengamatan percobaan orifice discharge adalah
sebagai berikut.

Tabel 4.2 Tabulasi Data Pengamatan


Diameter Diamater
H stat H pitot t Volume H air
No Orifice Air
(m) (m) (detik) (m³) (m)
(m) (m)
1 2 3 4 5 6 7 8
0,0100 14,32 0,0040
1 0,0120 0,0370 0,4480 0,4530 16,42 0,0050 0,3900
0,0500 19,79 0,0060
0,0100 17,20 0,0050
2 0,0120 0,0180 0,4560 0,4470 20.71 0,0060 0,3800
0,0370 24,93 0,0070
0,0100 28,60 0,0080
3 0,0120 0,0120 0,4570 0,4390 37,29 0,0090 0,3990
0,0230 40,89 0,0100
4.2 Analisa Data Perhitungan
4.2.1 Analisa Perhitungan Pada Percobaan 1
1. Perhitungan Debit Aliran
a) Perhitungann debit Aliran dengan volume 0,0040 m³ dengan waktu 14.32
detik.
Diketahui:
V = 0,0040 m³
t = 14.32 detik
Ditanyakan:
Q =...?

Penyelesaian:
Q =
,
Q = .

Q = 2,7933 x 10⁻⁴ m³/detik

b) Perhitungann debit Aliran dengan volume 0,0050 m³ dengan waktu 16.42


detik.
Diketahui:
V = 0,0050 m³
t = 16.42 detik
Ditanyakan:
Q =...?
Penyelesaian:
Q =
,
Q = .

Q = 3,0451 x 10⁻⁴ m³/detik


c) Perhitungann debit Aliran dengan volume 0,0060 m³ dengan waktu 19.79
detik.
Diketahui:
V = 0,0060 m³
t = 19.79 detik
Ditanyakan:
Q =...?
Penyelesaian:

Q =
,
Q = .

Q = 3,0318 x 10⁻⁴ m³/detik


2. Perhitungan Laju Aliran Statis
Diketahui:
H = 0,4530 m
g = 9,81 m/detik2
Ditanyakan:
w =...?
Penyelesaian:
w = 2 .g .H

= 2 . 9,81 . 0,4530
= 2,9813 m/detik

3. Perhitungan Laju Aliran Teoritis


Diketahui:
H = 0,4480 m
g = 9,81 m/detik2
Ditanyakan:
w =...?
Penyelesaian:
w = 2 .g .H
= √2 . 9,81 . 0,4480
= 2,9648 m/detik

4. Perhitungan Koefisien Kontraksi


a) Perhitungan Koefisien Kontraksi dengan Diameter Aliran Air 0,0100 m.
Diketahui:
d = 0,0100
d = 0,0120
Ditanyakan:
∝ =...?

Penyelesaian:
²
∝ = ²

, ²
∝ = , ²

∝ = 0,6944

b) Perhitungan Koefisien Kontraksi dengan Diameter Aliran Air 0,0370 m.


Diketahui:
d = 0,0370
d = 0,0120
Ditanyakan:
∝ =...?
Penyelesaian:
²
∝ = ²

, ²
∝ = , ²

∝ = 9,5069
c) Perhitungan Koefisien Kontraksi dengan Diameter Aliran Air 0,0500 m.
Diketahui:
d = 0,0500
d = 0,0120
Ditanyakan:
∝ =...?
Penyelesaian:
²
∝ = ²

, ²
∝ = , ²

∝ = 17,3611

5. Perhitungan Luas Buahan Orifice


Diketahui:
d = 0,0120 m
𝜋 = 3,1415
Ditanyakan:
A =...?
Penyelesaian:
A = 𝜋d

A = 3,1415 (0,0120)²

A = 1,1310 x 10 m²

6. Perhitungan Luas Aliran Air


a) Perhitungann Luas Aliran Air dengan Diameter Air 0,0100 m.
Diketahui:
d = 0,0100 m
𝜋 = 3,1415
Ditanyakan:
A =...?
Penyelesaian:
A = 𝜋d

A = 3,1415 (0,0100)²

A = 7,8540 x 10 m²

b) Perhitungann Luas Aliran Air dengan Diameter Air 0,0370 m.


