Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI ........................................................................................................................ 1

BAB II RUANG LINGKUP....................................................................................................... 3

BAB III KEBIJAKAN................................................................................................................ 4

BAB IV TATA LAKSANA ....................................................................................................... 6

A. KRITERIA PASIEN MASUK HCU ............................................................................... 8

B. KRITERIA PASIEN KELUAR RUANG HCU ............................................................ 11

C. KRITERIA PASIEN MASUK RUANG ICU ............................................................... 11

D. KRITERIA PASIEN KELUAR RUANG ICU ............................................................. 14

BAB V DOKUMENTASI ........................................................................................................ 16


RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
NOMOR : 33/27/III/RSKG-SK-DIR/ICU/2023
TENTANG
PANDUAN KRITERIA MASUK DAN KELUAR
RUANG RAWAT INTENSIF

PANDUAN
KRITERIA MASUK DAN KELUAR RUANG RAWAT INTENSIF

BAB I
DEFINISI

Peningkatan upaya kesehatan di rumah sakit secara terus-menerus ditingkatkan sejalan


dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
Pengembangan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit juga diarahkan guna meningkatkan mutu
dan keselamatan pasien serta efisiensi biaya dan kemudahan akses segenap masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Peningkatan upaya kesehatan yang dilakukan rumah sakit
yaitu dengan adanya pelayanan High Care Unit (HCU) dan pelayanan Intensif Care Unit (ICU).
Pelayanan High Care Unit (HCU) dan pelayanan Intensif Care Unit (ICU) di rumah sakit
perlu ditingkatkan secara berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pengobatan,
perawatan dan observasi secara ketat yang semakin meningkat sebagai akibat penyakit menular
maupun tidak menular seperti demam berdarah, malaria, cedera, keracunan, penyalahgunaan
NAPZA, HIV, penyakit jantung pembuluh darah, diabetes melitus dan gagal ginjal.
High Care Unit adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi stabil
dari fungsi respirasi, hemodinamik dan kesadaran namun masih memerlukan pengobatan,
perawatan dan pemantauan secara ketat. Unit pelayanan berbasis penyakit dalam yang
menyediakan pelayanan intermediate. Tujuannya adalah agar bisa diketahui secara dini
perubahan-perubahan yang membahayakan, sehingga bisa dengan segera dipindah ke ICU
untuk dikelola lebih baik lagi.
Intensive Care unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan staf
yang khusus dan perlengkapan yang khusus ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa
atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
Kriteria pasien masuk atau keluar adalah suatu mekanisme yang mengatur tata cara masuk
atau keluar pasien yang di rawat di ruang HCU maupun ruang ICU berdasarkan kondisi
fisiologis.

|1
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

Dokter penanggungjawab adalah dokter spesialis dengan kompetensi sesuai dengan


kewenangan klinis yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap pemberian pelayanan medis
pasien. Dokter jaga adalah dokter umum yang bertugas untuk melakukan observasi, melaporkan
dan mendokumentasikan kondisi dan penatalaksaan pasien kepada dokter penanggung jawab.
Terdapat kriteria fisiologis yang dapat membantu staf untuk mengenali sedini mungkin
pasien yang kondisinya memburuk. Sebagian besar pasien yang mengalami gagal jantung atau
gagal paru sebelumnya memperlihatkan tanda-tanda fisiologis di luar kisaran normal yang
merupakan indikasi keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning
system (EWS).
Penerapan early warning system (EWS) membuat staf mampu mengidentifikasi keadaan
pasien memburuk sedini-dininya dan bila perlu mencari bantuan staf yang kompeten. Dengan
demikian, hasil asuhan akan lebih baik.
Tujuan adanya pelayanan ICU adalah untuk memberikan pelayanan medik terfiltrasi dan
berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan. ICU mampu menggabungkan teknologi
tinggi dan keahlian khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat. Pelayanan
intensif diperuntukan untuk pasien sakit kritis meliputi :
a. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter,perawat, profesi
lain yang terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan, serta memerlukan perhatian yang
teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang ketat dan terus menerus serta terapi filtrasi,
b. Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis sehingga
memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus sereta dilakukan intervensi segera
untuk mencegah timbulnya penyulit yang merugikan.
Kriteria masuk dan keluar dari pelayanan intensif dipergunakan untuk menentukan
apakah pasien dapat diterima di unit tersebut, baik dari dalam atau dari luar rumah sakit. Pasien
yang diterima di unit tersebut harus dilakukan pengkajian ulang untuk menentukan apakah
kondisi psien berubah sehingga tidak memerlukan lagi pelayanan khusus/intensif misalnya, jika
status fisiologis sudah stabil dan pemantauan intensif baik sehingga tindakan lain tidak
diperlukan lagi maka psien dapat dipindah ke unit layanan yang lebih rendah (seperti unit rawat
inap atau unit pelayanan paliatif).
Kriteria prioritas meliputi kriteria masuk dan kriteria keluar menggunakan parameter
diagnostik dan atau parameter objektif termasuk kriteria berbasis fisiologis. Dengan
mempertimbangkan bahwa pelayanan intensif menghabiskan banyak sumber daya, maka
rumah sakit dapat membatasi hanya pasien dengan kondisi medis yang reversibel yang dapat
diterima dan pasien dengan kondisi khusus termasuk menjelang akhir kehidupan yang sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan.

