Anda di halaman 1dari 6

Nama: Ahmad Akbar Kamilin

Nim: 2502067570

1. Harga produk x = Rp 5.000


Harga produk y = Rp 10.000
Pendapatan = Rp 500.000

Ada 3 kemungkinan yang dapat diterapkan,


 Kemungkinan pertama : orang tersebut mengalokasikan pendapatannya secara penuh
pada produk x  maka , banyak produk yang dapat dibeli Rp 500.000/Rp 5.000 = 100
produk x.
 Kemungkinan kedua : orang tersebut mengalokasikan pendapatannya secara penuh
pada produk y  maka, banyak produk yang dapat dibeli Rp 500.000/Rp 10.000 = 50
produk y.
 Kemungkinan ketiga : orang tersebut mengalokasikan pendapatannya sebagian pada
produk X dan sebagian pada produk Y  maka, ada persamaan yang dapat didapatkan
sebagai berikut Px.Qx + Py.Qy = Y. Contohnya, orang tersebut membeli 50 produk x dan
25 produk y. Perhitungan anggarannya, 5000.50 + 10000.25 = Y500000=Y, sama
dengan pendapatan yang dimiliki oleh orang tersebut.

Gambar Area Batasan Anggaran

Qy

50

25

Qx
50 100
2. Data produksi perusahaan ABC

Quantity TFC TVC MC (TC/Q) Price TR (PxQ) TC (TFC+TVC) Profit


0 10000 0 0 15000 0 10000 -10000
1 10000 13000 23000 15000 15000 23000 -8000
2 10000 20000 15000 15000 30000 30000 0
3 10000 23000 11000 15000 45000 33000 12000
4 10000 30000 10000 15000 60000 40000 20000
5 10000 40000 10000 15000 75000 50000 25000
6 10000 55000 10833,33 15000 90000 65000 25000
7 10000 80000 12857,14 15000 105000 90000 15000
8 10000 105000 14375 15000 120000 115000 5000
9 10000 135000 16111,11 15000 135000 145000 -10000
10 10000 165000 17500 15000 150000 175000 -25000

a. Melengkapi tabel
b. Break even point merupakan kondisi dimana pendapatan yang diperoleh untuk menutupi
biaya yang diperlukan (TR=TC). Maka, dengan melihat tabel dapat diketahui bahwa break
even point terjadi pada kuantitas 2 karena TR dan TC berjumlah sama.
c. Profit maximization merupakan kondisi dimana terjadinya keuntungan maksimal yang bisa
didapatkan oleh perusahaan. Untuk menentukan pada kuantitas mana terjadi profit
maximization, biasanya ada 2 pendekatan yang dipakai yaitu pendekatan biaya total-hasil
penjualan total dan pendekatan biaya marjinal-hasil penjualan marjinal. Pada pendekatan
biaya total-hasil penjualan total, profit maximization dilihat dari membandingkan biaya
total dan hasil penjualan total mana yang menghasilkan profit tertinggi. Sementara,
pendekatan biaya marjinal-hasil penjualan marjinal , profit maximization terjadi pada saat
biaya marjinal sama dengan hasil penjualan marjinal (MC=MR). Agar lebih mudah, dapat
dilihat pada tabel profit maksimal (tidak bertambah lagi) terjadi pada saat menjual 5 atau 6
produk. Pada tingkat kuantitas tersebut, perusahaan mendapatkan profit maximization.
Grafik
Penjelasan grafik : sumbu x merupakan jumlah kuantitas dan sumbu y merupakan biaya-
penjualan.
d. Jika perusahaan ABC berproduksi pada jangka pendek, dapat dilihat pada tabel perusahaan
akan mengalami kerugian pada tingkat kuantitas 9. Sebaiknya perusahaan ditutup pada
tingkat kuantitas 8 karena masi mengalami profit minimum sebelum mengalami kerugian.

3. Input Demand : The Labor and Land Markets


a. Konsep marginal revenue product
Produk pendapatan marjinal adalah pendapatan tambahan yang diperoleh perusahaan
sebagai akibat dari penggunaan input tambahan (ceteris paribus). Jika kita menganggap
tenaga kerja sebagai input variabel MRP adalah tentang pendapatan tambahan yang
dihasilkan dari satu pekerja lagi . Nilai produk marjinal pertama-tama meningkat dan
kemudian menurun ke arah yang berlawanan. Misalnya , ada penambahan input variabel
berupa tenaga kerja. Saat pekerja tambahan ditambahkan produksi tambahan dibuat,
disebut sebagai produk marjinal. Sekarang ketika produksi tambahan atau produk marjinal
dijual pendapatan akan diperoleh. Pendapatan tambahan yang diperoleh dengan menjual
output tambahan (produk marjinal) yang dihasilkan oleh tambahan tenaga kerja disebut
produk pendapatan marjinal. Jadi produk marjinal pendapatan dibentuk oleh produk
marjinal (MP) dikalikan harga (P). MRP dapat ditulis dalam persamaan Berikut:
MRP = MP x P
Walaupun hasil yang baik dari peningkatan input tenaga kerja yang akan digambarkan
dengan MRP terjadi. Namun, perusahaan pasti akan berpikir dua kali jika terjadi kenaikan
ataupun penurunan besaran gaji tenaga kerja. Akan dilakukan evaluasi lebih lanjut, pada
tingkat tenaga kerja yang berapa akan dilaksanakan kegiatan produksi.
b. Konsep diminishing returns
Secara sederhana, konsep diminishing return mengacu pada penambahan salah satu input
dengan jumlah yang sama, di sisi lain input lainnya tidak dilakukan penambahan. Hal
tersebut akan mengakibatkan peningkatan output produksi. Namun, akan terjadi
penurunan di titik tertentu. Misalnya, dilakukan penambahan karyawan dan terjadi
peningkatan output. Pada suatu titik, akan terjadi titik puncak penambahan output karena
penambahan yang dilakukan terus-menerus. Kemungkinan perusahaan yang mengalami hal
tersebut akan melakukan PHK.
c. Melengkapi tabel