Diketahui:
d = 0,0370 m
𝜋 = 3,1415
Ditanyakan:
A =...?
Penyelesaian:
A = 𝜋d

A = 3,1415 (0,0370)²

A = 1,0752 x 10 m²

c) Perhitungann Luas Aliran Air dengan Diameter Air 0,0500 m.


Diketahui:
d = 0,0500 m
𝜋 = 3,1415
Ditanyakan:
A =...?
Penyelesaian:
A = 𝜋d

A = 3,1415 (0,0500)²

A = 1,9635 x 10 m²

7. Perhitungan Koefisien Kecepatan


Diketahui:
w = 2,9813 m/detik
w = 2,9648 m/detik
Ditanyakan:
𝜑 = . . .?
Penyelesaian:
𝜑 =
,
𝜑 = ,

𝜑 = 1,0056

8. Perhitungan Koefisien Orifice Discharge


a) Perhitungan Koefisien Orifice Discharge dengan Koefisien Konstraksi
0,6944 dan Koefisien Kecepatan 1,0056.
Diketahui:
∝ = 0,6944
𝜑 = 1,0056
Ditanyakan:
𝜇 =...?
Penyelesaian:
𝜇 =∝.𝜑
𝜇 = 0,6944 x 1,056
𝜇 = 0,6983

b) Perhitungan Koefisien Orifice Discharge dengan Koefisien Konstraksi


9,5069 dan Koefisien Kecepatan 1,0056.
Diketahui:
∝ = 9,5069
𝜑 = 1,0056
Ditanyakan:
𝜇 = . . . .?
Penyelesaian:
𝜇 =∝.𝜑
𝜇 = 9,5069 x 1,0056
𝜇 = 9,5598

c) Perhitungan Koefisien Orifice Discharge dengan Koefisien Konstraksi


17,3611 dan Koefisien Kecepatan 1,0056.
Diketahui:
∝ = 17,3611
𝜑 = 1,0056

Ditanyakan:
𝜇 =...?
Penyelesaian:
𝜇 =∝.𝜑
𝜇 = 17,3611 x 1,0056
𝜇 = 17,4577
9. Perhitungan Debit Volumertik
a. Perhitungan Debit Volumertik dengan Koefisien Konstraksi 0,0056 dan
Koefisien Kecepatan 0,991
Diketahui:
A = 1,131 x 10 m²
𝜇 = 0,5573
w = 0,566
Ditanyakan:
V́ =...?
Penyelesaian:
V́ =A .𝜇. w
V́ = 1,131 x 10 . 0,5573 . 0,566
V́ = 3,5626 x 10 m³/detik
4.3 Analisa Data Percobaan
4.3.1 Analisa Data Pada Percobaan 1
1. Perhitungan Kecepatan Aliran Air
Diketahui:
H = 0,0390 m
g = 9,81 m/detik²
Ditanyakan:
w =...?
Penyelesaian:
w = 2 .g .H
= √2 . 9,81 . 0,0390
= 0,8747 m/detik

2. Perhitungan Luas Bukaan Orifice


Diketahui:
d = 0,0120 m
𝜋 = 3,1415
Ditanyakan:
A =...?
Penyelesaian:
A = 𝜋d

A = 3,1415 (0,0120)²

A = 1,1310 x 10 m²
3. Perhitungan Debit Aliran Teoritis
Diketahui:
w = 0,8747 m/detik
A = 1,1310 x 10 m²
Ditanyakan:
Q =...?
Penyelesaian:
Q =w .A
Q = 0,8747 . 1,1310 x 10
Q = 9,8931 x 10 m³/detik

4. Perhitungan Debit Aliran Aktual


Diketahui:
t = 16,84 detik
V rerata = 0,0050 m³
Ditanyakan:
Q =...?
Penyelesaian:

Q =
,
Q = ,

Q = 2,9685 x 10 m³/detik

5. Perhitungan Kesalahan Relatif


Diketahui:
Q = 2,9685 x 10 m³/detik
V́ rerata = 3,0978 x 10 m³/detik
Ditanyakan:
K = . . . .?
Penyelesaian:

K = V́
𝑥 100%
, ,
K = ,
𝑥100%

K = -0,9042 %
4.4 Analisa Grafik
4.4.1 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Waktu
Pada Ketinggian Air H1
Berikut grafik hubungan debit aliran dengan volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian air H1.