|2
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan ini di Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R. A. Habibie
diberlakukan pada :
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Hemodialisa dan Peritoneal Dialisa
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Instalasi Bedah

|3
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

BAB III
KEBIJAKAN

1. Semua pasien yang akan masuk ke pelayanan intensif dilakukan skrining dengan
menggunakan metode Early Warning Scoring System (EWS)
2. Pasien yang akan masuk ke pelayanan intensif harus sesuai instruksi dokter penanggung
jawab (DPJP) masing-masing
3. Pelayanan di ICU RSKG Ny RA Habibie menggunakan sistem open, yaitu dokter DPJP
yang merawat pasien adalah sesuai diagnosis utama pasien, dapat merupakan dokter
spesialis penyakit dalam, penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi, jantung, paru,
ataupun bedah.
4. Dokter spesialis anestesi sebagai penanggung jawab ICU, berfungsi menjawab konsul
untuk persetujuan pasien dirawat di ICU, menjawab konsul tindakan kritis di ICU, dan
menjadi DPJP pasien yang membutuhkan intubasi dan pemasangan ventilator.
5. Pasien yang dirawat di ICU dapat berasal dari:
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b. Ruang Hemodialisa
c. Ruang Rawat Inap
d. Kamar Operasi (OK) atau Ruang Pemulihan OK
6. Pasien dari rawat jalan (poli) atau rujukan RS lain yang membutuhkan pelayanan ICU
diarahkan masuk dari IGD terlebih dahulu untuk dilakukan penilaian awal.

|4
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

|5
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

BAB IV
TATA LAKSANA

Kriteria fisiologis yang dapat membantu staf untuk mengenali sedini mungkin pasien
yang kondisinya memburuk. Sebagian besar pasien yang mengalami gagal jantung atau gagal
paru sebelumnya memperlihatkan tanda-tanda fisiologis di luar kisaran normal yang merupakan
indikasi keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning system
(EWS).
Penerapan early warning system (EWS) membuat staf mampu mengidentifikasi keadaan
pasien memburuk sedini-dininya dan bila perlu mencari bantuan staf yang kompeten. Dengan
demikian, hasil asuhan akan lebih baik. Indikator penilaian pasien menggunakan system
skoring EWS menggunakan pengkajian yang menggunakan 7 (tujuh) parameter fisiologis yaitu:
1. Frekuensi Pernapasan/Respiratory Rate,
2. Saturasi Oksigen,
3. Kebutuhan Alat Bantu O2,
4. Tekanan Darah Sistolik,
5. Frekuensi Nadi,
6. Suhu Tubuh, dan
7. Tingkat Kesadaran.
Sistem skoring EWS tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya perburukan/
kegawatan kondisi pasien yang tujuannya adalah mencegah hilangnya nyawa seseorang dan
mengurangi dampak yang lebih parah dari sebelumnya. Early Warning System (EWS)
dijalankan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Cek kesadaran dan tanda tanda vital pasien.
2. Setiap parameter kemudian di berikan skor sesuai EWS.
3. Jumlahkan semua skor kemudian tentukan kategori EWS.
4. Lakukan tatalaksana pasien sesuai Algoritma EWS.
Seluruh hasil pemeriksaan kesadaran dan tanda tanda vital pasien diberikan skor EWS
sesuai dengan NEWS. Pasien dengan hasil skoring 5 – 6 dilakukan perawatan di ruang
HCU dan bila hasil skoring lebih dari 7 maka dilakukan perawatan di ruang ICU. Berikut
tabel skor NEWS yang dimaksud.

|6
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

Setelah itu jumlahkan semua skor kemudian tentukan kategori EWS. Berikut adalah
kategori EWS.