Jumlah Total Total Produk Average Marginal Price (PX) Marginal


Tenaga (produk Product Product of (Value Revenue
Kerja Toast per (AP=TP/L) Labor (MPL) Added atau Product (per
jam) (produksi nilai tambah jam)=(MPLx
Toast per per Toast) pX)
jam)
1 4 4 4 Rp 25.000 Rp 100.000
2 15 7,5 11 Rp 25.000 Rp 275.000
3 27 9 12 Rp 25.000 Rp 300.000
4 35 8,75 8 Rp 25.000 Rp 200.000
5 50 10 15 Rp 25.000 Rp 375.000
6 60 10 10 Rp 25.000 Rp 250.000
7 60 8,57 0 Rp 25.000 -
8 50 6,25 -10 Rp 25.000 -Rp 250.000
9 35 3,89 -15 Rp 25.000 -Rp 375.000
10 27 2,7 -8 Rp 25.000 -Rp 200.000
Jika dilihat dari tabel, maka jumlah tenaga kerja yang harus dipekerjakan agar mencapai
tambahan pendapatan yang maksimal berada pada tingkat 5 tenaga kerja.

4. Pasar Monopoli
a. Monopoli jika dimasukkan kedalam konteks bentuk pasar, secara sederhana bentuk
pasar monopoli hanya dikuasai oleh satu produsen saja. Definisi tersebut sesuai dengan
namanya yaitu mono dan poli. Karena hanya berisikan satu produsen, maka perusahaan
tersebut tidak mendapatkan persaingan dari perusahaan lain. Selanjutnya, ada bentuk
pasar lain yaitu pasar monopolistik. Pasar monopolistik sedikit mengambil konsep dari
pasar monopoli yaitu terletak pada produk yang diperjualbelikan. Pasar monopolistik
hanya menjual satu jenis produk saja, namun terjadi diferensiasi produk pada
perusahaan yang berbeda. Perlu diketahui pasar monopolistik memiliki banyak
produsen.
b. MC

P3

AC

P2

AVC

P1
Gambar diatas menunjukkan jika harga pasar sebesar P1 maka output yang diproduksi
perusahaan adalah Q1dan jika harga pasar meningkat menjadi P2 output perusahaan
adalah Q3,kurva MC yang dimulai dari P menunjukkan kurva penawaran perusahaan.
Berdasarkan kurva penawaran perusahaan, selanjutnya dapat diturunkan kurva
penawaran untuk penawaran industri secara keseluruhan. Kurva penawaran industri
menunjukkan penjumlahan horisontal dari seluruh kurva penawaran. Penawaran
bersaing adalah penjumlahan horisontal dari seluruh kurva biaya marjinal bersaing.
Biaya marjinal bersaing adalah penjumlahan horisontal dari seluruh biaya marjinal
perusahan – perusahaan yang dimulai dari AVC minimnya.

c. Contoh pertama yaitu, Perusahaan Listrik Negara. Seperti namanya, PLN berkecimpung
di industri listrik. Seperti yang diketahui, memang tidak ada perusahaan lain yang
menyediakan listrik di Indonesia. Sebagai BUMN, memang industri tersebut dikuasai
oleh PLN dan menjadikan bidang tersebut sebagai kekuatan pasarnya. Selanjutnya, ada
PT. Kereta Api Indonesia , merupakan penyedia layanan transportasi darat (kereta api) di
Indonesia. PT. KAI sangat berkuasa di bidang perkeretaapian di Indonesia.
d. Persamaan kurva penerimaan marjinal
MR = dTR/dQ
TR = P.Q
P= (20-0,5Q)Q
TR= (20-0,5Q2
MR = dTR/dQ
MR = 20-Q
Gambar kurva permintaan dan kurva penerimaan marjinal

P, MR

20

D
MR

Q
0 20 40
5. Opportunity cost dan trade off
a. Karena situasi yang ada (PPKM Level 4), mungkin sebagai pebisnis dihadapkan pada
pilihan tidak berbisnis sama sekali atau melanjutkan bisnis seperti biasa. Dari pilihan
tersebut , maka sesuai dengan biaya-biaya yang diketahui pada soal maka opportunity
cost adalah sebesar Rp 6.800.000 .
b. Melihat diterapkannya PPKM Level 4, maka banyak kesulitan yang akan dihadapi jika
meneruskan bisnis seperti biasa. Trade off yang mungkin dapat dilakukan adalah
mengurangi pedagang keliling atau mengurangi pegawai admin. Tenaga kerja yang
dimiliki dapat dioptimalkan dengan meletakkan. Tenaga kerja pada 2 tempat, mungkin
pegawai admin juga bisa memegang peran sebagai pedagang keliling dan begitu pula
sebaliknya. Dengan melakukan tindakan tersebut, akan tetap mempertahankan
pendapatan harian, meskipun harus mengurangi tenaga kerja dan menambah gaji
karyawan.
c. Potensi trade off yang lebih tinggi, cenderung kepada pengurangan tenaga kerja
pedagang keliling. Karena kemungkinan besar, pedagang keliling tidak memiliki
kemampuan dalam membuat bakso. Lain hal dengan pegawai dapur, yang dapat
mempelajari lebih cepat jika mendapat peran lain sebagai pedagang keliling. Setiap
pilihan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai