LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
NOMOR : 33/27/III/RSKG-SK-DIR/ICU/2023
TENTANG
PANDUAN KRITERIA MASUK DAN KELUAR
RUANG RAWAT INTENSIF
PANDUAN
KRITERIA MASUK DAN KELUAR RUANG RAWAT INTENSIF
BAB I
DEFINISI
|1
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
|2
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan ini di Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R. A. Habibie
diberlakukan pada :
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Hemodialisa dan Peritoneal Dialisa
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Instalasi Bedah
|3
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
BAB III
KEBIJAKAN
1. Semua pasien yang akan masuk ke pelayanan intensif dilakukan skrining dengan
menggunakan metode Early Warning Scoring System (EWS)
2. Pasien yang akan masuk ke pelayanan intensif harus sesuai instruksi dokter penanggung
jawab (DPJP) masing-masing
3. Pelayanan di ICU RSKG Ny RA Habibie menggunakan sistem open, yaitu dokter DPJP
yang merawat pasien adalah sesuai diagnosis utama pasien, dapat merupakan dokter
spesialis penyakit dalam, penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi, jantung, paru,
ataupun bedah.
4. Dokter spesialis anestesi sebagai penanggung jawab ICU, berfungsi menjawab konsul
untuk persetujuan pasien dirawat di ICU, menjawab konsul tindakan kritis di ICU, dan
menjadi DPJP pasien yang membutuhkan intubasi dan pemasangan ventilator.
5. Pasien yang dirawat di ICU dapat berasal dari:
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b. Ruang Hemodialisa
c. Ruang Rawat Inap
d. Kamar Operasi (OK) atau Ruang Pemulihan OK
6. Pasien dari rawat jalan (poli) atau rujukan RS lain yang membutuhkan pelayanan ICU
diarahkan masuk dari IGD terlebih dahulu untuk dilakukan penilaian awal.
|4
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
|5
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
BAB IV
TATA LAKSANA
Kriteria fisiologis yang dapat membantu staf untuk mengenali sedini mungkin pasien
yang kondisinya memburuk. Sebagian besar pasien yang mengalami gagal jantung atau gagal
paru sebelumnya memperlihatkan tanda-tanda fisiologis di luar kisaran normal yang merupakan
indikasi keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning system
(EWS).
Penerapan early warning system (EWS) membuat staf mampu mengidentifikasi keadaan
pasien memburuk sedini-dininya dan bila perlu mencari bantuan staf yang kompeten. Dengan
demikian, hasil asuhan akan lebih baik. Indikator penilaian pasien menggunakan system
skoring EWS menggunakan pengkajian yang menggunakan 7 (tujuh) parameter fisiologis yaitu:
1. Frekuensi Pernapasan/Respiratory Rate,
2. Saturasi Oksigen,
3. Kebutuhan Alat Bantu O2,
4. Tekanan Darah Sistolik,
5. Frekuensi Nadi,
6. Suhu Tubuh, dan
7. Tingkat Kesadaran.
Sistem skoring EWS tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya perburukan/
kegawatan kondisi pasien yang tujuannya adalah mencegah hilangnya nyawa seseorang dan
mengurangi dampak yang lebih parah dari sebelumnya. Early Warning System (EWS)
dijalankan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Cek kesadaran dan tanda tanda vital pasien.
2. Setiap parameter kemudian di berikan skor sesuai EWS.
3. Jumlahkan semua skor kemudian tentukan kategori EWS.
4. Lakukan tatalaksana pasien sesuai Algoritma EWS.
Seluruh hasil pemeriksaan kesadaran dan tanda tanda vital pasien diberikan skor EWS
sesuai dengan NEWS. Pasien dengan hasil skoring 5 – 6 dilakukan perawatan di ruang
HCU dan bila hasil skoring lebih dari 7 maka dilakukan perawatan di ruang ICU. Berikut
tabel skor NEWS yang dimaksud.
|6
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
Setelah itu jumlahkan semua skor kemudian tentukan kategori EWS. Berikut adalah
kategori EWS.
Parameter 3 2 1 0 1 2 3 Nilai
Keterangan:
1–4 : rendah
|7
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
5–6 : sedang
˃7 : tinggi
Lakukan tatalaksana pasien sesuai Algoritma EWS
Skor
Frek Monitoring Respon Klinis
NEWS
Lanjutkan pemantauan NEWS rutin dengan setiap
0 Min 12 jam
rangkaian pengamatan.
‒ Informasi siapa perawat terlatih yang harus
menilai pasien.
Total 1 – 4 Min 4 – 6 jam ‒ Perawat terlatih akan memutuskan apakah
dilakukan peningkatan frekuensi pemantauan
dan / atau diperlukan eskalasi perawatan klinis
‒ Perawat terlatih segera menginformasikan tim
Total: medis untuk merawat pasien.
5-6 Frekuensi ‒ Penilaian cepat oleh klinisi dengan kompetensi
Atau meningkat inti untuk menilai pasien akut.
3 dalam 1 minimal 1 jam ‒ Perawatan klinis di lingkungan dengan fasilitas
parameter pemantauan/monitor lengkap (pindah ke ruang
HCU).
‒ Perawat terlatih segera menginformasikan tim
medis untuk merawat pasien ini setidaknya
harus di tingkat spesialis yang terlatih.
Pemantauan terus
‒ Penilaian darurat oleh tim klinis dengan
menerus tanda
Total: kompetensi perawatan kritis, yang juga
vital (TTV).
7 atau lebih mencakup seorang praktisi dengan
Bedside monitor
keterampilan jalan napas yang canggih.
terpasang.
‒ Pertimbangkan pengalihan perawatan klinis ke
fasilitas perawatan tingkat 2 atau 3, yaitu
ketergantungan yang lebih tinggi atau ICU
|8
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
1. Hasil skoring EWS dengan risiko klinis sedang (5-6) dipindahkan ke ruang HCU.
2. Hemodinamik tidak stabil yang membutuhkan support obat inotropik, vasopressor
atau antihipertensi intravena
3. Penurunan kesadaran non structural dengan GCS 8-12 tanpa trakeostomi, GCS 10-
14 dan boleh terpasang tracheostomi tanpa gagal napas
4. Laju nadi teraba dengan frekuensi nadi 40-60x/menit atau 120-150 x/menit
5. Laju respirasi > 32x/menit atau < 10x/menit, wheezing.
6. Tekanan darah sistolik >160 mmhg
7. Tekanan darah diastol >100 mmhg
8. Kesadaran umum composmentis, apatis dan somnolen dengan GCS 10-14
9. Miokard infark dengan hemodinamika stabil
10. Hipertensi urgensi tanpa ada gagal organ target
11. Cedera kepala sedang sampai berat/stroke yang stabil dan memerlukan pemeliharaan
jalan nafas secara khusus, seperti hisap lendir berkala.
12. Perdarahan saluran bagian atas tanpa hipotensi dan respon dengan pemberian cairan.
13. Pemberian infus insulen yang konsisten
14. Gangguan pernafasan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan agresif.
15. Demam > 38,5o C
16. Saturasi oksigen < 90% dengan fraksi oksigen
17. Pasien dengan gangguan multi organ (lebih dari 2 organ) yang berpotensi
mempunyai risiko tinggi untuk terjadi komplikasi dan tidak memerlukan monitor dan
alat bantu invasif.
18. Gangguan metabolik yaitu hiperglikemia atau hipoglikemia yang disertai dengan
hiperosmolaritas ketoasidosis
19. Gangguan keseimbangan elektrolit yaitu :
a. Hiperkalemia atau hipokalemia tanpa perubahan gambaran EKG
b. Hipernatremia atau hiponatremia disertai dengan penurunan kesadaran
c. Hiperkalsemia atau hipokalsemia tanpa disertai adanya kejang atau perubahan
gambaran EKG
d. Hypermagnesemia atau hypomagnesemia tanpa disertai kelemahan otot
pernafasan dan perubahan gambaran EKG
20. Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perioperatif.
|9
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
| 10
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
| 11
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
3. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinu dan tindakan segera untuk
mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.
| 12
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
Kriteria masuk ICU berdasarkan status fisiologis dari DPJP adalah sebagai berkut:
1. skoring EWS yang memiliki nilai lebih dari 7.
2. Pasien-pasien dengan ancaman sumbatan jalan nafas
3. Pasien-pasien dengan henti nafas
4. Laju respirasi >40 kali/menit atau <8 kali /menit
5. Saturasi oksigen (Sp02) , 90% pada fraksi inspirasi oksigen >50%
6. Henti jantung apapun penyebabnya
7. Laju nadi < 40 kali /menit atau >140 kali /menit
8. Tekanan darah sistolik <90 mmhg atau lebih dari 200mmhg
9. Penurunan kesadaran tiba-tiba (penurunan Glascow Coma Scale lebih dari 3 point)
10. Kejang berulang atau berlangsung lama
11. Peningkatan tekanan CO2 arteri yang disertai dengan asidosis respiratorik.
Kasus indikasi masuk berdasarkan keluhan sistem organ yang layak dirawat di ICU adalah:
1. Sistem Kardiovaskuler
Infark miokard akut dengan komplikasi
Syok kardiogenik
Aritmia maligna
Gagal jantung akut
Hipeternsi emergensi dengan TOD edema paru akut atau gagal nafas
Angina tidak stabil risiko tinggi (disertai aritmia, hemodinamik tidak stabil, atau
nyeri dada persisten)
Henti jantung apapun penyebabnya
Tamponade jantung dengen hemodinamik tidak stabil
Diseksi aorta
Complete heart block
2. Sistem Pulmonal
Gagal nafas akut yang membutuhkan ventilator
Emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil
Ancaman gagal nafas
Hemoptisis masif
3. Gangguan Neurologi
Penurunan kesadaran, structural maupun metabolic
Stroke akut dengan penurunan kesadaran
Perdarahan intracranial dengan potensi herniasi
Perdarahan akut sub arachnoid
| 13
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
| 14
RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL NY. R. A. HABIBIE
a. Pasien meninggal
b. Pasien pulang paksa/pulang atas permintaan sendiri
Indikasi Medis pasien dipindahkan dari ICU ke Rawat inap biasa adalah
Tanda –tanda Vital
c. Temperatur < 38,3 C
d. Tekanan Darah Sistolik : 100-180 mmhg
Diastolik : 50 – 110 mmhg
e. Pulse 50 – 100 kali/menit (>45 kali/menit jika pasien meminum beta
blocker)
f. Respirasi 12-30 kali/menit
Fungsional
a. Diet Dapat mentolerir makanan dalam 12 jam terakhir tanpa muntah
(kecuali pasien-pasien kemoterapi)
b. Kemampuan diri Dapat beraktifitas sendiri tanpa dibantu
c. Urine Dapat buang air kecil sendiri tanpa kesulitan dalam 12 jam
terakhir
d. analgetik Kebutuhan analgetik parenteral tidak melebihi satu kali dosis
pemberian dalam 3 jam terakhir kecuali pasien-pasien yang
memerlukan analgetik reguler karena kondisi penyakitnya
yang menetap.
| 15