PENDAHULUAN
2.1 Fluida
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat
padat seperti batu dan besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan
dalam benda cair, minyak pelumas dan susu merupakan contoh zat cair. Semua zat
cair itu dapat dikelompokkan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir
dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida.
Zat gas juga dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin
merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-
hari. Setiap hari fluida sering dihirup, diminum, terapung atau tenggelam di
dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut
mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau
melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga ber
sirkulasi di dalam tubuh setiap saat meskipun sering tidak disadari. Fluida dibagi
menjadi dua bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida dinamis (fluida
bergerak). Fluida statis ditinjau ketika fluida yang sedang diam atau berada dalam
keadaan (Abidin & Wagiani, 2013).
2.1.1 Jenis-Jenis Fluida
fluida terbagi menjadi dua jenis, yaitu fluida fluida statis dan fluida dinamis
dengan penjelasan sebagai berikut (Abidin, 2013):
1. Fluida Statis
Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam)
atau benda dalam keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan kecepatan antar
partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikel-partikel fluida tersebut
bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser. Contoh
fluida yang diam secara sederhana adalah air di bak yang tidak dikenai gaya oleh
gaya apapun, seperti gaya angin, panas dan lain-lain yang mengakibatkan air
tersebut bergerak.
2. Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida (zat cair) yang bisa bergerak. Fluida dinamis
dianggap steady (mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu), tak
termampatkan (tidak mengalami perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen
(tidak mengalami putaran-putaran).
3. Aliran Turbulen
Kondisi aliran dengan garis-garis aliran yang saling bersilangan sehingga
terjadi percampuran antar bidang-bidang geser di dalam fluida Aliran ini terjadi
jika viskositas fluida rendah dan kecepatan fluida tinggi. Aliran turbulen memiliki
bilangan Re > 4000.
2. Steady Flow
Aliran Steady Flow merupakan aliran yang terjadi apabila kecepatannya
tidak dipengaruhi oleh waktu, sehingga kecepatannya konstan pada setiap titik
pada aliran tersebut.
3. Non-Steady Flow
Aliran Non-Steady Flow merupakan aliran yang terjadi apabila ada suatu
perubahan kecepatan aliran tersebut terhadap perubahan waktu Berdasarkan
pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
a) Fluida tak termampatkan (incompressible)
Pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya
perubahan tekanan, sehingga fluida tak termampatkan.
V
Q = … Pers (2.1)
t
Kemudian dari persamaan kontinuitas akan didapat luas bukaan adalah:
1
𝐴 = 𝜋𝐷 … Pers (2.2)
4
𝑄
𝑣 = … Pers (2.3)
𝐴
𝑄
𝑣 = … Pers (2.4)
1
4 𝜋𝐷
Keterangan:
Q = Debit aliran (m3/detik)
V = Volume fluida (𝑚 )
t = Waktu (detik)
v = Kecepatan aliran fluida (m/detik)
A = Luas penampang aliran (m2)
D = Diameter Pipa (m)
𝜋 = 3.14 atau
Atau
V= 𝐴 . 𝜇. 𝑊 … Pers (2.6)
𝑊
𝜑 = … Pers (2.7)
𝑊
Keterangan:
V́ = Volumetrik (m3/detik)
𝑊 = Kecepatan aliran dalam tabung pitot (m/detik)
𝑊 = Kecepatan teoritis (m/detik)
Abukaan = Luas bukaan (m2)
α = Koefisien kontraksi
μ = Koefisien discharge
φ = Koefisien kecepatan
Keterangan:
Q = Debit (𝑚 /detik)
v = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang saluran (𝑚 )
𝑉
𝑄 = … Pers (2.9)
𝑡
Keterangan:
Q = Debit air (m3/detik)
V = Volume air tertampung (m3)
t = Waktu yang diperlukan untuk mengatur volume air (detik)
𝑣= 2. 𝑔. 𝐻 … Pers (2.10)
Keterangan:
v = Kecepatan aliran air (m/detik)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
H = Tinggi air (m)
2.3.1 Kecepatan Aliran Statis
Pada debit dari penampang terbatas, kehilangan energi akibat gesekan
sehingga mengambil bentuk kehilangan energi kinetik, seperti penurunan tekanan
di outlet ditetapkan oleh tekanan discharge yang ditentukan dan tidak dapat
dipengaruhi oleh fenomena aliran.