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Debit Aliran dengan Volumetrik Terhadap Waktu
pada Ketinggian Air H1

Pada grafik hubungan debit aliran dengan debit volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian H1 berbanding lurus, dimana seiring bertambahnya waktu pada
volumetrik grafik maupun debit aliran mengalami peningkatan. Bisa dilihat pada
jangka waktu 14.32-16.42 detik, debit volumetriknya meningkat dari 2,3415 x
10 m³/detik sampai pada 3,2055 x 10 m³/detik. Begitu juga dengan debit
aliran yang meningkat dari 2,7933 x 10 m³/detik sampai 3,0451 x 10
m³/detik seiring bertambahnya waktu. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin
banyak waktu yang dibutuhkan maka semakin besar nilai volumetrik maupun nilai
debit alirannya.
4.4.2 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Waktu
Pada Ketinggian Air H2
Berikut grafik hubungan debit aliran dengan volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian air H2.

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Debit Aliran dengan Volumetrik Terhadap Waktu
pada Ketinggian Air H2

Pada grafik hubungan debit aliran dengan debit volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian H2 berbanding terbalik, dimana seiring bertambahnya waktu pada
volumetrik grafiknya mengalami peningkatan sedangkan pada debit aliran
mengalami penurunan. Bisa dilihat pada jangka waktu 17.20-20.71 detik, debit
volumetriknya meningkat dari 2,3259 x 10 m³/detik sampai pada 7,5360 x
10 m³/detik. Begitu juga dengan debit aliran yang menurun dari 2,9070 x
10 m³/detik sampai 2,8972 x 10 m³/detik seiring bertambahnya waktu.
Sehingga dapat diartikan bahwa semakin banyak waktu yang dibutuhkan maka
semakin besar nilai volumetriknya dan nilai debit alirannya semakin kecil, begitu
juga sebaliknya.
4.4.3 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Waktu
Pada Ketinggian Air H3
Berikut grafik hubungan debit aliran dengan volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian air H3.

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Debit Aliran dengan Volumetrik Terhadap Waktu
pada Ketinggian Air H3

Pada grafik hubungan debit aliran dengan debit volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian H3 berbanding terbalik, dimana seiring bertambahnya waktu pada
volumetrik grafiknya mengalami peningkatan sedangkan pada debit aliran
awalnya mengalami peningkatan kemudian diikuti dengan penurunan. Bisa dilihat
pada jangka waktu 28.60-37.29 detik, debit volumetriknya meningkat dari 2,3050
x 10 m³/detik sampai pada 3,3192 x 10 m³/detik. Begitu juga dengan debit
aliran yang menurun dari 2,7972 x 10 m³/detik sampai 2,4135 x 10
m³/detik seiring bertambahnya waktu. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin
banyak waktu yang dibutuhkan maka semakin besar nilai volumetriknya dan nilai
debit alirannya semakin kecil, begitu juga sebaliknya.
4.4.4 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Koefisien
Discharge Pada Ketinggian Air H1
Berikut grafik hubungan antara debit volumetrik dengan koefisien discharge
pada ketinggian air H1.

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara Debit Volumetrik dengan Koefisien


Discharge pada Ketinggian Air H1

Berdasarkan hasil analisa grafik diatas, bahwa nilai R2 = 0,9989 yang tidak
perlu dilakukan analisa regresi karena nilainya diatas 0,95 dan mendekati 1. Dari
grafik tersebut kita melihat bahwa antara debit volumetrik dengan koefisien
discharge diperoleh kenaikan garis linear. Hal ini disebabkan oleh semakin
besarnya debit volumetrik yang diperoleh maka semakin besar pula koefisien
discharge yang didapatkan.
4.4.5 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Koefisien
Discharge Pada Ketinggian Air H2
Berikut grafik hubungan antara debit volumetrik dengan koefisien discharge
pada ketinggian air H2.