Parameter 3 2 1 0 1 2 3 Nilai

Pernapasan ≤8 9-11 12-20 21-24 ≥ 25

Saturasi O2 ≤ 91 92-93 94-95 96


Penggunaan Ya Tidak
alat bantu O2
Suhu ≤ 35 35.1-36.0 36.1-38.0 38.1-39.0 ≥ 39.1
Tekanan ≤ 90 91-100 101-110 111-219 ≥ 220
darah sistolik
Denyut ≤ 40 41-50 51-90 91-110 111-130 ≥ 131
jantung
Tingkat A V, P, U
kesadaran
Total

Keterangan:
1–4 : rendah

|7
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

5–6 : sedang
˃7 : tinggi
Lakukan tatalaksana pasien sesuai Algoritma EWS
Skor
Frek Monitoring Respon Klinis
NEWS
Lanjutkan pemantauan NEWS rutin dengan setiap
0 Min 12 jam
rangkaian pengamatan.
‒ Informasi siapa perawat terlatih yang harus
menilai pasien.
Total 1 – 4 Min 4 – 6 jam ‒ Perawat terlatih akan memutuskan apakah
dilakukan peningkatan frekuensi pemantauan
dan / atau diperlukan eskalasi perawatan klinis
‒ Perawat terlatih segera menginformasikan tim
Total: medis untuk merawat pasien.
5-6 Frekuensi ‒ Penilaian cepat oleh klinisi dengan kompetensi
Atau meningkat inti untuk menilai pasien akut.
3 dalam 1 minimal 1 jam ‒ Perawatan klinis di lingkungan dengan fasilitas
parameter pemantauan/monitor lengkap (pindah ke ruang
HCU).
‒ Perawat terlatih segera menginformasikan tim
medis untuk merawat pasien ini setidaknya
harus di tingkat spesialis yang terlatih.
Pemantauan terus
‒ Penilaian darurat oleh tim klinis dengan
menerus tanda
Total: kompetensi perawatan kritis, yang juga
vital (TTV).
7 atau lebih mencakup seorang praktisi dengan
Bedside monitor
keterampilan jalan napas yang canggih.
terpasang.
‒ Pertimbangkan pengalihan perawatan klinis ke
fasilitas perawatan tingkat 2 atau 3, yaitu
ketergantungan yang lebih tinggi atau ICU

A. KRITERIA PASIEN MASUK HCU


Pasien yang masuk ke HCU adalah pasien yang memerlukan tingkat pelayanan yang
berada di antara ICU dan ruang rawat inap biasa (artinya tidak perlu perawatan ICU namun
belum dapat dirawat di ruang rawat inap biasa karena masih memerlukan pemantauan yang
ketat). Penetapan pasien masuk HCU ditentukan berdasarkan kriteria fisiologis oleh DPJP
seperti tercantum di bawah ini :