𝑊 = 2. 𝑔. 𝐻 … Pers (2.11)
Keterangan:
Waliran = Kecepatan aliran dalam tabung pitot (m/detik)
Hpitot = Ketinggian tabung pitot (m)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
Keterangan:
Wtheo = Kecepatan teoritis (m/detik)
Hstat = Ketinggian tabung stat (m)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
𝑊 = 𝜑 .𝑊 … Pers (2.14)
Keterangan:
Dimana φ < 1
φ = Koefisien kecepatan
Wtheo = Kecepatan teoritis (m/detik)
Waliran = Kecepatan teoritis (m/detik)
Jika K (%) > 5%, maka dilakukanlah kalibrasi yang berfungsi untuk
menghitung nilai koefisien kalibrasi (K) antara debit aktual dengan debit hasil,
dengan persamaan yaitu sebagai berikut (Suhardi, 2019):
K= … Pers (2.16)
Keterangan:
K = Kalibrasi debit
QAktual = Debit aktual (m3/detik)
QTeoritis = Debit perhitungan (m3/detik)
2.5.3 Perpipaan
Orifice paling sering digunakan untuk pengukuran kontinyu cairan di dalam
pipa. Mereka juga digunakan dalam beberapa sistem sungai kecil untuk mengukur
aliran di lokasi di mana sungai melewati gorong-gorong atau saluran. Hanya
sebagian kecil sungai sesuai untuk penggunaan teknologi sejak piring harus tetap
sepenuhnya terendam yaitu pendekatan pipa harus penuh dan sungai harus secara
substansial bebas dari puing-puing (Baskara, 2010).
3.1.2 Tempat
Adapun tempat pelaksanaan Praktikum Percobaan Orifice Discharge
dilaksanakan di Laboratorium Teknik Kelautan, Fakultas Teknik, Universitas Halu
Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara,
4. Stopwatch
Stopwatch berfungsi untuk menghitung lama waktu yang diperlukan untuk
mengisi air yang masuk ke Basic Hydraulic Bench dalam volume tertentu.
Stopwatch pada percobaan Orifice Discharge yaitu:
6. Mistar
Mistar berfungsi untuk mengukur tekanan pada tabung pitot dan tabung stat.
Mistar pada percobaan Orifice Discharge yaitu:
8. Kamera
Kamera digunakan sebagai alat dokumentasi berupa foto-foto praktikum.
Kamera pada percobaan Orifice Discharge yaitu:
Penyelesaian:
Q =
,
Q = .
Q =
,
Q = .
= 2 . 9,81 . 0,4530
= 2,9813 m/detik
Penyelesaian:
²
∝ = ²
, ²
∝ = , ²
∝ = 0,6944
, ²
∝ = , ²
∝ = 9,5069
c) Perhitungan Koefisien Kontraksi dengan Diameter Aliran Air 0,0500 m.
Diketahui:
d = 0,0500
d = 0,0120
Ditanyakan:
∝ =...?
Penyelesaian:
²
∝ = ²
, ²
∝ = , ²
∝ = 17,3611
A = 3,1415 (0,0120)²
A = 1,1310 x 10 m²
A = 3,1415 (0,0100)²
A = 7,8540 x 10 m²
A = 3,1415 (0,0370)²
A = 1,0752 x 10 m²
A = 3,1415 (0,0500)²
A = 1,9635 x 10 m²
𝜑 = 1,0056
Ditanyakan:
𝜇 =...?
Penyelesaian:
𝜇 =∝.𝜑
𝜇 = 17,3611 x 1,0056
𝜇 = 17,4577
9. Perhitungan Debit Volumertik
a. Perhitungan Debit Volumertik dengan Koefisien Konstraksi 0,0056 dan
Koefisien Kecepatan 0,991
Diketahui:
A = 1,131 x 10 m²
𝜇 = 0,5573
w = 0,566
Ditanyakan:
V́ =...?
Penyelesaian:
V́ =A .𝜇. w
V́ = 1,131 x 10 . 0,5573 . 0,566
V́ = 3,5626 x 10 m³/detik
4.3 Analisa Data Percobaan
4.3.1 Analisa Data Pada Percobaan 1
1. Perhitungan Kecepatan Aliran Air
Diketahui:
H = 0,0390 m
g = 9,81 m/detik²
Ditanyakan:
w =...?
Penyelesaian:
w = 2 .g .H
= √2 . 9,81 . 0,0390
= 0,8747 m/detik
A = 3,1415 (0,0120)²
A = 1,1310 x 10 m²
3. Perhitungan Debit Aliran Teoritis
Diketahui:
w = 0,8747 m/detik
A = 1,1310 x 10 m²
Ditanyakan:
Q =...?
Penyelesaian:
Q =w .A
Q = 0,8747 . 1,1310 x 10
Q = 9,8931 x 10 m³/detik
Q = 2,9685 x 10 m³/detik
K = -0,9042 %
4.4 Analisa Grafik
4.4.1 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Waktu
Pada Ketinggian Air H1
Berikut grafik hubungan debit aliran dengan volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian air H1.