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara Debit Volumetrik dengan Koefisien


Discharge pada Ketinggian Air H2

Berdasarkan hasil analisa grafik diatas, bahwa nilai R2 = 0,8776 perlu


dilakukan analisa regresi karena nilainya dibawah 0,95 dan tidak mendekati 1.
Dari grafik tersebut kita melihat bahwa antara debit volumetrik dengan koefisien
discharge diperoleh kenaikan garis linear. Hal ini disebabkan oleh semakin
besarnya debit volumetrik yang diperoleh maka semakin besar pula koefisien
discharge yang didapatkan. Maka grafik ini harus dilakukan analisa ulang untuk
mendekati 1 atau diatas 0,95.
4.4.6 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Koefisien
Discharge Pada Ketinggian Air H3
Berikut grafik hubungan antara debit volumetrik dengan koefisien discharge
pada ketinggian air H3.

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Antara Debit Volumetrik dengan Koefisien


Discharge pada Ketinggian Air H3

Berdasarkan hasil analisa grafik diatas, bahwa nilai R2 = 0,826 perlu


dilakukan analisa regresi karena nilainya dibawah 0,95 dan tidak mendekati 1.
Dari grafik tersebut kita melihat bahwa antara debit volumetrik dengan koefisien
discharge diperoleh kenaikan garis linear. Hal ini disebabkan oleh semakin
besarnya debit volumetrik yang diperoleh maka semakin besar pula koefisien
discharge yang didapatkan. Maka grafik ini harus dilakukan analisa ulang untuk
mendekati 1 atau diatas 0,95.
4.4.7 Grafik Hubungan Antara Kesalahan Relatif dan Kalibrasi Debit
Berikut grafik hubungan antara kesalahan relatif dan kalibrasi debit.

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Antara Kesalahan Relatif dan Kalibrasi Debit

Berdasarkan hasil analisa grafik diatas, bahwa nilai R2 = 0,9646 yang tidak
perlu dilakukan analisa regresi karena nilainya di atas 0,95 dan mendekati 1. Dari
grafik tersebut kita melihat bahwa hubungan antara kesalahan relatif dengan
kalibrasi debit diperoleh kenaikan garis linear. Hal ini disebabkan oleh semakin
besarnya kesalahan relatif yang diperoleh maka semakin besar pula kalibrasi debit
yang didapatkan. Maka grafik ini tidak harus dilakukan analisa ulang untuk
mendekati 1 atau diatas 0,95.
4.4.8 Grafik Hubungan Antara Kecepatan Aliran Dengan Ketinggian Air
Berikut grafik hubungan antara kecepatan aliran dan ketinggian air.

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Antara Kecepatan aliran dan Ketinggian Air