|8
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

1. Hasil skoring EWS dengan risiko klinis sedang (5-6) dipindahkan ke ruang HCU.
2. Hemodinamik tidak stabil yang membutuhkan support obat inotropik, vasopressor
atau antihipertensi intravena
3. Penurunan kesadaran non structural dengan GCS 8-12 tanpa trakeostomi, GCS 10-
14 dan boleh terpasang tracheostomi tanpa gagal napas
4. Laju nadi teraba dengan frekuensi nadi 40-60x/menit atau 120-150 x/menit
5. Laju respirasi > 32x/menit atau < 10x/menit, wheezing.
6. Tekanan darah sistolik >160 mmhg
7. Tekanan darah diastol >100 mmhg
8. Kesadaran umum composmentis, apatis dan somnolen dengan GCS 10-14
9. Miokard infark dengan hemodinamika stabil
10. Hipertensi urgensi tanpa ada gagal organ target
11. Cedera kepala sedang sampai berat/stroke yang stabil dan memerlukan pemeliharaan
jalan nafas secara khusus, seperti hisap lendir berkala.
12. Perdarahan saluran bagian atas tanpa hipotensi dan respon dengan pemberian cairan.
13. Pemberian infus insulen yang konsisten
14. Gangguan pernafasan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan agresif.
15. Demam > 38,5o C
16. Saturasi oksigen < 90% dengan fraksi oksigen
17. Pasien dengan gangguan multi organ (lebih dari 2 organ) yang berpotensi
mempunyai risiko tinggi untuk terjadi komplikasi dan tidak memerlukan monitor dan
alat bantu invasif.
18. Gangguan metabolik yaitu hiperglikemia atau hipoglikemia yang disertai dengan
hiperosmolaritas ketoasidosis
19. Gangguan keseimbangan elektrolit yaitu :
a. Hiperkalemia atau hipokalemia tanpa perubahan gambaran EKG
b. Hipernatremia atau hiponatremia disertai dengan penurunan kesadaran
c. Hiperkalsemia atau hipokalsemia tanpa disertai adanya kejang atau perubahan
gambaran EKG
d. Hypermagnesemia atau hypomagnesemia tanpa disertai kelemahan otot
pernafasan dan perubahan gambaran EKG
20. Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perioperatif.

|9
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

Ruang lingkup pemantauan yang harus dilakukan antara lain:


1. Tingkat kesadaran
2. Fungsi pernafasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4(empat) jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien.
3. Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus menerus.
4. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 (delapan) jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien.

Kasus indikasi masuk berdasarkan keluhan sistem organ:


1. Sistem Kardiovaskuler
a. Miokard infark dengan hemodinamika stabil
b. Gangguan irama jantung dengan hemodinamik stabil
c. Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung sementara/menetap
dengan hemodinamika stabil
d. Gagal jantung kongestif NYHA Class I dan II
e. Hipertensi Emergensi
2. Sistem pernafasan
Gangguan pernafasan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan agresif.
Apabila pasien mengalami gagal nafas dan memerlukan dukungan ventilasi
mekanis harus segera dipindahkan/ dirujuk ke ICU.
3. Sistem saraf
Cedera kepala sedang sampai berat, stroke yang stabil dan memerlukan tirah baring
dan memerlukan pemeliharaan jalan nafas secara khusus, seperti hisap lendir
berkala. Cedera sumsum tulang belakang bagian leher yang stabil.
4. Sistem saluran pencernaan
Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hipotensi ortostatik dan respon dengan
pemberian cairan.
5. Sistem kelenjar buntu (endokrin)
Diabetik ketoasidosis (DKA) atau krisis hiperglikemi dengan kebutuhan infus
insulin kontinu
6. Pembedahan
Pasca bedah besar dengan hemodinamik stabil tapi masih memerlukan resusitasi
cairan.

| 10
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

B. KRITERIA PASIEN KELUAR RUANG HCU


Penetapan pasien keluar ruang HCU ditentukan berdasarkan kriteria fisiologis oleh
DPJP HCU, yaitu :
1. Hemodinamik stabil dan tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat atau pasien
yang memburuk sehingga perlu pindah ke ICU dari kamar operasi, ditandai dengan:
a. Tidak ada penurunan kesadaran dan peningkatan TIK, GSC kesadaran
composmentis, TD>140/80 mmhg, nadi 80x/mnt
b. Tidak ada perdarahan masif, Hb 10mg/dl
c. Tidak ada gangguan irama jantung dan stabil kardiovaskuler dengan atau tanpa
obat-obatan
d. Gangguan elektrolit dan metabolik serta asam basa teratasi
e. Diuresis dalam batas normal (0,5-1 cc/jam) dengan atau tanpa bantuan alat nilai
normal.
f. Tingkat kesadaran non struktural meningkat dengan GCS >12 dengan atau tanpa
trakeostomi
g. Tekanan darah systole > 90 mmHg atau < 200 mmHg
h. Laju nadi 60 – 100 x/menit
i. Laju respirasi 12 – 20 x/menit
j. Tidak demam
k. Saturasi oksigen 96-100% tanpa oksigen
2. Pasien sudah stabil sirkulasi dengan jumlah cairan maintenance, tidak membutuhkan
obat support inotropic, vasopressor atau anti hipertensi intravena
3. Sepsis perbaikan yang respon dengan terapi antibiotika
4. Pasien yang tidak lagi membutuhkan pemantauan ketat
5. Pasien yang cenderung memburuk dengan GCS ≥ 3 kesadaran koma dan atau
memerlukan pemantauan dan alat bantu invasif sehingga perlu pindah ke ICU.
Pasien yang tidak perlu masuk HCU adalah pasien dengan fase terminal suatu
penyakit (seperti kanker stadium akhir) dan pasien/keluarga yang menolak untuk dirawat
di HCU (atas dasar Informed Consent).