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Debit Aliran dengan Volumetrik Terhadap Waktu
pada Ketinggian Air H1
Pada grafik hubungan debit aliran dengan debit volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian H1 berbanding lurus, dimana seiring bertambahnya waktu pada
volumetrik grafik maupun debit aliran mengalami peningkatan. Bisa dilihat pada
jangka waktu 14.32-16.42 detik, debit volumetriknya meningkat dari 2,3415 x
10 m³/detik sampai pada 3,2055 x 10 m³/detik. Begitu juga dengan debit
aliran yang meningkat dari 2,7933 x 10 m³/detik sampai 3,0451 x 10
m³/detik seiring bertambahnya waktu. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin
banyak waktu yang dibutuhkan maka semakin besar nilai volumetrik maupun nilai
debit alirannya.
4.4.2 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Waktu
Pada Ketinggian Air H2
Berikut grafik hubungan debit aliran dengan volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian air H2.
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Debit Aliran dengan Volumetrik Terhadap Waktu
pada Ketinggian Air H2
Pada grafik hubungan debit aliran dengan debit volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian H2 berbanding terbalik, dimana seiring bertambahnya waktu pada
volumetrik grafiknya mengalami peningkatan sedangkan pada debit aliran
mengalami penurunan. Bisa dilihat pada jangka waktu 17.20-20.71 detik, debit
volumetriknya meningkat dari 2,3259 x 10 m³/detik sampai pada 7,5360 x
10 m³/detik. Begitu juga dengan debit aliran yang menurun dari 2,9070 x
10 m³/detik sampai 2,8972 x 10 m³/detik seiring bertambahnya waktu.
Sehingga dapat diartikan bahwa semakin banyak waktu yang dibutuhkan maka
semakin besar nilai volumetriknya dan nilai debit alirannya semakin kecil, begitu
juga sebaliknya.
4.4.3 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Waktu
Pada Ketinggian Air H3
Berikut grafik hubungan debit aliran dengan volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian air H3.
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Debit Aliran dengan Volumetrik Terhadap Waktu
pada Ketinggian Air H3
Pada grafik hubungan debit aliran dengan debit volumetrik terhadap waktu
pada ketinggian H3 berbanding terbalik, dimana seiring bertambahnya waktu pada
volumetrik grafiknya mengalami peningkatan sedangkan pada debit aliran
awalnya mengalami peningkatan kemudian diikuti dengan penurunan. Bisa dilihat
pada jangka waktu 28.60-37.29 detik, debit volumetriknya meningkat dari 2,3050
x 10 m³/detik sampai pada 3,3192 x 10 m³/detik. Begitu juga dengan debit
aliran yang menurun dari 2,7972 x 10 m³/detik sampai 2,4135 x 10
m³/detik seiring bertambahnya waktu. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin
banyak waktu yang dibutuhkan maka semakin besar nilai volumetriknya dan nilai
debit alirannya semakin kecil, begitu juga sebaliknya.
4.4.4 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Koefisien
Discharge Pada Ketinggian Air H1
Berikut grafik hubungan antara debit volumetrik dengan koefisien discharge
pada ketinggian air H1.
Berdasarkan hasil analisa grafik diatas, bahwa nilai R2 = 0,9989 yang tidak
perlu dilakukan analisa regresi karena nilainya diatas 0,95 dan mendekati 1. Dari
grafik tersebut kita melihat bahwa antara debit volumetrik dengan koefisien
discharge diperoleh kenaikan garis linear. Hal ini disebabkan oleh semakin
besarnya debit volumetrik yang diperoleh maka semakin besar pula koefisien
discharge yang didapatkan.
4.4.5 Grafik Hubungan Debit Aliran Dengan Volumetrik Terhadap Koefisien
Discharge Pada Ketinggian Air H2
Berikut grafik hubungan antara debit volumetrik dengan koefisien discharge
pada ketinggian air H2.
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Antara Kesalahan Relatif dan Kalibrasi Debit
Berdasarkan hasil analisa grafik diatas, bahwa nilai R2 = 0,9646 yang tidak
perlu dilakukan analisa regresi karena nilainya di atas 0,95 dan mendekati 1. Dari
grafik tersebut kita melihat bahwa hubungan antara kesalahan relatif dengan
kalibrasi debit diperoleh kenaikan garis linear. Hal ini disebabkan oleh semakin
besarnya kesalahan relatif yang diperoleh maka semakin besar pula kalibrasi debit
yang didapatkan. Maka grafik ini tidak harus dilakukan analisa ulang untuk
mendekati 1 atau diatas 0,95.