Berdasarkan hasil analisa grafik diatas, bahwa nilai R2 = 1 yang tidak perlu
dilakukan analisa regresi karena nilainya diatas 0,95 dan mendekati 1. Dari grafik
tersebut kita melihat bahwa hubungan antara kecepatan aliran dengan ketinggian
air diperoleh kenaikan garis linear. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya
kecepatan aliran yang diperoleh maka semakin besar pula ketinggian air yang
didapatkan. Maka grafik ini tidak harus dilakukan analisa ulang untuk mendekati
1 atau diatas 0,95.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan Orifice Discharge adalah sebagai
berikut:
1. Laju aliran dapat diukur dengan mengamati kecepatan aliran dan perbedaan
cairan pada saat cairan melintas. Penentuan laju aliran juga
memperhitungkan pengaruh pipa atau saluran terhadap kecepatan aliran.
2. Perbandingan antara hasil percobaan langsung dan perhitungan dapat
dilakukan dengan memeriksa nilai debit air. Dengan membandingkan hasil
langsung dengan perhitungan rumus debit, dapat dievaluasi akurasi
pengukuran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi perbedaan tersebut.
3. Koefisien laju aliran dapat ditentukan melalui eksperimen, di mana tinggi
permukaan air dalam tangki konstan diatur untuk memperoleh data yang
diperlukan. Data ini digunakan untuk menghitung koefisien aliran, yang
mencerminkan karakteristik aliran cairan melalui suatu Orifice.
4. Hubungan antara ketinggian air dan kecepatan aliran adalah bahwa semakin
besar kecepatan aliran, semakin besar ketinggian airnya, dan sebaliknya. Ini
mencerminkan korelasi antara energi kinetik (kecepatan) dan energi
potensial (ketinggian) dalam sistem aliran cair.
5. Hubungan antara debit aliran dan volume terhadap waktu dapat dijelaskan
sebagai jumlah air yang mengalir dalam suatu volume tertentu per unit
waktu. Metode volumetrik, seperti penggunaan gelas ukur atau ember
dengan volume diketahui, memungkinkan pengukuran langsung untuk
memahami seberapa cepat air mengalir dalam suatu periode waktu.
5.2 Saran
Adapun saran saya dalam praktikum Orifice Discharge ini adalah sebagai
berikut:
1. Saran Untuk Fakultas
Saran saya untuk fakultas yaitu untuk menyediakan genset di laboratorium
agar praktikum tidak terhambat jika terjadi pemadaman lampu.
2. Saran Untuk Laboratorium
Saran saya untuk pihak laboratorium yaitu sebaiknya pihak laboratorium
dapat meningkatkatkan lagi dalam hal pemeliharaan alat dan juga dapat
menambah alat Basic Hydaraulic Bench agar pada saat kami akan memulai
praktikum tidak perlu mengantri lagi untuk menggunakan alat tersebut.
3. Saran Untuk Asisten
Saran saya untuk asisten dosen yaitu tetap menjadi asisten yang baik dan
tidak mempersulit praktikan dalam proses asistensi, serta semoga untuk
kedepannya dapat lebih baik lagi dalam mengontrol praktikan.
4. Saran Untuk Teman Kelompok
a) Adisty Anastasya Putri
b) Della Anggraeni
c) Muhammad Alfan
d) Novita Syalwianti
e) Ahmad Dilun
f) Olivia Valentina Surubaya
g) Valenthino Cleonidio Wellem
h) Gabriel Tebai
DAFTAR PUSTAKA

Abidin K, Wangiadi S. (2013). Studi Analisis Perbandingan Kecepatan Air


Melalui Pipa Venturi Dengan Perbedaan Diameter Pipa. (Jurnal Dinamika,
4(2), 62-78).
Baskara (2010). Orifice Plate, 6-9.
Fitriani, L. F. (2016). Laporan Praktikum Elektronika, (15-48).
Gerhart, P. M., Gerhart, A. L., & Hochstein, J. I. (2016). Munson, Young and
Okiishi's Fundamentals of Fluid Mechanics. John Wiley & Sons.
Ginanjar, B., & Hariati, F. (2015). Analisis Koefisien Debit Model Alat Ukur
Celah Segiempat di Laboratorium Hidrolika Teknik Sipil Universitas Ibn
Heru Santoso (2014). Tehnik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine.
Kementerian Kelautan Perikanan Bitung
Kuncoro, Y. T., Sisinggih, D., & Priyantoro, D. (2013). Uji Model Fisik Kapasitas
Aliran Pada Lubang Pengisian Tampungan Di Bawah Saluran Drainasi
(Underdrain Box Storage). Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water
Resources Engineering, 4(1), 73-80.
LaNasa, P. J., & Upp, E. L. (2014). Fluid flow measurement: A practical guide to
accurate flow measurement. ButterworthHeinemann.
Laudia Tysara (2020). https://www.liputan6.com/hot/read/4292556/cara-
memasang-tangki-air-di-rumah-perhatikan-langkahnya akses tanggal 30
November 2023.
Munson, Donald F.Young, Theodore H. Okiishi . 2003. “Mekanika Fluida 1st
Edition” . Jakarta : Erlangga.
Salim, Astuti dan Suryani Talib. 2017. Fisika Dasar 1. Yogyakarta: Deepublish
Sarjito, Subroto, dan A. Kurniawan. Studi Distribusi Tekanan Aliran Melalui
Pengecilan Saluran Secara Mendadak dengan Belokan Pada Penampang
Segi Empat. Media Mesin: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. 17(1) (2016), p.8–
22.
Suhardi, S. (2019). Pengaruh Motivasi Kerja, Kompetensi, Lingkungan Kerja dan
Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Asuransi Jiwa di Kota Batam
Dengan Organizational Citizenship Behavior Sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Benefita, 4(2), 296-315.
Suharno K., Widodo S., & Sahaludin X. (2016). Analisa Aliran dalam Pipa
(Junction).
Triadmodjo, B (1993). Buku Hidrolika (B. Triadmodjo (ed.))
file:///D:/docdownloader.com-pdf-hidraulika-1-prof-dr-ir-bambang-
triatmojocesdeapdf-dd_e9a9ed65ec5649323c8eee4bdf325809.pdf
Waspodo. (2017). Analisa Head Loss Sistem Jaringan Pipa pada Sambungan Pipa
Kombinasi Diameter Berbeda. Jurnal Suara Teknik, 04(01).
L
A
M
P
I
R
A
N