C. KRITERIA PASIEN MASUK RUANG ICU


Pasien yang dirawat di ICU adalah;
1. Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care
2. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi
dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang constan dan metode
terapi titrasi

| 11
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

3. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinu dan tindakan segera untuk
mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.

KRITERIA PRIORITAS MASUK PASIEN ICU (KMK 1178/2010)


1. Prioritas 1
Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti:
dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-
obatan vasoaktif yang kontinyu, obat antiaritmia yang kontinyu, pengobatan kontinyu
tertitrasi dan lain-lainnya. Contoh: pasen sepsis berat, gangguan asam basa elektrolit
yang mengancam nyawa, tergantung Rumah Sakit tentang derajat hipoksemia,
hipotensi dengan tekanan darah tertentu. Terapi pada pasen prioritas 1 umumnya tidak
terbatas.
2. Prioritas 2
Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat berisiko
bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalkan pemantauan intensif
menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh: pasien dengan penyakit dasar
jantung paru, Gagal ginjal akut atau berat atau telah menjalani pembedahan mayor.
Terapi pada pasen ini tidak ada batas, karena kondisi bisa membaik
3. Prioritas 3
Pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit yang
mendasarinya atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan
sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini kecil. Contoh: kegawatan
metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan nafas atau
pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.
Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawat akutnya saja,
usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau Resusitasi Jantung Paru.
4. Pengecualian/ Prioritas 4
Pasien yang secara umum tidak perlu masuk ke ICU karena tidak banyak
keuntungannya dirawat di ICU. Dengan pertimbangan luar biasa, pimpinan RS, kepala
ICU dan Penanggung jawab ICU indikasi diluar prioritas 1,2 dan 3 yaitu pasen dengan
vegetatif permanen, Pasien yang ingin perawatan aman tapi menolak terapi penunjang
hidup, DNR dll., pasien yang telah dipastikan mati batang otak di ICU hanya untuk
terapi fungsi organ/ donor organ. Pasien stase terminal dan irreversibel misal pada
keganasan dengan metastase disertai multi organ failure.

| 12
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

Kriteria masuk ICU berdasarkan status fisiologis dari DPJP adalah sebagai berkut:
1. skoring EWS yang memiliki nilai lebih dari 7.
2. Pasien-pasien dengan ancaman sumbatan jalan nafas
3. Pasien-pasien dengan henti nafas
4. Laju respirasi >40 kali/menit atau <8 kali /menit
5. Saturasi oksigen (Sp02) , 90% pada fraksi inspirasi oksigen >50%
6. Henti jantung apapun penyebabnya
7. Laju nadi < 40 kali /menit atau >140 kali /menit
8. Tekanan darah sistolik <90 mmhg atau lebih dari 200mmhg
9. Penurunan kesadaran tiba-tiba (penurunan Glascow Coma Scale lebih dari 3 point)
10. Kejang berulang atau berlangsung lama
11. Peningkatan tekanan CO2 arteri yang disertai dengan asidosis respiratorik.

Kasus indikasi masuk berdasarkan keluhan sistem organ yang layak dirawat di ICU adalah:
1. Sistem Kardiovaskuler
 Infark miokard akut dengan komplikasi
 Syok kardiogenik
 Aritmia maligna
 Gagal jantung akut
 Hipeternsi emergensi dengan TOD edema paru akut atau gagal nafas
 Angina tidak stabil risiko tinggi (disertai aritmia, hemodinamik tidak stabil, atau
nyeri dada persisten)
 Henti jantung apapun penyebabnya
 Tamponade jantung dengen hemodinamik tidak stabil
 Diseksi aorta
 Complete heart block
2. Sistem Pulmonal
 Gagal nafas akut yang membutuhkan ventilator
 Emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil
 Ancaman gagal nafas
 Hemoptisis masif
3. Gangguan Neurologi
 Penurunan kesadaran, structural maupun metabolic
 Stroke akut dengan penurunan kesadaran
 Perdarahan intracranial dengan potensi herniasi
 Perdarahan akut sub arachnoid