4.4.8 Grafik Hubungan Antara Kecepatan Aliran Dengan Ketinggian Air
Berikut grafik hubungan antara kecepatan aliran dan ketinggian air.
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Antara Kecepatan aliran dan Ketinggian Air
Berdasarkan hasil analisa grafik diatas, bahwa nilai R2 = 1 yang tidak perlu
dilakukan analisa regresi karena nilainya diatas 0,95 dan mendekati 1. Dari grafik
tersebut kita melihat bahwa hubungan antara kecepatan aliran dengan ketinggian
air diperoleh kenaikan garis linear. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya
kecepatan aliran yang diperoleh maka semakin besar pula ketinggian air yang
didapatkan. Maka grafik ini tidak harus dilakukan analisa ulang untuk mendekati
1 atau diatas 0,95.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan Orifice Discharge adalah sebagai
berikut:
1. Laju aliran dapat diukur dengan mengamati kecepatan aliran dan perbedaan
cairan pada saat cairan melintas. Penentuan laju aliran juga
memperhitungkan pengaruh pipa atau saluran terhadap kecepatan aliran.
2. Perbandingan antara hasil percobaan langsung dan perhitungan dapat
dilakukan dengan memeriksa nilai debit air. Dengan membandingkan hasil
langsung dengan perhitungan rumus debit, dapat dievaluasi akurasi
pengukuran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi perbedaan tersebut.
3. Koefisien laju aliran dapat ditentukan melalui eksperimen, di mana tinggi
permukaan air dalam tangki konstan diatur untuk memperoleh data yang
diperlukan. Data ini digunakan untuk menghitung koefisien aliran, yang
mencerminkan karakteristik aliran cairan melalui suatu Orifice.
4. Hubungan antara ketinggian air dan kecepatan aliran adalah bahwa semakin
besar kecepatan aliran, semakin besar ketinggian airnya, dan sebaliknya. Ini
mencerminkan korelasi antara energi kinetik (kecepatan) dan energi
potensial (ketinggian) dalam sistem aliran cair.
5. Hubungan antara debit aliran dan volume terhadap waktu dapat dijelaskan
sebagai jumlah air yang mengalir dalam suatu volume tertentu per unit
waktu. Metode volumetrik, seperti penggunaan gelas ukur atau ember
dengan volume diketahui, memungkinkan pengukuran langsung untuk
memahami seberapa cepat air mengalir dalam suatu periode waktu.
5.2 Saran
Adapun saran saya dalam praktikum Orifice Discharge ini adalah sebagai
berikut:
1. Saran Untuk Fakultas
Saran saya untuk fakultas yaitu untuk menyediakan genset di laboratorium
agar praktikum tidak terhambat jika terjadi pemadaman lampu.
2. Saran Untuk Laboratorium
Saran saya untuk pihak laboratorium yaitu sebaiknya pihak laboratorium
dapat meningkatkatkan lagi dalam hal pemeliharaan alat dan juga dapat
menambah alat Basic Hydaraulic Bench agar pada saat kami akan memulai
praktikum tidak perlu mengantri lagi untuk menggunakan alat tersebut.
3. Saran Untuk Asisten
Saran saya untuk asisten dosen yaitu tetap menjadi asisten yang baik dan
tidak mempersulit praktikan dalam proses asistensi, serta semoga untuk
kedepannya dapat lebih baik lagi dalam mengontrol praktikan.
4. Saran Untuk Teman Kelompok
a) Adisty Anastasya Putri
b) Della Anggraeni
c) Muhammad Alfan
d) Novita Syalwianti
e) Ahmad Dilun
f) Olivia Valentina Surubaya
g) Valenthino Cleonidio Wellem
h) Gabriel Tebai
DAFTAR PUSTAKA
“Sa istirahat dulu, untuk urusan besok sa serahkan sama diriku yang besok saja”
“Masalahmu memang berat, tapi jangan ditimbang, nda laku soalnya”
“Hidup memang cuman sebentar, tapi kerja laporan praktikum itu lama”
" Nda masalah nilai ku ampas, asal ada temanku yg nilai nya lebih ampas"
“Saya Bukan Pemalas, Tapi Lagi Dalam Mode Hemat Daya Saja”
“Ada Dua Hal Yang Tidak Boleh DiLakukan : Pertama, Jangan Bilang Anime Itu
Kartun, Ke Dua Jangan Pernah Pinjam Seratus. Tapi, Adakah Dua Ratus?”
ANGGARAN BIAYA
Total 1.749.000