PERCOBAAN ORIFICE DISCHARGE


KELOMPOK 02 RIL
LAMPIRAN 2. Dokumentasi Laporan
1. Dokumentasi Praktikum

(Mencatat Nilai Pada Tabung Tekanan Hstat & Hpitot)

(Mengukur Diameter Air)


(Mengukur Ketinggian Air)

(Menghitung Waktu Yang Dibutuhkan Saat Volume Telah Ditentukan)


2. Dokumentasi Bersama Asisten

(Dokumentasi Kelompok 2 RIL Bersama Asisten Dosen Setelah Praktikum)

(Dokumentasi Kelompok 2 RIL Bersama Asisten Dosen Setelah Praktikum)


3. Dokumentasi Pada Saat Proses Asistensi

(Dokumentasi Pada Saat Melakukan Asistensi)

(Dokumentasi Pada Saat Melakukan Asistensi)


4. Dokumentasi Pada saat Kerja Laporan

(Proses Pengerjaan Laporan)

(Proses Pengerjaan Laporan)


(Proses Pengerjaan Laporan)

(Proses Pengerjaan Laporan)


(Proses Pengerjaan Laporan)

(Proses Pengerjaan Laporan)


(Proses Pengerjaan Laporan)

(Proses Pengerjaan Laporan)


5. Dokumentasi Paparazi

“Laporan praktikum itu rumit, yang sederhana namanya rumah makan”

“Sa istirahat dulu, untuk urusan besok sa serahkan sama diriku yang besok saja”
“Masalahmu memang berat, tapi jangan ditimbang, nda laku soalnya”

“Hidup memang cuman sebentar, tapi kerja laporan praktikum itu lama”
" Nda masalah nilai ku ampas, asal ada temanku yg nilai nya lebih ampas"

“Saya Bukan Pemalas, Tapi Lagi Dalam Mode Hemat Daya Saja”
“Ada Dua Hal Yang Tidak Boleh DiLakukan : Pertama, Jangan Bilang Anime Itu
Kartun, Ke Dua Jangan Pernah Pinjam Seratus. Tapi, Adakah Dua Ratus?”

"bangunkan aku h-3 sebelum wisuda”


“Putus Cinta Sudah Biasa. Asal Jangan Putus Kuliah, Marah Mamahh”

“Tetap Masuk Praktikum Walau Otak Sudah Vakum”


LAMPIRAN 3. RAB Pada Saat Proses Pengerjaan Laporan Orifice Discharge

ANGGARAN BIAYA

No. Kebutuhan Jumlah Keterangan Harga Total

1 Kertas 4 RIM 48.000 192.000

2 Tinta print 6 Botol 92.000 552.000

3 Pulpen 7 pcs 3.000 21.000

4 Map 2 Pcs 2.000 4.000

5 Bensin 5 Liter 10.000 50.000

6 Konsumsi 50 Dos 15.000 750.000

7 Snack 15 Bungkus 6.000 90.000

8 Air minum 5 Botol 7.000 35.000

9 Kopi 5 Kaleng 11.000 55.000

Total 1.749.000

Anda mungkin juga menyukai