| 13
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

 Meningitis dengan gangguan kesadaran


 Observasi kejang atau status epileptikus
 Cedera kepala sedang-berat
4. Drug Ingestion and drug overdose
 Keracunan obat dengan hemodinamik tidak stabil
 Kejang atau penurunan kesadaran setelah ingesti obat
5. Gangguan Gastrointestinal
 Perdarahan gastrointestinal aktif dengan gangguan hemodinamik
 Gagal hati fulminant
 Pankreatitis berat
6. Gangguan Sistem Endokrin
 Krisis hiperglikemi (KAD dan HONK) dengan gangguan hemodinamik, gangguan
kesadaran, pernafasan, atau asidosis berat
 Thyroid storm
 Coma hyperosmolar state
 Gangguan elektrolit dengan penurunan kesadaran, kejang, atau aritmia yang
mengancam nyawa
7. Kasus Bedah
 Pasien post operasi dengan kebutuhan ventilator atau monitoring hemodinamik
8. Lain-lain
 Syok septik
 Tindakan (misal punksi asites/efusi pleura) dengan keadaan kritis dan butuh
monitoring ketat
Diagnosis lain yang membutuhkan perawatan ICU dengan fasilitas atau dokter spesialis
yang tidak tersedia di RSKG Ny RA Habibie, dirujuk ke RS lain.

D. KRITERIA PASIEN KELUAR RUANG ICU


1. Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh
penanggung jawab ICU dan tim yang merawat yaitu :
a. Bila status fisik pasien sudah stabil dan tidak perlu monitoring ketat lebih lama
b. Bila status fisik telah menurun jauh tetapi tidak ada rencana intervensi aktif.
2. Kriteria outcome yang spesifik adalah pasien bisa dipindahkan ke ruang HCU sesuai
kriteria masuknya (skor EWS 5-6).
3. Pasien bila setelah stabil bisa dialihkan ke ruang HCU terlebih dahulu atau ke rawat
inap dengan kewaspadaan dan pemantauan yang lebih tinggi.
4. Pasien dipulangkan dari ICU hanya bila pada keadaan :

| 14
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE

Panduan Kriteria Masuk dan Keluar Ruang Rawat Intensif

a. Pasien meninggal
b. Pasien pulang paksa/pulang atas permintaan sendiri

Indikasi Medis pasien dipindahkan dari ICU ke HCU adalah:


1. Kesadaran GCS 8-12 tanpa tracheostomi, GCS <7 dengan tracheostomi
2. Nafas spontan
3. Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas
4. Laju respirasi 12-20 kali per menit
5. Saturasi oksigen 80-90% pada fralsi inspirasi oksigen <50%
6. Masih terdapat gangguan irama jantung
7. Laju nadi 40-60 kali/menit atau 120 – 140 kali/menit
8. Menggunakan inotropik, vasopressor atau antihipertensi intravena
9. Kejang tapi tidak berulang

Indikasi Medis pasien dipindahkan dari ICU ke Rawat inap biasa adalah
Tanda –tanda Vital
c. Temperatur < 38,3 C
d. Tekanan Darah Sistolik : 100-180 mmhg
Diastolik : 50 – 110 mmhg
e. Pulse 50 – 100 kali/menit (>45 kali/menit jika pasien meminum beta
blocker)
f. Respirasi 12-30 kali/menit
Fungsional
a. Diet Dapat mentolerir makanan dalam 12 jam terakhir tanpa muntah
(kecuali pasien-pasien kemoterapi)
b. Kemampuan diri Dapat beraktifitas sendiri tanpa dibantu
c. Urine Dapat buang air kecil sendiri tanpa kesulitan dalam 12 jam
terakhir
d. analgetik Kebutuhan analgetik parenteral tidak melebihi satu kali dosis
pemberian dalam 3 jam terakhir kecuali pasien-pasien yang
memerlukan analgetik reguler karena kondisi penyakitnya
yang menetap.

| 15

Anda mungkin juga menyukai